TUGAS AKHIR
DI SUSUN OLEH :
ZAENAL MA’ARIF
0121503002
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
Disahkan Oleh :
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin Otomotif
Kata kunci : Motor diesel, pompa injeksi sebaris, kalibrasi, mesin test bench.
iii
Zaenal Ma’Arif
0121503002 Tugas Akhir
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul “PENGARUH KALIBRASI POMPA INJEKSI
SEBARIS PADA MESIN DIESEL”.
Shalawat serta salam semoga tetap akan terus tercurahkan untuk Nabi
Muhammad SAW, manusia pilihan yang pribadinya selalu menjadi tauladan bagi
kita semua, kepada keluarganya, kepada sahabatnya sampai kepada pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa di dalam Tugas Akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan – kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak, agar di dalam penulisan yang akan datang bisa menjadi lebih baik.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua orang tua dan kakak tercinta yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materil.
2. Bapak Drs. Singgih Hartanto. M.Si, selaku ketua program studi DIII
Teknik Mesin Otomotif, Institut Teknologi Indonesia.
3. Bapak Jones Victor Tuapetel. ST. MT. Ph.D, selaku dosen pembimbing,
yang telah membimbing dan memberi masukan – masukan kepada penulis
untuk menyelesaikan Tugas Akhir dengan penuh kesabaran.
4. Seluruh Dosen DIII Teknik Mesin Otomotif yang telah banyak membantu
saya sewaktu kuliah saya ucapkan terima kasih banyak.
5. Terima kasih kepada rekan – rekan DIII Otomotif 2015 : Herkulanus
Kevinnosta, Yosua Putra Aditya, Muhamad Rizky, Achmad Ade Fathony,
Toni Gistama Saputra, Alif Maulana Ihsan, Kasrudi, Singgang Bagus
Panuntun, Dhanis Tisura, Mohamad Boi Era Nata Nagara, Boy Ilmar
Saputra, atas bantuannya selama perkuliahan dan selama Tugas Akhir ini
berjalan.
6. Segenap rekan – rekan mahasiswa Teknik Mesin Otomotif 2016.
7. Terima kasih juga kepada bapak Giok Can selaku pemilik Bengkel Betawi
Diesel yang telah memberikan ilmu tentang diesel selama saya di
Tanggerang.
8. Dan juga kepada mekanik betawi diesel : Abang Boink, Abang Yadi,
Koko Mamat, Abang Endar, Bang Doni, Abang Nanjar, yang penuh
kesabaran telah mengajari saya tentang seluk beluk diesel.
9. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Hermawan, selaku kepala
bengkel Anugrah Motor Diesel, yang telah membantu saya dalam kalibrasi
pompa injeksi sebaris, serta memberikan pengarahan – pengarahan tentang
pompa injeksi.
Akhir kata, harapan penulis semoga Tugas Akhir ini bermanfaat sebagai
panduan bagi rekan – rekan saya untuk pembuatan Tugas Akhir. Sekian dan saya
ucapkan terima kasih.
Zaenal Ma’Arif
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Utama Motor Diesel dan Motor Bensin ........................ 5
Tabel 4.1 Standar Volume Bahan Bakar Menurut NIPPON DENSO
INJECTION PUMP SPECIFICATION .......................................... 32
Tabel 4.2 Hasil Sebelum Kalibrasi Pada Rpm 300 Stroke 100 ....................... 33
Tabel 4.3 Hasil Sebelum Kalibrasi Pada Rpm 1000 Stroke 100 ..................... 33
Tabel 4.4 Hasil Setelah Kalibrasi Pada Rpm 300 Stroke 100 ......................... 33
Tabel 4.5 Hasil Setelah Kalibrasi Pada Rpm 1000 Stroke 100 ....................... 33
Tabel 4.6 Hasil Setelah Kalibrasi Pada Rpm 150 Stroke 100 ......................... 34
Tabel 4.7 Hasil Volume Bahan Bakar Sebelum Kalibrasi Pada Rpm 300 ..... 35
Tabel 4.8 Hasil Volume Bahan Bakar Sebelum Kalibrasi Pada Rpm 1000 ... 36
Tabel 4.9 Hasil Volume Bahan Bakar Setelah Kalibrasi Pada Rpm 300 ........ 36
Tabel 4.10 Hasil Volume Bahan Bakar Setelah Kalibrasi Pada Rpm 1000 .... 36
Tabel 4.11 Hasil Volume Bahan Bakar Setelah Kalibrasi Pada Rpm 150 ...... 37
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan adalah :
a) Sebagai informasi bagi pembaca tentang kalibrasi sistem pompa injeksi
inline pada mesin diesel.
b) Publikasi artikel tentang kalibrasi pompa injeksi tipe sebaris pada mesin
diesel.
c) Menambah wawasan bagi pembaca tentang gangguan umum pada pompa
injeksi sebaris dan cara mengkalibrasi pompa injeksi inline serta cara
menyetel jumlah konsumsi bahan bakar pada pompa injeksi sebaris.
a) Observasi
Untuk mendapatkan data laporan tugas akhir, penulis melakukan
penyetelan dan kalibrasi pada pompa injeksi sebaris untuk keperluan data
penyusunan laporan tugas akhir.
b) Studi Literatur
Untuk mendapatkan bahan laporan tugas akhir, penulis melakukan
pencarian data dengan mempelajari beberapa buku, jurnal dan internet
yang terkait dengan penulisan laporan tugas akhir.
c) Konsultasi
Selama penulisan laporan tugas akhir, penulis melakukan konsultasi atau
asistensi secara rutin kepada pembimbing tugas akhir.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Secara singkat prinsip kerja motor diesel 4 tak dapat dilihat pada gambar
2.2.
a) Langkah isap, yaitu waktu torak bergerak dari TMA ke TMB. Udara
diisap melalui katup isap sedangkan katup buang tertutup.
b) Langkah kompresi, yaitu ketika torak bergerak dari TMB ke
c) TMA dengan memampatkan udara yang diisap, karena kedua katup isap
dan katup buang tertutup, sehingga tekanan dan suhu udara dalam silinder
tersebut akan naik.
d) Langkah usaha, ketika katup isap dan katup buang masih tertutup, partikel
bahan bakar yang disemprotkan oleh pengabut bercampur dengan udara
bertekanan dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran. Pada langkah
ini torak mulai bergerak dari TMA ke TMB karena pembakaran
berlangsung bertahap.
e) Langkah buang, ketika torak bergerak terus dari TMA ke TMB dengan
katup isap tertutup dan katup buang terbuka, sehingga gas bekas
pembakaran terdorong keluar.
Gambar 2.4 Sistem Injeksi Bahan Bakar Dengan Pompa Injeksi Sebaris (Inline)
(DIKNAS: 2004)
Pada sistem injeksi bahan bakar dengan pompa injeksi sebaris seperti di
atas, terdiri dari empat elemen pompa yang melayani empat buah silinder. Dengan
demikian tiap silinder mesin diesel akan dilayani oleh satu elemen pompa secara
individual.
Gambar 2.5 Sistem Injeksi Bahan Bakar Dengan Pompa Injeksi Distributor
(DIKNAS: 2004)
Bila air sampai masuk ke dalam elemen pompa maka dapat menyebabkan
kerusakan pada elemen pompa karena korosi dan pengabutan menjadi terganggu.
Untuk mengetahui bahwa air yang berada dalam sedimenter telah banyak maka
diketahui dari sistem lampu peringatan yang sirkit kelistrikannya dapat dilihat
pada gambar 2.7.
Bila volume air dalam sedimenter telah cukup banyak (200 cc) maka
pelampung akan menghubungkan water switch (lead switch) dengan masa.
Akibatnya arus listrik akan mengalir dari baterai ke lampu filter terus ke masa,
akibantnya lampu filter akan menyala untuk memberi peringatan kepada
pengendara bahwa air yang berada pada sedimenter perlu segera dikeluarkan.
Pompa pemindah untuk pompa injeksi sebaris adalah model pompa kerja
tunggal (single acting) dipasang pada sisi pompa injeksi dan digerakkan oleh
poros nok pompa injeksi. Pompa pemindah ini dilengkapi dengan pompa tangan
untuk membuang udara yang terdapat pada aliran bahan bakar sebelum mesin
dihidupkan.
Bahan bakar di dalam pompa injeksi selamanya harus cukup, untuk itu
perlu pengiriman bahan bakar ke pompa injeksi dengan tekanan tertentu. Bila
tekanan rendah di bawah spesifikasi, elemen pompa tidak mampu memberikan
bahan bakar yang cukup pada kecepatan tinggi. Oleh karena itu, tekanan pengisian
harus di atas 1,8–2,2 kg/cm2 (2,56–3,11 psi).
Keterangan:
1= Plunyer
2= Silinder (barrel)
3= Alur pengontrol
4= Lubang masuk elemen
5= Katup penyalur
6= Sleeve pengontrol plunyer
7= Pinion pengontrol plunyer
8= Plunger driving face
9= Batang pengatur (control rack)
a) Pada saat plunyer berada pada titik terbawah, bahan bakar mengalir melalui
lubang masuk (feed hole) pada silinder ke ruang penyalur (delivery chamber)
di atas plunyer.
b) Pada saat poros nok pada pompa injeksi berputar dan menyentuh tappet roller
maka plunyer bergerak ke atas. Apabila permukaan atas plunyer bertemu
dengan bibir atas lubang masuk maka bahan bakar mulai tertekan dan
mengalir keluar pompa melalui pipa tekanan tinggi ke injektor.
c) Plunyer tetap bergerak ke atas, tetapi pada saat bibir atas control groove
bertemu dengan bibir bawah lubang masuk, maka penyaluran bahan bakar
terhenti.
d) Gerakan plunyer ke atas selanjutnya menyebabkan bahan bakar yang
tertinggal dalam ruang penyaluran masuk melalui lubang pada permukaan
atas plunyer dan mengalir ke lubang masuk menuju ruang isap, sehingga
tidak ada lagi bahan bakar yang disalurkan.
menyetel baut pada tappet roller. Prestroke ini berkaitan dengan saat injeksi
(injection timing) bahan bakar keluar pompa.
Jumlah pengiriman bahan bakar dari pompa diatur oleh governor sesuai
dengan kebutuhan mesin. Governor mengatur gerakan control rack yang
berkaitan dengan control pinion yang diikatkan pada control sleeve. Control
sleeve ini berputar bebas terhadap silinder. Bagian bawah plunyer (flens) berkaitan
dengan bagian bawah control sleeve. Jumlah bahan bakar yang dikirim tergantung
pada posisi plunyer dan perubahan besarnya langkah efektif (Gambar 2.14).
Langkah efektif adalah langkah plunyer dimulai dari tertutupnya lubang masuk
oleh plunyer sampai control groove bertemu dengan lubang masuk. Langkah
efektif akan berubah sesuai dengan posisi plunyer dan jumlah bahan bakar yang
diinjeksikan sesuai dengan besarnya langkah efektif.
Penekanan bahan bakar dari elemen pompa ke injektor diatur oleh katup
penyalur (delivery valve). Katup penyalur ini berfungsi ganda, yaitu selain
mencegah bahan bakar dalam pipa tekanan tinggi mengalir kembali ke plunyer
juga berfungsi mengisap bahan bakar dari ruang injektor setelah penyemprotan
(Gambar 2.15).
Tipe nosel injeksi sangat menentukan bagi proses pembakaran dan bentuk
ruang bakar. Tipe lubang banyak pada umumnya digunakan untuk mesin diesel
dengan injeksi langsung (direct injection), sedangkan tipe pin pada umumnya
digunakan untuk mesin diesel yang mempunyai ruang bakar muka
(precombustion chamber) dan ruang bakar pusar (swirl chamber).
Kebanyakan nosel injeksi model pin adalah yang berjenis throttle yang
pada saat permulaan injeksi jumlah bahan bakar yang ditekan ke dalam ruang
bakar muka hanya sedikit, tetapi pada akhir injeksi jumlah bahan bakar semakin
banyak. Kerja nosel injeksi tipe pin dapat dilihat pada gambar 2.17.
Mesin test bench ini (lihat gambar 2.19) berfungsi mengukur jumlah
konsumsi bahan bakar per elemen pompa injeksi. Sedangkan untuk penyetelannya
dilakukan pada komponen pompa injeksi (control sleve).
Pompa injeksi tipe sebaris (Inline) memiliki kerja satu elemen pompa
melayani satu silinder, sehingga menyebabkan menurunnya setelan setelah
pemakaian pada tahap tertentu. Dan penyetelan konsumsi bahan bakar pada
pompa injeksi sebaris dilakukan tiap elemen pompa dan jumlahnya pun harus
sama dan sesuai standar pabrik dan atau di atas atau di bawah toleransi jikalau
mesin ingin bertenaga atau lebih irit konsumsi bahan bakarnya.
Gambar 2.19 di atas adalah mesin test bench yang digunakan untuk
pengukuran volume bahan bakar. mesin tersebut menggunakan motor listrik
berdaya besar untuk memutar kopling penggerak yang nantinya akan terhubung
dengan pompa injeksi yang akan dikalibrasi. Berikut adalah sidikit keterangan
dari bagian – bagian dari mesin test bench :
1. Pengatur RPM
2. Tangki bahan bakar
3. Tempat motor listrik
4. landasan untuk pompa injeksi
5. dudukan depan pompa injeksi
6. Kopel
7. Flywheel dengan penggerak kopling
8. Gelas ukur
9. Pipa tekanan tinggi
10. Parameter ukur (rpm, counter, temperature)
11. Selang masuk bahan bakar
12. Selang pengembali bahan bakar
Mesin test bench ini menggunakan parameter ukur rpm dan stroke untuk
mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan (lihat gambar 2.20). Stroke disini
adalah banyaknya langkah elemen pompa (Plunger). Banyaknya langkah yang
biasa digunakan pada mesin test bench ini adalah 100 atau 200 untuk kalibrasi
pompa injeksi sebaris dengan kecepatan 150 rpm (untuk awal start), 300 rpm
(untuk idle) dan 1000 rpm (untuk putaran tinggi).
BAB III
METODOLOGI KALIBRASI
Mulai
Perbaikan Pompa Injeksi
Pemeriksaan Awal
Mulai Kalibrasi
Pengecekan Ulang
Selesai
Pada kalibrasi kali ini menggunakan pompa injeksi tipe inline atau sebaris
(lihat gambar 3.2), yang mana nantinya akan dilakukan pengukuran awal jumlah
konsumsi bahan bakar sebelum disetel, kemudian penyetelan jumlah konsumsi
bahan bakar sesuai standarnya dan terakhir pengukuran volume bahan bakar
kembali untuk memastikan jumlah bahan bakar yang dikeluarkan tipa elemen
pompa sama.
2) Tool Set
Tool set (lihat gambar 3.3) yang digunakan untuk kalibrasi pompa injeksi
sebaris antara lain:
Kunci Pas 17, untuk mengencangkan pipa tekanan tinggi terhadap holder
dan untuk mengencangkan baut selang masuk bahan bakar.
Kunci Pas 10, untuk membuja baut buang angin pompa injeksi atau
bleeding.
Kunci Pas 12 dan Ring 12, untuk memasang dan membuka pompa injeksi
terhadap dudukannya.
Kunci Ring 22, untuk mengencangkan dudukan pompa injeksi terhadap
landasan pompa injeksi.
Kunci L, untuk mengencangkan kopel terhadap flywheel.
Obeng (–), untuk menyetel jumlah konsumsi tiap elemen pompa injeksi
agar sama rata.
4) Counter Kalibrasi
dan biarkan solar keluar sampai solar tidak berbusa lagi, lalu kencangkan
baut buang angin.
8. Perlu diperhatikan jenis pompa injeksi sebaris yang digunakan ini tidak
memakai saluran pengembali bahan bakar, jadi dalam proses buang
diusahakan jangan terlalu lama karena akan membahayakan pompa injeksi
atau selang yang bisa pecah.
9. Setelah buang angin selesai, putar pengatur rpm sedikit saja biarkan mesin
test bench berputar dengan pelan dan jangan pasang terlebih dahulu pipa
tekanan tinggi untuk melihat apakah solar keluar dari holder. Bila solar
yang keluar dari holder bertekanan (muncrat ke atas) berarti tandanya baik,
namun bila solar yang keluar dari holder tidak muncrat ke atas atau luber
berarti ada masalah pada holder, bisa dari pemasangan holder yang terlalu
kencang atau holder mengalami kerusakan. Bila terjadi masalah tersebut,
kendorkan holder sedikit dan kencangkan kembali sesuai standar.
10. Kemudian hentikan putaran mesin test bench dan pasang pipa tekanan
tinggi dengan benar.
11. Setelah semua pipa terpasang, putar pengatur rpm dan set pada rpm 1000
(putaran tinggi) untuk mengetes apakah solar dapat keluar di nozzle. Bila
semua elemen pompa bekerja dengan baik, ukur jumlah solar pada rpm
1000 dengan stroke 200 dan hasil yang seharusnya di dapat adalah 8,3 (+/-
) 0,2 cc dan harus sama rata setiap elemen pompa injeksi.
12. Kemudian lakukan pengukuran volume bahan bakar pada rpm 300 (idle)
dengan stroke 200 dan rack 8 mm. Nilai rack ini didapat saat pemasangan
elemen pompa injeksi, bila garis tengah pada rack sejajar dengan tanda
lubang diatanya berarti itu adalah rack 11 mm dan bila ingin mengubah
rack, putar setelan pengatur jumlah bahan bakar, kemudian ukur panjang
control rack yang menonjol di depan pompa menggunakan mistar atau
jangka sorong.
13. Tes jumlah minyak pada rpm 300 (idle) dengan stroke 200 dan rack 8,
hasilnya harus 2 cc dan sama rata setiap elemen pompa injeksi.
14. Bila hasilnya tidak rata, lakukan penyetelan dengan cara kendorkan sekrup
klem plunger atau sekrup pinion, lalu getok sedikit demi sedikit control
sleeve ke kiri atau ke kanan. Untuk pompa injeksi jenis ini penambahan
solar diputar ke kiri dan ke kanan untuk mengurangi solar.
15. Bila bahan bakar yang dikeluarkan pada rpm 300 dengan stroke 200 sudah
rata semua setiap elemen pompa injeksi, lanjutkan dengan mengecek
jumlah bahan bakar pada rpm 1000 dengan stroke 200 dan rack 12mm.
Hasil yang harus didapat adalah 8 cc toleransi + 1cc. Jumlah bahan bakar
pada rpm tinggi ini bisa diketahui dengan melihat diameter plunger pada
ID pump.Untuk pompa injeksi ini diameter plunger adalah 6 mm lalu
dimasukan rumus ((D – 2) x 2 + 1), sehingga menjadi ((6 – 2) x 2 +1) =
9cc tambah toleransi +1cc sehingga menjadi 10cc.
16. Karena pada rpm 300 sudah di setel untuk meratakan jumlah bahan bakar
yang dikeluarkan, maka pasti pada rpm tinggi bahan bakar yang
dikeluarkan tiap elemen sudah rata.
17. Kemudian tes jumlah bahan bakar pada rpm 150 (start) dengan stroke 200
dan rack masih tetap di 12mm. Hasil yang harus di dapat adalah 8,3 (+/-)
0,2 cc atau diatas hasil idle atau bisa juga sama dengan hasil pada putaran
tinggi.
18. Setelah semua data diperoleh kembalikan kembali rack pada posisi 8 dan
bila perlu cek kembali jumlah bahan bakar pada rpm 300 dengan stroke
200.
19. Sebelum selesai cek pompa injeksi dari kebocoran – kebocoran dengan
kompresor.
20. Setelah selesai, hentikan putaran mesin test bench dan matikan saklar
suplai bahan bakar serta saklar motor listrik.
21. Lepaskan pipa tekanan tinggi dari pompa injeksi dan lepas juga selang
bahan bakar. Dan juga kendorkan juga baut pengunci flywheel dan kopel
serta baut pengunci dudukan pompa injeksi.
22. Kemudian turunkan pompa injeksi dari mesin test bench, lalu bersihkan
kembali menggunakan kompresor dan pasang komponen pendukung
pompa injeksi seperti feed pump, tutup cover samping, gear depan atau
automatic timer dan cover depan.
23. Kalibrasi pompa injeksi selesai
BAB IV
ANALISA DATA HASIL KALIBRASI
Analisa hasil data kalibrasi pompa injeksi sebaris menggunakan mesin test
bench, dibutuhkan untuk memberikan kesimpulan akhir dari proses kalibrasi
pompa injeksi untuk tugas akhir ini. Analisa data dilakukan dengan
membandingkan jumlah konsumsi bahan bakar pompa injeksi sebelum dan
sesudah penyetelan pada mesin test bench. Pada kalibrasi kali ini dilakukan di dua
tempat berbeda, yaitu yang pertama di Bengkel Anugrah Motor Diesel dan yang
ke dua di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP). Data hasil kalibrasi
dapat dilihat Sub. Bab 4.1 di bawah.
Adapun standar volume bahan bakar untuk kalibrasi pompa injeksi
menurut NIPPON DENSO INJECTION PUMP SPECIFICATION, yaitu :
Tabel 4.1 Standar volume bahan bakar menurut NIPPON DENSO INJECTION
PUMP SPECIFICATION.
Pump Speed Rack Travel Counting Delivery
No.
(rpm) (mm) Stroke Quantity (cm³)
1 1000 12 200 8,3 (+/-) 0,2
2 1800 12 200 9,0 (+/-) 0,3
3 300 About 7 500 3,8 (+/-) 0,6
a. Sebelum Kalibrasi
Tabel 4.2 Hasil sebelum kalibrasi pada rpm 1000 stroke 100
Tabel 4.3 Hasil sebelum kalibrasi pada rpm 300 stroke 100
b. Setelah Kalibrasi
Tabel 4.4 Hasil setelah kalibrasi pada rpm 300 stroke 100
Tabel 4.5 Hasil setelah kalibrasi pada rpm 1000 stroke 100
Tabel 4.6 Hasil setelah kalibrasi pada rpm 150 stroke 100
5 4.6
4
Kalibrasi
3 2.8
2.6
2.4 Rpm 300
2
2 Rpm 1000
0
Plunger 1 Plunger 2 Plunger 3 Plunger 4
Elemen Pompa (Plunger)
3 Rpm 300
2 2 2 2 Rpm 1000
2
Rpm 150
0
Plunger 1 Plunger 2 Plunger 3 Plunger 4
Elemen Pompa (Plunger)
a. Sebelum Kalibrasi
Tabel 4.7 Hasil volume bahan bakar sebelum kalibrasi pada rpm 300
Inlet Backleak Volume
NO Plunger Rpm Stroke Temp. Temp. Bahan
(°C) (°C) Bakar (cc)
1 1 300 200 8
2 2 300 200 10
39°C 28°C
3 3 300 200 11
4 4 300 200 7
Tabel 4.8 Hasil volume bahan bakar sebelum kalibrasi pada rpm 1000
Inlet Backleak Volume
NO Plunger Rpm Stroke Temp. Temp. Bahan
(°C) (°C) Bakar (cc)
1 1 1000 200 15
2 2 1000 200 17
40°C 28°C
3 3 1000 200 18
4 4 1000 200 14
b. Setelah Kalibrasi
Tabel 4.9 Hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi pada rpm 300
Inlet Backleak Volume
NO Plunger Rpm Stroke Temp. Temp. Bahan
(°C) (°C) Bakar (cc)
1 1 300 200 4
2 2 300 200 4
41°C 29°C
3 3 300 200 4
4 4 300 200 4
Tabel 4.10 Hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi pada rpm 1000
Inlet Backleak Volume
NO Plunger Rpm Stroke Temp. Temp. Bahan
(°C) (°C) Bakar (cc)
1 1 1000 200 9
2 2 1000 200 9
43°C 31°C
3 3 1000 200 9
4 4 1000 200 9
Tabel 4.11 Hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi pada rpm 150
Inlet Backleak Volume
NO Plunger Rpm Stroke Temp. Temp. Bahan
(°C) (°C) Bakar (cc)
1 1 150 200 9
2 2 150 200 9
43°C 31°C
3 3 150 200 9
4 4 150 200 9
20
18
18 17
Volume Bahan Bakar (cc) Sebelum
16 15
14
14
12 11
Kalibrasi
10
10
8 Rpm 300
8 7
Rpm 1000
6
4
2
0
Plunger 1 Plunger 2 Plunger 3 Plunger 4
Kecepatan Mesin Test Bench (Rpm)
Dari hasil kalibrasi pompa injeksi sebaris menggunakan mesin test bench,
sebagaimana diuraikan pada Sub bab 4.1 di atas, maka dapat dianalisa sebagai
berikut :
1. Dari data kalibrasi pada bengkel anugrah motor diesel menunjukkan,
sebelum kalibrasi volume bahan bakar pada setiap elemen pompa tidak
rata satu sama lain (Tabel 4.2). Pada rpm 300 stroke 100 rack 8mm,
plunger 1 menghasilkan volume bahan bakar 2,4 cc, plunger 2
menghasilkan volume bahan bakar 2,8 cc, plunger 3 menghasilkan volume
bahan bakar 2,6 cc dan plunger 4 mengahsilkan volume bahan bakar 2 cc.
Hal tersebut terjadi karena pemakaian berkalan dari pompa injeksi yang
menyebabkan setelan pada elemen pompa berubah dan juga akibat dari
proses pembongkaran pompa injeksi, sehingga bila pompa injeksi
dibongkar untuk kepentingan pemeriksaan komponen, setelah
pemasangannya pompa injeksi harus dikalibrasi agar volume bahan bakar
yang dikeluarkan sama rata dan sesuai standar.
3. Karena volume bahan bakar sebelum kalibrasi tidak rata dan tidak sesuai
standar, maka dilakukan penyetelan dengan cara kendorkan sekrup klem
plunger atau sekrup pinion, lalu getok sedikit demi sedikit control sleeve
ke kiri atau ke kanan. Untuk pompa injeksi jenis ini penambahan bahan
bakar diputar ke kiri dan ke kanan untuk mengurangi bahan bakar.
Penyetelan ini dilakukan pada rpm 300 agar lebih mudah dalam
penyetelan karena putaran pompa tidak terlalu kencang.
5. Kemudian hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi. Pada rpm 300
(Tabel 4.4) menunjukkan volume bahan bakar yang rata antar plunger satu
dengan yang lain, yaitu dengan hasil 2 cc setiap elemen pompanya.
Sedangkan pada rpm 1000 (Tabel 4.5) menunjukkan hasil volume bahan
bakar yang sudah rata antara satu dengan yang lain, dengan hasil 5 cc
setiap elemen pompanya. Dan hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi
pada rpm 150 (Tabel 4.6) juga menunjukkan hasil volume bahan bakar
yang sama antara elemen pompa satu dengan yang lain yaitu 5 cc setiap
elemen pompa.
6. Dari hasil kalibrasi pada bengkel anugrah motor diesel seperti ditunjukkan
pada gambar grafik 4.1 dan 4.2, menunjukkan perubahan dari volume
bahan bakar yang semula tidak rata antara satu dengan yang lain menjadi
rata satu dengan yang lain. Dan bila dilihat dari acuan standar volume
bahan bakar pada tabel 4.1 menunjukkan setelah dikalibrasi hasil volume
bahan bakar melebihi standar +2 cc dari standarnya 8,3 cc +/- 0,2 dengan
stroke 200, sedangkan hasil kalibrasi pada rpm 1000 dengan stroke 100
adalah 5 cc bila stroke 200 maka hasilnya akan menjadi 10 cc. Namun
menurut keterangan kepala bengkel anugrah motor diesel hasil tersebut
masih di batas toleransi, efek dari lebihnya volume bahan bakar yang lebih
dari standar yaitu power dan torsi lebih besar, karena bahan bakar yang
masuk ke ruang bakar lebih banyak, namun hanya saja konsumsi bahan
bakarnya lebih boros.
9. Pada awal kalibrasi pompa injeksi sebaris menggunakan mesin test bench
pada rpm 300 stroke 200 dan rack 8 mm, seperti diuraikan pada tabel 4.7
menunjukan hasil yang tidak rata antara elemen pompa satu dan lainnya,
hal tersebut terjadi karena belum dilakukan penyetelan. Pada kalibrasi
pompa injeksi menggunakan mesin test bench pada rpm 300 ini, plunger 1
menghasilkan volume bahan bakar 8 cc, plunger 2 menghasilkan volume
bahan bakar 10 cc, plunger 3 menghasilkan volume bahan bakar 11 cc dan
plunger 4 menghasilkan volume bahan bakar 7 cc. Hal ini terjadi pun sama
sebabnya seperti poin no. 8 di atas. Setelah pengukuran volume bahan
bakar pada rpm ini, kemudian dilakukan penyetelan untuk meratakan
volume bahan bakar antara elemen pompa satu dengan elemen pompa
lainnya agar kinerja dari mesin diesel menjadi baik.
10. Hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi seperti ditunjukkan pada
gambar grafik 4.4, menunjukan bahwa setelah dilakukan penyetelan,
volume bahan bakar setiap elemen pompa sama satu dengan yang lainnya
hasilnya sama. Hasil volume bahan bakar setelah kalibrasi pada rpm 300
adalah 4 cc setiap elemen pompanya, sedangkan hasil volume bahan bakar
setelah kalibrasi pada rpm 1000 adalah 9 cc setiap elemen pompanya dan
untuk hasil volume bahan bakar pada rpm 150 adalah 9 cc setiap elemen
pompanya. Standar volume minyak menurut acuan dari Injection Pump
Test Spesification Nippon Denso adalah untuk rpm 300 rack 8 volumenya
adalah 3,8 (+/-) 0,6 cc dalam 500 stroke, sedangkan untuk rpm 1000 rack
12 volumenya 8,3 (+/-) 0,2 cc dalam 200 stroke dan untuk rpm 150 rack
12 volumenya 8,3 (+/-) 0,2 cc dalam 200 stroke. Dan menurut hasil dari
kalibrasi menunjukan semua hasil setelah penyetelan, volumenya masih di
angka standar.
11. Bila dibandingkan dua hasil antara kalibrasi di bengkel anugrah motor
diesel dengan BTMP, hasil volume bahan bakar elemen pompa terlihat
berbeda sangat jauh, ini dikarenakan bengkel anugrah motor menggunakan
stroke 100 sedangkan BTMP menggunakan stroke 200 namun untuk hasil
setelah kalibrasi dilihat dari gambar grafik 4.2 dan 4.4 maka hasil nya
sama rata antara elemen pompa satu dengan yang lain. Pada bengkel
anugrah motor diesel melebihkan 1 cc untuk kalibrasi pada putaran tinggi,
sedangkan pada BTMP karena sulit untuk menyesuaikan standar yaitu 8,3
+/- 0,2 cc maka dibulatkan menjadi 9 cc. Sedangkan untuk hasil volume
bahan bakar pada putaran idle (300) keduanya sama jika stroke disamakan,
jika stroke 100 volume bahan bakarnya 2 cc jika stroke 200 volume bahan
bakarnya 4 cc
BAB V
KESIMPULAN
1. Hasil kalibrasi pada bengkel anugrah motor diesel, volume bahan bakar
sebelum kalibrasi pada rpm 300 secara berurutan adalah (2,4cc – 2,8cc –
2,6cc – 2cc). Sedangkan pada rpm 1000 hasil volume bahan bakar
sebelum kalibrasi secara berurutan adalah (5cc – 5,2cc – 5,2cc – 4,6cc).
Hal tersebut terjadi karena pemakaian berkala pompa injeksi, sehingga
merubah setelan elemen pompa dan juga karena proses pembongkaran
serta pemasangan pompa injeksi.
2. Hasil kalibrasi di bengkel anugrah motor diesel setelah kalibrasi adalah
untuk rpm 300 stroke 100 yaitu 2 cc, pada rpm 1000 stroke 100 volume
bahan bakarnya 5 cc dan untuk rpm 150 stroke 100 volume bahan
bakarnya 5 cc. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk putaran
tinggi hasilnya lebih +1cc dari standar. Hal tersebut akan menyebabkan
tenaga mesin meningkat hanya saja konsumsi bahan bakarnya lebih boros.
3. Hasil kalibrasi pada Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP),
volume bahan bakar sebelum kalibrasi pada rpm 300 secara berurutan
adalah (8cc – 10cc – 11cc – 7cc). Sedangkan pada rpm 1000 hasil volume
bahan bakar sebelum kalibrasi secara berurutan adalah (15cc – 17cc – 18cc
– 14cc). Hal tersebut terjadi karena pemakaian berkala pompa injeksi,
sehingga merubah setelan elemen pompa dan juga karena proses
pembongkaran serta pemasangan pompa injeksi.
4. Hasil kalibrasi di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP)
setelah kalibrasi adalah untuk rpm 300 stroke 200 yaitu 4 cc, pada rpm
1000 stroke 200 volume bahan bakarnya 9 cc dan untuk rpm 150 stroke
200 volume bahan bakarnya 9 cc. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
volume bahan bakar pada rpm 300 dan 1000 sudah sesuai standar.
5. Efek bila terlalu sedikit dalam penyetelan volume bahan bakar terhadap
mesin adalah tenaga mesin menjadi kurang, susah distart dan performa
engine tidak stabil. Sedangkan bila terlalu banyak dalam penyetelan
volume bahan bakar efek terhadap mesin adalah asap kendaraan menjadi
ngebul, boros bahan bakar dan mesin susah stabil.
DAFTAR PUSTAKA
10) Penyetelan untuk meratakan volume bahan bakar setiap elemen pompa.
11) Hasil pengukuran volume bahan bakar pada putaran tinggi