Anda di halaman 1dari 9

ISSN(Cetak) : 2620-6048

ISSN(Online) : 2686-6641

Perhitungan Neraca Massa Pada Proses Pengambilan Minyak Pada


Unit Decanter Di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah
Pontjan Perbaungan

1
Darni Paranita, 2Jenny, 3Darry Christine S. Purba, 4Martua Raja Rangkuti

1,2,3,4
Program Studi Teknik Kimia, Politeknik Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan
1
darnipur12@ptki.ac.i, 2jenny@ptki.ac.id

ABSTRAK
PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan Perbaungan merupakan Pabrik kelapa
sawit yang mengelola buah kelapa sawit milik perusahaan dengan produksi Crude palm oil
(CPO) 45 ton per hari. Pada proses pemurnian CPO sludge yang dihasilkan ditampung di sludge
tank, Sludge ini masih mengandung minyak dan harus diolah kembali di unit decanter untuk
mendapatkan minyak yang terbawa pada sludge tersebut yang dapat menyebabkan kerugian
komersil. Pengolahan sludge pada decanter berdasarkan prinsip sentrifugasi menghasilkan tiga
keluaran, light phase, heavy phase dan solid phase. Pada penelitian ini dikaji persentase
perolehan minyak yang dipisahkan dari sludge dan kadar pengotor dari minyak tersebut serta
kehilangan minyak yang terdapat pada heavy phase dan solid phase dengan perhitungan neraca
massa. Hasil perhitungan menunjukkan persen perolehan minyak yang berhasil dipisahkan dari
sludge adalah 69,0614% dengan kadar pengotor, solid 0,7366% dan air sebesar 3,2%.
Kehilangan minyak pada heavy phase adalah 0,7333% dan pada solid phase 2,4966%. Jumlah
minyak yang terbawa pada heavy phase dan solid phase tersebut masih memenuhi standar mutu
yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu untuk heavy phase 1,5% dan solid phase 3%
Kata kunci : Decanter, Neraca Massa, Light Phase, Heavy Phase, Solid Phase

ABSTRACT

PT. Indah Pontjan Perbaungan Plantation & Trading Company is a palm oil mill that manages
the company's palm oil fruit with 45 tons of Crude palm oil (CPO) per day. In the process of
refining CPO the resulting sludge is accommodated in a sludge tank, this sludge still contains oil
and must be reprocessed in a decanter unit to get oil carried on the sludge which can cause
commercial losses. Sludge processing in the decanter based on the principle of centrifugation
produces three outputs, light phase, heavy phase and solid phase. In this final project, the
percentage of oil recovery separated from the sludge and the impurity content of the oil and the
loss of oil contained in the heavy phase and solid phase are calculated by mass balance
calculation. The calculation results show the percentage of oil acquisition that has been
successfully separated from the sludge is 69.0614% with impurities, solid 0.7366% and water at
3.2%. Oil loss in heavy phase is 0.7333% and in solid phase is 2.4966%. The amount of oil
carried in the heavy phase and solid phase still meets the quality standards set by the company,
namely for the heavy phase of 1.5% and the solid phase of 3%
Keywords: Decanter, Materials Balance, Light Phase, Heavy Phase, Solid Phase

PENDAHULUAN
PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan merupakan pabrik kelapa sawit yang berlokasi
di Deli Muda, Perbaungan. Pabrik kelapa sawit ini mengelola tandan buah segar (TBS) dengan kapasitas
pengolahan TBS 45 ton/jam. Pengolahan minyak kelapa sawit merupakan proses secara mekanis dan
fisika untuk memperoleh minyak dari buah kelapa sawit dan kernel melalui proses perebusan, pemipilan,
pelumatan, pengempaan, pemisahan, pengeringan dan penimbunan (Pardamean, 2008). Proses
pengempaan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% Air dan 8% zat padat (Pahan,

16 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

2006). Zat padat tersebut antara lain terdiri dari serat, pasir dan pecahan biji sawit. Oleh karena itu
minyak tersebut masih perlu dimurnikan lagi lagi di stasiun klarifikasi (Sibuea, 2014).
Stasiun pemurnian merupakan tahap terakhir pengolahan minyak yang bertujuan untuk melakukan
pemurnian minyak kelapa sawit dari bahan pengotor seperti padatan (solid) dan air, agar diperoleh
minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Dalam minyak
kasar terdapat beberapa fase yang sulit dipisahkan dengan satu cara, oleh sebab itu proses pemisahannya
dilakukan dengan beberapa tahapan seperti filtrasi, pengendapan, sentrifugasi, penguapan dan sebagainya
(Chrestella, 2012). Lumpur (Sludge) yang merupakan buangan dari proses pemurnian masih mengandung
minyak 4,5-6% sehingga harus diolah kembali untuk mendapatkan minyak tersebut (Sibuea, 2014).
Proses pengutipan minyak dari sludge tersebut dilakukan di unit decanter dengan melakukan pemisahan
berdasarkan berat jenis dan sentrifugasi. Metode sentrifugasi merupakan proses pemusingan minyak
kasar yang menyebabkan bagian yang lebih berat akan terlempar sehingga terpisah antara minyak dan
bahan-bahan pengotor tersebut. Sludge yang diolah di decanter dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu
light phase, solid phase dan heavy phase. Light phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak
cukup tinggi oleh karena itu fase ini harus dikembalikan lagi ke Continuous Settling Tank (CST). Solid
phase merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3%. Solid yang dihasilkan ini selanjutnya
diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan
minyak, fase ini dikirim ke sludge separator untuk kembali dilakukan proses pengambilan minyak
(Pahan, 2006).
Neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari bahan yang masuk, yang terakumulasi dan
yang keluar dalam waktu tertentu. Pernyataan tersebut sesuai dengan hukum kekekalan massa yakni
massa tak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Prinsip umum neraca massa adalah jumlah massa yang
masuk sama dengan jumlah massa yang keluar (Wuryanti, 2016). Perhitungan neraca massa pada unit
decanter bertujuan untuk mengetahui persentase perolehan minyak pada proses pengolahan sludge di
decanter dan kadar pengotor yang terbawa pada minyak tersebut serta kehilangan minyak pada solid
phase dan heavy phase. Besar kecilnya kehilangan minyak dalam proses pengolahan dipabrik akan
menentukan tinggi rendahnya rendemen minyak yang dihasilkan. Diharapkan minyak yang ikut terbuang
sesuai dengan standar perusahaan, pada solid maksimum 3% dan pada air maksimum 1,5%.

TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui persentase perolehan minyak pada proses pengolahan sludge di unit decanter.
2. Mengetahui kadar pengotor (solid dan air) pada light phase.
3. Mengetahui banyaknya kehilangan minyak pada heavy phase dan solid phase di unit decanter.

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan, Deli Muda,
Perbaungan, kabupaten Deli Serdang, provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di lapangan dan di
Laboratorium PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan.

B. Waktu
Penelitian ini di Kerjakan di PT. Perusahaan Perkebunan & Dagang Indah Pontjan dimulai pada
tanggal 07 Januari 2019 dan berakhir pada tanggal 07 Maret 2019.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 17
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

C. Diagram Alir Penelitian

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

PENGUMPULAN DATA
A. Materi
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan yaitu unit decanter three phase, Botol tempat sampel,
Keranjang tempat botol, Gayung besi, Wadah plastik. Dan Peralatan analisa kadar minyak, solid dan air.
Yaitu Cawan porselin, Hot plate, Kondensor Centrifuge Tube Glass, Oven, Centrifuge, Desikator, Vacum
Pump, Neraca analitik, Crusible Glass, Kapas, Thimbel, Soxhlet, Labu ekstraksi , Penjepit. Dan bahan
yang digunakan yaitu Sludge (Umpan Decanter), N-heksana,Sludge (Umpan Decanter), Water phase,
Solid phase, Oil Phase, Iso Hexane.

B. Metoda
1. Prosedur Untuk Mendapatkan Data Kondisi Proses Dan Sampel Yang Akan Dianalisa
Mengamati dan mempelajari secara langsung proses pengolahan sludge di decanter yang ada di PT.
Perusahaan dan Dagang Indah Pontjan. Melakukan tinjauan langsung pada proses pemurnian minyak
pada decanter di stasiun klarifikasi. Melakukan pengambilan data pada alat decanter dengan mengamati
secara langsung yang terdapat dilapangan. Pengambilan data laju sludge masuk, kecepatan putaran bowl
dan temperatur dari DCS (Distributed Control System). Laju keluaran heavy phase dan keluaran light
phase diketahui dengan proses penimbangan. Melakukan pembahasan serta diskusi dengan pembimbing
lapangan.

2. Prosedur Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 11.00 WIB selama tiga hari berturut-turut yaitu pada
tanggal 25,26 dan 27 Februari 2019. Sampel sludge masuk diambil dengan menggunakan gayung besi
pada sludge tank kemudian di masukkan kedalam botol kaca. Sampel light phase diambil dengan
membuka kran aliran light phase dari decanter menuju ke CST (Continuous Settling Tank), Sampel
tersebut dimasukkan kedalam botol kaca. Sampel solid phase diambil dengan menggunakan sekop besi di
solid hopper dan dimasukkan kedalam wadah plastik. Seluruh sampel kemudian dibawa ke laboratorium
lossess PT. Perusahaan Perkebunan dan Dagang Indah Pontjan.

3. Prosedur Analisa Komposisi Bahan Olahan Masuk Dengan Sentrifuge


Sampel sludge (umpan decanter) dari botol sampel dimasukkan kedalam beaker glass lalu dituang
ke dua buah centifuge tube glass masing-masing sampai volume 10 ml. (V1) Air dituang kedalam dua
buah centrifuge tube glass yang lain sampai volume 10 ml. Centrifuge tube glass yang berisi sampel
sludge dan air tersebut dimasukkan kedalam alat centrifuge secara bersilangan. Sampel sludge tersebut di
sentrifuge selama 3 menit sampai terjadi pemisahan. Setelah tiga menit diamati volume masing-masing
komposisi berdasarkan skala garis pada centrifuge tube glass (V2, V3, V4). Kadar masing-masing bahan
yang terdapat pada solid phase (minyak, solid dan air) dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut.

18 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Kadar Minyak x 100%

Kadar Solid x 100%

Kadar Air x 100%

Keterangan :
V1 = Volume Centrifuge tube glass
V2 = Volume minyak
V3 = Volume solid
V4 = Volume air

4. Prosedur Analisa Kadar Air pada Solid Phase


Cawan porselin kosong ditimbang dan dicatat beratnya (W 1). Sampel Solid phase yang telah diambil
dimasukkan pada cawan porselin lalu ditimbang masing-masing sebanyak 20 gram (W2). Sampel solid
phase tersebut kemudian dikeringkan pada oven pada suhu 105 oC selama 4 jam. Setelah selesai,
kemudian sampel solid phase tersebut didinginkan pada desikator selama 15 menit. Sampel solid phase
yang telah kering ditimbang kembali lalu dicatat beratnya (W3). Kadar air pada solid phase dapat
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :
W1 = Berat cawan kosong
W2 = Berat sampel solid phase sebelum dikeringkan
W3 = Berat sampel solid phase setelah dikeringkan

5. Prosedur Analisa Kadar Minyak Pada Solid Phase


Labu ekstraksi kosong ditimbang lalu dicatat hasil penimbangannya (W 4). Sampel solid phase yang
telah dikeringkan dari hasil analisa kadar air dimasukkan kedalam thimble lalu ditutupi dengan kapas.
Thimble berisi sampel solid phase dimasukkan kedalam soxhlet dan dihubungkan dengan labu ekstraksi.
Labu ekstraksi diisi dengan pelarut n-heksana sebanyak 250 ml, kemudian dihubungkan dengan
kondensor dan diletakkan diatas hot plate. Sampel solid phase diekstraksi dengan temperature 60 oC
selama 4 jam atau sampai warna n-heksana kembali bening. Setelah ekstraksi selesai, larutan n-heksana
dipisahkan dengan cara penyulingan sampai tertinggal hanya minyak saja didalam labu tersebut. Labu
ekstraksi didinginkan pada desikator selama 15 menit.
Labu ekstraksi ditimbang untuk mengetahui kadar dari minyak tersebut (W 5) Kadar minyak dapat
diketahui dengan membandingkan minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan berat sampel
solid phase sebelum dikeringkan.

Keterangan :
W2 = Berat sampel solid phase sebelum dikeringkan
W4 = Berat labu kosong
W5 = Berat labu kosong dan minyak
6. Prosedur Analisa Kadar Air Pada Light Phase
Sampel light phase ditimbang 5 gram (W7). kedalam cawan porselin yang sudah ditimbang berat
kosongnya (W6). Sampel light phase yang telah ditimbang dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 oC
selama 40 menit. Setelah 30 menit sampel light phase tersebut didinginkan kedalam desikator selama 15
menit lalu ditimbang kembali dengan teliti sampai diketahui berat susutnya (W8). Persentase air pada
light phase dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :
W6 = Berat cawan kosong

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 19
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

W7 = Berat sampel solid phase sebelum dikeringkan


W8 = Berat sampel solid phase setelah dikeringkan

7. Prosedur Analisa Kadar Padatan Pada Light Phase


Kertas saring diletakkan pada Crusible glass dan tempatkan di dalam Gooch Crusible adapter dan
hubungkan dengan filtering flask. Selang dari vacuum pump dipastikan tersambung ke filtering flask
kemudian dihiidupkan vacuum pump. Kertas saring dalam crusible glass dibilas dengan menggunakan
botol semprot yang berisi Iso Hexane. Vacuum pump dimatikan kemudian diambil kertas saring tersebut
dengan menggunakan pinset, diletakkan dalam cawan porselin. Kertas saring yang didalam cawan
porselin tersebut dikeringkan di oven dengan temperatur 105 oC selama 15 menit.
Setelah 15 menit kertas saring tersebut didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian
ditimbang kertas saring dengan neraca analitik (W 9). Sampel light phase ditimbang 5 gram kedalam
erlenmeyer (W10). Crusible glass yang berisi kertas saring (yang sudah ditimbang tadi) diletakkan diatas
filtering flask dan dihidupkan vacuum pump. Sampel light phase disaring dengan menuang kebagian
tengah kertas saring. Sampel light phase yang tersisa didalam erlenmeyer dibilas dengan menggunakan
botol semprot yang berisi Iso Hexane sampai bersih dan dibilas kembali kertas saring dengan menuang
Iso Hexane lakukan sampai kertas saring bersih.
Vacuum pump dimatikan lalu dengan menggunakan pinset diambil kertas saring tersebut
ditempatkan dalam cawan porselin.
Kertas saring yang didalam cawan porselin tersebut dikeringkan kedalam oven dengan temperatur
105oC selama satu jam. Setelah satu jam, didinginkan kertas saring tersebut kedalam desikator selama 15
menit dan ditimbang berat kertas saring tersebut dengan neraca analitik (W 11). Persentase solid pada light
phase dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :
W9 = Berat kertas saring
W10 = Berat sampel light phase
W11 = Berat kertas saring dan sisa tak larut

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Hasil analisa pada keluaran decanter

Keterangan :
M = Minyak
S = Solid
A = Air

A. Perhitungan Neraca Massa


Sludge yang masuk ke decanter akan dipisahkan menjadi tiga bagian. Fase minyak, fase padatan
dan fase air. fase air yang belum diketahui komposisinya akan dihitung dengan prinsip neraca massa,
dimana massa yang masuk sama dengan massa yang keluar. Berikut ini adalah perhitungan neraca massa
untuk sludge masuk data pertama.

20 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

Gambar 2 Fase pembagian dari sludge

Keterangan :
F1 = Laju Sludge Masuk
F2 = Laju Keluaran Fase Minyak
F3 = Laju Keluaran Fase Padatan
F4 = Laju Keluaran Fase Air
WMinyak = Komponen Minyak
Wsolid = Komponen padatan
WAir = Komponen Air

1. Neraca Massa Total

2. Neraca Massa Komponen


a. Neraca Massa Komponen Minyak
Menghitung kadar minyak yang terdapat pada heavy phase, dimana jumlah minyak yang masuk
sama dengan jumlah minyak yang keluar.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 21
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

b. Neraca Massa Komponen Solid


Menghitung kadar solid yang terdapat pada heavy phase, dimana jumlah solid yang masuk sama
dengan jumlah solid yang keluar.

c. Neraca Massa Komponen Air


Menghitung kadar air yang terdapat pada heavy phase, dimana jumlah air yang masuk sama dengan
jumlah air yang keluar.

Dari hasil perhitungan diketahui komposisi heavy phase pada tanggal 25 Februari 2019 adalah
minyak sebesar 0,88% kemudian solid sebesar 23,70% dan air sebesar 75,41%.
Dari hasil perhitungan diketahui komposisi heavy phase pada tanggal 25 Februari 2019 adalah
minyak sebesar 0,88% kemudian solid sebesar 23,70% dan air sebesar 75,41%. Berikut ini adalah
kesetimbangan massa masuk dan keluar pada decanter.

22 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

B. Pembahasan
Minyak sawit kasar yang dihasilkan dari proses pengempaan masih mengandung bahan pengotor.
Oleh karena itu, minyak sawit kasar ini perlu dimurnikan di continuous settling tank sehingga akan
terpisah antara minyak dengan sludge. Minyak akan di kirim ke oil tank sementara sludge akan di proses
di decanter. Proses pengolahan sludge di decanter menghasilkan tiga output yaitu light phase, solid
phase dan heavy phase. Light phase akan dikirim kembali ke continiuous settling tank, solid phase akan
dikirim ke lapangan untuk dijadikan pupuk dan heavy phase akan dikirim ke sludge separator untuk
kembali dilakukan proses pengambilan minyak. Sebelum dikirim ke decanter, sludge akan di alirkan ke
sludge tank sebagai tempat penyimpanan sementara dan untuk menaikkan temperatur sludge hingga 95
o
C agar proses pemisahan di decanter lebih mudah.
Proses pemisahan minyak dari sludge pada decanter ini terjadi dengan prinsip gaya sentrifugal
dimana padatan (solid) yang memiliki berat jenis yang lebih besar akan bergerak ke dinding dan didorong
ulir ke bawah pangkal dan keluar melalui bushing. Kemudian minyak dan air yang memiliki berat jenis
lebih kecil dari solid akan bergerak berlawanan arah, dimana minyak yang berat jenisnya lebih kecil dari
air akan bergerak menuju poros dan keluar melalui wear plate light phase.
Pada proses pengolahan di decanter sebaiknya diperhatikan temperatur alat, jumlah sludge masuk,
kecepatan putaran bowl dan lain sebagainya agar proses pengolahan minyak dari sludge dapat maksimal
yakni kehilangan minyak pada heavy phase dan solid phase menjadi lebih kecil dan minyak yang
dihasilkan memiliki kadar pengotor yang kecil. Kehilangan minyak dapat menyebabkan kerugian, selain
itu apabila terjadi kehilangan minyak yang tidak sesuai dengan standar pada keluaran heavy phase akan
menyebabkan tidak terjadinya proses bakterisasi karena minyak yang terlalu banyak akan berpengaruh
terhadap kinerja bakteri di pengolahan air limbah. Minyak yang terlalu banyak berpengaruh terhadap
makanan bakteri, dan bakteri tersebut akan kelebihan makanan. Sementara pada solid phase apabila
minyak melebihi standar akan menyebabkan susahnya pengeringan bahan solid tersebut untuk dibuat
menjadi pupuk dan juga berpengaruh terhadap kualitas pupuk yang di hasilkan. Sehingga perlu
diperhatikan agar kehilangan minyak tidak melebihi standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan.
Persentase minyak yang diperoleh dari pengolahan sludge di decanter pada tanggal 25,26 dan 27 Februari
2019 berdasarkan jumlah umpan yang masuk adalah sebesar 69,0614% dengan kadar pengotor solid
% dan air 3,2%.
Kehilangan minyak pada solid phase adalah % dan pada heavy phase %. Jumlah
minyak yang terbawa pada solid phase dan heavy phase tersebut masih memenuhi standar mutu pabrik
yaitu untuk solid phase 3% dan untuk heavy phase 1,5%. Untuk mengurangi banyaknya kehilangan
minyak dan mengurangi kadar pengotor pada light phase maka proses pemurnian pada decanter harus
dilakukan dengan efektif. Jumlah sludge yang masuk tidak boleh melebihi kapasitas decanter. Jika
berlebih maka proses pemisahan tidak sempurna sehingga persentase kehilangan minyak semakin besar.
Jika nozzle rusak harus segera diganti dan dilakukan pencucian rutin setiap hari agar tidak ada sisa-sisa
sludge yang masih menempel di dalam decanter sehingga mempengaruhi proses pemisahan. Kemudian
temperatur sludge (95 oC) harus tetap dijaga dengan begitu kadar kehilangan minyak dan kadar pengotor
pada light phase dapat diminimalkan dan pengambilan minyak dapat dimaksimalkan dengan baik.

Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life 23
ISSN(Cetak) : 2620-6048
ISSN(Online) : 2686-6641

KESIMPULAN
Berdasarakan hasil dari perhitungan analisa data praktek kerja lapangan maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Persentase perolehan minyak pada pengolahan sludge di decanter adalah 69,0614%
2. Jumlah pengotor pada minyak (light phase) di decanter adalah solid sebesar % dan air
sebesar 3,2%
3. Kehilangan minyak yang terdapat pada keluaran heavy phase adalah % dan kehilangan
minyak pada solid phase adalah %. Dimana kehilangan minyak tersebut masih sesuai dengan
standar mutu perusahaan, yaitu untuk kehilangan minyak di heavy phase tidak lebih dari 1,5% dan
kehilangan minyak pada solid phase tidak lebih dari 3%.

SARAN
1. Untuk menghasilkan % kesetimbangan yang sama antara bahan yang masuk dengan bahan yang
keluar diharapkan agar melakukan pembersihan secara berkala pada alat Decanter dan melakukan
perawatan yang rutin terhadap alat-alat agar kerja dari Decanter sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Diharapkan agar melakukan pengujian secara laboratorium di heavy phase supaya bisa dibandingkan
hasil pengujian laboratorium dengan perhitungan secara neraca massa.

DAFTAR PUSTAKA
Ayustaningwarno, Fitriyono, 2012. Proses Pengolahan Dan Aplikasi Minyak Sawit Merah Pada Industri
Pangan. Semarang : Universitas Diponegoro.
Chrestella, 2012, Pengaruh Umpan Minyak Dan Umpan Olahan Terhadap Kadar Kehilangan Minyak
Kelapa Sawit (Losses) Pada Unit Decanter Di PT. Multimas Nabati Asahan. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Julia, Hilda, 2009. Analisis Konsistensi Mutu Dan Rendemen CPO Di Pabrik Kelapa Sawit Tamiang PT.
Padang Palma Permai. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Ketaren, S, 1996. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia
Naibaho, P, 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Pahan, Iyung, 2006. Panduan Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Pardamean, Maruli, 2008. Panduan Lengkap Pengolahan Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta : PT.
Agromedia Pustaka.
Pasaribu, Nurhida, 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Rantawi, Azhar Basyir, 2017. Pemanfaatan Basculator Dalam Operasional Decanter Untuk menghitung
Tonase Oil In Heavy Phase Di Pabrik Kelapa Sawit. Bekasi : Politeknik Kelapa Sawit Citra
Widya Edukasi.
Sibuea, Posman, 2014. Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sugiharto, Ribut, Dkk. 2016. Tinjauan Neraca Massa Pada Proses Pengomposan Tandan Kosong Kelapa
Sawit Dengan Penambahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.
Wahyudi, Joto, Dkk. 2012. Analisis Oil Losses Pada Fiber Dan Broken Nut Di Unit Screw Press Dengan
Variasi Tekanan. Yogyakarta : Instiper.
Wuryanti, Sri, 2016. Neraca Massa Dan Energi. Bandung : Politeknik Negri Bandung.

24 Regional Development Industry & Health Science, Technology and Art of Life

Anda mungkin juga menyukai