Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS KERUSAKAN PISTON PADA ENGINE C18

FAILURE ANALYSIS OF PISTON ON THE ENGINE C18

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Program Studi mesin Otomotif
Konsentrasi Alat Berat
Di Politeknik TEDC Bandung

Oleh :
FALBERT ALMAN SAMOSIR
E51171011

KONSENTRASI ALAT BERAT


PROGRAM STUDI MESIN OTOMOTIF
POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KERUSAKAN PISTON PADA ENGINE C18

FAILURE ANALYSIS OF PISTON ON THE ENGINE C18

Tugas Akhir ini telah disahkan dan diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III
Program Studi Mesin Otomotif Konsentrasi Alat Berat
Politeknik TEDC Bandung

Cimahi, September 2020

FALBERT ALMAN SAMOSIR


E51171011
Menyetujui
Penguji I Penguji II

Didid Dwi Santoso, M.T Budi Setiawan


NIDN. 0414077006 Human Resource
Supervisor
PT Trakindo Utama

Ketua Program Studi Pembimbing


Mesin Otomotif

Didid Dwi Santoso, M.T Trisno Yuwono, M.Pd


NIDN. 0414077006 NIDN.
0424095701

Mengetahui
Wakil Direktur I

i
Castaka Agus S, M.Kom, MCS
NIDN. 0410048704

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Falbert Alman Samosir
NIM : E51171011
Jurusan/Program Studi : Alat Berat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir ini benar-benar merupakan


hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya seni dari orang lain.
Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk sesuai dengan cara-cara
penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam Tugas Akhir
ini tekandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari siapa pun, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Cimahi, 23 Agustus 2020

Falbert Alman Samosir

ii
ABSTRAK
Perkembangan teknologi alat berat dewasa ini sangat berkembang pesat.
Dengan adanya teknlogi baru, akan membantu bagi kemudahan dan kelancaran
perawatan dan kemudahan penggunaan alat berat itu sendiri sehingga kinerja alat
berat itu akan maksimal dan hasil produksi pun akan maksimal.
Untuk membuat kinerja yang maksimal dari alat berat itu sendiri perlu
didukung dari kinerja sistem-sistem didalam nya. Dan salah satu sistem yang turut
membantu kinerja dari alat berat adalah lubrication system. sistem ini berfungsi
untuk mengurangi keausan pada komponen-komponen yang bergesekan.
Tujuannya agar komponen-komponen pada engine tidak mengalami kerusakan
akibat gesekan yang terjadi. Apabila oil filternya tersumbat maka akan
mengakibatkan gangguan pada sistem pelumasan khususnya pada komponen
liner, piston, oil ring, ring tengah piston.
Jika piston oil ring mengalami kebocoran, maka akan dapat
mengakibatkan oil akan masuk keruang bakar. hal itu menyebabkan kosumsi oil
yang berlebih.
Kata Kunci : oil filter, piston, lubrication sytem, Engine C18, Analisis

iii
ABSTRACT

The development of mature heavy equipment technology is growing


rapidly. With new technologies, will help to ease and smoothness of care and ease
of use of heavy equipment itself so that the engine performance will be maximized
and the production would be maximized.

To make the maximum performance of the engine it self needs to be


supported from the performance of the system in it. And a system that helps the
performance of the engine is lubrication system. This system serves to reduce
wear on the components rub against each other. The goal is that the components
in the engine is not damaged due to friction. when the oil filter is clogged, it will
cause interference with the lubrication system components, especially the piston
component liner, oil ring, piston rings middle.

If the piston ring oil leak, it will cause oil into the combustion chamber, it
causes excessive oil consumption.

keywords: Oil Filter, Piston, Lubrication Sytem, Engine C18, Analisis

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan ….
Untuk yang tercinta dan tersayang ….

Ayahku Rajiman Samosir tulang punggung keluargaku ….


Ibuku Pengarapen Sebayang, S.Pd yang selalu menungguku di rumah ….

Saudariku ….
Finka Dinara Alman Samosir ….

Kekasihku ….
Christina Mediana Cindy Khairany Simangunsong, S.KM

Saudara Sperjuangan ….
Keluarga Besar Alat Berat Politeknik TEDC Bandung dan Teman satu kampung
Ocstar, Ramdhani, Tomichandra, Tomi Try Admaja yang saya banggakan
Serta kampusku yang selalu istimewa ….

Politeknik TEDC Bandung

Terimakasih Semua ….

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan yang Maha ESA yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan baik. Dalam
penyusunan tugas akhir ini penulis mengambil judul ”ANALISIS KERUSAKAN
PISTON PADA ENGINE C18 ”.
Penyusunan Tugas Akhir ini di buat untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian akhir / sidang Diploma III (D3) program studi Teknik Otomotif,
konsentrasi alat berat di politeknik TEDC Bandung.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari akan keterbatasan,
hambatan dan rintangan, serta penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta doanya, hingga terselesainya
penyusunan karya tulis ini, dan tak lupa juga penulis ingin memberikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Gerinata Ginting, S.E., M.M selaku Direktur Politeknik TEDC
Bandung
2. Bapak Castaka Agus S, M.Kom, MCS selaku Wakil Direktur I Bidang
Akademik Politeknik TEDC Bandung
3. Bapak Didid Dwi Santoso M.T. Selaku Ketua Program Studi Mesin Otomotif
Politeknik TEDC Bandung
4. Bapak Trisno Yuwono, M.Pd. selaku pembimbing dan arahan maupun
petunjuk kepada penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Pimpinan serta segenap karyawan PT. Trakindo Utama, terutama bapak Budi
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan On
Job Training (OJT) dalam rangka mempelajari lubrication system khususnya
pada engine C18 yang penulis sajikan sebagai topik yang dibahas dalam tugas
akhir ini.

vi
6. Papa Rajiman Samosir dan Mama Pengarapen Sebayang tercinta, yang selalu
saya banggakan kapanpun, dan dimanapun yang telah memberikan Doa,
motivasi, kasih sayang, materi, dan segala-segalanya yang tidak akan pernah
terukur nilainya serta tidak ada kata yang pantas diucapkan untuk membalas
budi mereka.”Baktiku Untukmu Selalu”
7. Adik tercinta Finka Dinara Alman Samosir yang selalu memberikan semangat
dan dukungan.
8. Kekasih saya Christina Mediana Cindy Khairany Simangunsong, S.KM. yang
selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
9. Para sahabat anak-anak RENA PRABUMULIH saya ucapkan banyak terima
kasih atas dukungan yang selama ini telah diberikan kepada saya.
10. Ibu kost, terima kasih atas kebaikan dan keramah-tamahan yang telah
diberikan kepada saya selama saya mengontrak.
11. Teman-teman sesama kampung halaman dan sekontrakan, Ramdhani
Amrullah, Ocstar Julian Pratama, Tomy Chandra, Tomi Try Atmaja
terimakasih untuk bantuan dan dukungannya.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.
Semoga Tuhan yang Maha ESA senantiasa memberikan perlindungan dan
balasan yang lebih baik di kemudian hari. Semoga amal baik kita diterima disisi-
Nya.
Akhir kata, penulis berharap pembuatan tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan khususnya bagi penulis sendiri untuk di masa yang akan
datang. Amin.

Cimahi, 23 Agustus 2020

Falbert Alman Samosir

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
LEMBAR PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBARix
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penulisan 2
1.5 Manfaat Penulisan 2
1.6 Metode Pengumpulan Data 3
1.7 Sistematika Penulis 3
BAB II LANDASAN TEORI 5
2.1 Teori Dasar Engine 5
2.2 Prinsip Kerja Engine Diesel Empat Langkah 6
2.3 Sistematika Pelumasan Engine 10
2.4 Komponen Sistem Pelumasan 12
2.5 Piston 20
2.6 Komponen Piston 21
2.7 Contaminant 21
BAB III METODE PENELITIAN 39
3.1 Konsep Penelitian 39
3.2 Teknik Pengumpulan Data 39

viii
3.3 Tempat Penelitian 39
3.4 Jadwal Penelitian 39
3.5 Diagram Alur Penelitian 41
3.6 Keterangan Tahap Prosedur Penelitian 42
3.7 Alat dan Bahan Analisa43
3.8 Macam – Macam Kerusakan Pada Piston 44
BAB IV PEMBAHASAN KERUSAKAN PISTON PADA ENGINE C18
49
4.1 Flow Chart 49
4.2 Analisis Kerusakan Piston Pada Engine C18 50
4.3 Akibat Kerusakan Piston Pada Engine C18 55
4.4 Cara Meminimalisir dan Mencegah Kerusakan Piston Pada Engine C18
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1 Kesimpulan 56
5.2 Saran 56
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Engine C18...................................................................................... 5


Gambar 2.2 Intake Stroke.................................................................................... 6
Gambar 2.3 Compression Stroke......................................................................... 7
Gambar 2.4 Power Stroke................................................................................... 8
Gambar 2.5 Exhaust Stroke................................................................................. 9
Gambar 2.6 Siklus Diesel Empat langkah........................................................... 10
Gambar 2.7 Lubrication System.......................................................................... 12
Gambar 2.8 Oil Pan............................................................................................ 13
Gambar 2.9 Suction Bell..................................................................................... 13
Gambar 2.10 Oil Pump....................................................................................... 14
Gambar 2.11 Relief Valve................................................................................... 14
Gambar 2.12 Oil Filter........................................................................................ 15
Gambar 2.13 Bypass Valve................................................................................. 16
Gambar 2.14 Oil Cooler...................................................................................... 16
Gambar 2.15 Bypass Valve................................................................................. 17
Gambar 2.16 Turbocharger................................................................................. 18
Gambar 2.17 Oil Supply to Engine..................................................................... 18
Gambar 2.18 Piston Cooling Jet......................................................................... 19
Gambar 2.19 Pelumasan Cylinder...................................................................... 19
Gambar 2.20 Crankcase Breather....................................................................... 20
Gambar 2.21 Piston............................................................................................. 20
Gambar 2.22 Komponen Piston.......................................................................... 21
Gambar 2.23 Operation System ......................................................................... 23
Gambar 2.24 Gesekan Awal .............................................................................. 23
Gambar 2.25 Pemanasan .................................................................................... 24
Gambar 2.26 Liners Analysis ............................................................................. 24

x
Gambar 2.27 Tanda – Tanda Operasi Normal ................................................... 25
Gambar 2.28 Rim Crack ..................................................................................... 25
Gambar 2.29 Carbon Cutting ............................................................................. 26
Gambar 2.30 Endapan Carbon ........................................................................... 26
Gambar 2.31 Keausan Ring ................................................................................ 27
Gambar 2.32 Wear Step ..................................................................................... 27
Gambar 2.33 Undercrown Discoloration .......................................................... 28
Gambar 2.34 Abnormal Wear & Fracture ......................................................... 28
Gambar 2.35 Preconceived Idea ........................................................................ 29
Gambar 2.36 Step AFA ....................................................................................... 30
Gambar 2.37 Baground Facts ............................................................................ 31
Gambar 2.38 Failure Analysis Process .............................................................. 31
Gambar 2.39 Identifikasi Komponen .................................................................. 32
Gambar 2.40 Piston dengan Ring Scuffing ........................................................ 32
Gambar 2.41 Akibat Kualitas Oil ....................................................................... 33
Gambar 2.42 Ring & Piston Scuffing ................................................................. 33
Gambar 2.43 Kondisi Crown & Top Land ......................................................... 34
Gambar 2.44 Kondisi Undercrown .................................................................... 34
Gambar 2.45 Ring Groove ................................................................................. 35
Gambar 2.46 Ring Piston ................................................................................... 35
Gambar 2.47 Ring Piston.................................................................................... 36
Gambar 2.48 Penyeab Abrasive Wear ............................................................... 36
Gambar 2.49 Abrasive Wear .............................................................................. 37
Gambar 2.50 Abrasive Wear .............................................................................. 37
Gambar 2.51 Abrasive Wear .............................................................................. 38
Gambar 2.52 Abrasive Wear .............................................................................. 44
Gambar 3.1 Carbon Cutting ............................................................................... 44
Gambar 3.2 Endapan Karbon.............................................................................. 45
Gambar 3.3 Keausan Ring................................................................................... 45
Gambar 3.4 Oil Ring........................................................................................... 46
Gambar 3.5 Ring Piston...................................................................................... 46

xi
Gambar 3.6 Keausan Adhesive............................................................................ 47
Gambar 3.7 Skirt Scuffing................................................................................... 47
Gambar 3.8 Cold Star......................................................................................... 48
Gambar 3.9 Piston dengan Ring Scuffing........................................................... 62
Gambar 3.10 Akibat Kualitas oli........................................................................ 63
Gambar 4.1 Flow Chaft....................................................................................... 49
Gambar 4.2 Engine C18...................................................................................... 50
Gambar 4.3 Kerusakan Cylinder, Liner ............................................................ 51
Gambar 4.4 Kerusakan Ring Piston ................................................................... 52
Gambar 4.5 Kerusakan Ring Oil ........................................................................ 53
Gambar 4.6 Filter yang Tersumbat .................................................................... 54
Gambar 4.7 Oil yang Bercampur Partikel ......................................................... 55

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan On Job Training ................................................ 40
Tabel 3.2 Peralatan Analisa ................................................................................ 43

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia industri dan pertambangan semakin maju dan pesat,


khususnya dalam hal penggunaan teknologi alat berat. sebagai sarana pembantu
dalam proses pekerjaan di bidang pertambangan dan perindustrian yang juga
mengalami peningkatan. Seiring dengan perkembangan tersebut penggunaan alat
berat semakin dibutuhkan. Hal ini guna memaksimalkan kerja serta efisiensi
produksi pada bidang industri dan pertambangan tersebut.
Alat berat sangat berperan dalam meningkatkan performance kerja pada
suatu perusahaan industri maupun pertambangan. Perawatan dan pengoperasian
alat berat dengan baik dan benar merupakan salah satu faktor yang dibutukan
untuk menunjang kelancaran kerja produksi pada suatu perusahaan. Berdasarkan
fakta yang ada, tidak sedikit terjadi permasalahan atau kerusakan yang dialami
pada unit alat berat dikarenakan kurang pemahaman dan pengetahuan akan sistem.
Hal ini dapat mempengaruhi performance kerja engine dan bisa berdampak pada
penurunan kinerja pada suatu perusahaan yang menggunakan alat berat tersebut.
Berdasarkan kondisi yang ada, tidak tertutup kemungkinan sistem
pelumasan pada enginealat berat merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan. Permasalahan yang mungkin dapat menimbulkan berkurangnya
performance engine, maupun kerusakan engine yang diakibatkan kurangnya
perawatan pada sistem pelumasan pada engine itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk membahas salah
satu permasalahan yang mungkin timbul pada system pelumasan, karena
systempelumasan adalah salah satu faktor penting yang perlu di perhatikan, untuk
itu penulis memberi judul tugas akhir ini :

1
2

”ANALISIS KERUSAKAN PISTON PADA ENGINE C18 ”


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana menganalisis kerusakan piston pada engine C18
2. Bagaimana menganalisis akibat kerusakan piston pada engine C18
3. Bagaimana cara meminimalisir kerusakan piston pada engine C18
1.3. Batasan Masalah
Dengan keterbatasan waktu, pengetahuan kemampuan penulis, maka
dalam penulisan dan penguraian masalah ini perlu adanya pembatasan masalah.
Oleh karena itu penulis hanya akan membahas :
1. Menganalisa kerusakan piston pada engine C18
2. Menganalisa akibat kerusakan piston pada engine C18
3. Cara meminimalisir kerusakan piston pada engine C18
1.4. Tujuan Penulisan

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi
penyebab kerusakan pada piston dan pengaruh yang ditimbulkan terhadap kinerja
engine dan bagaimana cara untuk merawat piston agar memiliki usia pakai yang
panjang.
A. Untuk memenuhi syarat kelulusan program Diploma III di Politeknik
TEDC Bandung.
B. Menerapkan secara nyata ilmu yang didapat selama mengikuti
pendidikan di Politeknik TEDC Bandung dan OJT di PT. Trakindo
Utama Jakarta.
C. Mampu memahami kerja sistem pelumasan yang terdapat pada engine
1.5. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini yaitu dapat menambah
pengetahuan yang lebih luas tantang kontaminasi dan pengaruh kerusakan
komponen akibat kontaminasi tersebut baik bagi penulis khususnya dan untuk
3

memenuhi persyaratan terselesaikannya pendidikan Diploma III di Politeknik


TEDC Bandung.
1.6. Metode Pengumpulan Data
Supaya mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam
pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penulisan tugas akhir ini penulis
melakukan beberapa langkah berikut :
1. Metode Studi Literture
Penulis mengambil beberapa sumber dari service manual,
presentation, service information system (SIS), dan Basic Mechanic,
yang sesuai serta berhubungan dengan permasalahan diatas.
2. Metode Wawancara
Penulis menanyakan langsung kepada pihak pembimbing atau pihak
yang terkait dengan permasalahan tersebut untuk mendapatkan
informasi yang sesuai dengan permasalahan.
3. Metode Observasi Langsung
Penulis langsung melakukan pengamatan di PT. Trakindo Utama
untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan
tersebut.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini dapat dibagi menjadi beberapa bab,
dimana dari masing-masing bab saling berkaitan. Berikut ini adalah sistematika
penulisan tugas akhir menurut bab-bab yang ada :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan tentang teori dasar sistem pelumasan pada engine,
prinsip kerja empat langkah, komponen-komponen sistem pelumasan.
4

BAB III METODE PENELITIAN


Pada bab ini berisikan bagaimana konsep penelitian, teknik pengumpulan
data, tempat penelitian, jadwal penelitian, program alur kerja, keterangan
tahap prosedur penelitian, alat dan bahan analisa serta macam – macam
kerusakan Piston.
BAB IV PEMBAHASAN KERUSAKAN PISTON PADA ENGINE C18
Pada bab ini berisikan bagaimana hasil penulis melakukan observasi
lapangan. Penulis menjabarkan hal – hal yang terkait pada kerusakan
Piston.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan analisis yang telah dilakukan
dan saran-saran terhadap analisa yang telah disajikan.

DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Teori Dasar Engine


Di sebuah industri alat berat engine merupakan jantung dari setiap alat
berat. Definisi dan Prinsip kerja engine adalah suatu alat yang memiliki
kemampuan untuk merubah energi panas yang dimiliki oleh bahan bakar menjadi
energi gerak.
Berdaasarkan fungsinyaengine pada caterpillar biasa digunakan sebagai
sumber tenaga atau penggerak utama (prime power) pada mechine, genset,
kapal( marine vessel) ataupun berbagai macam peralatan industri.

Gambar 2.1 Engine C18

5
6

Enginediesel pada alat berat memiliki lima system utama, yaitu :


1. Air Induction System (Sistem Pendingin)
2. Lubrication System (Sistem Pelumasan)
3. Cooling System (Sistem Pendingin)
4. Fuel System (Sistem Bahan Bakar)
5. Starting System (Sistem Kelistrikan)

Semua system pada engine memegang peranan penting pada kinerja


engine diesel apabila salah satu system tidak bekerja optimal maka dapat
dipastikan engine diesel akan mengalami hambatan untuk bekerja secara
maksimal.

2.2 Prinsip Kerja Engine Diesel Empat Langkah


Adapun proses kerja siklus motor bakar empat langkah dapatdiuraikan
sebagai berikut:

1. Langkah Hisap (suction/intake stroke).

Gambar 2.2 Intake Stroke

Pada langkah inipiston bergerak dari titik mati atas menuju titik mati
bawah.Katup hisap terbuka sehingga mengakibatkan kevakuman yang terjadi dari
ekspansi volume pada ruang bakar maka udara dari luar dapat masuk ke dalam
ruang bakar melalui katup hisap yang terbuka. Pada motor bakar yang dilengkapi
7

dengan turbocharger maka udara yang masuk ke ruang bakar akan lebih banyak
lagi dikarenakan adanya dorongan dari sisi tekan compressor wheel pada
turbocharger.

2. Langkah Kompresi (compression stroke).

Gambar 2.3 Compression Stroke

Setelah piston mencapai titik mati bawah maka arah pistonakan berbalik
menuju kembali ke titik mati atas, hanya saja pada langkah ini tidak ada katup
yang membuka. Sebagai akibat dari mengecilnya volume ruang bakar maka udara
yang ada di dalam ruang bakar menjadi terkompresi. Dengan kompresi rasio yang
berkisar antara 19 : 1 sampai 23 : 1 maka pengkompresian udara pada ruang bakar
akan menghasilkan panas kompresi (heat compression) yang tinggi (kurang lebih
berkisar 1000 oF).

Beberapa derajat sebelum piston mencapai titik mati atas bahan bakar
solar di-injeksikan melalui nozle ke dalam ruang bakar, penginjeksiannya harus
menggunakan tekanan yang tinggi sehingga solar yang di semprotkan ke dalam
ruang bakar berubah menjadi butiran-butiran cairan solar yang sangat halus
seperti kabut.Pada saat solar disemprotkan maka campuran antara solar dan udara
di dalam ruang bakar mulai terbakar akibat terkena panas yang dihasilkan oleh
heatcompression.
3. Langkah Tenaga (power stroke)
8

Gambar 2.4 Power Stroke

Proses pembakaran campuran solar dan udara terus berlangsung sampai


piston mencapai titik mati atas dan selanjutnya kembali berubah arah kembali
menuju titik mati bawah. Beberapa derajat (+ 10o) setelah melewati titik mati atas
maka pembakaran yang terjadi telah sempurna sehingga dihasilkan ledakan yang
tekanan ekspansinya memaksa piston untuk terus bergerak menuju titik mati
bawah.

4. Langkah Pembuangan (exhaust stroke)


9

Gambar 2.5 Exhaust Stroke

Setelah energi ledakan panas pada langkah power telah berubah bentuk
menjadi energi mekanis maka sisa proses pembakaran yang ada harus dibuang.
Proses ini terjadi ketika piston bergerak dari titik mati bawah menuju titik mati
atas dengan kondisi katup buang membuka. Gas sisa hasil pembakaran di dorong
keluar oleh piston melalui katup buang. Selanjutnya melalui mufler gas tersebut
akan dilepas ke atmosfir. Kecuali untuk motor bakar diesel yang diperlengkapi
dengan turbocharger maka sebelum masuk ke dalam mufler gas tersebut masih
dimanfaatkan untuk memutarkan sudu-sudu turbin pada turbin wheel.
Demikian siklus ini terjadi secara terus menerus pada motor bakardiesel.
Ilustrasi dari proses kerja diesel empat langkah dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Urutan gambar dari kiri ke kanan memperlihatkan kondisi: akhir
langkah hisap, akhir langkah kompresi, awal langkah power dan awal langkah
buang.
10

Gambar 2.6 Siklus Diesel Empat Langkah

2.3 Sistem Pelumasan Engine

Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem pada engine yang


mempunyai peranan penting demi tercapainya kemampuan dan tercapainya
kemampuan engine secara maksimal, yang menggunakan media oli sebagai
pelumas.
Sistem pelumasanpada engine terbaru,dewasaini perkembangannya sudah
meluas, tidak hanya menyediakan oli yang bersih guna melumasi komponen-
komponen yang bergerak pada engine saja tetapi harus juga tahan terhadap
temperatur yang tinggi.
Oli sebagai cairan pelumas pada lubrication system, mempunyai fungsi
sebagai berikut :

1. Melumasi
Oli memiliki kemampuan melumasi dengan membentuk lapisan
tipis oil ( oilfilm ) untuk melindungi permukaan engine yang saling
bergesekan.
2. Menyerap panas
Oli harus memiliki kemampuan menyerap panas yang disebabkan
oleh gesekan dan proses pembakaran di dalam ruang bakar.
3. Membersihkan permukaan komponen engine
11

Oliengine harus memiliki zat pembersih (Detergent) yang baik


untuk membersihkan kotoran dan sisa-sisa pembakaran didalam
engine.
4. Penyekat ( Seal)
Lapisan tipis oli (oil film) menghalangi kebocoran gas buang atau
udara ke crankcase.
5. Pencegah karat
Oli harus dapat mencegah karat akibat zat asam timbul yang
timbul selama proses pembakaran dan kondensasi.
6. Peredam kejutan
Kekentalan oli dapat menyerap kejutan dari permukaan yang saling
bersentuhan seperti roda gigi dan bearing.
7. Melarutkan kotoran
Oli harus memiliki kemampuan melarutkan kotoran supaya tidak
terbentuk endapan.
8. Pencegah timbulnya busa (foam)
Oli harus mengandung zat yang dapat mencegah timbulnya busa
(foam) karena busa dapat menyebabkan ketidakstabilan lapisan oli
(oil film) sehingga kualitas pelumasan menurun dan kebocoran
yang berlebihan dari breather.
9. Pencegah Oksidasi
Oli harus memiliki ketahanan yang baik terhadap panas guna dan
menjamin umur pemakaian oli.
12

2.4 Komponen Sistem Pelumasan

Gambar 2.7 lubrication system


Komponen-komponen lubrication system pada umumnya adalah :
1. Oil Pan
2. Suction Bell
3. Oil Pump
4. Pressure Relief Valve
5. Oil Filter with Bypas Valve
6. Oil Cooler with Bypass Valve
7. Oil Gallery
8. Piston Cooling Jet
9. Crankcase Breather
13

1. OilPan

Gambar 2.8 Oil Pan


Oi pan adalah suatu wadah penampungan untuk oli engine. Oilpan juga
membuang panas dari oli engine ke atmosfer dan memiliki internal baffle
mencegah oli teraduk-aduk.Oil pan berada pada bagian bawah engine.

2. Suction Bell

Gambar 2.9 Suction Bell


Dari oil pan, oli masuk melalui inlet screen menuju suction bell.Inlet
screen mencegah masuknya kotoran-kotoran besar pada system, dari sini oli
terhisap menuju ke oil pump.
14

3. Oil Pump

Gambar 2.10 Oil Pump


Oil Pump membuat terjadinya aliran oli yang mengalirke seluruh bagian
engine.juga dilengkapi dengan pressure relief valve, biasanya terletak dekat
dengan oil pump. Relief Valve berfungsi melindungi sistem pelumasan dari
tekanan yang berlebihan atau untuk mengontrol tekanan oli
4. Pressure Relief Valve

Gambar 2.11 Relief Valve


Oil Pump juga dilengkapi dengan pressure relief valve,
biasanya terletak dekat dengan oil pump. Relief Valve berfungsi
melindungi sistem pelumasan dari tekanan yang berlebihan atau untuk
mengontrol tekanan oli. selama engine beroperasi dalam keadaan yang
dingin, oli akan bersirkulasi dengan berat, sehingga tekanan akan cepat
meningkat dan menyebabkan valve membuka.
15

5. Oil Filterdan Bypass Valve

Gambar 2.12 Oil Filter


1. Propely cured filter media untuk menjaga kinerja dan umur pakai.
2. Spiral roving and beading untuk menjaga kestabilan plat dan
menahan partikel - partikel kotoran dari luar.
3. One-piace molded urethane end caps untuk mengurangi
kebocoran.
4. Strong nylon center tubes untuk mencegah kontaminasi logam.
5. A heavy gauge canister sebagai penahan kekuatan structural.
6. One-piece aluminum base plate sebagai lapisan bawah.

Oli mengalir dari oil cooler menuju oil filter yang berada disisi kiri engine,
dalam sistem pelumasan, Penyaring oli adalah yang paling membutuhkan
perawatan. ia mudah dan cepat kotor, dan jika tak dirawat dengan benar dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem pelumasan.
Oil filter berfungsi untuk menyaring kotoran atau material asing yang
ditimbulkan dari gesekan antara komponen-komponen yang ada di dalam engine
terutama piston, liner agar tidak ikut bercampur pada oli. Umumnyafilter
membutuhkan penggantian setiap 250 jam operasi.
16

Gambar 2.13 Bypass Valve


Oil filter juga dilengkapi dengan bypass valve yang terletak di oil filter
base. Bypass valve ini berfungsi untuk meneruskan aliran oli menuju oil gallery
apabila terjadi penyumbatan pada filter, Bypass valve akan merasakan perbedaan
tekanan oli yang melewati filter dan akan membuka pada saat tekanan
berlebihan,bypass valve akan membuka dan mengalirkan oli menuju sistem tanpa
melewati filter, sehingga engine tidak kekurangan oli, akan tetapi hal ini tidak
boleh terjadi terus-menerus pada engine karena oli yang tidak tersaring dapat
mempercepat keausan pada komponen-komponen engine. Oleh karena itu
perawatan lubrication system adalah hal penting yang harus dilakukan..ini lah
yang menjadi alasan mengapa prosedur perawatan yang benar menjadi begitu
penting. Filter yang kotor akan menyebabkan masalah yang serius dikemudian
hari.
6. Oil Coolerdan Bypass Valve

Gambar 2.14 Oil Cooler


17

Dari oil pumpoli mengalir menuju oil cooler yang bergunamemindahkan


panas dari oli. Di dalam housing oil cooler terdapat tube-tube untuk mengalirkan
cairan pendingin engine(coolant).Proses ini disebut penukaran panas oli engine
dengan coolant. panas dari oli engine masuk melalui elemen pendingin yang
memindahkan panas ke coolant engine. Pendinginan ini bertujuan untuk
mempertahankan oli pelumas pada saat beban engine besar.

Gambar 2.15 Bypass Valve


Pada saat engine dihidupkan dalam kondisi dingin, oli yang dingin akan
sulit mengalir melalui oil cooler. Untuk mencegah hambatan ini, yang nantinya
akan menyebabkan sistem kekurangan oli, pada sistem dipasang oil cooler bypass
valve yang terdapat pada oil cooler. Komponen ini merasakan tekanan oli pada
sisi masuk dan sisi keluar cooler dan dirancang untuk membuka dan mengalirkan
oli tanpa melewati cooler dan dirancang untuk membuka dan mengalirkan oli
tanpa melewati cooler saat oli dingin dan kental. ketikavalve terbuka,
memungkinkan oli tetap mengalir menuju komponen engine yang bergerak tanpa
melalui oil cooler.
7. OilGallery
Oil Gallery pada engine merupakan saluran utama yang terdapat didalam
cylinder block sebelum disalurkan ke komponen-komponen yang bergesekan,
diantaranya oil gallery terhubung dengan :
a. Oil Supply to Turbocharger
b. Oil Gallery to Engine
18

a. Oil Supply to Turbocharger

Gambar 2.16 Turbocharger


Saluran suplai oli untuk turbochargerdihubungkan dengan saluran
setelah filter.Suplai oli yang cukup, dingin, dan bersih merupakan hal yang
penting untuk usiaturbocharger. Karenanya, turbocharger menerima oli
sebelum oli komponen-komponen engine lainnya.Oli mendinginkan dan
melumasi bearing-bearing pada turbocharger.Dariturbocharger, oli
kembali mengalir menuju oil pan.
b. Oil Supply to Engine

Saluran oil utama mampu saluran kecil menuju ke kompoen yang


akan dilumasi pada engine tersebut dan terdapat didalam cylinder block.
Saluran-saluran ini diantaranya sebagai tersebut :

Gambar 2.17 Oil Supply To Engine


19

8. Piston Cooling Jet

Gambar 2.18 Piston Cooling Jet


Oli yang bersih dan dingin diteruskan dari filter menuju oil manifold
pada engine block. piston cooling jet dihubungkan dengan oil manifold dan
menyemprotkan oli ke bagian bawah piston untuk mendinginkan piston. Ini
membantu piston dingin dengan suhu yang seragam dan menyediakan usia pakai
piston yang lebih panjang disamping juga membantu melumasi dinding cylinder.
PelumasanDinding Cylinder

Gambar 2.19 Pelumasan Cylinder


Oli mencapai dinding cylinder ketika oli terpercik keluar dariconnecting
rod dan juga menyembur menuju bagian bawah piston.Dindingcylinder juga
dilumasi oleh semburan dari piston cooling jet.
Piston cooling jet merupakan komponenlubrication systemyang berfungsi
mendinginkan dan melumasi piston dan connecting rod dengan menyemprotkan
oli kebagian bawah piston. Cooling jet memiliki satu atau dua lubang
penyemprotan tergantung kepada jenis engine dan jenis piston yang dipakai.
Cooling jet engine yang menggunakan articulated piston terdiri dari dua lubang
20

penyemprotan.Pada engineC18 terdapat cooling jet dengan dua lubang


penyemprotan yang
Berfungsi :
1. Salah satu lubang menyemprotkan oli menuju saluran dibagian bawah
piston yang mengalirkan oil menuju circular manifold dibagian dalam
piston.
2. Lubang yang lainnya menyemprotkan oil ke bagian bawah piston untuk
mendinginkan dan melumasi pin dan bearing connecting rod.
Arah penyemprotan cooling jetsudah tertentu untuk masing-masing engine dan
apabila bengkok sewaktu proses pembongkaran atau pemasangan, cooling jet
harus dikalibrasi jika tidak dikalibrasi itu akan menyebabkan piston aus.
9. Crankcase Breather

Gambar 2.20 Crankcase Breather


Crankcase Breather mengalirkan gas yang bocor melalui ring piston.
Crankcase Breather menjaga tekanantetap stabil di dalam crankcase.Crankcase
Breather pada umumnyaterpasang pada bagian atas dari engine yang berfungsi
untuk menyamakan tekanan di dalam engine crankcase dengan tekanan udara
luar, dan mengijinkan oli kembali ke oil pan dengan mudah.
2.5 Piston

Gambar 2.21 Piston


21

Piston adalah komponen mesin yang membentuk ruang bakar bersama-


sama dengan silinder blok dan silinder head. Piston jugalah yang melakukan
gerakan naik turun untuk melakukan siklus kerja mesin, serta piston harus mampu
meneruskan tenaga hasil pembakaran ke crankshaft.
2.6 Komponen Piston terdiri dari, yaitu :

Gambar 2.22 Komponen Piston


1. Crown berfungsi untuk membentuk ruang pembakaran.
2. Ring grooves dan alurnya (land) berfungsi sebagai penahan ring
piston.
3. Piston pin atau gudgeonpin bore berfungsi sebagai penghubung
piston dengan connecting rod.
4. Retaining ring berfungsi untuk mempertahankan agar piston pin
selalu di dalam pin bore.
5. Thrust skirt berfungsi penahan beban samping.

2.7 Contaminant
Contaminat merupakan berbagai macam material asing di dalam sistem
yang bukan merupakan bagian dari sistem tersebut yang dapat mengakibatkan
keausan dini bahkan kerusakan. Contaminant merupakan musuh utama sistem alat
berat terutama pada engine hidrolik dan transmisi. Jenis-jenis contaminant yang
sering mencemari sistem-sistem alat berat terdiri dari :
1. Partikel, yang terdiri dari kotoran, partikel berkas proses pengelasan,
cat, serpihan atau lembaran plastik, pertikel akibat keausan logam, debu
rokok, gemuk (grease), material yang timbul dari oksidasi oli
2. Kimiawi terdiri dari panas, air, dan udara.
22

Jenis contaminant yang masih bisa dilihat oleh mata yaitu sekitar
40 mikron misalnya weld splatter (sisa pengelasan), shot blast (sisa
penyemprotan sand blasting), paint chip (cat yang mengelupas), machine
chip (sisa permesinan), dust (debu) dan jenis contaminant yang tidak bisa
dilihat oleh mata yaitu dibawah 40 mikron misalnya logam yang aus,
silica, serbuk batu, serbuk batu bara, debu.
Clearance dari komponen-komponen alat-alat berat Caterpillar
berkisar antara 2-30 micron. Clearance ini begitu kecil apabila
dibandingkan dengan ukuran rambut manusia yang berukuran 80 mikron
dan clearance sebesar ini cendrung tidak terlihat karena kemampuan mata
manusia untuk melihat hanya terbatas hingga 40 mikron. Satu mikron
sama dengan sepersejuta meter. 100 microns (µ) - Sebutir garam meja, 80
microns (µ) - Diameter rambut manusia.
Akibat yang dapat ditimbulkan apabila mengabaikan proses
contamination control adalah sebagai berikut:
1. Pendeknya umur komponen dan fluida (semakin cepatnya masa
penggantian oli).
2. Menurunkan produktivitas alat, contohnya operasi yang tidak handal,
perfoma yang lambat.
3. Dapat menimbulkan kerusakan yang parah sehingga downtime dan
biaya.
4. Perbaikan tinggi, contohnya erratic steering dan cylinder drift.
5. Meningkatnya biaya warranty.
6. Meningkatnya redo job.
7. Terjadinya problem yang berulang ulang dan meningkatkan jumlah
kerusakan.
8. Menurunkan kepercayaan costumer yang akan berdampak hilangnya
prospek penjualan.
23

Supaya piston, ring dan liner dapat bersama-sama beroperasi


dengan baik, semuanya harus dipasang dengan benar.Selalu mengacu pada
service manual yang terbaru untuk memperoleh prosedur yang benar.

Gambar 2.23 Operation System


Operasi normal piston, ring dan liner tidak hanya tergantung pada
pemasangan yang benar, tetapi juga tergantung pada normalnya system
air inlet, fuel, exhaust, coolant dan pelumasan beroperasi.

Gambar 2.24 Gesekan Awal

Ketika engine pertama kali dinyalakan, piston dan ring masih


dingin. Celah ring masih besar, dan hanya oli sisa yang tertinggal saja
sebagai pelumas. Sejumlah gesekan awal terjadi antara skirt dan liner
bersama dengan goresan abrasive dari partikel kecil dalam lapisan oli yang
tipis. Beban gas pembakaran menyebabkan piston menampar liner dan
24

menyebabkan tekanan tinggi dan rendah yang bergantian pada dinding


luar dan menimbulkan beban bending pada flange fillet.

Gambar 2.25 Pemanasan


Piston crown akan memanas dengan cepat hingga mencapai
temperatur operasional dan memuai hingga duduk dengan pas pada
lubang. Panas yang mengalir menuju ring menyebabkan celah menyempit.
Skirt menghangat lebih lambat dan memuai lebih sedikit selama jangka
waktu satu atau dua menit pertama ketika terjadi pelumasan sebagian
(marginal lubrication).

Gambar 2.26 Liners Analysis


Distribusi oli lubrikasi akan stabil setelah dua menit awal dan jet
spray mulai membuang panas dari undercrown dan skirt. Pendinginan
waterjacket dan oli pelumas menstabilkan temperatur piston, menghambat
pemuaian.Oil ring menyapu oli berlebih pada liner saat langkah naik dan
25

turun dan meninggalkan sejumlah lapisan oil yang sesuai untuk melumasi
pergerakan compression ring dan skirt.

Gambar 2.27 Tanda-Tanda Operasi Normal

Setelah ribuan jam operasional, tanda-tanda keausan normal,


perubahan warna dan endapan terbentuk. Tanda-tanda ini menjadi bukti
pada crown, ring dan ring band, skirt, undercrown, dan liner.
Beban pembakaran dan thermal cycling dari piston crown dapat
menghasilkan thermal crack setelah beberapa ribu jam operasi. Retak ini
biasanya bergerigi dan bercabang seperti petir, dan melebar keluar dari
heat plug dalam PC piston.

Gambar 2.28 Rim Crack


Dalam piston DI, thermal crack disebut rim crack (panah) karena
terjadi pada crater rims. Rims crack berbeda dengan PC crack seperti tidak
bergerigi, lebih sedikit jumlahnya, dan terjadi di sekitar thrust skirt.
26

Gambar 2.29 Carbon Cutting


Karena piston DI beroperasi lebih panas dari piston PC, setelah
ribuan jam beroperasi keduanya akan menunjukkan tampilan yang
berbeda. Piston PC membentuk endapan karbon hitam tipis pada crown
dan top land sementara Piston DI membentuk endapan ke arah bawah pin
bore di mana sisi bore yang terdekat akan menunjukkan perubahan warna
(discoloration). Warna kecokelatan terbentuk dari endapan pembakaran
fuel biasanya memanjang di bawah endapan karbon hitam.Liner beroperasi
lebih dingin dibandingkan piston crown dan membentuk endapan karbon
lebih berat di sepanjang jalur top ring. Deposit ini mungkin dapat masuk
ke dalam top land, memindahkan alumunium. Carbon cutting (panah)
seperti ini umumnya normal pada piston dengan offset pin bore pada
beberapa ratus jam kerja.

Gambar 2.30 Endapan Carbon


Endapan karbon ringan, mungkin juga terbentuk di belakang ring
dan pada ring land selama operasi normal.Piston DI yang lebih panas
27

biasanya menghasilkan endapan lebih banyak dibanding versi PC yang


lebih dingin.

Gambar 2.31 Keausan Ring


Dalam kondisi normal, tampilan ring hanya sedikit berbeda
dibanding yang baru.Panas dan gas pembakaran mengubah warna bagian
tidak bersentuhan, sementara permukaan dan sisi yang dikeraskan aus
akibat abrasi oleh partikel kecil dalam oli. Keausan ini perlahan
melebarkan witness laps sampai kontak terjadi sepanjang permukaan ring.
Hal ini normal dan tidak berarti ring sudah habis karena aus.
Keausan abrasive yang normal terjadi antara oil ring dan expander
ring. Ini dapat menyebabkan spiral shape groove menjadi aus pada sisi
dalam material ring yang lebih lembut disebabkan oleh spring steel yang
lebih keras. Normalnya alur ini sangat dangkal dan tidak menyebabkan
masalah.

Gambar 2.32 Wear Step


28

Liner juga akan mengalami keausan seperti halnya liner. Alur


keausan (wear step) terbentuk pada bagian atas sejauh 19 mm (.74 inch)
dari pergerakan ring diakibatkan oleh partikel abrasive yang biasa
terdapat di dalam oli. Wear step ini dapat memiliki kedalaman 0.13 sampai
0.25 mm (.005 - .010 inch) saat engine mencapai masa overhaul. Di atas
wear step, tetap ada crosshatch pattern namun ditutupi oleh endapan
karbon hitam tipis. Di bawah wear step, liner mungkin memiliki beberapa
goresan longitudinal karena skirt bersinggungan saat engine dihidupkan
dalam kondisi dingin
Pada piston skirt biasanya terlihat sejumlah goresan abrasive dan
polesan adhesive ringan yang terjadi pada thrust face yang terbentuk saat
engine dihidupkan atau saat lapisan oli menipis. Chamfer pada bagian
bawah liner juga dapat menggores thrust face.

Gambar 2.33 Undercrown Discoloration


Pada piston undercrown akan terlihat perubahan warna karena
panas. Perubahan warna akan bervariasi dari cokelat muda sampai hitam
tergantung pada temperatur dan lamanya piston dipergunakan. Dalam
aplikasi engine dengan horsepower tinggi, perubahan warna ini mungkin
dapat memanjang ke bagian bawah pin boss.
29

Gambar 2.34 Abnormal Wear &Fracture


Keausan dan patah tidak normal pada piston, ring, dan liner dapat diakibatkan
oleh :
1. Kondisi sistem tidak normal
2. Pengoperasian dan perawatan yang tidak tepat
3. Cara pemasangan salah
4. Kesalahan pembuatan
5. Kerusakan material
6. Desain yang tidak tepat.
Penyebab kerusakan yang umum adalah kondisi sistem yang tidak
normal, pengoperasian dan perawatan yang tidak semestinya sementara
cara pemasangan yang salah terkadang dapat juga menjadi penyebab.
Kerusakan jarang sekali disebabkan oleh kesalahan pembuatan, kerusakan
material dan masalah desain.

Gambar 2.35 Preconceived Idea


Hati-hati terhadap ide yang terburu-buru.Setiap keausan yang tidak
normal dapat mempunyai banyak penyebab.Misalnya, dalam satu kasus
30

analis mungkin menemukan skirt seizure disebabkan oleh kondisi tertentu


seperti kebocoran head gasket.Analis kemudian tidak boleh langsung
mengasumsikan bahwa kebocoran head gasket atau bahkan cooling system
merupakan penyebab semua skirt mengalami seizure. Ingat untuk
membiarkan komponen menceritakan ceritanya sendiri dengan membaca
tanda-tanda dan memeriksa bidang lainnya dalam proses pengumpulan
fakta.

Gambar 2.36 Step AFA

Cara paling aman dalam analisa kegagalan piston, ring, dan liner
adalah menggunakan delapan langkah failure analysis. Langkah-langkah
ini akan mengarahkan analis untuk mengumpulkan fakta yang diperlukan,
mengidentifikasi tipe keausan dan patahan, dan mengikuti tanda-tanda
guna menemukan akar penyebab kegagalan sebenarnya.
31

Gambar 2.37 Background Facts

Fakta yang diperoleh harus dilatarbelakangi data proses


pengaplikasian, pengoperasian dan perawatan yang dikumpulkan ketika
menganalisa kegagalan piston, ring, dan liner. Level coolant dan oli, fuel
atau coolant dilution pada oli, hose coolant yang retak atau baru saja
dilakukan penggantian, radiator yang buntu atau bocor, fan belt aus,
peningkatan rack setting, air filter tersumbat atau sobek, dan indikator fisik
lain dari kondisi yang tidak normal harus secara hati-hati dicatat
semuanya. Data mengenai Fuel dan SOS sample sering kali sangatlah
penting sewaktu menganalisa piston, ring dan liner. Juga adalah ide yang
bagus untuk menyelidiki kondisi satu atau dua bulan sebelum kegagalan
dan lihat secara spesifik untuk masalah seperti beban tidak normal,
temperatur tinggi atau rendah, pembetulan kebocoran, atau level coolant
rendah yang dapat menyebabkan kerusakan.
32

Gambar 2.38 Failure Analysis Process


Peroleh identifikasi dan lindungi semua komponen yang
berhubungan dengan kerusakan untuk melakukan analisa kerusakan
terbaik.Sulit untuk menentukan jika masalah sistem muncul namun semua
komponen yang mengalami kerusakan tidak tersedia untuk inspeksi.

Gambar 2.39 Identifikasi Komponen


Proses memeriksa dan mengidentifikasi komponen lebih baik
dilakukan saat baru saja dilepas dari engine. Piston seharusnya dinomori
pada crown dan cylinder liner pada dinding luar menggunakan tanda yang
tidak mudah hilang sewaktu proses penanganan lanjutan seperti
menggunakan cat, crayon atau stempel baja. Jika piston ring dilepas dari
piston maka ring harus tetap dapat dikenali dengan memberikan
penomoran yang sama dengan nomor piston.
Piston ini memiliki mengalami ring scuffing dan menyebabkan
skirt scuffing dan seizure.Perhatikan bahwa bagian top land tidak
bermasalah karena desain piston 3406 memiliki celah top land yang lebar.
33

Gambar 2.40 Piston dengan Ring Scuffing


Pengamatan lebih dekat dari piston ring menunjukkan bahwa
permukaan kasar tergesek tetapi tidak terkupas atau hilang. Tanda ini
menunjukkan bahwa permasalahan bukan karena kualitas ring tetapi
masalah dengan kualitas oli.

Gambar 2.41 Akibat kualitas oil


Saat melepas piston ring, terungkap bahwa ring grove telah
dilingkupi oleh karbon yang tebal sehingga ring tersebut tidak dapat
duduk dengan semestinya, sehingga akibatnya tekanan pada liner akan
berlebih dan bergesek. Dalam kasus ini, Penyelidikan latar belakang
kerusakan mengungkapkan bahwa pelanggan telah tidak menggunakan
grade dan kekentalan oli yang tepat, dan jangka waktu penggantian olinya
telah berlebih. SOS sampling pada engine ini menunjukkan bahwa paket
34

additive pada oli telah habis dan tidak mampu menjaga kebersihan ring
grove.
Mempresentasikan hasil dari analisa kegagalan pada pelanggan
menyediakan kesempatan yang sangat baik untuk membantu pelanggan
mengerti sumber dari masalah mereka dan membantu mereka melakukan
perbaikan di masa mendatang dengan menyarankan mereka menggunakan
oli yang direkomendasikan CAT dan memperhatikan interval penggantian.

Gambar 2.42 Ring & Piston Scuffing


Piston ini juga mengalami pergesekan ring dan perubahan bentuk
skirt. Analis perlu menentukan apa yang terjadi lebih dulu – pergesekan
ring atau pergesekan skirt?

Gambar 2.43 Kondisi Crown & Top Land


Pengamatan visual dari crown menunjukkan adanya endapan hitam
yang normal dengan tidak adanya tanda erosi atau retak.Karbon yang
terbentuk pada Top land dalam kondisi yang normal.
35

Gambar 2.44 Kondisi Undercrown


Pengamatan visual dari udercrown menunjukkan beberapa tanda
dari overheating pada bidang pin bore, tetapi tidak cukup parah untuk
dikatakan crown overheating merupakan penyebab masalah. Jet spray oli
telah dan pendingin bekerja dengan baik.

Gambar 2.45 Ring Groove


Pengamatan lebih dekat pada ring groves menunjukkan tidak ada
perubahan warna tidak normal atau deposit. Oli tidak mengalami degradasi
atau digunakan terlalu lama. Semua tanda mengatakan bahwa tidak
terdapat masalah pada sistem dan piston tidak nampak bermasalah.
36

Gambar 2.46 Ring Piston


Pengamatan visual yang teliti pada ring tengah menunjukkan
perubahan warna yang tidak biasa pada celah dan witness lap sudah tidak
terlihat menandakan telah terjadi persinggungan penuh (full face contact).
Perubahan warna pada kedua sisi dikarenakan blow by telah melewati
bidang ini untuk beberapa waktu.

Gambar 2.47 Ring Piston


Pada permukaan top piston ring terlihat permukaan plasma coating
yang lepas. Dari informasi yang diperoleh, terungkap bahwa engine
mengalami problem setelah beroperasi sekitar 241,000 Km (150,000
miles) dan menandakan ring dipasang dengan benar.Perawatan yang
semestinya telah dilakukan sesuai dengan interval yang direkomendasikan
dan rekomendasi oli oleh Caterpillar telah digunakan. Semua tanda-tanda
menunjuk ring memiliki kualitas yang kurang sempurna (defective).
37

Gambar 2.48 Penyebab Abrasive Wear


Tipe keausan lainnya yang terlihat pada piston ring dan liner adalah
keausan abrasive. Keausan abrasive menunjukkan tanda-tanda yang
berbeda dengan keausan adhesive, kebanyakan keausan abrasive yang
tidak normal pada piston terjadi karena alasan-alasan berikut :
1. Pembakaran yang tidak sempurna
2. Oil yang berdegradasi
3. Pengoperasian dalam kondisi dingin
4. Oil yang terkontaminasi
5. Air inlet yang terkontaminasi
6. Liner kotor

Gambar 2.49 Abrasive Wear


Pembakaran yang tidak sempurna, oil yang berdegradasi, dan
pengoperasian dalam kondisi dingin dapat menyebabkan pengaruh yang
38

samapada piston, ring and liner. Tanda-tanda adanya endapan karbon


yang berjelaga pada top land, ring groove, dan di atas ring travel pada
liner. Ketika gerakan piston berubah arah pada top dead center, crown
menggesek endapan pada liner sehingga menyebabkan lepasnya material
abrasive dari aluminium piston top land. Goresan pada permukaan karena
material abrasive ini disebut karbon cutting.

Gambar 2.50 Abrasive Wear


Tanda oil telah terkontaminasi oleh abrasive adalah adanya goresan
pada skirt thrust face, permukaan ring dan keausan groove Goresan sangat
halus pada skirt berbentuk vertikal, memerlukan pencahayaan dari
samping untuk menemukannya. Keausan permukaan ring akan terlihat
dengan baik menggunakan kaca pembesar dan tampak goresan vertikal.
Permukaan samping piston ring dapat berbentuk tirus ke dalam dan ring
groove berbentuk tirus keluar saat mengalami keausan abrasive.

Gambar 2.51 Abrasive Wear


39

Meneliti compression ring dengan cermat diperlukan untuk


mendapatkan tanda kerusakan yang disebabkan oleh keausan yang tidak
normal. Perhatikan bahwa piston ring memiliki wear step yang lebar dan
membentuk seperti ujung pisau. Keseluruhan ring piston menunjukkan
tampilan yang sama.

Gambar 2.52 Abrasive Wear


Dengan pembesaran, terlihat goresan abrasive vertical sepanjang
wear face yang telah hilang permukaan kerasnya. Tanda yang sama pada
ring yang lainnya menandakan telah terjadi keausan pada seluruh ring.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Konsep penelitian


Dalam hal ini, penulis menggunakan metoda literature, wawancara dan
observasi. Untuk mendapatkan informasi tentang pistondan kerusakan pada
piston serta penyebab kerusakanpistonpadaengine c18,akibat kerusakan pada
pistonakan berpengaruh terhadap kinerja engine. Pengambilan data ini dilakukan
selamamelaksanakan ON THE JOB TRAINING selama 3 bulan di PT.Trakindo
Utama.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam proses perencanaan diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit
permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis yang akan
dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis diperlukan data atau informasi yang
lengkap terkait dengan hal tersebut
1. Metode observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk
mengetahui kondisi sebenarnya dilapangan.
2. Metode wawancara
Yaitu cara memperoleh data dengan menanyakan langsung kepada
narasumber atau instansi terkait.
3.3 Tempat Penelitian
Proses penelitian dan analisa dilaksanakan di workshop PT. Trakindo
Utama branch BSD. Proses analisa dilakukan bersamaan dengan jadwal OJT (On
Job Training).
3.4 Jadwal Penelitian
Untuk menyelesaikan tugas akhir ini penulis telah menyiapkan rencana
kegiatan, Hal ini berfungsi agar semua kegiatan penelitian dapat berjalan sesuai
dengan yang penulis harapkan dan selesai dengan tepat waktu. Jadwal
pelaksanaanya antara lain sebagai berikut.

39
40

Tabel 3.1Jadwal Pelaksanaan on job training


2020
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Studi
1 Literatur
Studi
2 Lapangan
Persiapan
3 Alat
Proses
4 Penelitian
Penyusunan
5 Laporan
41

3.5 Diagram Alur Penelitian


Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini, seperti terdapat
pada bagian dibawah ini : MULAI

STUDI PENDAHULUAN

Proses Analisis

STUDI STUDI
LITERATUR LAPANGAN

PENGUMPULAN
DAN PENGOLAHAN
DATA

PERSIAPAN
ALAT

ANALISA
KERUSAKAN
OIL COOLER

ROOT CAUSE

SELESAI

Gambar 3.1Alur Prosedur Penelitian


42

3.6 Keterangan Tahap Prosedur Penelitian

1. Mulai
Merencanakan analisis yang akan dilakukan.
2. Studi Pendahuluan
Mencari beberapa kemungkinan permasalahan yang banyak terjadi
dilapangan.
3. Proses Analisis
Melakukan proses analisa dengan melakukan studi literatur dan studi
lapangan.
4. Studi Literatur
Proses pengumpulan referensi-referensi pendukung dalam proses
penelitian yang bersumber dari buku-buku, Internet dan Jurnal.
5. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah proses yang dilakukan dengan cara datang secara
langsung ke workshop PT. Trakindo Utama brach BSD. Melakukan
survey secara langsung serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dalam proses penelitian kepada Technician.
6. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data-data pendukung yang berasal dari buku-
buku, internet, jurnal, survey yang dilakukan dilapangan maka
dikumpulkan dalam suatu data penelitian yang akan selama proses
penelitian
7. Persiapan Alat
Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam proses
penelitian.
8. Analisa Kerusakan piston
Analisis kerusakan pada piston dilakukan agar mengetahui bagaimana,
mengapa dan penyebab piston bisa mengalami kerusakan.
43

9. Root Casue
Setelah analisa dilakukan maka akan ada 2 kemungkinan dimana Root
cause dapat ditemukan atau tidak, jika Root cause dapat ditemukan
maka penelitian selesai, sedangkan bila Root cause tidak ditemukan
maka harus Kembali pada proses pengumpulan dan pengolahan data
untuk meninjau kembali.
10. Selesai
Setelah menemukan Root Casue maka proses penelitian selesai.
3.7 Alat dan Bahan analisa
Bahan yang digunakan dalam proses analisa ini di dapatkan selama
penulis melaksanakan On Job Training di PT Trakindo pada bulan
Januari-Juli 2020, adapun bahan analisa yang di gunakan ialah,
Bahan : Engine Model3408. Sedangkan peralatan yang di gunakan untuk
melakukan proses analisa ini adalah.
Tabel 3.2 Peralatan analisa

NO Nama Alat Keterangan


.
1 Tool box Dissamble Piston
2 Lap/majun Untuk membersihkan oli
yang berceceran maupun
debu.
3 Kamera Untuk mengambil gambar
4 Sarung tangan Untuk digunakan pada saat
bekerja
5 SIS Untuk melihat prosedur
pekerjaan
6 Danger Tag Untuk mengetahui ada
kerja
44

3.8 Macam-macam Kerusakan Pada Piston


Pada umumnya kerusakan piston ada beberapa jenis yaitu:
1. Carbon Cuting

Gambar 3.1 Carbon Cutting


Karena piston DI (direc injection) beroprasi lebih panas dari piston PC
(pree configuration), setelah ribuan jam beroperasi keduanya akan menunjikan
tampilan yang berbeda. Piston PC membentuk endapan karbon hitam tipis pada
crown dan top land sementara piston DI membentuk endapan ke arah bawaah pin
bore di mana sisi bore yang berdekat akan menunjukan perubahan warna
(discoloration). Warna kecoklatan terbentuk dari endapan pembakaran fuel
biasanya memanjang di bawah endapan karbon hitam. Liner beroperasi lebih
dingin dibandingkan piston crown dan membentuk endapan karbon lebih berat di
sepanjangjalur top ring.
2. Endapan Karbon

Gambar 3.2 Endapan Karbon


45

Endapan karbon ringan, mungkin juga terbentuk dibelakang ring dan pada
ring land selama operasi normal. Piston DI yang lebih panas biasanya
menghasilkan endapan lebih banyak dibanding versi PC yang lebih dingin.
3. Keausan Ring

Gambar 3.3 Keausan Ring


Dalam kondisi normal, tampilan ring hanya sedikit berbeda dibandingkan
yaang baru Panas dan gas pembakaran mengubah warna bagian tidak bersentuhan,
sementara permukaan dan sisi yang dikeraskan aus akibat abrasi oleh partikel
kecil di dalam oli. Keausan ini perlahan melebarkan witness laps sampai kontak
terjadi sepanjang permukaan ring.
4. Oil Ring

Gambar 3.4 Oil Ring


46

Keausan abrasive yang normal terjadi antara oil ring dan expander ring.
hal ini dapat menyababkan spiral groove menjadi aus pada sisi dalam material
ring yang lebih lembut disebabkan oleh spring steel yang lebih keras.Normalnya
alur ini sangat dangkal dan tidak menyebabkan masalah.
5. Ring Piston
.

Gambar 3.5 Ring Piston


Pengamatan visual pada ring tengah menunjukan perubahan warna yang
tidak bisa pada celah dan witness lap sudah tidak terlihat menandakan telah terjadi
persinggungan penuh (full face contact). Perubahan warna pada kedua sisi
dikarenakan blow by.
6. Keausan Adhesive

Gambar 3.6 Keausan Adhesive


47

Keausan adhesive piston,ring dan liner diakibatkan oleh persinggungan


dinamakan scuffing dan ketika hal ini tearjadi cukup lama dan mengakibatkan
lengketnya piston dalam liner, maka disebut seizure. Saat scuffing terus terjadi
maka sebagian besar area piston akan terkikis.
7. Skirt Scuffing

Gambar 3.7 Skirt Scuffing


Scuffing pada skirt lebih sering di bandingkan scuffing pada crown.
Dinding piston pada antara pin bore dan thrust skirt melebar sampai ke oil ring
yang menyebabkan kehilangan control oli. Saat scuffing terus berlanjut skirt akan
bergesekan hingga piston menggoreskan liner.
8. Cold Start

Gambar 3.8 Cold Start


Tanda-tanda cold start adalah gesekan adhesive pada bagian tengah dari
thrust skirt, pada kondisi temperature rendah yang ekstrem, supply oli tertunda,
dan oli yang tertinggal mungkin tidak mencukupi untuk melindungi permukaan
dari bersinggungan. Karena ini adalah masalah sistem, tanda-tanda yang sama
ditemukanpada beberapa piston. ukuran liner yang terlalu kecil atau piston yang
48

oversize mungkin memberikan gesekan yang mirip. pada kondisi ini, saat piston
bergesekan, pin bore belum memuai sehingga gesekan terjadi pada bagian thrust
skirt.
9. Piston dengan Ring Scuffing

Gambar 3.9 Piston dengan Ring Scuffing


Ketika ring scuffing terjadi maka kemungkinan piston scuffing pun akan
terjadi, hal ini biasanya dikarenakan menggunakan viskositasoli yang salah,
kontaminasi dari oli.
10. Akibat Kualitas Oli

Gambar 3.10 Akibat Kualitas Oli


Saat melepas piston ring, terungkap bahwa ring grove telah dilingkupi
oleh karbon yang tebal sehingga ring tersebut tidak dapat duduk dengan
semestinya, sehingga akibatnya tekanan pada liner akan berlebihan dan
bergesekan. Dalam kasus ini, penyelidikan latar belakang kerusakan
mengungkapkan bahwa pelanggaran telah tidak menggunakan grade dengan
kekentalan oli yang tepat, dan jangka waktu pergantian olinya telah berlebih. SOS
sampling pada engine ini menunjukan bahwa paket additive pada oli telah habis
dan tidak mampu menjaga kebersihan ring grove.
BAB IV
PEMBAHASAN KERUSAKAN PISTON PADA ENGINE C18

4.1 Flow Chart

Mulai

Studi Literatur

Observasi SIS

Pengumpulan Fakta

Analisa
Kerusakan Piston
pada Engine C18

Penyebab Tidak
Teridentifikasi

Ya

Selesai

Gambar 4.1 Flow ChaRt

49
50

4.2 Analisis Kerusakan Piston Pada Engine C18

A. Pengumpulan Data
Data Engine
Engine Gp. Condition from customer
S/N : RHX05023
Arr : 286-9798
Engine Model : C18
customer :PT. Holcim Beton
lokasi :Gunung Maloko

Gambar 4.2 Engine C18

Customer melaporkan bahwa 385CL kosumsi engineoil berlebih


pada HM (hourmeter) 1507 per jam. Engineoverhaul besar pada febuary
2014 dengan w/o 1022045 pada HM (hourmeter)16071 per jam. Customer
melaporkan dengan HM (hourmeter) unit 16902 pada saat konsumsi
engine oil berlebih. jadi total HM setelah overhaul 831 per jam. Data
tambahan oli yang diukur 02 juni 2014 pada HM (hourmeter) 12780 per
jam. sejak saat itu, customer menggunakan CAT DieselEngineOil 15W40
51

untuk pelumasan engine. Scratch pada cylinder liner bore dan hard facing
pada saluran ring piston tengah dan saluran oli ring hilang.
1. Cylinder Liner

Goresan pada cylinder liner bore disebabkan oleh kerusakan pada


ring piston (yang tengah) dan ring oil. kondisi untuk semua cylinder liner
bore sama.

Gambar 4.3 Kerusakan Cylinder Liner


52

2. Intermediate Ring Piston

Permukaan yang keras pada semua ring piston bagian tengah


hilang atau habis, seperti flaking (coakan akibat benturan) atau spalled
(pecah).

Gambar 4.4 Kerusakan Ring Piston


53

3. Ring Oil

Hal yang sama seperti intermediate ring, lapisan keras pada


permukaan oil ring terkelupas. Kondisi seluruh permukaan oil ring tampak
sama.

Gambar 4.5 Kerusakan Ring Oil


.
B. Analisis Masalah
Kerusakan ini disebabkan oleh kegagalan dari intermediate ring
piston, dimana pada permukaannya terkelupas atau aus. Pada permukaan
yang aus tersebut akan menggores ke cylinder liner yang pada akhirnya
ring oil pun rusak. Dengan rusaknya ring oil tersebut maka oli akan bocor
dan masuk keruang bakar.
Kerusakan oil ring dapat terjadi karena gesekan dengan dinding
liner bagian dalam yang berupa goresan (scratch) pada bagian
ringoilmaupun dinding cylinderliner bagian dalam.
54

Penyebab kerusakan oil ring biasanya terjadi atas beberapa


kemungkinan di antaranya :
1. Pembakaran yang tidak sempurna
2. Oli yang berdegradasi
3. Pengoperasian dalam kondisi dingin
4. Oli yang terkontaminasi
5. Air inlet yang terkontaminasi
Dari beberapa kemungkinan diatas, berdasarkan temuan penulis
dilapangan pada engine C18, ditemukan penyebab yang paling mungkin adalah
oli yang terkontaminasi.
Pada engineC18 terdapat kerusakan di dalamnya berupa kerusakan ring oil,
kerusakan ringoil bisa disebabkan kontaminasi oleh partikel-partikel asing yang
bercampur oli. Berikut penjelasan penyebab-penyebab tersebut pada ring oil.
Kontaminasi :

Dari hasil observasi yang penulis lakukan di PTTrakindo Utama BSD,


penulis menemukan kerusakanringoilpada engine C18. Ringoilyang penulis
temukan mengalami scratch yang disebabkan oleh adanya partikel-partikelasing
yang terbawa melalui sistem pelumasan. Bercampurnyapartikel-partikelasing
dengan oli pada saat pelumasan terjadi dikarenakan filtertersumbat, sehingga
bypass valve akan membuka dan mengalirkan oli menuju ruang bakar tanpa
melewati filter, sehingga kerusakan terjadi.

Gambar 4.6 Filter yang tersumbat


55

Gambar 4.7 Oil yang bercampur partikel


Selain itu piston cooling jet juga sangat penting di perhatikan jika piston
cooling jet tersumbat atau bengkok bisa menyebabkan komponen rusak terutama
bagian bawah piston, pin, dan connecting rod.
4.3 Akibat Kerusakan Piston Pada Engine C18
Adapun akibat dan pengaruh yang ditimbulkan oleh kebocoran
piston ring oilpada engineC18yaitu:

1. Kosumsi pelumas yang boros.


2. Kebocoran oli yang masuk ke ruang bakar tersebut akan ikut terbakar
sehingga menghasilkan asap pembakaran yang berwarna putih (white
smoke).
4.4 Cara Meminimalisir dan Mencegah Kerusakan Piston Pada Engine
C18
Agar tidak terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih parah terjadi
di piston pada engineC18, maka diperlukannya perawatan untuk mencegah
agar tidak terjadinya kerusakan pada piston, berikut pencegahan dan
perawatannya:

1. Selalu gunakan oli yang dianjurkan oleh spesifikasi dan penggunaan oli
yang tepat adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kerusakan
awal.
2. Selalu periksa level oli pada tangkimelalui dipstick. Pastikan level oli
berada pada level yang seharusnya pada dipstick, agar pompa mendapat
suplai oli yang cukup untuk dialirkan ke sistem.
56

3. Selalu bersihkan screen pada suction bell menurut jadwal PM.


4. Pastikan oil filterdiganti sesuai jadwal penggantian pada PM.
5. Perawatan berkala selalu dilakukan.
6. Pada saat pengecekan pastikan piston benar-benar bersih dari kotoran atau
kontaminasi, karena hal ini sangatlah penting untuk diperhatikan supaya
piston tersebut bebas dari kontaminasi sehingga dapat mengurangi resiko
kerusakan pada piston tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Sesuai dengan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Ring Oil
Atas dasar analisis yang dilakukan, oil filter yang tersumbat menyebabkan
partikel asing masuk kedalam sistem pelumasan, oil ringakan mengalami
gesekan dengan cylinder liner hingga oil ring mengalami scratch yang
mengakibatkan oli akan bocor dan masuk ke dalam ruang bakar.
2. Akibat dari ringoilyang bocor kosumsi pelumas akan boros karena
Kebocoran oli yang masuk ke ruang bakar tersebut akan ikut terbakar
sehingga menghasilkan asap pembakaran yang berwarna putih (white
smoke).
5.2 Saran
Pada penulisan karya tulis ini penulis akan memberikan sebuah masukan
atau ide serta saranan, mudah-mudahan dapat berguna bagi kita bersama. Berikut
saran yang penulis sampaikan :

1. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen utama engine


maka harus melakukan pemeliharaan engine sesuai dengan PM
(preventive maintenance)
2. Setiap penggantian spare part diusahakan selalu diganti dengan spare
part yang benar sesuai dengan serial number yang tertera pada spare
part dan bisa dilihat pada part book.
3. Contamination control harus selalu diperhatikan.

56
DAFTAR PUSTAKA

PT Trakindo Utama, 2014. Applied Failure Analysis 1. Jakarta


PT Trakindo Utama, 2014. Engine Performance Analysis. Jakarta
Politeknik TEDC Bandung, 2013 – 2015. Panduan Penyusunan Tugas Akhir.
Cimahi
Service Information System, 2014. Caterpillar USA

57
LAMPIRAN

FAILURE ANALYSIS REPORT

Trakindo RONI /
: 1024173 Reported By :
WO W826
29
Original Reported
: 1022045 : September
WO Date
2014

Checked
Approved by Jan Rudi
byForeman : Chrisdian F :
Service Head Sinaga
/Supervisor

(Name and
(Name and Signature)
Signature)
SIMS Information
DEALE EQUIPMENT CUSTOMER PT.
R NUMBER NAME
CODE J210 ME-04 Holcim
Beton
TECHNICIAN EQUIPMENT Gunun
09 /29/14
IDENTIFICATION LOCATION
Mo / da / yr g
DATE W826
Malok
o
CATER CATERPILLAR INSTRUCTION
SBE0027
PILLAR 385 CL SERIAL No Engine high oil consumption
MODEL 4
HOURS 16902 KILOMETERS

PART PART QT DESC,* GROUP GROUP NAME DID THIS INCIDENT DESCRIPTI
NUMBER NAME Y CODE NUMBER MAKE THE VE
RESPONSIBLE CONTAININ PRODUCT COMMENT
G PART INOPERABLE S (20
SPACES
MAXIMUM
PER
INCIDENT)
2382707 Ring 6 90 368- PISTON & Yes Hardfaci
piston 7822 ROD GP No ng
DESCRIPTION A – Structural C – Leaks E – System G – General K- X–
CODES * Malfunction Repair Serviceability Operator
(Refer SIMS B – Surface D – Factory F – Factory H – Adjustment N - Abuse Complaint
Guidelines : Assembly Shipping
SEBD0850)
Component Information
CompTar
Component Ring PCR Schedule get hrs
Description : Hrs : (ex
Piston 12000)
83 Current
Comp Serial No / ID : 2382707 Comp Hours : 1
hrs failed
(ex 8000)
Remain
of target
Comp Arr / Gp No : 3687822 Life Remaining : life
(4000)
Mach Hrs Install : Comp New Price :
(ex $
Mach Hrs Removed : Cost To Repair : 10000 )
10 march Cost/Hr (10000 /
Date Comp Installed : 2014 Remaining
: 4000 = )
2 June
Date Comp Failed :
2014
Supporting Documentation Required
# Description Y/N Comments
1 Installation Check List N
2 Repair & Maintenance Y Fuel & Oil Consumption Record
History
3 SOS History Y SOS trend raise fe, oxidation, & soot
4 Magnetic Plug N
Inspections
5 ET/VIMS Data Y
6 TPMS / Payload Data N
7 Performance Test Data N
8 Others Y New part replaced last overhaul.

Failure Outline:Brief outline of what the Customer reported.


Customer reported that 385CL powered by C18 Engine consumption of
Engine Oil is too high.
Background / Research:Include all observations made during your Failure Analysis investigation
including good and bad.

Customer reported that 385CL consumption of Engine Oil is too high at


SMU 1507.
Engine was major Overhaul at February 2014 with w/o 1022045 at SMU
16071 Hours.
Customer reported at running hours 16902 engine high oil consumption,
Total running hours after Overhaul 831 hours.
Data addition oil measured from 02 June 2014 at running hours 12780
Hrs, Since this period, customer using CAT DEO 15W40 for their engine
lubricant.
Scratches at all cylinder liner bore and hard facing of all intermediate ring
pistons and all oil rings are missing.
New ring piston was replaced during overhaul engine.
2465659 doc no 16C024590C
2239159 doc no 16C024590C
2382707 doc no 16C024590A & 16C024590C
New liner installed
3221126 doc no 16C024590B & 16C024590C
OBSERVATION
Part Number -Name – Modifier Code To Help Explain Progression/Stage of Failure
(RH/LH/Upper/Lower etc) /Photos/Parts Book Illustration
Identify Type, Amount, Location of Wear,
Damage, Fractures etc.

Engine Gp. Condition from customer


S/N : RHX05023
Arr : 286-9798
Engine Model : C18

P/N : 253 - 8766


CYLINDER LINER

Cylinder liner bore scratches caused damage of


intermediate ring piston and ring oil.
Condition for all cylinder liner bore are same.
Scratches and Heavy wear
for all cylinder liner

P/N : 238 - 3150


INTERMEDIATE RING PISTON

Hard facing of all intermediate ring pistons are


missing it’s like Flaking or spalled.
Based on SEBV0553 page 14 it was parts problems.

Hard facing of all


intermediate ring
P/N : 246 – 5659
RING OIL

Same like intermediate rings, hard facing of all oil


rings are missing.
Condition for all rings oillooks is same.

Hard facing of all


oil ring are missing
P/N : 224-3245
Connecting Rod

All Connecting Rod Appears Normal

P/N : 224-3246 1 2 3 4 5 6
Bearing Journal

Bearing journal looks normal wear condition

Bearing journal
looks normal wear
P/N : 189-4918
Crankshaft As

Light scratches at all surface Rod Journal

Light scratches at
surface Rod Journal

Conclusions (What Caused the Failure):Describe the root cause and the sequence of
events that caused it.

This problem happen caused by failure of intermediate ring piston, hard


facing of intermediate ring piston was flaked or missing. That missing
areas make cylinder liner bore scratches and makes ring oil damage too.
In this case makes oil through to combustion chamber and burned. It
result engine high oil consumption.

Warranty Decision or Recommendation: Please mark X in only one box below.

Not Warranty Accepted : x ASA Claim* :


warranty :
Comments: Pitted on outside ring piston and make combustion leaks
to crankcase..

*) Application Severity Analysis

Solution to Prevent Reoccurrence:


Monitor SOS result

Check SIS for Service Letters and Service Magazines related to this failure. AMT history,
MIM’s history, Oil sample results, please attaches supporting documents below.

Anda mungkin juga menyukai