Hidup Berpengharapan
Petunjuk belajar :
Siapkan alkitab
Baca terlebih dahulu materi yang ada.
Kerjakan tugas-tugas berikut menggunakan kertas double folio bergaris langsung
jawaban.
A. Pengantar
Di kota Thagaste, Afrika Utara, tinggallah keluarga dengan tiga orang anak. Sang ibu
bernama Monika. Ia adalah seorang Kristen yang taat. Sementara sang bapak bernama Patrisius,
seorang pejabat tinggi di pemerintahan yang membenci kekristenan. Tak segan-segan ia
mencemooh istrinya bila hendak mengajarkan iman Kristen kepada anak-anaknya. Di bawah
pengaruh buruk sang bapak, anak sulungnya hidup dalam pesta pora, foya-foya, dan pergaulan
bebas. Walaupun sang ibu terus menasihatinya, anak itu tetap saja bandel.
Melihat perilaku anak sulungnya, Monika merasa sangat sedih. Segala cara sudah ia coba
untuk menyadarkan anak sulungnya. Namun, Monika selalu gagal, tapi, ia tidak putus asa.
Dengan sabar, ia terus berusaha membimbing anaknya. Ia juga tidak pernah putus berdoa bagi
anak dan suaminya. “Kiranya Tuhan yang mahabaik dan mahakasih, melindungi dan
membimbing suami dan putraku ke jalan yang benar dan dikehendaki-Nya,” demikian ia berdoa.
Doa itu ia naikkan bertahun-tahun lamanya dengan tekun dan tabah.
Suatu hari Patrisius sakit keras. Sesaat sebelum meninggal dunia, ia bertobat dan
meminta agar dibaptis. Sayangnya, hal tersebut tidak membuat anak tertuanya berubah. Ia tetap
hidup dalam dunia kelam, tidak mau bertobat dan terus menyakiti hati ibunya. Hingga suatu saat
sang anak memutuskan untuk meninggalkan ibunya dan pergi ke Italia. Hati Monika benar-benar
hancur. Ia begitu sedih harus berpisah dari anaknya apalagi di usianya yang ke-29 tahun, anaknya
belum berubah. Monika tidak kehilangan pengharapan. Ia terus mendoakan anaknya.
Saat itu pun tiba. Di Italia, tepatnya di Kota Milan, sang anak bertemu dengan Uskup
Ambrosius yang kemudian membimbingnya secara pribadi. Akhirnya tepat pada 24 April 387,
doa Monika yang dinaikkan lebih dari 20 tahun itu akhirnya terjawab. Hari itu, anaknya
memberikan diri untuk dibaptis, memutuskan hidup baru, dan bertobat untuk kemudian
meninggalkan dosa-dosanya.
Tujuh bulan kemudian, sang anak kembali ke Afrika Utara dan menjadi Uskup di Hippo pada
usia 41 tahun. Sang anak adalah Agustinus, yang kemudian dikenal sebagai seorang Bapa Gereja
yang disegani dan dihormati. Seseorang yang kemudian sangat berpengaruh dalam sejarah gereja.
Terima kasih kepada Ibu Monika, yang tidak pernah kehilangan pengharapan dan tak sekalipun
putus asa untuk mendoakan anaknya. Pengharapan yang mengubah hal yang sebelumnya mustahil
menjadi kenyataan. (Sumber: Augustine of Hippo oleh Peter Brown, 1967).
C. Penilaian
1. Tuliskan arti dari kata pengharapan?
2. Mengapa pengharapan itu penting?
3. Tuliskanlah 3 contoh hidup yang berpengaharapan dan 3 contoh hidup yang tidak
berpengharapan yang pernah kalian lakukan?
4. Carilah ayat-ayat di mazmur 119 yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber
pengharapan manusia