Anda di halaman 1dari 2

Tanpa buruh, perusahaan bisa apa?

Oleh: Muhammad Luthfan Hibatullah (Mahasiswa At-Taqwa College Depok)

Salah satu elemen yang paling penting dalam sebuah perusahaan yang besar
maupun yang kecil adalah pekerja. Pekerja atau yang kita kenal dengan sebutan buruh
ini memang berperan penting dalam sebuah perusahaan. Tidak bisa dielakan,
bahwasanya, sebesar apapun sebuah perusahaan, jika tanpa adanya pekerja, pasti tidak
berjalan juga. Akan tetapi kondisi yang kita lihat pada realita dewasa ini menunjukan
sikap pemerintah yang dianggap sebagi “merebut hak-hak buruh”.
Akhir akhir ini masyarakat dihebohkan dengan munculnya UU Omni Bus Law
Cipta Kerja yang disahkan oleh pemerintah pada Senin (5/10/2020). Akan tetapi
banyak diantara buruh atau pekerja yang menolak disebabkan oleh beberapa pasal
yang mereka anggap memunculkan kerugian yang lebih besar. Seperti yang dilansir
dari suarasumsel.id (06/10/2020) bahwa isi dari Omnibuslaw Cipta kerja daianggap
banyak merugikan karena menghapus ketentuan upah minimum di Kabupaten atau
Kota dan juga dapat menurunkan nilai pesangon ketika mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK).
Ada keterkaitan yang sangat erat dengan apa yang diuraikan didalam Al-Qur’an,
antara sikap orang dikalangan atas dengan orang dikalangan bawah dalam sistem
ekonominya. Tentu saja karena Al Quran sebagai kitab yang paling valid ke
absahanya, dan paling meyeluruh rambu-rambunya, Al Quran tidak luput dari
pembahasan dari masalah ketimpangan sosial tersebut.
Walid bin Al-Mughirah adalah orang yang menyebabkan turunnya ayat di dalam
Al-Quran surat Az-Zukhruf ayat 31-32 yang berkaitan dengan Quran surat Yunus ayat
kedua. Seperti yang telah dipaparkan oleh Imam al Qurtubi, di dalam kitab tafsirnya.
Diriwayatkan dari al Walid bin Al-Mughirah bahwasanya dia pernah berkata:
“seandainya apa yang dikatakan Muhammad itu benar, kenapa tidak diturunkan
kepada saya atau kepada Abi masud.? (Yang lebih kaya dan lebih berpengaruh.)”
Maka Allah ta’ala menurunkan ayat ini mematahkan argumen al Walid bin Al-
Mughirah sekaligus memberi peringatan kepada seluruh manusia. 
Allah berfirman dalam penggalan Surat Az-Zukhruf ayat 32 Apakah mereka yang
membagi bagi Rahmat Tuhanmu? Kamilah (Allah) yang menentukan penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah Meninggikan sebagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan
sebagian yang lain (liyattakhidza ba’dhuhum ba’dhon Sikhriyya) . Dan Rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. 
Kata “Sikhria” di sini yang berarti memanfaatkan ditafsirkan oleh Imam Al
Qurthubi seorang ulama tafsir berpendapat pada dua hal. Yang pertama adalah
Istihza’, yang bermakna olok olokan, yang juga ditafsirkan oleh para ulama
kontemporer dengan tafsiran, bahwasanya manusia itu mempunyai penghidupan
disebabkan oleh masalah dari Allah. Yang kedua adalah saling membutuhkan antara
satu dengan yang lain, sehingga mendatangkan rezeki dari Allah..
Misal dari yang bermakna sebagai olok olokan adalah. Allah menciptakan
ketombe supaya manusia bisa mencari penghidupan dengan ketombe tersebut. Banyak
kita ketahui bahwasanya pabrik sampo, penjual shampo, pengiklan shampo, dan
model sampo, mereka mencari penghidupan dari ketombe. Bisa kita bayangkan,
apabila Allah tidak menciptakan ketombe, maka seperangkat shampo dan para penjual
nya dan pabrik nya tidak bisa bekerja dan tidak bisa mendapatkan penghidupan. 
Bahkan seluruh manusia yang berada di bumi ini, mereka akan mendapatkan
penghidupan dari permasalahan yang diciptakan oleh Allah. Juga sebagai bahan olok
olokan bahwasanya manusia itu tidak bisa mendapatkan kehidupan tanpa masalah dari
Allah.
Yang kedua adalah, saling memanfaatkan itu sendiri, maksudnya supaya orang
orang kaya dari mereka, menolong orang orang fakir dengan harta mereka. Sedangkan
orang orang fakir, menolong orang orang kaya dengan pekerjaan mereka. Yang
menyebabkan saling tolong menolong tersebut sebagai sumber Penghidupan.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Imam At Thobari,  Ibnu Khaldun
dalam mukadimah nya juga menjelaskan. Allah menciptakan manusia yang
mempunyai kebutuhan makanan, dan Allah memberikan kodrat berupa kemampuan
untuk mendapat makanan, sesuai kodrat kesanggupan untuk memperoleh makanan
tersebut. Akan tetapi sesuai kodratnya juga, manusia tidak cukup hanya untuk
memperoleh makanan, sekalipun jumlah makanan itu ditekan sedikit sedikitnya,
sekedar cukup untuk makayn sehari-hari saja.
Misalnya manusia membutuhkan gandum sedikit untuk makan sehari hari saja,
namun dari gandum tersebut diperlukan usaha yang banyak juga. sehingga bisa
dimanfaatkan oleh manusia; menanam, memanen, menggiling, memasak, meramas.
Masing masing pekerjaan tersebut membutuhkan alat, dan alat ini akan sangat sulit
dibuat oleh individu manusia, karena membutuhkan pekerjaan tangan lebih banyak
lagi, meskipun kebutuhan individu tersebut sedikit. 
Adalah di luar kemampuan manusia untuk melakukan semua itu, ataupun
sebagiannya kalau hanya sendirian saja. Jelaslah bahwa ia tidak dapat berbuat banyak
tanpa bergabung dengan beberapa tenaga lain dari sesama manusia, jika ia hendak
memperoleh makanan bagi dirinya dan sesamanya. Dengan cara bergotong-royong,
maka kebutuhan manusia kendati beberapa kali lebih banyak dari jumlah mereka,
maka kebutuhan tersebut dapat dipenuhi.
Inilah sindiran dari Al-Quran, kepada al Walid bin Al-Mughirah, orang yang
merasa dirinya kaya, tak terkecuali kepada seluruh manusia, supaya mereka
mengetahui, bahwasanya penghidupan mereka didapatkan dari Allah. Yang mana
Allah telah meletakkan Sunnatullah dalam mendapat penghidupan tersebut dari
masalah yang diselesaikan secara kebersamaan. Dan seandainya buruh di seluruh
dunia ini mogok kerja, perusahaan bisa apa?.

Anda mungkin juga menyukai