Anda di halaman 1dari 9

Journal of Agritech Science, Vol 1 No 2, November 2017

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENYERAPAN ORTHOFOSFAT PADA


LIMBAH DETERGEN MENGGUNAKAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.)
(Effectivity and Efficiency Absorbance of Orthophosphate in Waste Detergent by Kayu
Apu (Pistia stratiotes L.))

Putri Sapira Ibrahim


Politeknik Gorontalo, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Jl. Muchlis Rahim, Desa Panggulo Barat, Kecamatan Botupingge,
Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Kode Pos 96583
Email: putrisapira@poligon.ac.id

ABSTRAK
Detergen dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena dalam limbah tersebut
mengandung fosfat yang tinggi. Sehingga perlu adanya alternatif pengolahan yang mudah,
murah, dan efektif dalam pengaplikasiannya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan
tanaman air Kayu apu (Pistia stratiotes L.) yang dapat menyerap orthofosfat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Kayu apu (Pistia stratiotes L.) sebagai
agen penyerap orthofosfat pada limbah detergen selama masa tanam 6 hari, dan untuk
mengetahui parameter kualitas air yang mempengaruhinya. Hasil dari penelitian ini Kayu
apu (Pistia stratiotes L.) mampu menurunkan konsentrasi orthofosfat pada limbah
detergen yang semula mengandung orthofosfat 1,1 mg/l menjadi berkurang
konsentrasinya dengan penurunan rata-rata berkisar 0,12-0,43 mg/l. Tingkat efektivitas
dan efisiensi terbaik dari penelitian ini yaitu pada perlakuan menggunakan Kayu apu
(Pistia stratiotes L.) dengan nilai persentase penyerapan orthofosfat sebesar 39,09%
dalam waktu enam hari yaitu senilai 0,43 mg/l. Hasil pengamatan kualitas air secara
keseluruhan masih dalam kisaran normal yaitu suhu selama penelitian berkisar antara
230C - 250C, pH berkisar antara 8,10-8,60, DO berkisar antara 3,88 mg/l–5,25 mg/l.
Kata Kunci : Detergen, Kayu apu (Pistia stratiotes L.), Kualitas Air

ABSTRACT
Detergent can cause environmental pollution because the waste contains high phosphates.
Therefore, an easy, cheap, and effective processing alternative is needed. One way is to use
the water plant of Kayu apu (Pistia stratiotes L.) which can absorb orthophosphate. The
purpose of this research was to determine the effectivity of Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) to
absorb orthophosphate for 6 days, and to determine water parameters quality that affect it.
The results of this research shows that Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) are able to decrease
orthophosphate concentration of detergent wastewater average decrease is between 0.12 -
0.43 mg/l. The most effective and efficiency level of this absorbance in this research reached
by Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) with a percentage of 39.09% in six days which is
equivalent to 0.43 mg/l. The measurement of overall water quality is still in the normal range
at between 230C - 250C, pH range is between 8.10 to 8.60, DO is ranged between 3.88 mg/l-
5, 25 mg/l.
Keywords : Detergent, kayu apu (Pistia stratiotes L.), water quality

PENDAHULUAN Salah satu faktor pencemaran pada


29
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

perairan saat ini adalah tingginya kadar ion-ion logam yang terdapat dalam air
fosfat yang dapat berupa orthofosfat di limbah melalui akar. Tanaman air yang
perairan dimana sebagian besarnya berasal digunakan dalam penelitian ini yaitu Kayu
dari buangan limbah rumah tangga yang apu (Pistia stratiotes L.).
mengandung bahan detergen. Berbagai Kayu apu (Pistia stratiotes L.)
bahan aktif detergen telah diteliti merupakan tanaman air yang akarnya
mengganggu kesehatan hewan dan mengapung di permukaan air atau disebut
manusia. Respon biota terhadap detergen floating plant. Tanaman air ini hidup dari
diantaranya adalah kematian, menyerap unsur hara yang terkandung di
bioakumulasi, perubahan tingkah laku, dalam air dan merupakan tanaman yang
perubahan daya tahan, tingkat reproduksi dapat menjadi agen penyerap othofosfat
dan distribusi (Pine, 1978). Detergen juga pada detergen. Tanaman ini memiliki
dapat menyebabkan pencemaran kemampuan untuk menyerap unsur
lingkungan karena dalam limbah tersebut pencemar dalam air limbah, juga dapat
mengandung fosfat yang tinggi. Fosfat dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk
dari detergen ini mampu mencemari organik yang menyuburkan tanah.
dengan kontribusi fosfat sebesar 25% – Penggunaan kayu apu dalam pengolahan
30% (Wandhana, 2013). Effendi (2003) limbah detergen merupakan salah satu
mengkategorikan fosfat sebagai alternatif solusi yang efektif dan efisien
orthofosfat kepada tingkat eutrofik apabila mengingat belum banyak pengolahan
kandungannya bekisar 0,031-0,1 mg/l limbah cair yang ramah lingkungan.
pada perairan. Salah satu upaya Efluen dari pengolahan limbah detergen
pengolahan yang dapat dilakukan yaitu tersebut diharapkan dapat aman dibuang
dengan memanfaatkan tanaman air untuk ke lingkungan karena kandungan bahan
menanggulangi jumlah pencemar. pencemarnya telah diserap secara optimal
Limbah padat atau cair yang akan oleh kayu apu. Sehingga tujuan
diolah ditanami dengan tanaman tertentu penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang mampu menyerap, mengumpulkan, efektivitas tanaman Kayu apu (Pistia
mendegradasi bahan-bahan pencemar stratiotes L.) sebagai agen penyerap
tertentu yang terdapat di dalam limbah orthofosfat pada limbah detergen selama
tersebut. Tanaman air dapat memfilter, masa tanam 6 hari dan untuk mengetahui
mengadsorpsi partikel dan mengabsorpsi parameter kualitas air yang
30
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

mempengaruhinya. utama yang diukur yaitu persentase


penyerapan orthofosfat pada limbah
METODE PENELITIAN
detergen oleh tanaman Kayu apu (Pistia
Materi yang digunakan pada
stratiotes L.). Sedangkan parameter
penelitian ini adalah Kayu apu (Pistia
kualitas air yang diukur antara lain suhu,
stratiotes L.), dan limbah detergen.
pH, dan oksigen terlarut (DO).
Parameter utama yang diukur yaitu
persentase penyerapan orthofosfat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
limbah detergen oleh Kayu apu (Pistia
Hasil Analisis Kandungan Fosfat
stratiotes L.). Sedangkan parameter pada Jaringan Tanaman
kualitas air yang diukur antara lain suhu,
pH, dan oksigen terlarut (DO). Hasil penelitian menunjukkan
Metode yang digunakan dalam bahwa pada akar dan daun tumbuhan air
penelitian ini adalah metode eksperimen Kayu apu (Pistia stratiotes L.) terdapat
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) kandungan fosfat (sebagai P2O5) yang
faktorial. Data yang diperoleh dari hasil dapat dilihat pada Tabel 1.
penelitian, kemudian dianalisis secara
statistik manual dengan menggunakan
analisis keragaman (ANOVA). Parameter
Tabel 1. Data hasil rata-rata kandungan fosfat (mg/l) pada akar dan daun Kayu apu (Pistia
stratiotes L.) pada hari ke 2, 4, dan 6
Kandungan fosfat pada Kandungan fosfat pada
Perlakuan Lama hari akar daun
(mg/l) (mg/l)
2 322 123
Kayu apu 4 699 256
6 767 337

Hasil penelitian kandungan fosfat menjadi 699 mg/l atau mengalami

pada akar tumbuhan air Kayu apu (Pistia peningkatan sebesar 117,08%. Hasil

stratiotes L.) menunjukkan bahwa kandungan fosfat pada akar dapat dilihat

peningkatan kandungan fosfat terbesar pada Gambar 1.

terdapat pada hari ke 4 dari 322 mg/l

31
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

pergerakan ion menuju pembuluh xilem


pada saat pengangkutan melalui dinding
sel dari epidermis ke endodermis,
sebagian ion akan diserap oleh sel-sel
yang dilaluinya. Hasil perhitungan BNT
pada perlakuan lama tanam tumbuhan air
terhadap kandungan fosfat pada akar
Gambar 1. Kandungan fosfat pada akar didapatkan hasil perbedaan sangat nyata
Kayu apu pada hari ke 2, 4,
dan 6 antara perlakuan B2 yaitu lama tanam 4

Tigginya kadar fosfat pada akar hari dengan perlakuan B1 yaitu lama

dapat dikarenakan Kayu apu memiliki tanam 2 hari, antara perlakuan B3 yaitu

akar yang lebih besar dan panjang. Kayu lama tanam 6 hari dengan perlakuan B1

apu mempunyai banyak akar tambahan dan perlakuan B2. Berdasarkan nilai uji

yang penuh dengan bulu-bulu akar yang BNT diketahui kandungan fosfat terbesar

halus, panjang dan lebat (Safitri, 2009). pada akar terdapat pada perlakuan B3

Semakin besar tumbuhan semakin besar yaitu pada lama tanam 6 hari karena

juga luas permukaan dari akar untuk semakin lama interaksi tumbuhan air

menyerap polutan yang ada, sehingga dengan fosfat pada media maka semakin

kemampuan dalam menyerap polutan tinggi pula akumulasinya pada tumbuhan

semakin besar dibanding tumbuhan yang air tersebut.

berukuran kecil (Stefhany et al., 2013). Kandungan fosfat pada daun Kayu

Menurut Hardyanti dan Rahayu (2007), apu pada Tabel 1. menunjukkan bahwa

proses penyerapan zat-zat yang terdapat peningkatan kandungan fosfat terbesar

dalam limbah dilakukan oleh ujung-ujung terdapat pada akuarium percobaan Kayu

akar dengan jaringan meristem terjadi apu (Pistia stratiotes L.) di hari ke 4 dari

karena adanya gaya tarik-menarik oleh 123 mg/l menjadi 256 mg/l atau

molekul-molekul air yang ada pada mengalami peningkatan sebesar 108,13%.

tumbuhan. Zat-zat yang telah diserap oleh Grafik kandungan fosfat pada daun dapat

akar akan masuk ke batang melalui dilihat pada Gambar 2.

pembuluh pengangkut (xilem), yang


kemudian akan diteruskan ke daun. Hal ini
juga didukung oleh Yusuf (2001), proses
32
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

sehingga akumulasi di daun lebih sedikit.


Menurut Hardyanti dan Rahayu (2007),
proses penyerapan zat-zat yang terdapat
dalam limbah dilakukan oleh ujung-ujung
akar dengan jaringan meristem terjadi
karena adanya gaya tarik-menarik oleh
molekul-molekul air yang ada pada
tumbuhan. Zat-zat yang telah diserap oleh

Gambar 2. Kandungan fosfat pada daun akar akan masuk ke batang melalui
Kayu apu pada hari ke 2, 4, pembuluh pengangkut (xilem), yang
dan 6
kemudian akan diteruskan ke daun. Hal
Gambar 2. di atas menunjukkan ini juga didukung oleh Yusuf (2001),
bahwa kandungan fosfat pada daun proses pergerakan ion menuju pembuluh
tumbuhan air Kayu apu (Pistia stratiotes) xilem pada saat pengangkutan melalui
mengalami kenaikan. Analisis kandungan dinding sel dari epidermis ke endodermis,
fosfat pada daun Kayu apu (Pistia sebagian ion akan diserap oleh sel-sel
stratiotes) pada hari ke 2 sebesar 123 mg/l yang dilaluinya. Hasil perhitungan BNT
dan pada hari ke 4 sebesar 256 mg/l atau pada perlakuan lama tanam tumbuhan air
mengalami peningkatan sebesar 108,13% terhadap kandungan fosfat pada daun
dan pada hari terakhir penelitian didapatkan hasil perbedaan sangat nyata
kandungan fosfat juga terus mengalami antara perlakuan B2 yaitu lama tanam 4
kenaikan yaitu pada hari ke 6 sebesar 337 hari dengan perlakuan B1 yaitu lama
mg/l yang berarti penyerapannya menurun tanam 2 hari, antara perlakuan B3 yaitu
dan hanya mampu menyerap sebesar lama tanam 6 hari dengan perlakuan B1
31,64%. Rendahnya kandungan fosfat dan perlakuan B2. Berdasarkan nilai uji
pada daun ini dapat disebabkan karena BNT diketahui kandungan fosfat terbesar
fosfat masih terakumulasi di akar dan pada daun terdapat pada perlakuan B3
belum ditranslokasikan ke bagian yaitu pada lama tanam 6 hari.
tumbuhan lain termasuk daun dan juga
Hasil Analisa Kandungan Fosfat pada
dapat disebabkan oleh sebagian hara yang Media Tanam
terserap sebelum mencapai daun akan
diserap dulu oleh sel-sel yang dilaluinya
33
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

Konsentrasi orthofosfat dalam air dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2. Data hasil rata-rata pengukuran orthofosfat (mg/l) dalam air
Konsentrasi
Orthofosfat Persentase
Lama orthofosfat yang
Perlakuan yang hilang orthofosfat yang
hari tersisa
(mg/l) hilang (%)
(mg/l)
0 1,1 - -
2 0,76 0,34 30,91
Kayu apu
4 0,69 0,41 37,27
6 0,67 0,43 39,09

Hasil pengukuran konsentrasi Menurut Effendi (2003), jika


orthofosfat dalam air pada awal penelitian konsentrasi orthofosfat di perairan berada
sebelum diberi tumbuhan air sebesar 1,1 pada rentang 0.031-0.1 mg/L
mg/l menjadi berkurang konsentrasinya mengakibatkan perairan tersebut
dengan penurunan rata-rata berkisar 0,12- mengalami eutrofikasi. Hasil penelitian
0,43 mg/l. Grafik konsentrasi orthofosfat menunjukkan pada perlakuan yang
dalam air dapat dilihat pada Gambar 3. ditanami oleh Kayu apu (Pistia stratiotes
L.) konsentrasi orthofosfat yang tersisa
dalam air masih dalam konsentrasi yang
dapat menyebabkan eutrofikasi tetapi
sudah memenuhi baku mutu yang dapat
dibuang ke perairan.
Kondisi Kayu Apu Sebelum dan
Sesudah Penelitian

Keadaan kayu apu (Pistia stratiotes


Gambar 3. Konsentrasi orthofosfat dalam
air pada hari ke 2, 4, dan 6 L.) yang digunakan pada awal penelitian
kondisi daunnya hijau segar. Ukurannya
Gambar 3. menunjukkan bahwa
relatif sama dan dalam kondisi yang sehat.
konsentrasi orthofosfat yang tersisa
Seiring dengan berjalannya penelitian dan
semakin hari semakin menurun dengan
tumbuhan yang digunakan sebagai sampel
penurunan orthofosfat pada hari ke 2, 4,
dalam penelitian ini mulai beradaptasi
dan 6 berturut-turut sebesar 0,76 mg/l,
dengan limbah detergen yang ada pada
0,69 mg/l, dan 0,67 mg/l atau dengan
akuarium-akuarium percobaan, tumbuhan
persentase penurunan sebesar 30,91%,
air mulai menunjukkan perubahan.
37,27%, dan 39,09%.
34
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

Daun kayu apu (Pistia stratiotes L.) selama penelitian masih dalam kisaran
ada beberapa daun yang menguning normal untuk pertumbuhan tanaman air.
namun tidak mendominasi. Kayu apu Kisaran suhu selama penelitian yaitu
(Pistia stratiotes L.) yang masih hidup berkisar 230C-250C dimana suhu tersebut
pada akuarium-akuarium percobaan masih dalam kisaran normal bagi
sebagian kecil diantaranya mengalami pertumbuhan dan kehidupan tumbuhan air.
kerontokan akar dan juga muncul tunas Menurut Effendi (2003), suhu sangat
baru pada beberapa tumbuhan. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan alga
disebabkan oleh berkurangnya zat hara dan tumbuhan air karena akan
dalam air limbah dan terserapnya zat mempengaruhi metabolisme sel. Kisaran
toksik oleh tumbuhan. Haslam dalam suhu optimum bagi pertumbuhan
Hermawati et al. (2005), mengatakan fitoplankton dan tumbuhan air di perairan
bahwa perubahan warna daun menjadi adalah 20°C - 30°C. Menurut Rosnah
kekuningan pada beberapa spesies dapat (2012), semakin tinggi suhu lingkungan
disebabkan oleh pencemaran bahan tumbuhan maka semakin tinggi tingkat
organik. Tumbuhnya akar dan tunas baru penyerapan oleh tumbuhan, dimana suhu
mungkin sebagai cara tumbuhan ini untuk lingkungan akan menyebabkan proses
tetap bertahan hidup. Rontoknya akar fotosintesis meningkat, sehingga
tumbuhan selama penelitian diduga karena penyerapan tumbuhan juga akan
tanaman telah menyerap kontaminan. Hal meningkat. Kadar oksigen terlarut yang
ini sesuai dengan Rock dalam Stefhany et diperoleh pada penelitian ini berkisar
al. (2013), tumbuhan dapat menyerap antara 3,88 mg/l–5,25 mg/l. Nilai ini
kontaminan sedalam atau sejauh akar termasuk baik untuk mendukung
tumbuhan dapat tumbuh. Menurut Dewi et kehidupan organisme perairan. Hal ini
al. (2013), limbah detergen merupakan sesuai dengan pendapat Jenie dan Rahayu
racun pada tumbuhan dan jika dalam (1993), pada perairan dengan kadar
jumlah yang banyak, dapat menghambat oksigen terlarut 3–5 mg/L telah memenuhi
pertumbuhan dan merusak tumbuhan bagi kehidupan organisme perairan karena
bahkan menyebabkan kematian pada pada kondisi seperti itu proses anaerobik di
tumbuhan. dalam perairan dapat dicegah sehingga
Hasil Analisa Kualitas Air kehidupan organisme didalamnya dapat

Hasil pengamatan kualitas air berlangsung. Nilai pH selama penelitian


35
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

berkisar antara 8,10-8,60. Menurut Effendi berkisar antara 8,10-8,60, oksigen terlarut
(2003), sebagian besar biota akuatik berkisar antara 3,88 mg/l–5,25 mg/l.
sensitif terhadap perubahan pH dan
DAFTAR PUSTAKA
menyukai nilai pH 7-8,5. Sedangkan
menurut Yusuf (2008), pada pH 6 – 9, Dewi, R.K., Winny, R.M., dan A.
Zulfikar. 2013. Efektivitas Dan
kehidupan biota dalam suatu perairan Efisiensi Fitoremediasi
dapat berlangsung secara normal, baik Orthofosfat Pada Deterjen
Menggunakan Kiambang (Pistia
kehidupan hewan maupun tumbuan air, Stratiotes). Journal Maritime
karena dalam kondisi tersebut proses- Raja Ali Haji of University.
proses kimia dan mikrobiologis yang
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.
menghasilkan senyawa yang berbahaya Kanisius. Yogyakarta.
bagi kehidupan biota serta kelestarian
Hardyanti, N., dan Rahayu, S.S. 2007.
lingkungan, tidak terjadi. Hal ini
Fitoremediasi Phospat Dengan
menunjukkan pada penelitian yang Pemanfaatan Enceng Gondok
(Eichhornia crassipes) (Studi
dilakukan nilai pH masih berada dalam
Kasus Pada Limbah Cair Industri
kisaran yang baik untuk kehidupan Kayu Kecil Laundry). Jurnal
PRESIPITASI, 2(1): ISSN 1907-
apu (Pistia stratiotes L.).
187X.
KESIMPULAN
Jenie, B.S.L. dan Rahayu W.P. 1993.
Berdasarkan hasil penelitian yang Penanganan Limbah Industri
Pangan. Penerbit Kanasius.
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta.
tumbuhan air Kayu apu (Pistia stratiotes
Pine, S.H. 1978. Organic Chemistry. Mc
L.) berpengaruh terhadap penyerapan
Graw Hill Company. New York.
orthofosfat pada limbah detergen dengan
hasil keefektifan tertinggi sebesar 175. Rosnah, 2012. Efektivitas Fitoremediasi
Eceng Gondok (Eichornia
Lama tanam berpengaruh sangat nyata crassipes) Terhadap Fosfat pada
terhadap penyerapan orthofosfat dengan Limbah Laundry. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan
hasil keefektifan tertinggi pada hari ke-6
Fakultas Ilmu Kelautan
sebesar 284,5. Hasil pengamatan kualitas Perikanan Universitas Maritim
air secara keseluruhan masih dalam Raja Ali Haji. Journal Maritime
Raja Ali Haji of University.
kisaran normal yaitu suhu selama
Safitri, R. 2009. Phytoremediasi
penelitian berkisar antara 230C - 250C, pH Greywater Dengan Tanaman
Kayu Apu (Pistia stratiotes) Dan
Tanaman Kiambang (Salvinia
36
JASc, Vol 1 No 2, November 2017

molesta) Serta Pemanfaatannya


Untuk Tanaman Selada (Lactuca
sativa) Secara Hidroponik.
[Skripsi]. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Stefhany, C.A., Sutisna, M., Pharmawati,


K. 2013. Fitoremediasi Phospat
dengan menggunakan Tumbuhan
Eceng Gondok (Eichhronia
crassipes) pada Limbah Cair
Industri Kecil Pencucian Pakaian
(Laundry). Reka Lingkungan.
Jurnal Institut Teknologi
Nasional. Teknik Lingkungan
Itenas, 1(1).

Wandhana, R. 2013. Pengolahan Air


Limbah Laundry Secara Alami
(Fitoremediasi) dengan Tanaman
Kayu Apu (Pistia Stratiotes).
[Skripsi]. Fakultas Teknik Sipil
& Perencanaan Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
Jatim Surabaya.

Yusuf, G. 2001. Proses Bioremediaasi


Limbah Rumah Tangga Dalam
Skala Kecil Dengan Kemampuan
Tanaman Air Pada Sistem
Simulasi. [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor.

Yusuf, G. 2008. Bioremediasi Limbah


Rumah Tangga dengan Sistem
Simulasi Tanaman Air. Fakultas
MIPA Universitas Islam
Makassar. Jurnal Bumi Lestari,
8(2): 136-144.

37

Anda mungkin juga menyukai