PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan industri otomotif meliputi komponen-komponen pada sepeda
motor dengan berbagai macam produk dan merek menyebabkan persaingan antar
produsen, baik dalam persaingan harga, mutu dan kualitas produk. Komponen
sepeda motor yang sering diganti adalah kampas rem. Rem berfungsi dengan
baik, maka dapat mengakibatkan kecelakaan.pada umumnya, kampas rem sepeda
motor terbuat dari baha n asbes dan unsur-unsur lainnya seperti SiC, Mn, atau CO.
Berdasarkan proses pembuatannya, kampas rem sepeda motor termasuk pada
particulate composite.
Kualitas kampas rem harus memenuhi standar, salah satunya teragntung dari
kekerasannya. Kekerasan kampas rem berkaitan dengan umur kampas rem, umur
drum atau piringan serta jenis kendaraan. Untuk mendapatkan hasil produksi
optimal, maka akan dilakukan eksperimen dari faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai kekerasan kampas rem dan menentukan level dari faktor-faktor tersebut.
Akan tetapi bahan kampas rem yang terbuat dari asbes sangat membahayakan
kesehatan karena mengganggu pencemaran. Sehingga kampas rem yang terbuat
dari non asbes sekarang banyak dikembangkan dan di jadikan objek penelitian
dengan ditambahkannya inovasi –inovasi pengganti asbes.
Kelapa merupakan komoditas yang berkembang di kabupaten jember (Regional
investement). Menurut Morshed dan Haseeb (2004) bahwa kelapa berpotensi
sebagai alternative serat penguat bahan gesek non-asbes karena tempurung kelapa
memiliki kekerasan 50-80 kgf.mm, keausan 5x10-4 - 5x10-3 mm2/kg dan
kerapatannya tinggi, serta serapan airnya rendah (Desi Kiswiranti,2007). Dari
uraian di atas menunjukan bahwa ketersediaan dan potensi limbah tempurung
kelapa sebagai bahan komposit untuk kampas rem kendaraan. Sebelum digunakan
sebagai kampas rem, berbagai kajian sifat fisis-mekanis komposit berbahan dasar
serbuk tempurung kelapa bermatrik epoxy perlu dilakukan untuk mengetahui
tingkat kekerasan kampas dan keausan.
Aluminium merupakan logam ringan yang banyak terdapat di alam dan
menduduki nomor dua tingkat produksinya setelah besi atau baja. Selain itu
aluminium ini memiliki sifat-sifat yang baik, seperti lebih tahan korosi
dibandingkan dengan besi, memiliki daya hantar listrik yang baik dan ringan.
Aluminium dapat dijadikan bahan komposit pada kampas rem memiliki bobot
ringan.
Resin epoksi adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok
thermoset, yang dibentuk melalui proses polimerisasi kondensasi. Bahan plastik
yang tidak dapat dilunakkan kembali atau dibentuk kembali keadaaan sebelum
mengalami pengeringan. Resin epoksi termasuk kelompok polimer yang
digunakan sebagai bahan pelapis, perekat, dan sebagai matriks pada material
komposit di beberapa bagian struktural, kekuatan perekat epoksi terdegrasi pada
suhu 350o F (177o C) yang memilki sifat baik dalam hal reaksi kimia,
konduktifitas termal, konduktivitas listrik, tahan korosi, kekuatan tarik kekuatan
banding sangat baik berstruktur amorf, tidak meleleh, tidak bisa di daur ulang.
Atom-atomnya berikatan kuat sekali serta memiliki kelemahan pada sifat sensitif
menyerap air dan getas (Fred, 1994)
Material komposit adalah material yang trbuat dari dua bahan atau lebih yang
terpisah dan berbeda tetapi membentuk komponen tunggal dengan tujuan untuk
menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan
penyusunnya. Menurut Handoyo, komposit terdiri dari suatu bahan utama
(matrik-matrik) dan suati jenis penguatan/resin. Yang ditambahkan untuk
meningkatkan kekuatan dan kekuatan matrik. Bahan komposit memiliki banyak
keunggulan, diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan ketahan yang lebih
tinggi, tahan korosi dan ketahanan aus (Smallman & Bishop, 2000)
1.2 TUJUAN KHUSUS PENELITIAN
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian pengaruh variasi ukuran serbuk
tempurung kelapa- alumunium komposit epoksi terhadap nilai kekerasan dan
laju keausan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh variasi ukuran partikel adiktif serbuk tempurung
kelapa terhadap nilai kekerasan komposit alumunium epoksi
2. Mengetahui pengaruh variasi ukuran partikel adiktif serbuk tempurung
kelapa terhadap nilai laju keausan komposit alumunium epoksi.
1.7 LUARAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 REM
Sistem rem dalam suatu kendaraan sepeda motor termasuk sistem
yang sangat penting karena berkaitan dengan faktor keselamatan
berkendara. Sistem rem berfungsi untuk memperlambat dan atau
menghentikan sepeda motor dengan cara mengubah tenaga
kinetik/gerak dari kendaraan tersebut menjadi tenaga panas.
Perubahan tenaga tersebut diperoleh dari gesekan antara komponen
bergerak yang dipasangkan pada roda sepeda motor dengan suatu
bahan yang dirancang khusus tahan terhadap gesekan. Gesekan
(friction) merupakan faktor utama dalam pengereman. Oleh karena itu
komponen yang dibuat untuk sistem rem harus mempunyai sifat
bahan yang tidak hanya menghasilkan jumlah gesekan yang besar,
tetapi juga harus tahan terhadap gesekan dan tidak menghasilkan
panas yang dapat menyebabkan bahan tersebut meleleh atau berubah
bentuk.
Bahan-bahan yang tahan terhadap gesekan tersebut biasanya
merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disatukan dengan
melakukan perlakuan tertentu. Sejumlah bahan tersebut antara lain;
tembaga, kuningan, timah, grafit, karbon, kevlar, resin/damar, fiber
dan bahan-bahan aditif/tambahan lainnya. Terdapat dua tipe sistem
rem yang digunakan pada sepeda motor, yaitu: 1) Rem tromol (drum
brake) dan 2) rem cakram/piringan (disc brake). Cara pengoperasian
sistem rem-nya juga terbagi dua, yaitu; 1) secara mekanik dengan
memakai kabel baja, dan 2) secara hidrolik dengan menggunakan
fluida/cairan. Cara pengoperasian sistem rem tipe tromol umumnya
secara mekanik, sedangkan tipe cakram secara hidrolik (Soebiyakto,
2011)
Jenis Rem
2.1.1.1 Rem Tromol
Rem tromol merupakan sistem rem yang telah menjadi metode pengereman
standar yang digunakan sepeda motor kapasitas kecil pada beberapa tahun
belakangan ini. Alasannya adalah karena rem tromol sederhana dan
murah.Cara pengoperasian rem tromol pada umumnya secara mekanik yang
terdiri dari:
pedal rem (brake pedal) dan batang (rod) penggerak. Konstruksi dan
cara kerja rem tromol seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut ini :
Rem tromol terbuat dari besi tuang dan digabung dengan hub
saat rem digunakan sehingga panas gesekan akan timbul dan gaya
gesek dari brake lining dikurangi. Drum brake mempunyai sepatu rem
(dengan lining) yang berputar berlawanan dengan putaran drum (wheel
hub) untuk mengerem roda dengan gesekan. Pada sistem ini terjadi
gesekangesekan sepatu rem dengan tromol yang akan memberikan
hasil energi panas sehingga bisa menghentikan putaran tromol tersebut.
Rem jenis tromol disebut “internal expansion lining brake”.
Permukaan luar dari hub tersedia dengan sirip-sirip pendingin yang
terbuat dari aluminium– alloy (paduan aluminium) yang mempunyai
daya penyalur panas yang sangat baik. Bagian dalam tromol akan tetap
terjaga bebas dari air dan debu kerena tromol mempunyai alur untuk
menahan air dan debu yang masuk dengan cara mengalirkannya lewat
alur dan keluar dari lubang aliran.
sepatu rem. Pada ujung sepatu rem lainnya dipasang pivot pin
(pasak) sebagai titik tumpuan sepatu rem.
2. Tidak akan ada kekuatan tersendiri seperti rem sepatu yang utama
pada saat dua buah rem cakram digunakan, tidak akan ada
perbedaan tenaga pengereman pada kedua sisi kanan dan kiri dari
rem. Sehingga sepeda motor tidak mengalami kesulitan untuk
tertarik ke satu sisi.
3. Jika rem basah, maka air tersebut akan akan dipercikkan keluar
dengan sendirinya oleh gaya sentrifugal.
c. Komposit Partikel
Komposit yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-
partikel dan sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-
sama. Contoh komposit partikel yang sering dijumpai adalah
beton, dimana butiran butiran pasir diikat bersama dengan matriks
semen. Bahan komposit partikel pada umumnya lemah dan
fracture toughness-nya lebih rendah dibandingkan dengan serat
panjang, namun disisi lain bahan ini mempunyai keunggulan
dalam ketahanan terhadap aus.
d. Komposit Serpihan
Suatu komposit serpihan terdiri atas serpih-serpih yang saling menahan
dengan mengikat permukaan atau dimasukkan kedalam matriks. Sifat-sifat
khusus yang dapat diperoleh adalah bentuknya yang besar dan permukaannya
yang datar.
e. Komposit Partikel
Komposit yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan
sekaligus mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama. Contoh komposit
partikel yang sering dijumpai adalah beton, dimana butiran butiran pasir
diikat bersama dengan matriks semen. Bahan komposit partikel pada
umumnya lemah dan fracture toughness-nya lebih rendah dibandingkan
dengan serat panjang, namun disisi lain bahan ini mempunyai keunggulan
dalam ketahanan terhadap aus.
f. Komposit Serat
Komposit serat yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks. Komposit jenis ini hanya
terdiri dari satu lapisan. Serat yang digunakan dapat berupa serat sintesis (asbes, kaca,
boron) atau serat organik (selulosa, polipropilena, polietilena bermodulus tinggi, sabut
kelapa, ijuk, tandan kosong sawit, dll). Berdasarkan ukuran seratnya, komposit serat dapat
dibedakan menjadi komposit berserat panjang dan diameternya sebesar <100 mm. Serat
pendek ini dapat diorentasikan atau didistribusikan secara acak. Komposit serat panjang
lebih mudah diorientasikan dibanding serat pendek, akan tetapi komposit serat pendek lebih
memiliki rancang design lebih banyak. Bahan komposit serat mempunyai keunggulan yang
utama yaitu strong (kuat), stiff (tangguh), dan lebih tahan terhadap panas pada saat
(Irawan, 2000)
Aluminium pertama kali ditemukan tahun 1825, logam ini dialam bebas
terdapat pada bauksit yang berupa senyawa oksida lumanium yang tidak murni,
selain itu terdapat silika dan oksida besi. Untuk memisahkan aluminium dari
unsur-unsur diatas dikembangkan proses reduksi elektrolisa, sehingga dihasilkan
aluminium dengan kadar Al (90 - 98) %, Berat Jenis Alumunium murni 2643
kg/m3 sedangkan titik cair aluminium 660oC. Kekerasan permukaan aluminium
murni 17 BHN sedangkan kekuatan tarik maksimum adalah 4,9 kg/m2. Untuk
memperbaiki sifat mekanis aluminium dilakukan dengan memadukan dengan
unsur-unsur lain seperti tembaga, silisium,magnesium, mangan, dan nikel.
(Kurniawan et al., 2014).
2.5 Kompaksi
Penekanan adalah salah satu cara untuk memadatkan serbuk menjadi
bentuk yang diinginkan. Terdapat beberapa metode penekanan, Diantaranya
penekanan dingin (cold compaction) dan penekanan panas (hot compaction).
Proses kompaksi juga bertujuan untuk menghidari gas yang terjebak di dalam
komposit cetak, sehingga terhindar dari cacat porositas. Selama proses kompaksi
perlu diperhitungkan gesekan yang terjadi. Pelumasan pada cetakan serta
pencampuran bahan pelumas pada bahan cetak (grafit) menjadi faktor penting
dalam proses ini. (Sayudi et al., 2014)
Proses kompaksi adalah proses memampatkan serbuk sehingga serbuk
akan saling melekat dan rongga udara antar partikel akan ter- dorong keluar.
Semakin besar tekanan kompaksi jumlah udara (porositas) diantara partikel akan
semakin sedikit, namun porositas tak mungkin mencapai nilai nol. Hasil kompaksi
biasa disebut Green Body. Proses pemampatan adalah suatu proses mesin
kompaksi yang memberikan gaya penekanan uniaksial (German, 1984).
Pemberian tekanan yang sangat besar terhadap material serbuk yang bertujuan
untuk mendapatkan spesimen benda uji yang diinginkan.(Purboputro, 2014)
Keterangan:
P = Load (kgf)
D = Diameter bola (mm)
d = Diameter jejakan (mm)
HB = Hardness Brinell (Kgf/mm2)
Jejak penekanan yang relatif besar pada uji kekerasan brinell memberikan
keuntungan dalam membagikan secara pukul rata ketidak seragaman lokal. Selain
itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi oleh goresan dan kekerasan permukaan
dibandingkan dengan uji kekerasan yang lain. Di sisi lain jejak penekanan yang
besar ukuranya, dapat menghalangi pemakaian uji ini pada benda uji yang kecil
atau tipis.
b. Pyramida identation (Vickers)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan
berbentuk piramida dengan sudut puncak 136 Derajat yang ditekankan pada
permukaan material uji tersebut. Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan
sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan
dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) bola
baja (A) dalam milimeter persegi. Secara matematis dan setelah disederhanakan,
HV sama dengan 1,854 dikalikan beban uji (F) dibagi dengan diagonal intan yang
dikuadratkan. Beban uji (F) yang biasa dipakai adalah 5 N per 0,102; 10 N per
0,102; 30 N per 0,102N dan 50 per 0,102 N. Dalam Praktiknya, pengujian Vickers
biasa dinyatakan dalam (contoh ) : HV 30 hal ini berarti bahwa kekerasan Vickers
hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102 dan lama
pembebanan 15 detik. Contoh lain misalnya HV 30 / 30 hal ini berarti bahwa
kekerasan Vickers hasil pengujian dengan beban uji (F) sebesar 30 N per 0,102
dan lama pembebanan 30 detik.
𝑉𝑡 = 𝑉𝑜 + 𝑎. 𝑡
2𝑉𝑜 + 𝑎. 𝑡
𝑉=
2
Kita tahu bahwa kecepatan rata-rata :
𝑠
𝑉=
𝑡
Maka,
𝑠 2𝑉𝑜 𝑎. 𝑡2
= +
𝑡 2
dan dapat disederhanakan menjadi :
1 2
𝑉2 = 𝑉2 + 2. 𝑎. 𝑠
𝑡 𝑜
𝑣2
𝑠=
2. µ𝑠. 𝑔
2.11 Keausan
Keausan suatu bahan komposit semakin besar atau semakin mudah aus
dapat dipengaruhi oleh besarnya waktu yang diberikan pada proses kompaksi.
Bila waktu penekanannya semakin besar maka tingkat keausan pun juga semakin
besar. Nilai kekerasan suatu bahan juga terpengaruh oleh besar waktu penekanan
kompaksi yang diberi- kan dalam proses pembuatan bahan kampas rem. Dalam
pembuatan kampas, nilai kekerasan kampas juga berpengaruh dengan semakin
besar kompaksi yang dibebankan maka semakin keras pula komposit tersebut.
Karena komposit tersebut sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam proses
pembuatan dari bahan menjadi komposit dan beberapa penyebabnya yaitu: variasi
bahan, beban kompaksi yang diberikan serta lamanya beban kompaksi.
(Purboputro, 2014)
Keausan pada umumnya di definisikan sebagai kehilangan material secara
progresif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan suatu hasil.
Pergerakan relatif antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Pengujian
keausan dapat di lakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang
semuanya bertujuan untuk mensimilasikan kondisi keausan aktual. Adapun jenis-
jenis uji keausan yaitu :
1. Keausan Adhesive ( Adhesive Wear ),
Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan
adanya perlekatan satu sama lainnya ( adhesive ) serta deformasi plastis
dan pada akhirnya terjadi pelepasan / pengoyakan salah satu material
seperti di perlihatkan pada gambar di bawah ini :
𝑊0− 𝑊1
𝑊=
𝐴.𝑡
𝑅𝑎 =
𝑛
Tabel 2.5 Toleransi harga kekasaran rata-rata Ra
Sumber : http://kekasaranpermukaan04.blogspot.com/2018/03/seperti-halnya-
toleransi-ukuran-lubang.html
2.13 Koefisien Gesek
Gaya gesek adalah hambatan yang terjadi pada suatu bagian saat bergerak.
Gerakan yang dimaksud yaitu meluncur dan berputar. Gesekan juga dipengaruhi
oleh daya (P), apabila beban yang diterima pada sumber gesekan besar maka daya
yang dibutuhkan juga akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya. Hal ini juga
dapat menunjukan tingkat kekasatan atau kepakeman dari bahan gesekan.
a. Perhitungan berat kendaraan:
Selanjutnya dilakukan kalkulasi berat kendaraan (Wtotal) yang merupakan
jumlah dari seluruh bagian kendaraan dan isi kendaraan:
Berat siap pakai
Berat penumpang
Berat total kendaraan (W total)
Beban depan (Wdepan) @2/5 W
Beban belakang (Wbelakang) @3/5 W
b. Gaya pada tuas rem
Perhitungan gaya pada tuas rem dilakukan secara lansung yaitu dengan
cara menghitung berat yang dibutuhkan untuk menarik tuas sehingga terjadi gaya
pengereman. Dari hasil pelaksanaan perhitungan diperoleh:
𝐹 = 𝑚. 𝑔
𝐴𝑚𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟 = 𝐴 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑝𝑒𝑟
𝑇 = 𝐹. 𝑟
𝑇
𝐹𝑐𝑎𝑘𝑟𝑎𝑚 =
𝑟
Sehingga gaya yang dapat menyebabkan rem terkunci sebesar
𝐹𝑘𝑎𝑙𝑖𝑝𝑒𝑟 . 𝐴𝑚𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟
𝐹𝑚𝑎𝑠𝑡𝑒𝑟. =
𝐴
𝑘𝑎𝑙𝑖𝑝𝑒𝑟
𝑑𝑣 (𝑣 − 𝑣 ) (𝑡
1 2 1
𝐹 = 𝑚. 𝑎 = 𝑚 = − 𝑡 )
𝑑𝑡 2
𝐹𝑘𝑎𝑙𝑖𝑝𝑒𝑟
(v1−v2)
=
𝑡
(v1 − v2)
𝑡=
𝐹𝑘𝑎𝑙𝑖𝑝𝑒𝑟
𝑣
𝑡𝑒 =
𝑎
Jarak pengereman,
𝑣2
𝑠=
2𝑎
Koefisien gesek pada kampas rem: 𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼
Keterangan : P = daya yang dibutuhkan (watt)
V = tegangan (volt)
I = kuat arus (ampere)
Koefisien gesek,
Coefficient of Friction, disimbolkan dengan huruf Yunani μ, yaitu suatu skala
dimensional bernilai kecil yang menjelaskan perbandingan gaya gesek antara dua
bagian dan gaya tekan keduanya. Koefisien gesek tergantung pada material yang
digunakan. Gesekan pada kampas rem dipengaruhi putaran maka perlu juga dicari
besaran torsi yang dihasilkan.
𝑟𝑝𝑚
𝜔= 2𝜋
60
𝑃
𝑇=
Rumus koefisien gesek : ω
𝑇
𝜇=
2Fkaliper . r
43
(Supriyanto,2016)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
7. Gerinda tangan
Untuk menghaluskan dan menghabiskan sisa-sisa material kampas
rem
2. Teropong Ukur
Berfungsi untuk mengukur diameter jejak pada kampas rem setelah
terjadi pembebanan.
4. Jangka Sorong
Untuk mengukur jarak pedal rem ketitik tumpu, tebal kampas rem,
jarak variasi tekan pedal rem dan yang lainnya.
5. Stopwatch
Untuk menghitung waktu pengereman sampai berhenti dan untuk
menghitung waktu penekanan pada uji kekerasan brinell.
Parameter Input :
5 Variasi Jarak Pengereman
kecepatan kendaraan 𝑣2
(Km/jam) 𝑠 = 2. 𝑒. 𝑔 Parameter
20, 30, 40, 50,
Waktu Output :
60 Km/h Pengeraman
𝑣
5 variasi gaya tekan pada 𝑡𝑒 = 1.
Jarak
𝑒.
pedal (N) 0, 7.5, 15, 22.5, 30N 𝑔 pengereman
𝐹 = 𝑚. 𝑎 Pertambaha 2.
n Waktu
(a=10m/s2)
Panas pengereman
∆𝑇 = 𝑇1 − 𝑇0 3. Pertambahan
Koefisien Panas
Gesek
𝑇
𝜇 = 2Fn . r
Ditinjau dari dari kelayakan uji ada beberapa parameter yang harus
dipenuhi agar material kampas rem bekerja dengan sebaiknya dengan fungsi
pengereman yang bagus, tidak cepat aus, cakram, dan tidak tinggi panas, untuk itu
ada beberapa parameter yang harus di uji :
Kekasaran permukaan
Kekerasan material
Keausan
Parameter Input :
1. Kekasaran
Ra
Kampas rem
∑ 𝑛1|𝑦|
𝑅𝑎 =
𝑛
2. Kekerasan
BHN
kampas rem, P
500kgf, t 15 detik. 2𝑃
𝐻𝐵:
3. Keausan 𝜋[𝐷 − √𝐷2 − 𝑑2]
Parameter Output :
Pada penelitian ini terdapat variabel tetap untuk sebagian acuan untuk
mendapatkan variabel bebas yaitu data hasil penelitian:
6 W (Penumpang) N Ra (kekasaran)
Menyediakan bahan kampas rem seperti serbuk sabut kelapa, MgO, Al,
dan Resin Epoxy.
TIDAK
Apakah Komposisi Kampas Rem sudah tepat ?
YA
Kesimpulan
Selesai
Selesai
Mulai
Hidupkan mesin hot press dengan suhu 100 o
C dengan waktu 30 menit
Dicampurkan semua bahan kampas rem diaduk hingga rata selama 5 menit
Dicampurkan resin epoxy dan hardener diaduk hingga rata selama 5 menit
Dicampurkan semua bahan kampas rem dengan resin epoxy hingga rata
Ditekan dengan mesin hot press gaya 150 kgf selama 30 menit suhu 100oC
Selesai
Mulai
Diletakkan alat uji pada meja datar lalu ukur dengan waterpass
Terjadi pengukuran
Tidak
Apakah alat bisa
membaca
kekasaran?
Ya
Selesai
Mulaipasir
Diratakan permukaan spesimen dengan kertas
Terjadi penjejakan
Apakah spesimen Ya
tidak pecah atau
retak?
Tidak
Dilakukan pengukuran diameter jejak
Selesai
Apakah Ya
pertambahan suhu
jauh berbeda
dengan
sebelumnya?
Tidak
Selesai
menggunakan thermocouple
3.6.7 Flowchart Pengujian jarak dan waktu pengereman
Mulai
Seles
ai
Gambar 3.37 Flowchart Pengujian jarak dan waktu pengereman
3.7 Prosedur Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini ada beberapa tahap dan langkah yang
lakukan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, diantaranya:
Langkah-langkah pembuatan cetakan (dies):
1. Pembuatan disain autocad dengan menggunakan Autocad 2007
2. Membeli bahan sesuai dengan dimensi 120mm x 70mm x 12.5mm
sebanyak tiga komponen.
3. Dilakukan pelubangan baut dan pin untuk beberapa titik yang telah di
tentukan sesuai dengan cetakan menggunakan mesin konvensional di
bengkel mesin POLMED.
4. Pembuatan lubang lapisan cetakan yang sudah di hardeneing sesuai
dengan pola kampas rem menggunakan mesin CNC Wire Cutting.
5. Cetakan permukaan dihaluskan, dicat, dan dirakit.
6. Cetakan siap dipakai.
25% serbuk sabut kelapa, 15% MgO, 10% Al dan 25% resin epoxy
25% hardener.
30% serbuk sabut kelapa, 15% MgO, 5% Al dan 25% resin epoxy
25% hardener.
1. Dicari panas awal piringan cakram agar dapat menentukan suhu standar
awal piringan cakram.
2. Diukur panas piringan sebelum melakukan pengereman.
3. Dilakukan pengereman dengan kecepatan dan tekanan pedal rem tertentu.
4. Diukur panas piringan cakram dengan cara menempelkan kabel
thermocouple pada shock depan agar ujung kabel tepat menyentuh
bagian piringan cakram yang mengalami gesekan.
5. Kemudian didinginkan sampai suhu standar piringan cakram sebelum
melakukan pengujian selanjutnya.
6. Dilakukan pengukuran seperti langkah 2-5 kepada semua variasi tekanan
pedal rem dan variasi kecepatan sebanyak 3 kali pengujian.
Metode keausan memang ada beberapa cara, seharusnya ada uji keausan
secara laboratorium tapi dikarenakan bentuk benda uji yang berbeda terhadap alat
yang digunakan di laboratorium maka dilakukan metode laju keausan kampas rem
pada kenderaan dimana adanya perlakuan pengujian yang sama terhadap kampas
rem tersebut.
Langkah-langkah pengujian keausan dengan metode laju keausan
menggunakan motor Satria FU 150 :
1. Dilakukan penimbangan kampas rem sebelum dilakukan pengausan.
2. Dipasang komponen kampas rem pada rem cakram depan Satria FU 150.
3. Dilakukan pengausan selama 120 detik dengan kecepatan 20Km/h dan
menekan pedal rem dengan gaya 12 N.
4. Didinginkan kampas rem dan diganti dengan kampas rem berikutnya.
5. Dibersihkan Kampas rem yang sudah uji dari debu kampas rem yang
melekat hasil pengausan.
74