Konsil 28 TH 2016
Konsil 28 TH 2016
MEMUTUSI(AN:
Menetapkan KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
PENGESAHAN BUKU PUTIH KOMPETENSI KEMOTERAPI
DALAM BIDANG SPESIALISASI KEDOKTERAN YANG
BERBEDA.
KESATU Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Bedah,
Dokter Sub-spesialis Bedah Onkologi, Dokter Sub-spesialis
Bedah Digestive, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Dokter
Spesialis Bedah Anak, Dokter Spesialis Urologi, Dokter
Spesialis Radiologi, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis
Obstetri Ginekologi, Dokter Spesialis Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi, Dokter Spesialis Neurologi, Dokter
Spesialis THT-Bedah KL, Dokter Spesialis Dermatologi dan
Venereologi, dan Dokter Spesialis Mata memiliki kompetensi
yang sama dalam pelaksanaan prosedur Kemoterapi.
KEDUA Dokter Spesialis yang terlibat pada kompetensi sebagaimana
dimaksud pada Diktum Kesatu harus memiliki syarat-syarat
kompetensi sebagaimana terlampir dalam Keputusan KKI ini.
KETIGA Kriteria dalam Buku Putih Kemoterapi dapat dijadikan
pedoman oleh Komite Medis di fasilitas pelayanan kesehatan
rumah sakit tertentu untuk memberikan kewenangan klinis
(clinical preutlege) kepada dokter spesialis yang akan
memberikan pelayanan prosedur Kemoterapi.
KEEMPAT Panduan Buku Putih Kemoterapi yang tercantum dalam
Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia ini.
KELIMA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 November 2016
ttd.
BAMBANG SUPRIYATNO
4-
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 28 / KKr / KEP / xr I 20 t 6
TENTANG PENGESAHAN KOMPETENSI
KEMOTERAPI DALAM STANDAR KOMPETENSI
BIDANG SPESIALISASI BERBEDA UNTUK DOKTER
I Latar Belakang
Insiden kanker dilaporkan meningkat secara dramatis dalam periode
20 tahun terakhir khususnya di Negara berkembang. Pengobatan kanker
merupakan terapi multimodalitas yang terdiri dari pembedahan,
kemoterapi, radioterapi, terapi target dan juga terapi hormonal.
Pemberian kemoterapi sudah dimulai sejal awal tahun 1900. Setelah itu
berkembang terus sesuai dengan perkembangan percabangan ilmu
kedokteran contohnya kemoterapi pada anak berkembang setelah
ditemukannya Vinkristin pada tahun 1963 dan penelitian awal dimulai
dengan pembuatan protokol kemoterapi untuk leukemia akut,
kemoterapan pada penanganan kanker ginekologi dimulai tahun 1960.
Tatalaksana diagnosis dan terapi untuk kanker paru di Indonesia telah
dilakukan pada tahun 1960-an.
Penemuan obat kemoterapi dan terapi target yang akhir-akhir ini
semakin berkembang dengan cepat dan sangat maju, diharapkan mampu
meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien.Kemoterapi dan terapi
target dapat diberikan pada keganasan sesuai dengan indikasi masing-
masing, baik pada stadium awal hingga stadium lanjut/ metastasis.
Kontraindikasi kemoterapi dilakukan bila Karnofsky Skor/ECOG dan
hasil laboratorium terkait tidak memenuhi syarat, atau terjadi toksisitas
dan alergi terhadap obat kemoterapi.
Kemoterapi sistemik adalah cara pemberian obat-obat kanker
melalui intravena, peroral, subkutan, intra arteri yang bertujuan untuk
membunuh sel-sel kanker baik yang berada di dalam darah, organ primer
terkait, kelenjar getah bening maupun organ lain yang terdampak.
Kemoterapi lokal, imunoterapi maupun terapi targetyang mempunyai
5-
dampak sistemik termasuk daJarr^ tuhite paper ini. Terdapat banyak obat
sitostatika yang dapat diberikan secara monoterapi atau kombinasi.
Selain itu banyak tersedia beberapa jenis obat kemoterapi yang dapat
diberikan secara monoterapi atau kombinasi terapi. dimana penggolongan
obat-obat kemoterapi ada dilampiran white paper ini.
Dalam melakukan prosedur pemberian kemoterapi sistemikharus
selalu diingat bahwa: kanker adalah suatu penyakit sistemik,
bersifatsangat heterogen dan kompleks; pasien harus mendapat manfaat
pengobatan yang optimal; harus berdasarkan euidence (euidence-baseS,
aman dan cost effectiue. Hal ini disebabkan kanker maupun pemberian
kemoterapi sistemik dapat mengganggu fungsi ginjal, jantung, hati, paru,
saluran cerna dan lainnya.
Manajemen pasien kanker saat ini mengalami perubahan paradigma
amat penting, yaitu dari manajemen yang berfokus pada penyakit ke arah
manajemen yang berorientasi pada pasien (bersifat holistik, dengan
memperhatikan aspek bio-psikososio-kultural dan spritual); fokus
perhatian ditujukan pada kualitas hidup, hak pasien untuk memilih
pengobatannya, harapan hidup yang diperkirakan akan dapat dicapai
dengan pengobatan dan pelayanan yang akan diberikan serta aspek tepat
guna ("cost effectiud') termasuk aspek biologis, psikologis, sosiologis,
cultural, dan spritual. Untuk mencapai hal tersebut, pelayanan harus
dilakukan secara multidisiplin dengan koordinasi yang optimal antara
disiplin yang terkait serta komunikasi yang baik dengan pasien.
Seluruh pendekatan multidisiplin dalam pelayanan pasien kanker
bertujuan untuk mencapai pendekatan yang tepat guna-hasil guna, mulai
dari berbagai prosedur diagnostik sampai dengan pengobatan kuratif
hingga paliatif. Pendekatan menuju tercapainya keputusan yang tepat
guna-hasil gtnal"cost effectiud' dikenal sebagai personalized medicine.
Dengan kata lain, sistem pengobatan yang menggunakan berbagai
kemajuan di bidang biologi molekuler, berbagai teknik prosedur
diagnostik maupun berbagai faktor yang berkaitan dengan keadaan
pasien sendiri, mulai dari komorbiditas, resiko medis, biaya yang tersedia
hingga hasil pengobatan yang mungkin akan dicapai.
Pada pasien yang memiliki kekhr.rsusan dan keunikan, sehingga
kemoterapi harus diberikan oleh dokter yang memiliki kompetensi
berdasarkan pendidikan dokter spesialis dan/ atau sub spesialis sesuai
dengan kompetensi spesialiasasi di bidang onkologi masing masing.
-6-
IlL RekomendasiKolegium
Dokter spesialis yang terlibat harus memiliki sertilikat kompetensi
untuk dapat melakukan prosedur kemoterapi sistemik pada keganasan
yang diterbitkan oleh kolegium yang sesuai yaitu:
a. Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia;
b. Kolegium Ilmu Bedah Indonesia;
c. Kolegium Bedah Saraf Indonesia;
d. Kolegium Bedah Anak;
e. Kolegium Urologi Indonesia;
f. Kolegium Radiologi Indonesia;
g. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia;
h. Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia;
i. Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia;
j. Kolegium Neurologi Indonesia;
k. Kolegium Ilmu THT-Bedah KL Indonesia;
1. Kolegium Dermatologi dan Venereologi Indonesia;
m. Kolegium Ophtalmologi Indonesia.
IV. Kriteria
Kriteria berikut ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman Komite
Medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit tertentu untuk
memberikan clinical privilege kepada tenaga ahli untuk melakukan
pelayanan kemoterapi sistemik pada keganasan.
B Pelatihan (Minimal)
Dalam masa pendidikan/pelatihan kemoterapi dalam dan/atau
luar negeri telah memenuhi persyaratan minimal jumlah tindakan
kemoterapi sistemik pada keganasan sesuai kolegium masing-masing
yang dibuktikan dengan log book selama pendidikan/pelatihan.
C. Pengalaman
1. Dapat menentukan stadium keganasan;
2. Dapat menentukan persyaratan, rejimen/protokol, dosis, dan
efek samping kemoterapi dan mengatasi efek samping yang
terjadi;
3. Melakukan pemberian kemoterapi kepada setiap pasien dengan
keganasan sesuai stadium / indikasinya;
4. Menangani kasus kanker (per tahun) sesuai dengan kriteria
minimal dalam bidang spesialisasi masing-masing.
Referensi
1. NCCN clinical practice guidelines in oncologr - v.2.2O15
2. World congress on gastrointestinal cancer. ESMO, Barcelona, Spain,
2014
3. World congress on gastrointestinal cancer : Asian perspective. Hong
Kong SAR, 2010
4. Panduan penatalaksanaan kanker kolorektal 2014
5. De vita VT, Chu E. Cancer Res November 1, 2008 68; 8643
6. ESMO (European Society for Medical Oncolory), ASCO (American
Societyof Clinical Oncologz),NCl (National Cancer Institute), CCA
(Cancer Council Australia), ABIM (American Board of Internal
Medicine).
7. Annals of Oncologr 25;9-15, 2OL4
8. Cancer Treatment in Special Clinical Situation, ESMO 2013
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 02.O2/Merlkesl389/2014
tanggal 17 Oktober 2014 tentang Komite Penanggulangan Kanker
Nasional
1O. Bruce J, Anderson R,C. 2OO4. Glioblastoma Multiforme. eMedicine,
http: / /www.emedicine.com Carruthers et aI: Clinical Pharmacologr
11. DeAngelis L,M. Loeffler J.S. Mamelak,A.N. 2003. Primary Brain
T\.rmors, dalam Cancer Management Multidisciplinary Approach.
- 10-
ttd.
BAMBANG SUPRIYATNO