Disusun oleh :
Hafidh Bagus Aji Prasetyo
22010119220137
Penguji :
dr. Rina Pratiwi, M.Si.Med, Sp.A(K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 22010119220137
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Diponegoro
Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia Nya, sehingga Laporan Kasus “Seorang Anak Laki-
Laki 10 Tahun 1 Bulan Dengan Demam Dengue” ini dapat penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menempuh
kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi yang
membutuhkan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
Tabel 1. Food Recall..................................................................................................................8
Tabel 2. Pemeriksaan Hematologi...........................................................................................16
Tabel 3. Pemeriksaan Hitung Jenis………………………………………………………… 16
Tabel 4. Pemeriksaan Serologi.................................................................................................17
Tabel 5. Daftar Masalah...........................................................................................................17
Tabel 6. Kebutuhan Nutrisi......................................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 1. Pedigree....................................................................................................................5
Gambar 2. Berat Badan Menurut Umur. WAZ : > persentil 50.............Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3. Panjang Badan Menurut Umur. HAZ : > persentil 50...........................................11
Gambar 4. Berat Badan Menurut Panjang Badan. WHZ : > persentil 50................................12
Gambar 5. Perjalanan Demam Dengue....................................Error! Bookmark not defined.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Dengue (Dengue Fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albocpictus. Demam dengue menyebar ke manusia melewati gigitan nyamuk
betina Aedes. Demam Dengue sering terjadi di wilayah tropis dan subtropis, salah
satunya adalah wilayah asia tenggara. World Health Organization (WHO) pada 2009
menetapkan Indonesia sebagai salah satu negara hiperendemik dengan jumlah provinsi
yang terkena DB sebanyak 32 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia dan 355
kabupaten/kota dari 444 kota terkena demam dengue. Setiap hari dilaporkan, sebanyak
380 kasus DBD dan 1-2 orang meninggal setiap hari.1 Indonesia juga dilaporkan
sebagai negara ke-2 dengan kasus terbesar diantara 30 negara wilayah endemis.
Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada Februari
2019, sudah tercatat 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak
terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, dan Kupang.2 Data dari Ditjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2012 menunjukkan bahwa laju kejadian demam Dengue setiap 100 ribu
penduduk masih cukup tinggi.2
Penyakit demam dengue disebabkan oleh virus family Flaviviridae, genus
Flavivirus yang mempunyai 4 serotipe yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4. Virus ini
ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Perjalanan penyakit dengue sulit diramalkan,
manifestasi klinis bervariasi mulai dari asimtomatik, simtomatik (demam dengue,
DBD), DBD dapat tanpa syok atau disertai syok (SSD). Manifestasi klinis mulai dari
infeksi tanpa gejala demam, demam dengue dan demam berdarah dengue, ditandai
dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji
tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan
kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.3
Oleh sebab itu, pada penulisan ini penulis ingin membahas mengenai dampak
yang dapat ditimbulkan oleh karena virus dengue, yang memerlukan perhatian dari para
tenaga kesehatan agar dapat menegakkan diagnosis dan melakukan penanganan yang
1
tepat terhadap penyakit tersebut. Pada tulisan ini akan disajikan kasus anak dengan
demam dengue yang mendapatkan perawatan rawat inap di bangsal anak Rumah Sakit
Umum Pusar Dr Kariadi.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara membuat diagnosis
dengan tepat berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang pada pasien yang terinfeksi virus dengue dan menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pada pasien selanjutnya, serta mengetahui
tindakan pengobatan yang diberikan sesuai dengan penulisan ilmiah berdasarkan
kepustakaan atau prosedur yang ada.
C. MANFAAT
Penulisan laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media belajar bagi
mahasiswa kedokteran sehingga mampu menegakkan diagnosa dan mampu mengelola
pasien dengan permasalahan seperti pada pasien ini secara komprehensif dan holistik,
serta mengetahui prognosis penyakit.
2
BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. KRA
Agama : Islam
No. CM : C4037281
Bangsal : CI L1
Umur : 34 tahun
Pendidikan : S1
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
3
B. DATA DASAR
1. ANAMNESIS
Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan orang tua penderita.
a. Keluhan Utama: Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS pasien mengalami demam, ibu pasien tidak mengukur suhu tubuh
pasien dan belum memberikan obat apapun. Selain itu, pasien mengeluhkan pusing,
lemas (+), nyeri otot (+), mual (-), muntah (-), penurunan nafsu makan (+), batuk (-),
pilek (-), diare (-), nyeri telan (-), mata berair (-), bintik merah pada kulit (-), gusi
berdarah (-), ruam pada tubuh (-), mata cowong (-), BAK darah (-), nyeri saat BAK (-).
BAB normal (+), ampas (+), warna kuning kecoklatan, darah (-), lendir (-). Kemudian
pasien dibawa puskesmas, Di Puskesmas anak diberikan obat parasetamol. Demam
turun dengan pemberian parasetamol kemudian naik kembali. Pasien juga tidak
memiliki riwayat berpergian kedaerah endemis.
4 jam SMRS pasien mengalami demam dan mengeluhkan pusing, lemas (+),
pucat (+), mual (+), muntah (+). Muntah terjadi hanya 1x dalam 24 jam. Muntahan
yang keluar berupa makanan dan cairan yang dikonsumsi sebelumya, banyaknya sekitar
½ gelas belimbing. Mata cowong (-), BAK 2 jam yang lalu berwarna kuning jernih.
Kemudian pasien dibawa ke IGD RSDK. Saat di IGD demam mencapai 39⁰C. Pasien
diberikan obat parasetamol. Pasien direncakan untuk rawat inap dan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
4
Gambar 1. Pedigree
5
a. Bersama/ umum/ lainnya
b. Sendiri (skor : 0)
5. Sumber air minum :
a. Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan
b. Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi (skor : 0)
6. Sumber penerangan utama :
a. Bukan listrik
b. Listrik (PLN/non PLN) (skor : 0)
7. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari :
a. Kayu/ arang/ minyak tanah
b. Gas/ listrik (skor: 0)
8. Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli daging/ susu/ ayam :
a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 1)
b. Dua kali atau lebih
9. Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan :
a. Satu kali/ dua kali (skor : 0)
b. Tiga kali atau lebih
10. Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/ untuk setiap/
sebagian besar anggota keluarga :
a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 0)
b. Lebih dari satu kali
11. Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat ke Puskesmas
atau Poliklinik :
a. Ya (skor : 0)
b. Tidak
12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga :
a. Tidak bekerja/ pertanian padi/ palawija
b. Perkebunan/ peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/ angkutan/ jasa
lainnya (skor : 0)
13. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga :
a. SD/ MI ke bawah/ SLTP
b. SLTA ke atas (skor : 0)
14. Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-masing bernilai
paling sedikit Rp 500.000,- :
6
a. Tidak ada
b. Tabungan/emas/TV berwarna/ternak/sepeda motor (skor : 0)
Jumlah skor : 2
Kriteria BPS: Jumlah skor <9 = tidak miskin, jumlah skor ≥ 9 = miskin. Keluarga ini
termasuk dalam keluarga tidak miskin menurut kriteria BPS.
g. Riwayat kelahiran
Pasien dilahirkan dari ibu G2P1A0 usia 24 tahun. Lahir normal, hamil aterm,
persalinan ditolong oleh bidan, berat bayi lahir 3200 gram, panjang badan lupa, lahir
langsung menangis, tidak biru, tidak kuning. Selama hamil ibu rutin melakukan
pemeriksaan kehamilan setiap bulan di Bidan. Riwayat sakit saat hamil disangkal.
Riwayat mengkonsumsi obat di luar resep dokter dan jamu disangkal.
i. Riwayat kontrasepsi
7
Saat ini ibu pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi.
j. Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x, scar (+) (1 bulan)
DPT : 3x (2, 4, 6 bulan)
Polio : 4x (0, 2, 4, 6 bulan)
Hepatitis B : 3x (0, 1, 6 bulan)
Campak : 1x (9 bulan)
Booster : MR dan DT (kelas 1 SD)
Booster : Td (Kelas 2 SD)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia dan booster (+)
6 – 12 bln : Susu formula + 8x per hari + bubur tim bayi, lauk, sayur
( per hari habis)
Food Recall
8
Kesan : Kualitas cukup dan kuantitas cukup
Pertumbuhan :
Longitudinal :
Berat badan lahir 3200 gram, panjang badan 57 cm
Berat badan dan tinggi badan sebulan lalu tidak diukur
Berat badan sekarang 38 kg, tinggi badan sekarang 140 cm
Kesan : tidak dapat dinilai
Cross Sectional :
Lingkar Kepala : 52 cm
BMI : 19,4
9
10
.
11
Gambar 3. Panjang Badan Menurut Umur. HAZ : > persentil 50
12
Overview pertumbuhan:
Gizi baik
Perawakan normal
BB sesuai
Mesosefal
Perkembangan
Saat ini anak duduk di kelas 5 SD. Anak dapat mengikuti kegiatan dan belajar
dengan baik. Anak tidak pernah tinggal kelas. Hubungan anak dengan keluarga
dan teman sebaya baik.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sadar, aktif, tidak kejang, tidak sesak, terpasang infus, nafas
spontan adekuat.
Tanda vital :
RR : 23 x / menit
13
Suhu : 37,1°C.
Kepala : Mesosefal
Mulut : pucat (-), mukosa kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorokan : T1-1, eksudat (-), faring hiperemis (-), kripte (-), detritus (-)
Dada
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tak ada bagian yang
tertinggal waktu bernafas, retraksi (-).
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler
Jantung
14
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V, 2 cm medial linea
medioklavikularis sinistra, tidak kuat angkat.
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, irama reguler, gallop (-), bising
(-).
Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan suprapubis (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Ekstremitas
Superior Inferior
15
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
16
Hitung Hasi Satuan Nilai Normal Keterangan
Jenis l
Eosinofil 1 % 1-5 N
Basofil 0 % 0-0 N
Batang 4 % 2-5 N
Segmen 38 % 50-70 L
Limfosit 51 % 28-48 H
Monosit 6 % 4-8 N
SEROLOGI
Dengue IgG/IgM
Dengue IgG +/Positif
Dengue IgM -/Negatif
Tabel 4. Pemeriksaan Serologi
C. DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tgl No. Masalah Pasif
.
1 Demam dengue 6/6/2
0
2 Trombositopenia 6/6/2
0
3 Leukopenia 6/6/2
0
4 IgG (+), IgM (-) 6/6/2
0
Tabel 3. Daftar Masalah
D. DIAGNOSIS
1. DIAGNOSIS BANDING
17
2. Demam tifoid
2. DIAGNOSIS KERJA
1. Demam Dengue
2. Gizi baik, BB sesuai, Perawakan normal
O: -
Rx : Infus RL 30 ml/jam
Ex :
18
BB sekarang : 38 kg BB ideal : 32 kg
RL 480 cc - -
F. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi
19
Demam dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang sekarang lebih dikenal sebagai genus Flavivirus. Virus ini memiliki empat jenis
serotipe yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Antibodi yang terbentuk dari infeksi
salah satu jenis serotipe tidak memberikan perlindungan yang memadai untuk serotipe lain.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan paling banyak menimbulkan
manifestasi klinis yang berat.1
Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk aedes dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yakni dua hari sebelum panas hingga 5 hari setelah demam
timbul. Virus yang terdapat pada kelenjar liur kemudian berkembang biak dalam waktu 8-10
hari dan selanjutnya dapat ditularkan kepada manusia lain melalui gigitan. Sekali virus masuk
dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut dapat menularkan virus
(infektif) sepanjang hidupnya. 3,4
B. Epidemiologi
20
C. Etiologi
Virus dengue termasuk genus Flavivirus dari keluarga flaviviridae dengan ukuran 50
8
nm dan mengandung RNA rantai tunggal. Hingga saat ini dikenal empat serotipe yaitu
DEN-1,DEN-2,DEN-3 dan DEN-4.5,6 Virus dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes dari
subgenus Stegomya. Aedes aegypty merupakan vektor epidemik yang paling penting
disamping spesies lainnya seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis yang merupakan
vektor sekunder dan epidemi yang ditimbulkannya tidak seberat yang diakibatkan Aedes
aegypty.6
D. Patogenesis
Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak didalam
sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
Respon imun humoral atau seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi mulai
terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang ada telah meningkat. Antibodi
terhadap virus Dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam pada hari ke 5,
meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari.
Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi
sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi primer hanya
dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima, sedangkan pada
infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan
IgM yang cepat.
21
Demam Berdarah Dengue memiliki beberapa fase yaitu fase febris, fase kritis dan
fase pemulihan.7
a. Fase febris
Pada fase ini akan dijumpai demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka
kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada
sejumlah kasus dapat pula ditemukan nyeri tenggorok, infeksi faring, anoreksia, mual dan
muntah. Tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa dapat ditemukan pada fase ini,
perdarahan pada gastrointestinal dan pervaginam mungkin terjadi walaupun jarang ditemukan
gejala tersebut.
b. Fase Kritis
Fase ini terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan adanya penurunan suhu
tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya
berlangsung selama 24 – 48 jam. Lekopeni yang progresif dan adanya penurunan jumlah
trombosit umumnya mendahului sebelum terjadinya kebocoran plasma.
c. Fase Pemulihan
Pada fase ini, tubuh secara perlahan kembali membaik. Cairan yang berada di
ekstravaskuler masuk ke intravaskuler secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya. Keadaan
umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis
membaik.
22
Gambar 5 Perjalanan Demam Dengue
E. Manifestasi Klinis
Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu
demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah (circulatory failure). Patofisiologi yang membedakan dan menentukan drajat penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Dengue (DD) yaitu peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, trombositopeni, dan distesis
hemoragik. Umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti dengan
fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat.8
F. Diagnosis
23
Kriteria Klinis :4
- Demam: onset akut, tinggi dan terus menerus selama 2-7 hari.
- Terdapat manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif (yang paling sering),
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi dan hematemesis dan/atau
melena.
- Hepatomegali.
- Syok yang ditandai dengan takikardi, nadi lemah dan tekanan nadi yang sempit (< 20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang teraba dingin dan lembab dan/atau gelisah.
Kriteria Laboratorium:
G. Tatalaksana
Manajemen klinis pada dengue, pasien dibagi menjadi 3 kriteria yaitu A,B dan C.
Kriteria ini dibentuk berdasarkan ada atau tidak tanda bahaya (warning sign) pada kasus
dengue yang ditangani seperti nyeri perut, muntah, terdapat akumulasi cairan, perdarahan
mukosa, letargi, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring dengan
penurunan jumlah trombosit yang cepat.4
24
Pada kriteria A, pasien tidak memiliki warning sign dan pasien umumnya dapat
dipulangkan. Namun, pasien harus dilakukan monitor dengan rutin melakukan pemberian
cairan, ada buang air kecil setidaknya 1 kali dalam 6 jam dan tidak terdapat warning sign.
Pasien dengan sakit > 3 hari harus diperiksa sel darah putih, trombosit dan hematokrit untuk
memantau perkembangan penyakitnya terutama pada masa kritis. Pasien dengan hematokrit
yang stabil dapat dipulangkan dengan terus memantau kondisi pasien, apabila terjadi
perburukan atau timbulnya warning sign maka segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat. Penatalaksanaan yang dapat diberikan adalah pemberian intake cairan yang adekuat
untuk mengganti setiap cairan sesuai dengan demam dan muntah pada pasien. Pemberian
cairan dilakukan secara sedikit-sedikit dan sering karena pasien umumnya mual dan muntah.
Cairan yang dapat diberikan adalah seperti air kelapa, jus buah, sup, cairan rehidrasi oral
yang juga membantu apabila terdapat penurunan elektrolit. Pemberian Paracetamol 10
mg/kg/dosis sebanyak 3-4 kali per hari dapat diberikan apabila pasien masih terdapat gejala
demam. Pasien juga disarankan untuk kembali ke pelayanan kesehatan apabila terdapat
warning sign atau tidak adanya perbaikan dari gejala yang dimiliki.4,9
Pada kriteria B, pasien akan dilakukan rawat inap karena pasien memiliki warning
sign, atau DBD yang diperberat seperti hamil, hipertensi, gagal ginjal atau memiliki
permasalahan social seperti tinggal sendirian atau berada jauh dari pusat kesehatan.
Pemberian cairan pada pasien kriteria B harus dilakukan untuk menghindari perkembangan
penyakit menjadi status syok.Terapi yang diberikan pada pasien adalah pemasangan infus
cairan isotonik RL atau NaCl 0,9%. Pemberian cairan dimulai dengan 5-7 ml/kgbb/jam untuk
1-2 jam pertama, kemudian dikurangi menjadi 3-5 ml/kgbb/jam untuk 2-4 jam selanjutnya,
kemudian dikurangi menjadi 2-3 ml/kgbb/jam atau maintenance cairan sesuai dengan
manifestasi klinis yang didapat. Periksa kembali nilai hematokrit pasien, jika ada perbaikan
atau terjadi peningkatan sedikit maka ulangi pemberian cairan 2-3 ml/kgbb/jam selama 2-4
jam. Jika tanda vital menurun dan terjadi peningkatan hematokrit secara cepat maka
pemberian cairan ditingkatkan 5-10 ml/kgbb/jam selama 1-2 jam. Berikan maintenance
cairan 24-48 jam apabila perfusi jaringan dan urine output dalam kondisi baik. Lakukan
pemantauan tanda vital, hematokrit, balance cairan sebelum dan sesudah diberikan cairan
atau setiap 6-12 jam sekali.4,9
Kriteria C merupakan pasien dengan kondisi dengue berat karena berada pada kondisi
kritis yang umumnya disertai kebocoran plasma yang berat yang dapat menyebabkan syok
atau respiratory distress, perdarahan dan gangguan organ. Pasien pada kondisi ini harus
25
segera dirawat di pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas transfusi darah apabila terjadi
perdarahan masif pada pasien.4,9
Kriteria Pulang
- Hematokrit stabil
H. Pencegahan
26
Masyarakat perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan penyakit DBD dengan
menjaga kebersihan lingkungan supaya dapat menghilangkan sarang atau tempat perindukan
nyamuk. Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:
– Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan
air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es,
tempat minum burung, vas bunga, dan lain-lain sekurang-kurangnya 7 hari sekali;
– Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum,
toren air, dan sebagainya;
– Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk
jadi tempat perkembangbiakan nyamuk atau kalau tidak memungkinkan dibuang
dengan cara menguburnya.
Adapun pengasapan (fogging) merupakan upaya pencegahan yang kurang efektif, bila
tidak disertai PSN, karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Apabila akan dilakukan juga
harus memenuhi persyaratan tertentu. Menurut Pedoman Kemenkes RI tahun 2007, kegiatan
pengendalian vektor dengan pengasapan atau fogging fokus dilakukan di rumah
pasien/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan menjadi sumber penularan.
Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi (PE) positif yaitu ditemukan
penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan tiga atau lebih orang dengan demam tanpa
sebab dan ditemukan jentik > 5%. Fogging dilaksanakan dalam radius 200 meter dan
dilakukan dua siklus dengan interval kurang lebih 1 minggu.
27
BAB IV
RINGKASAN
Telah dilaporkan sorang anak laki-laki usia 10 tahun 1 bulan, berat badan 38 kg
dan tinggi badan 140 cm datang dengan keluhan demam 3 hari.
Dari anamnesis didapat anak mengalami pasien mengalami demam, ibu pasien
tidak mengukur suhu tubuh pasien dan belum memberikan obat apapun. Selain itu,
pasien mengeluhkan nyeri kepala, nyeri otot badan terasa lemas dan nafsu makan
menurun. BAK dan BAB anak normal pusing. Tidak ditemukan keluhan lain pada anak
Kemudian pasien dibawa puskesmas, Di Puskesmas anak diberikan obat parasetamol.
Demam turun dengan pemberian parasetamol kemudian naik kembali. 4 jam SMRS
28
pasien mengalami demam dan mengeluhkan pusing, lemas , pucat , mual, muntah .
Muntah terjadi hanya 1x dalam 24 jam. Muntahan yang keluar berupa makanan dan
cairan yang dikonsumsi sebelumya, banyaknya sekitar ½ gelas belimbing. Mata
cowong (-), BAK 2 jam yang lalu berwarna kuning jernih. Kemudian pasien dibawa ke
IGD RSDK. Saat di IGD demam mencapai 39⁰C. Pasien direncakan untuk rawat inap
dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut
Dari keadaan umum anak tampak sadar, tidak sesak, nafas spontan adekuat,
terpasang infus. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan pada anak, dimulai
dari tanda vital, sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal dan
sistem muskuloskeletal. Dari pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin
didapatkan trombositopenia dan leukopenia, sedangkan pemeriksaan serologi
menunjukkan IgM (-) dan IgG (+).
Tatalaksana yang diberikan kepada anak saat ini adalah berupa infus RL 30
ml/jam dan parasetamol 250 mg/oral (bila demam ≥ 38⁰C). Diet yang diberikan adalah
berupa nasi 3x1, susu 3x200 cc, air putih 3x200 cc. Rencana terapi gizi telah mencakup
kebutuhan energi anak dalam 24 jam.
Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah ad bonam,
untuk fisiologi tubuh (quo ad function) adalah ad bonam dan untuk kesembuhan (quo
ad sanationam) adalah ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsin, A. Arsunan. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indonesia.
Masagena Press, 2013.
29
4. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. World Health
Organization, 2009.
5. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi penyakit demam
berdarah di Indonesia Tahun 2017. Infodatin. Jakarta: 2018
6. Halstead CB. Dengue hemorrhagic fever: two infections and antibody dependent
enhancement, a brief history and personal memoir. Rev Cubana Med Trop 2010;
54(3):h.171-79
9. Zein Dila, Hapsari MM, Farhanah Nur. Gambaran Karekteristik Warning sign WHO
2009 pada penyakit demam berdarah dengue(DBD) anak dan dewasa. Media Medika
Muda 2015;4(4):609-617.
10. Karyanti MR. Diagnosis dan tata laksana terkini dengue. Dep Ilmu Kesehat Anak
RSUPN Cipto Mangunkusumo FKUI FKUI. 2015;(DD):1–14.
11. Priesley F, Reza M, Rusdji SR. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk
dengan Menutup, Menguras dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) terhadap
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Andalas. J Kesehat Andalas.
2018;7(1):124.
30