Anda di halaman 1dari 37

KELUMPUHAN NERVUS

FASIALIS PERIFER

dr. Rossy Rosalinda, Sp.THT-KL(K)


dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA & LEHER
FK UNIVERSITAS ANDALAS/ RSUP DR M DJAMIL PADANG
2021
Nervus Fasialis

▪Mensarafi otot-otot wajah


▪Kelumpuhan merupakan gejala, sehingga harus
dicari penyebab dan derajat untuk menentukan
diagnosis, terapi dan prognosis
▪Penting anatomi (topografi lesi)
▪Nervus kranial terpanjang di dalam tulang yang
sempit, sebagian BESAR kelainan di tulang temporal
▪Terdiri tiga komponen: motoris, sensoris,
parasimpatis
Anatomi N. Fasialis
N. Fasialis
di Temporal
Anatomi N. Fasialis
N. Fasialis Ekstrakranial
Perjalanan N. Fasialis
Komponen Nervus Fasialis
Suplai otot wajah, m. digastrikus
Branchial motor venter posterior, m. stilohioid dan m.
(special visceral efferent) stapedius

Inervasi parasimpatis untuk kelenjar


Visceral motor lakrimal, submandibular, dan
(general visceral efferent) sublingual serta mukosa nasofaring,
palatum durum dan palatum molle
Sensasi pengecapan 2/3 lidah
Special sensory anterior, palatum durum dan palatum
(special afferent) molle

Sensasi kulit konka pada pinna dan


General sensory beberapa area di retroaurikular
(general somatic afferent)
Klasifkasi Kerusakan Syaraf

Klasifikasi Klasifikasi Proses


Seddon Sunderland Patologis

Neuropraxia I Gangguan fungsi

Axonotmesis II Kerusakan axon


III Kerusakan axon dan
endoneurium
IV Kerusakan axon,
endoneurium dan
perineurium

Neurotmesis V Kerusakan total (axon,


endoneurium,
perineurium, epineurium
Seddon’s Classification
Sunderland’s
Classification
Lesi UMN vs LMN

1 2

Lesi UMN (Supranuklear) LMN (Infranuklear)


Lesi UMN vs LMN
Pemeriksaan Fungsi Saraf Fasialis

❖ Menentukan derajat kelumpuhan & letak lesi

❖ Gradasi fungsi saraf fasialis menurut House-


Brackmann
I. Normal
II. Disfungsi Ringan
III. Disfungsi Sedang
IV. Disfungsi Sedang Berat
V. Disfungsi Berat
VI. Paralisis Total

❖ Gradasi Freyss → fungsi motorik, tonus, sinkinesis dan


hemispasme
House-Brackmann I
I (normal) Fungsi fasialis normal pada semua area
House-Brackmann II
Kelemahan ringan terlihat pada inspeksi dari
II dekat; mungkin terdapat sinkinesis ringan
Simetris dan tonus istirahat normal
Disfungsi
Gerakan:
ringan
Dahi: fungsi sedang sampai baik
Mata: menutup sempurna dengan usaha
minimal
Mulut: asimetris ringan
House-Brackmann III
Jelas tapi tidak terlihat perbedaan bentuk
III yang berarti; terlihat tapi tidak terdapat
sinkinesis, kontraktur, atau spasme
Disfungsi
hemifasial yang berat
sedang
Simetris dan tonus istirahat normal
Gerakan:
Dahi: ringan sampai sedang
Mata: menutup dengan usaha
Mulut: lemah dengan usaha maksimal
House-Brackmann IV
Kelemahan jelas atau asimetris jelas
Simetris dan tonus istirahat normal
IV Gerakan:
Disfungsi Dahi: tidak ada
sedang-berat Mata: menutup tidak sempurna
Mulut: asimetris dengan usaha maksimal
House-Brackmann V
Hanya sedikit gerakan yang terlihat
Asimetris saat istirahat
V
Gerakan:
Disfungsi Dahi: tidak ada
berat Mata: menutup tidak sempurna
Mulut: sedikit gerakan
House-Brackmann VI

VI
Paralisis Tidak ada gerakan sama sekali
total
Sistem Freyss
1 2
Fungsi motor 3 4 (0 – 3)
(30)
5 6
7 8
9 10
1
Tonus (15)
2 (0 – 3)
4 3
5 (0-2)
Sinkinesis (5) (0-2)
(0-1)

Hemispasme (0)

Total
Skor Freyss = Total/50 x 100% = …%

Lesi setinggi……….
dengan fungsi motorik yang baik ---%
1 2
3 4
5 6 Fungsi Motorik (0-3)
7 8
9 10

1 2
3 4
5

6
7 8
9 10

1. m. sourcilier, 2. m. frontalis, 3. m. piramidalis, 4. m. orbicularis okuli, 5. m. relever


komunis, 6. m. zigomatikus, 7. m. orbicularis okuli, 8. m. businator, 9. mentalis,
10. m. triangularis
1
2
Tonus
4 3
0 5
3

Area HIPOTONUS HIPERTONUS

• 1 • Kerutan di dahi hilang • Kerutan di dahi meningkat


• Alis mata jatuh • Alis mata naik
• 2 • Fisura palpebra melebar • Fisura palpebra menyempit
• 3 • Lipatan nasolabial mendatar/hilang • Lipatan nasolabial makin dalam
Wajah
• Hidung deviasi ke arah sisi sehat
diam
• Nasal ala mendatar
• 4 • Pipi jatuh • Pipi menonjol/tertarik ke dalam
• 5 • Sudut mulut jatuh • Bibir terangkat dan/tertarik ke lateral
• Bibir jatuh
• Menimbulkan gerakan asimetrik • Gerakan pada sudut bibir saat mata
pada sisi sehat. berkedip
Wajah • Fenomena Bell’s dengan sklera • Mata menutup di saat mengunyah,
gerak terlihat. bicara atau tersenyum.
• Bibir dan filtrum deviasi ke sisi sehat. • Kontraksi beberapa otot yang
menimbulkan akinesia
Sinkinesis dan Hemispasme
▪ Sinkinesis
▪ Kontraksi otot wajah
yg tidak disadari,
terjadi bersamaan
dengan gerak otot
wajah lain yang
sengaja dilakukan

▪ Hemispasme
▪ Kontraksi otot tidak
disadari, spasme
intermiten ringan –
berat, terjadi pada
satu sisi wajah
Tes Schirmer

Kertas strip pada fornix


konjungtiva, selama 5 menit

▪ Menilai fungsi nervus petrosus superfisialis mayor →


setinggi ganglion genikulatum
▪ Perbedaan kanan dan kiri lebih atau sama 50% → patologis
Gustometri
▪ Tes pengecapan sederhana
✓ Deteksi gangguan fungsi saraf korda timpani
✓Terbatas pada 2/3 anterior lidah dan berakhir pada garis tengah
✓Caranya: penderita menjulurkan lidah, kemudian meletakkan pada
lidah bubuk gula, kina, sitrat atau garam bergantian dan diselingi
istirahat. Lalu penderita disuruh menyatakan pengecapan yang
dirasakan dengan isyarat, misalnya 1. untuk rasa manis; 2. untuk rasa
asin; 3. untuk rasa asam

▪ Elektrogustometri
Lidah dirangsang secara elektrik untuk memproduksi rasa
metalik dan kedua sisi lidah dibandingkan

▪ Perbedaan >50% → patologis


Refleks Stapedius

▪ Mengetahui fungsi nervus stapedius

▪ Refleks kontraksi otot stapedius terjadi ketika telinga


dirangsang dengan bunyi yang keras (80 dB atau lebih)

▪ Diukur melalui audiometri impedans

▪ Jika terdapat lesi pada nervus stapedius, otot stapedius


tidak akan berkontraksi dan tidak ada perubahan
impedans pada alat
Refleks Stapedius
▪ Aferen: N.VIII
▪ Jalur batang otak yang kompleks
dimulai dari nukleus koklearis di
sisi yang dirangsang ke daerah
nukleus motorik N.VII pada kedua
sisi
▪ Eferen: N.VII yang
menginervasi otot stapedius
Gangguan yang dapat terjadi berdasarkan lokasi
Etiologi
▪ Kongenital (bersamaan dengan anomali telinga dan
tulang pendengaran)
▪ Infeksi (Ramsay Hunt, OMSK, OE maligna)
▪ Tumor: intracranial (neuroma akustik), intratemporal
(tumor di telinga tengah), ekstratemporal (tumor parotis)
▪ Trauma (fraktur temporal, iatrogen)
▪ Gangguan pembuluh darah (trombosis arteri karotis,
maksilaris, serebri media)
▪ Idiopatik (Bell’s Palsy)
Bell’s palsy
• Paresis n/ VII perifer akut,
idiopatik
• Terapi:
1. Observasi
2. Terapi medikamentosa:
• Antivirus (asiklovir
5x200 mg)
• Kortikosteroid 1 mg/kg
BB, tap off
3. Surgikal (dekompresi)
4. Rehabilitasi wajah
(fisioterapi)
HERPES ZOSTER OTICUS
(RAMSAY HUNT SYNDROME)
Gejala dan tanda:
✓Wajah mencong
✓Nyeri telinga
✓Terdapat vesikel di daun
telinga dan liang telinga

Terapi:
▪ Antivirus (asiklovir 5x800 mg)
▪ Kortikosteroid 1 mg/kg BB
tap off
▪ Rehabilitasi (fisioterapi)
Komplikasi Intratemporal Otitis Media
• Sebagai komplikasi atau sekuelae otitis
media (otitis media efusi, otitis media
supuratif akut dan otitis media
supuratif kronis)

• Mekanisme
1. Edema, inflamasi, toksin
2. Kompresi n. VII oleh kolesteatoma

• Terapi:
1. Antibiotik
2. Kortikosteroid 1 mg/kg BB, tap off
(untuk kasus paresis akut)
3. Pembedahan
Fraktur Tulang Temporal

Transversal Longitudinal
Gangguan n. VII Gangguan n. VII
50%, early onset 20%, late onset
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai