I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara pemeriksaan protein
dan glukosa urine dan mengetahui kadar protein dan glukosa urine.
II. DASAR TEORI
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam proses
pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang
membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama berkaitan
dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses
pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh
darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein
baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang dibawah
peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran
ureter menuju kantung kemih. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara
volunter mendorong urine keluar melalui uretra (Kurniati, 2009).
Sistem eksresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena
sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap tingkat
keseimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai
kebutuhan dan mengeluarkan sebagian dari sisa metabolisme yang tidak terpakai
lagi oleh tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam, baik itu berupa lewat urine
yang di didalamnya terkandung berbagai macam kandungan mineral, glukosa, dan
zat lain yang tidak diperlukan tubuh. selain urine juga bisa melalui keringat
(Campbell, 2004).
Pembentukan urine dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
tubuh maupun lingkungan, misalnya minum cairan hipotonik dalam jumlah besar,
tingkat stress, ketakutan, dan lain-lain. Faktor dari luar tubuh berupa pengaruh
suhu lingkungan, topografi, tempat tinggal seseorang. Sekresi dan ekskresi
memiliki nilai yang sangat penting dalam proses metabolisme dan kehidupan
hewan dan manusia. Tanpa kedua sistem ini pastilah mahluk hidup tidak akan
dapat bertahan hidup dan kesintasannya tidak akan terjaga (Yuwono, 2004).
Pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak dipakai lagi oleh sel
darah, dikeluarkan bersama urine keringat dan pernapasan. Salah satu sistem
metabolisme yang terdapat dalam tubuh hewan adalah sistem eksresi dan
osmoregulasi. Ekskresi mempunyai peranan mengeluarkan dan membuang hasil
sampingan metabolisme, mencegah gangguan aktifitas metabolik dalam tubuh dan
membuang zat-zat buangan, mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan
tubuh mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh dan mengatur kadar ion
H+ atau pH cairan tubuh (Kusnadi, 2007).
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks yang berisi nefron (terdiri
dari glomerulus dan kapsul bowman), bagian dalam lagi disebut medulla yang
berisi tubulus ginjal. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medula
ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang
disebut kapsula (Wulangi, 2008).
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme
yang mengandung nitrogen misalnya ammonia. Ammonia adalah hasil pemecahan
protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses
pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi
mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut
dalam air; mempertahankan cairan ekstraseluler dengan jalan mengelluarkan air
bila berlebihan serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekskresi
dari ginjal berupa urine. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan
urine yaitu diantaranya jumlah air yang diminum, keadaan system syaraf, hormon
ADH (Antidiuretik), banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar
tekanan menjadi osmotik, pada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa
diikuti kenaikan volume urine (Soewolo, 2005).
Proses terbentuknya urine berawal pada penyaringan darah pada ginjal
lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika
berada di dalam membrane glomerulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air,
gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian
masuk kedalam kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut
filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus
(tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih
berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah
yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini
disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus
kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolisme maupun zat
yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang
dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila
kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung
kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing (Poedjiadi,
2005).
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang
normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine
dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya aIr yang diminum dan keadaan suhu
apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu
panas, pembentukan urine sedikit (Kurniati, 2009).
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal.
Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna
urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit.
Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna
kuning pucat.Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O
dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber
energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan lemak. Sifat-sifat protein
beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air,
beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya. Urine
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal
dari darah atau cairan interstisial (Poedjiadi, 2005).
Urine yang dikeluarkan oleh tubuh merupakan hasil ekskresi yang
berasal dari organ ginjal. Baik buruknya keadaan ginjal dapat diketahui dengan
melihat dan menguji hasil urine yang dikeluarkan. Urine sehat itu berwarna
kuning pucat atau kuning gelap. Hal ini tergantung pada tingkat hidrasi, sehingga
urine tetap berada di koridor warna kuning. Kandungan pada urine normal adalah
air, urea, amonia, zat warna empedu yang memberikan warna pada urine, dan
garam mineral. Untuk ginjal yang sehat, glukosa tidak boleh ada dalam urine, jika
terdapat glukosa maka menandakan terjadi kelainan pada fungsi hormon insulin
yang dihasilkan oleh pulau Langerhans dalam pankreas, jika urine mengandung
gula (glukosa) berarti tubulus kontortus proksimal pada ginjal tidak menyerap
gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal,
dapat pula akibat kadar gula dalam darah yang tinggi sehingga giinjal tidak dapat
menyerap kembali semua gula. Kadar gula darah yang tinggi akibat dari proses
pengubahan gula menjadi glikogen terhambat karena produksi hormos insulin
terhambat. Orang yang demikian menderita kencing manis (Diabetes melitus).
Bahan pengawet atau pewarna makanan juga dapat membuat ginjal bekerja keras
sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan atau terlalu
banyak mengkonsumsi obat-obatan juga akan merusak ginjal (Karmana, 2007).
V. PROSEDUR KERJA
Mahasiswa
Urine
Disaring terlebih dahulu.
Dicampur
Dilarutkan dalam akuades 1 liter
2,5 mL urin
6.1 Hasil
Tabel 1. Data Pemeriksaan Protein dan Glukosa dalam urine
Kode
Sampe Protein Glukosa Keterangan Foto
l urine (+/-) urine (+/-)
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
A (-) (-) glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
(-) (-) glukosa warna
B menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
glukosa warna
C (-) (-) menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
glukosa warna
D (-) (-) menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Terbentuk cincin
putih (sangat
E (+) (-) sedikit) pada uji
protein. Uji
glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
glukosa warna
F (-) (-) menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein Uji
G (-) (-) glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
6.2 Pembahasaan
Struktur Ginjal
VII. KESIMPULAN
5.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini adalah hendaknya pada saat praktikum
ketelitian dan kerjasama lebih diperhatikan, agar praktikum dapat berjalan dengan
baik. Kemudian diharapkan asisten atau praktikan lebih aktif lagi dalam
menjalankan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, Jane B.C, dan Lawrence G.M. 2004. Biologi. Jilid III 2nd
edition. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Karmana, O. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama: Jakarta
Kurniati,T. 2009. Zoologi Vertebrata. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati: Bandung.