Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu jenis fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam system

kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Puskesmas merupakan

pusat pelayanan kesehatan perorangan primer yang berfungsi sebagai gate keeper atau

kontak pertama pelayanan kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai standar

pelayanan medis. Puskesmas memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan

Sistem Jaminan Kesehatan Kesehatan Nasional. Diberlakukannya program JKN

membuat masyarakat yang akan berobat ke rumah sakit dengan kartu BPJS harus

mendapat rujukan terlebih dahulu dari puskesmas.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus

penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik

secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata pelayanan

kesehatan lainnya maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan

kesehatan yang sama. Jenis rujukan terbagi menjadi dua yaitu rujukan kesehatan dan

rujukan medik. Sistem rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan

kesehatan secara bermutu, sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa harus

memggunakan biaya yang mahal.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012

Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan menjelaskan bahwa sistem

rujukan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai dari

1
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sistem rujukan berjenjang merupakan salah satu

upaya yang dilakukan dalam penguatan pelayanan primer, sebagai upaya untuk

penyelenggaran kendali mutu dan biaya.

1.2 Analisis Situasi

1.2.1 VISI

Puskemas Martapura 1 Kabupaten Banjar memiliki visi yaitu mewujudkan

masyarakat diwilayah kerjanya dapat sehat dan barokah.

1.2.2 MISI

Puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar memiliki 3 misi yaitu :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, masyarakat dan

lingkungan

3. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam upaya pembangunan di bidang

kesehatan

1.2.3 IKON DAN MOTTO

Ikon dari puskesmas Martapura 1 Kabupaten Banjar yaitu :

1. Integritas : memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter yang kuat

2. Nyaman : suatu perasaan antusias dan menikmati setiap proses dalam

pekerjaan itu dan sebesar apapun tantangan itu muncul disetiap pekerjaan yang

dilakukan

3. Transfaran : sesuatu hal yang tidak ada maksut tersembunyi didalamnya,

disertai dengan ketersediaan informasi yang lengkap yang diperlukan untuk

kolaborasi dan pengambilan kolektif.

2
4. AkuNtabilitas : bertanggung jawab penuh akan tugas dan pokok yang

diberikan

Sedangkan, Motto dari Puskemas Martapura 1 Kabupaten Banjar yaitu Bekerja

ikhlas, rendah hati, Bersama kita bisa “ Pian Sehat Kami Himung”.

1.2.4 Ketenagaan

Puskesmas Martapura 1 memiliki 81 beberapa tenaga kerja, yang terdiri dari

Dokter umum PNS berjumlah 6 orang, dokter gigi berjumlah 1 orang, sarjana

kesehatan berjumlah 1 orang, apoteker 1 orang, tenaga keperawatan 15 orang, tenaga

gizi 2 orang, Perawat gigi 5 orang, asisten apoteker 2 orang, tenaga kebidanan 19

orang dan tenaga kesehatan lingkungan 4 orang. Untuk tenaga lain yaitu tenaga

laboratorium 4 orang baik D3 maupun D4/S1, psikolog 1 orang, tenaga promosi

kesehatan 2 orang rekam medik 1 orang, serta fisiotrafi 1 orang. Selanjutnya, tenaga

Adminstrasi umum berjumlah 5 orang, pekarya 3 orang, staff keuangan 2 orang,

cleaning service 2 orang, supir 1 orang, dan penjaga malam 2 orang sehingga total

dari keseluruhan tenaga kerja dipuskesmas ini yaitu 81 orang. Tenaga kerja tersebut

terlampir pada tabel di bawah ini:

NO JENIS KETENAGAAN STATUS KEPEGAWAIAN


PNS PTT
PROFESI
1 Dokter Umum 6
2 Dokter Gigi 1
3 Sarjana Kesehatan/SKM 1
4 Apoteker 1
5 D3 Perawat 8 5
6 D4/S1 Perawat 1
7 S2 Keperawatan 1
8 Tenaga Gizi 1 1
9 D3/S1 Perawat Gigi 4 1
10 D3 Asisten Apoteker, SMF 2
11 D3 Kebidanan 11 2
12 D4/S1 Kebidanan 7

3
13 D3 Kesling 1
14 D4/S1 Kesling 3
15 D3 Analis 2
16 D4/S1 Analis 1 1
17 Tenaga Psikolog/S1 1
18 Tenaga Promkes 1 1
19 Rekam Medis 1
20 Administrasi Umum SMA 1 2
21 Administrasi Umum S1 1 1
22 Pekarya 3
23 Staf Keuangan 1 1
24 Cleaning Service 2
25 Supir 1
26 Penjaga Malam dan Satpam 2
27 Fisioterapi 1
TOTAL 59 22

1.2.5 Sarana dan Prasarana

Puskemas Martapura 1 Kabupaten Banjar memiliki sarana dan prasarana antara lain

yaitu :

a. 1 buah puskesmas induk

b. 3 buah puskesmas pembantu

- Pustu Sungai Kacang

- Pustu Labuan Tabu

- Pustu Cindai Alus

c. 15 buah poskesdes dan polindes

- Sekumpul

- Sungai Paring

4
- Jawa

- Tanjung Rema

- Jawa Laut

- Tunggul Irang Ulu

- Tunggul Irang Ilir

- Tunggul Irang

- Bincau Muara

- Bincau

- Indrasari

- Labuan Tabu

- Sungai Sipai

- Cindai Alus

d. 15 buah posyandu

- Kelurahan Jawa

- Kelurahan Sekumpul

- Kelurahan Sungai Paring

- Kelurahan Tanjung Rema Darat

- Desa Tanjung Rema

- Desa Jawa Laut

- Desa Tunggul Irang Ilir

- Desa Tunggul Irang Ulu

- Desa Tunggul Irang

- Desa Bincau

- Desa Bincau Muara

5
- Desa Labuan Tabu

- Desa Sungai Sipai

- Desa Cindai Alus

e. 15 buah posyandu lansia

- 3 buah posyandu lansia bernama Anggrek dengan alamat yang

berbeda

- Tanjung Rema

- Melati

- Nusa Indah

- Sungai Paring

- Tanjung Rema Darat

- Jawa Laut

- Sehat Berseri

- Tunggul Irang Ulu

- Melati

- Sekumpul

- Dahlia

- Srikaya

f. 3 buah poskestren

- An Najah Putri

- Darul Hijrah Putra

- Darul Hijrah Putri

g. Sarana Pendidikan

- PAUD berjumlah 34 buah

- TK berjumlah 26 buah

6
- SD berjumlah 39 buah

- SMP/MTs berjumlah 19 buah

- SMAN/MAN berjumlah 12 buah

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan system rujukan puskesmas ini yaitu:

1. Mendapatkan pengetahuan tentang pelaksanaan sistem rujukan di Puskesmas

Martapura 1

2. Mendapatkan sebagai bahan masukan pelaksanaan sistem rujukan pasien di

Puskesmas Martapura 1

3. Mendapatkan bahan untuk evaluasi perbaikan pelaksanaan sistem rujukan pasien di

Puskesmas Martapura 1.

7
BAB II

ANALISIS

2.1 Definisi

Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan

yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal

balik baik vertical maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan

kesehatan atau asuransi kesehatan social dan seluruh fasilitas kesehatan.

2.2 Macam dan Sistem Rujukan

Sistem kesehatan nasional membedakannya menajdi dua rujukan yaitu:

1. Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan

masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan atau mencegah

penyakit yang ada di masyarakat. Rujukan kesehatan terdiri dari rujukan tenaga,

rujukan sarana dan logistik, rujukan operasional. Pada dasarnya rujukan kesehatan

berhubungan dengan pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang

8
lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit

dan peningkatan derajat kesehatan.

2. Rujukan Medik

Rujukan medik adalah rujukan masalah kedokteran yang bertujuan

menyembuhkan dan atau memulihkan status kesehatan pasien atau sebaliknya untuk

tindak lanjut yang diperlukan. Rujukan medik dibedakan atas 3 macam yaitu rujukan

kasus, rujukan bahan pemeriksaan dan rujukan ilmu pengetahuan. Rujukan ini

dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari rujukan internal dan

rujukan eksternal.

a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam

institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke

puskesmas induk.

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan

kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari

puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

2.3 Kegiatan yang Tercakup dalam Sistem Rujukan

1. Pengiriman Pasien

Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk

perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang lebih lengkap.

Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan harus merujuk kembali pasien

ke sarana kesehatan yang mengirim, untuk mendapatkan pengawasan pengobatan

dan perawatan termasuk rehabilitasi selanjutnya.

2. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya

9
Bahan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang dirujuk akan

dikirimkan ke laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik rujukan untuk

mendapatkan pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik yang

tepat. Spesimen yang telah di periksa di laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit

atau laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium yang lebih mampu

untuk divalidasi hasil pemeriksaan pertama.

3. Pengalihan Pengetahuan dan Ketrampilan

Permintaan tenaga ahli/dokter spesialis dapat dibuat oleh Kepala Puskesmas

atau Rumah Sakit Umum Kab/Kota yang ditujukan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kab/Kota atau Dinas Kesehatan Kab/Kota yang ditujukan ke Dinas

Kesehatan Provinsi dengan mengisi Surat Permintaan Tenaga Ahli.

2.4 Jenjang Pelayanan Kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan

dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan. Pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan

kesehatan dasar (basic health service) atau juga merupakan pelayanan kesehatab

primer. Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas

pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.

2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Service)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang

memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak ditangani oleh pelayanan kesehatan

primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, memerlukan

tersedia tenaga-tenaga spesialis.

3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Service)

10
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien

yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan

sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di

Indonesia : rumah sakit tipe A dan B.

2.5 Jalur Rujukan

Jalur rujukan terbagi atas beberapa cara yaitu dari kader, dari posyandu, dari

puskesmas pemabntu dan dari pondok bersalin

1. Apabila dari kader, dapat langsung merujuk ke:

a. Puskesmas pembantu

b. Pondok bersalin/ bidan desa

c. Puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit pemerintah/ swasta.

2. Dari posyandu, dapat langsung merujuk ke :

a. Puskesmas pembantu

b. Pondok bersalin/ bidan desa

c. Puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. Rumah sakit pemerintah/ swasta.

11
3. Dari puskesmas pembantu dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau

rumah sakit swasta.

4. Dari pondok bersalin dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau rumah

sakit swasta.

2.6 Tata Cara Rujukan

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis, yaitu:

a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat

pertama.

b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke

fasilitas kesehatan tingkat kedua.

c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas

rujukan dari faskes primer.

d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas

rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes

tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,

merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier. Ketentuan

pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:

a. Terjadi keadaan gawat darurat kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang

berlaku.

b. Bencana. Kriteria bencana ditetapkan oleh pemerintah pusat dan atau pemerintah

daerah.

12
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien. Untuk kasus yang sudah ditegakkan

rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan

lanjutan.

d. Pertimbangan geografis dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.

2.7 Rujukan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

1. Macam rujukan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

a. Rujukan Medik Gigi

- Rujukan kasus atau pasien untuk keperluan diagnostik, pengobatan

perawatan

- Rujukan spesimen, untuk pemeriksaan penunjang, hasil cetakan work

model

- Rujukan Iptek dengan mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

b. Rujukan Kesehatan Gigi

- Bantauan sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut seperti alat dan buku

- Bantuan teknologi terutama teknologi tepat guna yang dapat dijangkau dan

dimanfaatkan oleh masyarakat

- Bantauan dana operasional dan pemeliharaan peralatan kesehatan gigi dan

mulut.

13
14
BAB III

3.1 Prosedur Sistem Rujukan

3.1.1 Bentuk Pelayanan

Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 tingkatan

yaitu :

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan

pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas

kesehatan tingkat pertama.

b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua

Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan

pelayanan kesehatan Spesialistik yang dilakukan oleh

dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan

dan teknologi kesehatan spesialistik.

c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan

pelayanan kesehtan sub spesialistik yang dilakukan oleh

dokter gigi sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis

yang menggunakan pengetahuan dan teknologi

15
kesehatan sub spesialistik.

3.1.2 Macam Rujukan

Macam rujukan dapat berupa rujukan secara horizontal

maupun vertikal.

a. Rujukan Horizontal

Rujukan horizontal adalah rujukan yang

dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu

tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan

pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien

karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan ketenagaan

yang sifatnya sementara atau menetap.

b. Rujukan Vertikal

Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan

antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan,

dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih

rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau

sebaliknya. Rujukan vertical dari tingkatan pelayanan

yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih

tunggi dilakukan apabila :

- Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan

spesialistik atau subspesialistik

- Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena

16
keterbatasan fasilitas, peralatan atau ketenagaan

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang

lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah

dilakukan apabila :

- Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh

tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah

sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya

- Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat

pertama atau kedua lebih baik dalam menangani

pasien tersebut

- Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat

ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang

lebih rendah dan untuk alas an kemudahan, efisiensi

dan pelayanan jangka Panjang

- Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena

keterbatasan sarana, prasarana, peralatan atau

ketenagaan

3.1.3 Jenjang Pelayanan Kesehatan

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara

berjenjang sesuai kebutuhan medis yaitu :

a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh

fasilitas kesehatan tingkat pertama

b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka

pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat

17
kedua

c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder

hanya dapat diberikan atas rujukandari faskes primer

d. Pelayanan keseahatan tingkat ketiga di faskes tersier

hanya dapat diberikan atas rujujkan dari faskes

sekunder faskes primer

2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapatdirujuk

langsung kef askes tersier hanya untuk kasus yang sudah

ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan

pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.

3.1.4 Jalur Rujukan

Puskesmas memiliki peranan penting dalam

penyelenggaraan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Diberlakukannya program JKN membuat masyarakat yang

akan berobat ke rumah sakit dengan kartu BPJS harus

mendapat rujukan terlebih dahulu dari puskesmas. Rujukan

ini diberikan kepada pasien BPJS jika puskesmas tidak dapat

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

pasien karena keterbatasan fasilitas, pelayan dan ketenagaan,

serta diagnosis pasien diluar 155 diagnosis yang harus

dilayani di puskesmas. Sistem rujukan mengatur alur dari

mana dan harus ke mana seseorang yang mempunyai

masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan

kesehatannya. Era Jaminan Kesehatan Nasional

memberlakukan sistem rujukan yang berjenjang, dimana

18
pelayanan kesehatan dimulai di fasilitas kesehatan tingkat

pertama. Diberlakukannya sistem rujukan berjenjang

mengharuskan pasien BPJS untuk mengutamakan berobat ke

puskesmas yang merupakan fasilitas pelayanan primer. Jika

pasien tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan primer

baru diberlakukan rujukan pasien ke fasilitas pelayanan

sekunder.

3.2 Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Puskesmas

19
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Pelayanan


1. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok

ini ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat

sendiri atau bersama-sama dalam organisasi dengan tujuan

utama untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan

kesehatan. Sasaran utama adalah peprseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok

ini ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya

secara bersama-sama dalam organisasi. Tujuan utama adalh

memelihara dan peningkatan kesehaan serta pencegahan

penyakit. Sasaran utama : kelompok dan masyarakat.

3. Pelayanan keperawatan

Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

meliputi dasar dan pelayanan rujukan. Dilakukan oleh perawat

dalam pelayanannya memiliki tugas diantaranya memberikan

20
asuhan keperawatan keluarga, komunitas dan pelayanan

kesehatan dasar dan asuhan keperawatan umum pada pelayanan

rujukan. Tugas perawat dalam lingkup pelayanan rujukan

adalah memberikan asuhan keperawatan pada ruang lingkup

rujukan seperti pada anak perawata memberikakn asuhan

keperawatan pada anak melalui pendekatan proses keperawatan

anak, lingkup keperawatan jiwa perawat memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa dll.

4.2 Macam Rujukan


4.2.1 Rujukan Internal
Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi

antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya

dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke

puskesmas induk

4.2.2 Rujukan Eksternal


Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar

unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal

(dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap)

maupun vertical (dari puskesmas ke rumah sakit umum

daerah)

4.3 Jenjang Pelayanan Kesehatan


Sistem Rujukan berjenjang adalah penyelenggaraan pelayanan

kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab

pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun

horizontal yang dilakukan dari faskes I menuju faskes lanjutan.

Tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang:

21
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara

berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:

a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas

kesehatan tingkat pertama.

b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien

dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.

c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya

dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer.

d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat

diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

2. kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke

faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis

dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya

tersedia di faskes tersier.

3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan

dalam kondisi :

a. Terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan

mengikuti ketentuan yang berlaku;

b. Bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan

atau Pemerintah Daerah

c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien; Untuk kasus yang

sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat

dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan

d. Pertimbangan geografis;

e. Pertimbangan ketersediaan fasilitas

22
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat

a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan

pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan

perundangundangan.

b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter

dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama

kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan

kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau

dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama

5. Rujukan Parsial

a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke

pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan

diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian

perawatan pasien di Faskes tersebut.

b. Rujukan parsial dapat berupa:

1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau

tindakan

2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang

c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka

penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

4.4 Jalur Rujukan


Terdapatnya perbedaan dan persamaan klasifikasi, wilayah dan
kemampuan tiap sarana kesehatan perlu disusun alur rujukan
pasien secara umum, kecuali bagi rujukan kasus kegawatdarurattan
atau rujukan khusus. Ada beberapa aspek yang harus di perhatikan
dalam alur rujukan yaitu
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu

23
diatasi
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
tidak mampu di atasi
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan
yang lebih mampu
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua
pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang
menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai
berikut:
1. Prosedur standar merujuk pasien
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien

24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus


penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata pelayanan
kesehatan lainnya maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai

kebutuhan medis, yaitu dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh

fasilitas kesehatan tingkat pertama Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis,

maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua. Pelayanan kesehatan

tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas rujukandari faskes

primer. Pelayanan keseahatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan

atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

5.2 Saran

Agar dapat terciptanya system rujukkan yang optimal, diharapkan bagi tenaga
kesehatan khususnya di Pusksmas Martapura 1 dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu bagi pasien yang memerlukan pelayanan rujukkan.
Peningkatan koordinasi bagi setiap tenaga kesehatan sangat diperlukan demi

25
tercapainya system rujukan yang tepat dan maksimal bagi pasien yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
McMohan Rosmary 2013. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.
Edisi 2. Jakarta : EGC.p.251-254
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Buku Pegangan Sosialisasi
Jamninan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BPJS Kesehatan. 2014. Info BPJS Kesehatan : Ikuti Prosedurnya,
Dapatkan Manfaatnya, Menggali Rujukan Berjenjang. BPJS Kesehatan.
Ali F.A, Kandou G, Umboh J. 2015. Analisis Pelaksanaan Rujukan
Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di Puskesmas Siko dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014.
JIKMU, 5(2).
Putri A. 2016. Tinjauan Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien BPJS Di
Puskesmas Walantaka Kota Serang Banten. Jogjakarta : Universitas Gadjah
Mada
Ratnsari D. 2017. Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
Bagi Peserta JKN di Puskesmas X Kota Surabaya. JAKI. 5(2) : 146.

26

Anda mungkin juga menyukai