AKUNTANSI INFLASI
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alifia Indra Ayu Safia (01031482023042)
Almira Clarissa (01031482023034)
Nufi Rachma Marennisa (01031482023039)
Raykhanah Qalbi (01031482023044)
Sabrina Mandasari Jelita (01031482023055)
Vania Zahranisa (01031482023038)
Zhafirah Khalishah (01031482023045)
Dosen Pengajar:
H. ASPAHANI, S.E.,M.M.,Ak.
3. Bagaimana perubahan harga dan inflasi mempengaruhi posisi keuangan dan kinerja dari
suatu perusahaan? (Pertanyaan dari Puspita Wulandari D)
Jawaban:
Dalam hal posisi keuangan, aset keuangan seperti kas yang kehilangan nilai selama
inflasi karena daya beli mereka berkurang. Misalnya, jika bisnis memegang aset
keuangan seperti selama suatu periode ketika inflasi meningkat sebesar 10 persen, yang
memiliki daya beli kas 10 persen lebih sedikit pada akhir periode dari pada awal.
Sebaliknya, pemegang kewajiban keuangan akan bermanfaat karena bisnis akan
membayar kewajibannya di masa depan dengan kas yang telah kehilangan sebagian dari
daya belinya. Peringatan di sini adalah bahwa kewajiban keuangan, seperti pinjaman
bank jangka pendek dan jangka panjang, sering membawa tingkat suku bunga yang
sangat tinggi dalam ekonomi inflasi. Pengaruh inflasi terhadap aset nonmoneter tercermin
dalam kedua laporan laba rugi dan neraca. Laporan laba rugi dan neraca ini dapat
menyebabkan efek bagi korporasi yang akan menjadi masalah likuiditas karena uang
yang dihasilkan dari pendapatan dikonsumsi oleh biaya penggantian yang terus
meningkatkan aset.
4. Bagaimana relavansi akuntansi inflasi di Indonesia dan apa yang memicu munculnya
akuntansi inflasi? (Pertanyaan dari Bella Ersa Vamela)
Jawaban:
Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2010 saja
tingkat inflasi di Indonesia adalah 6,96 persen dibandingkan pada tahun 2007. Hal ini
bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akan berkurang sebesar 6.96 persen,
sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama. Hal ini juga yang
memicu munculnya akuntansi inflasi. Hal ini dapat disebabkan karena struktur ekonomi
Negara-negara nerkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris sehingga
goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri (misalnya gagal panen) atau hal-
hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri (misalnya memburuknya term of
trade, utang luar negeri, dan kurs valuta asing) dapat menimbulkan fluktuasi harga di
pasar domestik.