1102012283
Memahami dan Menjelaskan tentang Ruptur Uretra (anterior & posterior)
Definisi
Sebagian besar trauma uretra berhubungan dengan peristiwa yang dapat dideteksi dengan baik,
termasuk trauma tumpul berat seperti yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor atau karena
jatuh. Luka tembus di daerah uretra juga dapat menyebabkan trauma uretra. Straddle injury dapat
menyebabkan masalah jangka pendek maupun jangka panjang. Trauma iatrogenik ke uretra akibat trauma
pemasangan kateter, prosedur transuretral juga sering dijumpai. 1,2,3
Seperti pada kejadian trauma, etiologi trauma uretra dapat diklasifikasikan sebagai trauma tumpul dan
penetrasi. Trauma uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera langsung pada pelvis dan uretra. Secara
klasik, trauma uretra anterior disebabkan oleh straddle injury atau tendangan atau pukulan pada daerah
perineum, dimana uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul. Straddle injury dapat
menyebabkan laserasi atau kontusio dari uretra. Trauma tembus uretra (luka tembak atau luka tusuk) dapat juga
menyebabkan trauma uretra anterior. Penyebab lain dari trauma uretra anterior adalah trauma penis yang berat,
trauma iatrogenic dari kateterisasi, atau masuknya benda asing. Instrumentasi atau iatrogenik dapat
menyebabkan disrupsi parsial. Trauma tumpul uretra anterior paling sering terjadi pada pukulan ke segmen
bulbar seperti terjadi ketika mengangkangi suatu objek atau dari serangan langsung atau tendangan ke
perineum. 1,2,6,12,13
1. Fraktur pelvis
Cedera urethra posterior utamanya disebabkan oleh fraktur pelvis. Yang menurutkejadiannya, terbagi atas 3
tipe, yaitu :
Cedera akibat kompresi anterior-posterior
Cedera akibat kompresi lateral
Cedera tarikan vertikal.
Pada fraktur tipe I dan II mengenai pelvis bagian anterior dan biasanya lebihstabil bila dibandingkan dengan
fraktur tipe III dengan tipe tarikan vertical. Pada frakturtipe III ini seringkali akibat jatuh dari ketinggian, paling
berbahaya dan bersifat tidak stabil. Fraktur pelvis tidak stabil (unstable) meliputi cedera pelvis anterior
disertaikerusakan pada tulang posterior dan ligament disekitar articulation sacroiliaca sehinggasalah satu sisi
lebih ke depan dibanding sisi lainnya (Fraktur Malgaigne). Cedera urethraposterior terjadi akibat terkena
segmen fraktur atau paling sering karena tarikan ke lateralpada uretra pars membranaceus dan ligamentum
puboprostatika.
2. Cedera tarikan ( shearing injury)
Cedera akibat tarikan yang menimbulkan rupture urethra di sepanjang parsmembranaceus (5-10%). Cedera ini
terjadi ketika tarikan yang mendadak akibat migrasike superior dari buli-buli dan prostat yang menimbulkan
tarikan di sepanjang urethraposterior. Cedera ini juga terjadi pada fraktur pubis bilateral (straddle fraktur)
akibattarikan terhadap prostat dari segmen fraktur berbentuk kupu-kupu sehingga menimbulkantarikan pada
urethra pars membranaceus.
Siti Saradita
1102012283
3. Cedera uretra karena pemasangan kateter
Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena edema ataubekuan darah. Abses
periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Ekstravasasiurin dengan atau tanpa darah dapat lebih
meluas. Pada ekstravasasi ini, mudah timbulinfiltrate urin yang mengakibatkan sellulitis dan septisemia bila
terjadi infeksi.
Klasifikasi
Secara klinis trauma uretra dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori besar berdasarkan lokasi anatomi
trauma menjadi trauma uretra anterior dan trauma uretra posterior, hal ini karena keduanya menunjukkan
perbedaan dalam hal etiologi trauma, tanda klinis, pengelolaan, serta prognosisnya. Trauma uretra posterior
terletak di uretra pars membranosa dan uretra pars prostatika. Trauma ini paling sering berhubungan dengan
trauma tumpul besar seperti tabrakan kendaraan bermotor dan jatuh, dan sebagian besar kasus tersebut disertai
dengan patah tulang panggul. Trauma pada uretra anterior terletak di distal uretra pars membranosa.
Kebanyakan trauma uretra anterior disebabkan oleh trauma tumpul ke perineum (straddle injury), dan banyak
yang manifestasinya tertunda, muncul beberapa tahun kemudian sebagai striktur uretra. Trauma tembus
eksternal ke uretra jarang terjadi, tetapi luka iatrogenik cukup umum di kedua segmen uretra. Kebanyakan
berhubungan dengan kateterisasi uretra yang sulit. 1,2,3,4,5
Terletak di proksimal diafragma urogenital, hampir selalu disertaifraktur tulang pelvis. Akibat fraktur tulang
pelvis, terjadi robekan parsmembranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke cranialbersama
fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea terikat di diafragmaurogenital. Ruptur uretra posterior dapat
terjadi total atau inkomplit. Padarupture total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum puboprostatikumrobek
sehingga buli-bulidan prostat terlepas ke kranial.
Bulbous urethra
Pendulous urethra
Fossa navicularis
Namun, yang paling sering terjadi adalah rupture uretra pada parsbulbosa yang disebabkan oleh Saddle Injury,
dimana robekan uretra terjadiantara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya
Patofisiologi
Trauma uretra anterior paling sering terjadi karena pukulan benda tumpul ke perineum yang
menyebabkan rusaknya jaringan uretra. Luka-luka awal sering diabaikan oleh pasien dan pada akhirnya trauma
uretra anterior tersebut dapat memberikan manifestasi klinis beberapa tahun kemudian sebagai striktur yang
merupakan hasil penyempitan dari jaringan parut yang disebabkan oleh iskemia pada tempat trauma. 1,2
Trauma tumpul atau tembus dapat menyebabkan trauma uretra anterior. Trauma tumpul adalah
diagnosis yang sering dan cedera pada segmen uretra pars bulbosa paling sering (85%), karena fiksasi uretra
pars bulbosa dibawah dari tulang pubis, tidak seperti uretra pars pendulosa yang mobile. Trauma tumpul pada
uretra pars bulbosa biasanya disebabkan oleh straddle injury atau trauma pada daerah perineum. Uretra pars
Siti Saradita
1102012283
bulbosa terjepit diantara ramus inferior pubis dan benda tumpul, menyebabkan memar atau laserasi pada uretra.
6
Tidak seperti trauma pada uretra pars prostatomembranous, Trauma tumpul uretra anterior jarang
berhubungan dengan trauma organ lainnya. Kenyataannya, straddle injury menimbulkan cedera cukup ringan,
membuat pasien tidak mencari penanganan pada saat kejadian. Pasien biasanya datang dengan striktur uretra
setelah kejadian yang intervalnya bulan atau tahun. 6
Cedera uretra anterior dapat juga berhubungan dengan trauma penis (10% - 20% dari kasus).
Mekanisme cedera adalah trauma langsung atau cedera pada saat berhubungan intim, dimana penis yang
sementara ereksi menghantam ramus pubis wanita, menyebabkan robeknya tunika albuginea. 6
Trauma uretra posterior terjadi ketika ada gesekan yang kuat pada persimpangan prostatomembranous
pada trauma tumpul panggul. Uretra pars prostatika dalam posisi tetap karena adanya tarikan dari ligamen
puboprostatic. Pergeseran tulang panggul pada fraktur akibat trauma (fracture type injury) menyebabkan uretra
pars membranosa mengalami peregangan atau bahkan robek. 1,2,4
Manifestasi Klinis
Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena udem atau bekuan darah. Abses
periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas
jauh, tergantung fascia yang ikut rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat yang disebut infiltrat urin
yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi infeksi. 13
Jika terjadi ruptur uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi masih
terbatas pada fascia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun jika fascia
Buck ikut robek, ekstravasasi urin dan darah hanya dibatasi oleh fascia Colles sehingga darah dapat menjalar
hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu robekan ini memberikan gambaran seperti kupu-kupu
sehingga disebut butterfly hematoma atau hematoma kupu-kupu. 1
Pada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah suprapubik dan abdomen
bagian bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan. Bila disertai ruptur kandung kemih, bisa dijumpai
tanda rangsangan peritoneum. Pasien biasanya mengeluh tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian
bawah. 13,17
Kemungkinan terjadinya cedera uretra posterior harus segera dicurigai pada pasien yang telah
didiagnosis fraktur pelvis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, beberapa jenis fraktur pelvis lebih
sering berhubungan dengan cedera uretra posterior dan terlihat pada 87% - 93% kasus. Akan tetapi, banyaknya
darah pada meatus uretra tidak berhubungan dengan beratnya cedera. Teraba buli-buli yang cembung
(distended), urin tidak bisa keluar dari kandung kemih atau memar pada perineum atau ekimosis perineal
merupakan tanda tambahan yang merujuk pada gangguan uretra. Trias diagnostik dari gangguan uretra
prostatomembranosa adalah fraktur pelvis, darah pada meatus dan urin tidak bisa keluar dari kandung kemih. 6
Keluarnya darah dari ostium uretra eksterna merupakan tanda yang paling penting dari kerusakan uretra.
Pada kerusakan uretra tidak diperbolehkan melakukan pemasangan kateter, karena dapat menyebabkan infeksi
pada periprostatik dan perivesical dan konversi dari inkomplet laserasi menjadi komplet laserasi. Cedera uretra
karena pemasangan kateter dapat menyebabkan obstruksi karena edema dan bekuan darah. Abses periuretral
atau sepsis dapat mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat meluas jauh
tergantung fascia yang rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrat urin yang mengakibatkan selulitis dan
septisemia, bila terjadi infeksi. Adanya darah pada ostium uretra eksterna mengindikasikan pentingnya
uretrografi untuk menegakkan diagnosis. 13,14
Siti Saradita
1102012283
Pada pemeriksaan rektum bisa didapatkan hematoma pada pelvis dengan pengeseran prostat ke superior.
Bagaimanapun pemeriksaan rektum dapat diinprestasikan salah, karena hematoma pelvis bisa mirip denagan
prostat pada palpasi. Pergeseran prostat ke superior tidak ditemukan jika ligament puboprostikum tetap utuh.
Disrupsi parsial dari uretra membranasea tidak disertai oleh pergeseran prostat. 14
Prostat dan buli-buli terpisah dengan uretra pars membranosa dan terdorong ke atas oleh penyebaran
dari hematoma pada pelvis. High riding prostat merupakan tanda klasik yang biasa ditemukan pada ruptur
uretra posterior. Hematoma pada pelvis, ditambah dengan fraktur pelvis kadang-kadang menghalangi palpasi
yang adekuat pada prostat yang ukurannya kecil. Sebaliknya terkadang apa yang dipikirkan sebagai prostat
yang normal mungkin adalah hematoma pada pelvis. Pemeriksaan rektal lebih penting untuk mengetahui ada
tidaknya jejas pada rektal yang dapat dihubungkan dengan fraktur pelvis. Darah yang ditemukan pada jari
pemeriksa menunjukkan adanya suatu jejas pada lokasi yang diperiksa. 18
Gejala klinis trauma uretra diantaranya ialah nyeri daerah perineum, nyeri abdomen bawah, nyeri
berkemih atau ketidakmampuan berkemih.13,15,16 Tanda klinis trauma uretra di antaranya ialah a) adanya darah
di meatus di temukan 37 – 93 % pada pasien dengan trauma uretra posterior dan 75 % pasien dengan trauma
uretra anterior b). adanya darah di introitus vagina di temukan lebih dari 80 % pasien wanita dengan trauma
pelvis dan bersamaan dengan trauma uretra. c). Hematuria jumlah perdarahan uretra berkaitan dengan tingkat
keparahan trauma. d). Hematoma atau pembengkakan, pada trauma uretra pola haematom dapat digunakan
dalam identifikasi batasan anatominya. Ekstravasasi darah atau urin dalam suatu distribusi sleeve sepanjang
batang penis mengindikasikan bahwa trauma terbatas pada fascia Buck’s. Gangguan fascia Buck’s
mengakibatkan suatu pola ekstravasasi dibatasi hanya oleh fascia colles’, meluas hingga fascia coracoclavicular
superior dan fascia lata inferior. Keadaan ini mengakibatkan luka memar pola khas kupu-kupu pada perineum.
Pada pasien wanita dengan fraktur pelvis yang berat, adanya pembengkakan labia dapat sebagai indikator
adanya trauma uretra. Hal ini disebabkan oleh ekstravasasi urin dari suatu fistula dan memerlukan perhatian
dengan segera. e). High riding prostat, merupakan temuan yang relatif tidak di percaya pada fase akut karena
haematom pada pelvis terkait dengan fraktur pelvis sering menghalangi palpasi adekuat dari prostat yang kecil
terutama pada pria muda.20
Diagnosis trauma uretra ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(radiologis).
Dari anamnesis kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang (straddle
injury) atau instrumentasi dan ada darah yang menetes dari uretra. Pada ruptur uretra anterior terdapat memar
atau hematom pada penis dan skrotum. Beberapa tetes darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik
cedera uretra. Bila terjadi ruptur uretra total, penderita mengeluh tidak bisa kencing sejak terjadi trauma dan
nyeri perut bagian bawah dan daerah suprapubik. Pada perabaan mungkin ditemukan kandung kemih yang
penuh. 13
Pemeriksaan fisik bisa menunjukkan adanya darah pada meatus atau kelenjar prostat yang melayang
pada pemeriksaan colok dubur. Ekstravasasi darah di sepanjang jalur fasia perineum merupakan indikasi trauma
pada uretra. Adanya temuan pie in the sky dapat diungkapkan dengan sistografi biasanya menunjukkan adanya
gangguan uretra.20
Pemeriksaan radiologis trauma uretra yang sering dilakukan uretrografi retrograd, pemeriksaan ini
harus dilakukan sebelum pemasangan kateter uretra untuk menghindari trauma lebih lanjut pada uretra.
Ekstravasasi kontras menunjukkan lokasi kerusakan. Pengelolaan selanjutnya didasarkan pada temuan
uretrografi dan kombinasi dengan kondisi umum pasien. 1,3,20
Siti Saradita
1102012283
Uretrografi retrograd adalah studi pencitraan standar untuk diagnosis cedera uretra. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan injeksi kontras pelan-pelan 20-30 ml ke dalam uretra. Pemeriksaan dilakukan
untuk melihat ekstravasasi, yang dapat diketahui dengan adanya titik-titik dan lokasi dari gambaran air mata
(urethral tear) pada uretra. 20
Sistokopi dapat menjadi pemeriksaan tambahan yang berharga dalam evaluasi trauma uretra laki-
laki. Pada penanganan akut, kelayakan pemeriksaan endoskopi awal dapat ditentukan. Pada penanganan
tertunda, kualitas uretra dapat dievaluasi untuk perbaikan bedah. Ketika sistoskopi dikombinasikan dengan
uretrografi retrograd dan sistografi, estimasi yang lebih akurat dari panjang striktur dapat diketahui,
memfasilitasi keputusan dalam strategi operasi. 20
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologi yang dapat digunakan adalah uretrografi , USG, CT Scan dan MRI.
Pemeriksaan uretrografi retrograde dapat memberi keterangan letak dan tipe ruptur uretra. Uretrografi
retrograde akan menunjukkan gambaran ekstravasasi, bila terdapat laserasi uretra, sedangkan kontusio uretra
tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya ekstravasasi maka kateter uretra boleh dipasang.13,17
Gambar 7. Ruptur urethra posterior di atas diafragma urogenital intak (trauma urethra tipe II). (a) Trauma
urethra parsial tipe II. Urethrogram retrograde meggambarkan ekstravasasi bahan kontras terbatas pada area di
atas normal cone-shaped bagian proksimal bulbous urethra. Bagaimanapun, bahan kontras mengalir melalui
lumen urethra prostatik ke dalam VU. (b) Trauma urethra komplit tipe II. Urethrogram retrograde
menggambarakan sejumlah besar ekstravasasi bahan kontras tanpa mengalir ke dalam urethra prostatic atau VU.
(c) Ilustrasi trauma urethra tipe II.15
Gambar 9. Ruptur
urethra posterior
meluas melewati
diafragma urogenital
melibatkan bulbous
urethra akibat trauma tumpul (trauma urethra tipe III). (a) Urethrogram retrograde menggambarkan ekstravasasi
Siti Saradita
1102012283
bahan kontras pada urethra membranosa (tanda panah). Bahan kontras meluas bawah diafragma urogenital dan
melingkupi bulbous urethra proksimal. (b) Ilustrasi trauma urethra tipe III.15
Gambar 10 . Gambar dari uretrografi ascending (a) dan uretrografi descending kateter suprapubik (b), diperoleh
dari pasien pria setelah fiksasi pelvis karena kecelakaan lalu lintas, menunjukkan transeksi urethra posterior
komplit yang meluas melalui diafragma urogenital ke urethra anterior tanda panah pada gambar a), dengan
ekstravasasi bahan kontras extraperitoneal (tanda panah hitam pada gambar b). Karena leher vesica urinaria
(tanda panah putih pada gambar b) intak, trauma ini di golongkan sebagai Goldman tipe III. Dasar VU
terelevasi karena hematom pelvis.11
Gambar 11. Trauma urethra leher vesica urinaria (type IV) pada wanita berusia 23 tahun. (a) Cystogram
menggambarkan ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal (tanda panah) yang meluas dari leher VU ke
sebelah bawah (kiri) balon kateter (b) Cystogram yang diperoleh e menit kemudian menggambarkan
ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal progresif.15
Siti Saradita
1102012283
Gambar 12. Trauma urethra tipe IV karena trauma tumpul (a) Urethrogram retrograde menunjukkan
ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal periurethra pada leher VU (tanda panah). VU bentuk pear, indikatif
hematoma perivesical. (b) Ilustrasi gambara trauma urethra tipe IV.15
Gambar 13. Trauma urethra Goldman tipe IV. Gambar dari urethrografi ascending (a) dan urethrografi
descending di lakukan dengan kateter suprapubik (b) pasien pria dengan trauma pelvis menggambrakan
transeksi komplit urethra posterior dengan ekstravasasi bahan kontras ke dalam soft tissue perineal (tanda panah
pada gambar a), gangguan/ trauma leher VU dengan ekstravasasi bahan kontras lanjut (tanda panah pada
gambar b).11
Siti Saradita
1102012283
Gambar 14. Urethrogram retrograde pria 32 tahun dengan trauma dasar vesica urinaria akibat trauma tumpaul
(trauma urethra tipe IV a) menggambarkan ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal yang meluas dari dasar
VU yang terelevasi dan menelilingi urethra proksimal. Pasien ini di diagnose dengan fraktur ramus pubis
superior dan inferior bilateral. (b) Ilustrasi trauma urethra tipe IV a.15
Gambar 16. Trauma urethra anterior akibat trauma tumpul (trauma urethra tipe V). (a). Urethrogram retrograde
menggambarkan rupture komplit bulbous urethra proksimal dengan intravasasi venous luas. (b) Ilustraasi
trauma urethra tipe V.15
Gambar 17. Goldman tipe V. Uretrografi menggambarkan transeksi komplit urethra anterior (tanda panah).11
Gambar 20. Striktur Gonococcal urethral. Urethrogram retrograde menggambarakn suatu segmen irregular,
beaded narrowing pada bulbous urethra distal dengan opafikasi pada duktus Cowper sinistra.15
Gambar 23. Trauma tipe II. CT scan menggambarkan ekstravasasi bahan kontras (tanda panah) pada traktus
urinarius di atas UGD. Balon kateter tampak pada urethra prostatic. 9
Diagnosis banding
Diagnosis banding gambaran uretrografi pada trauma uretra adalah gambaran uretrografi pada uretritis
dan divertikel. Uretritis merupakan inflamasi pada uretra yang dapat di sebabkan oleh bakteri atau virus.
Patogen yang paling umum ialah Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Herpes
simplex, Trichomonas vaginalis, dan organism fekal seperti Escherichia coli dan Streptococcus fecalis. Uretritis
pada pria lebih simptomatik daripada pada wanita.7
Tatalaksana
Komplikasi
Komplikasi dari cedera pada pelvis sulit dibedakan dengan komplikasi akibatpasca uretroplasti atau cedera buli-
buli. Komplikasi dini yang dapat terjadi setelahrekonstruksi uretra adalah infeksi, hematoma, abses periuretral,
fistel uretrokutan. danepididimitis. Sedangkan komplikasi lanjut yang sering terjadi, yaitu:
1. Impotensi
Ditemukan 13-30% dari penderita dengan fraktur pelvis dan pada cederauretra yang dirawat dengan
pemasangan kateter. Cedera pada saraf parasimpatis penil merupakan penyebab terjadinya impotensi
setelah fraktur pelvis.
2. Inkontinesia
Insiden terjadinya inkontinensia urine rendah ( 2-4 %), dan disebabkan oleh kerusakan pada Bladder Neck .
Oleh karena itu, inkontinensia meningkat pada penderita yang dilakukan Open Bladder Neck sebelum
dilakukan operasi.
3. Striktur
Setelah dilakukan rekonstruksi rupture uretra posterior, 12-15% penderitaterbentuk striktur. Biasanya 96%
kasus berhasil ditangani dengan dilakukan penangansecara endoskopi.
Prognosis
Jika komplikasinya dapat dihindari, prognosisnya sangat baik. Infeksi saluran kemih akan teratasi
dengan penatalaksaan yang sesuai.
Pencegahan
Daftar Pustaka
1. Purnomo, B. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2008. hal. 93-9.
2. Anonym, anatomi dan fisiologi traktur urinarius.. Diunduh dari: http://digilib.unimus.ac.id
/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-langgengse-5657-2-babii.pdf
Siti Saradita
1102012283
3. Cumming J.urethral trauma. diunduh dari http :emedicine.medscape.com/article/451797-
workup#showall
4. McAninch JW. Smiths General Urology. 17 th edition. New York: McGraw Hill;2008.p.278-93
5. Anonym, Notes of male reproductive anantomy. Diunduh dari : http://legacy.owensboro.
Kctcs.edu/gcaplan/anat2/notes/APIINotes2%20male%20reproductive%20anatomy.htm Diakses pada
hari selasa, tanggal 13 April 2013.
6. Rosentein DI, Alsikafi NF. Diagnosis and Classification of urethral Injuries. Uro; clin N Am. 2006;
33:73-85
7. Vorvick LJ. Traumatic injury of the bladder and urethra. 2010. Diunduh dari :
http://adam.about.net/encyclopedia/infectiousdiseases.htm
8. Rembacz J. Genitourinary Trauma. State of Illinois Trauma Nurse Specialist Program
9. Ali M, Safriel Y, Sclafani SA, Schulze R. CT Signs of Urethral Injury. Radiographics. 2003;23:951-63
10. Bockholt NA, Nepple KG, Powell CR. Traumatic Urethral Injury without Pelvic Fracture in Adult
Female. The Scientific World Journal. 2010; 10:308-10
11. Ingram MD, Watson SG, Skippage PL, Patel U. Urethral Injury After Pelvic Trauma: Evaluation with
Urethrography. Radiographics. 2008;28:1631-43
12. Brandes S. Initial management of anterior and posterior urethral injuries . In : McAninch JW, Resinck
MI, editors. Urologic clinics of north america. Philadelpia : Elseivers Sanders; 2006. p. 87-95
13. Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2005. p. 770-2
14. Tanago EA. Injuries to the genitourinary tract. In: McAnich, editor. Smith General Urology. 17th edition.
United States of America: MC Graw Hill;2008. P.278-93
15. Kawashima A, Sandler CM, Wasserman NF, LeRoy A, King BF, Goldman SM. Imaging of Urethral
Disease: A Pictorial Review. RadioGraphics. 2004; 24:S195-S216
16. Ryan S, Mc Nicholas M, Eustace S. The central nervous system. In : Anatomy for diagnostic imaging.
2nd ed. Philadelphia : Elsevier; 2004.p 64-8
17. Bhatt S, Kocakoc E, Rubens DJ, Seftel AD, Dogra VS. Sonographic Evaluation of penil Trauma. J
Ultrasound Med 2005; 24: 993-1000
18. Reynard J, Brewster S, Biers S. Oxford handbook of urology. England: Oxford University; 2006. p. 442-
7
19. Wein AJ, Kavoussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA. Campbell-walsh urology. 9th Edition.
Philadelphia : Saunders elsevier; 2007
20. Daller M, Carpinto G. Genitourinary trauma and emergencies. In : Siroky MB, Oates RD,Babayan RK,
editors. Handbook of urology diagnosis and therapy. 3 rd Edition. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins;2004.p. 165-82
21. Sander aleq. Male urethra. Diunduh dari : http://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/13/ urethra-male/
Diakses pada hari selasa, tanggal 03 April 2013.
22. Anonym. Trauma : The lower urinary and genital tract : The general method for an injury of the lower
urinary tract. Diunduh dari: http://www.primary-surgery.org/ ps/vol2/html/sect0300.htm. Diakses pada
hari Selasa, tanggal 03 April 2013.
23. Pineiro LM, Djakov M, Plas E, et al. EAU guidelines on urethral trauma. European Urology 57 (2010)
79-803. Diunduh dari: http://www.europeanurology.com/article/ S0302-
2838(10)000242/pdf/EAU+Guidelines+on+Urethral+Trauma. Diakses pada hari Selasa, tanggal 03
April 2013.