6. Hemodialisis.
Penatalaksanaan sesuai : Tabel I (terlampir)
toksin
Diagnosis : Keracunan (Intoksikasi)
DD : -
Pemeriksaan Penunjang : 1. Darah lengkap
2. Elektrolit
3. GDS
4. SGPT/SGOT
5. Ureum/Creatinin
Terapi : 1. Tabel I (terlampir)
Edukasi : Memberitahu keluarga mengenai kondisi pasien dan
tindak lanjut dari tindakan yang telah dilakukan, serta
meminta keluarga untuk tetap tenang pada kondisi
tersebut.
Prognosis : Prognosis umumnya dubia ad malam, tergantung pada
waktu dilakukannya penanganan medis.
Tingkat Evidens : I/II/III/IV
Tingkat Rekomendasi : A/B/C
Indikator : Klinis dan Laboratorium
Kepustakaan : 1. Bigatello, L.M. et al. Adult and Pediatric
Rescucitation in Critical Care Handbook of the
Massachusetts General Hospital. 4Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p: 255-279.
(Bigatello, 2006)
2. 2. O’Rouke. Walsh. Fuster. Hurst’s The Heart
Manual of Cardiology. 12th Ed.McGraw Hill. 2009.
3. Sudoyo, W. Aaru, B.S. Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Edisi IV. Jakarta: FKUI. 2007.
TABEL I
GEJALA KERACUNAN DENGAN TINDAKAN TERAPINYA
Atropin (alkaloid 500-1000 mg Mulut kering, kulit merah dan Simtomatik. Beri susu.
beladona dan anti jumlah lebih nafas mirip beludru pada Bilas lambung dengan air.
kolinergik lain ). kecil mungkin perabaan ; penglihatan kabur Kateter air seni.
sudah dan midriasis ; takikardi, retensi Perhatikan pernafasan dan
berbahaya) urin, delirium, halusinasi dan sisitem kardiovaskular.
koma.
Insektisida Setiap dosis Keracunan lewat oral, muntah, Bersihkan jalan nafas.
Golongan berbahaya diare, hipersalivasi, Berikan segera 2 mg
organofosfat bronkokonstriksi, keringat atropin sulfat IV diulang
misalnya, DDVP, banyak, miosis, bradikardi tiap 10 –15 menit sampai
diazinon, malation (kadang – kadang takikardi ) ; terlihat muka merah,
dan paration tensi menurun, kejang atau hipersalivasi berhenti dan
paralysis. bradikardi berubah
Depresi nafas. menjadi takikardi dan
kulit tidak berkeringat
lagi.
Observasi penderia terus
menerus dan bila gejala
kembali, ulangi
pemberian atropin..
Berikan juga pralidoksim
1000 mg IV perlahan –
lahan , bila ada.
Codein ( opiat Mual, muntah, pusing, kulit Bila ada depresi nafas
lain ) dingin, pupil kecil. Depresi berikan nalokson HCL
nafas, koma. 5 – 10 mg.
Bila tidak ada depresi
nafas simtomatik saja.
Natrium hipoklorit 30 ml larutan Bila pekat lebih berbahaya, dan Simtomatik, beri susu,
( pemutih pakaian, 15 % bersifat korosif pada selaput putih telur atau Mg O.
bukan detergan ) lendir. Perforasi lambung, Jangan diberi Na –
perdarahan, syok dan striktur bikarbonat. Bilas
(kemudian ) lambung harus hati –
hati.
Tingtur yodium 30 – 60 ml Bila pekat bersifat korosif, Berikan air tajin dan
Tingtur yodium Hipotensi, takikardi, delirium, susu dengan segera.
pekat stupor, nefritis Bilas lambung
dengan larutan Na –
tiosulfat 10 %.
Keracunan ( tambahan )
1. Terapi Simptomatik :
a. Airway : Membebaskan jalan nafas
b. Sirkulasi : IVFD atasi shock, kalau perlu digitalis dan diuertik jika ada payah jantung. Hati-
hati ada payah ginjal mendadak.
2. Terapi spesifik :
a. Menghilangkan racun : cuci dengan air dan sabun.
b. Mengeluarkan racun dari saluran pencernaan : bilasan lambung kecuali pada keracunan
bahan korosif, air keras asam/basa pekat.
( minyak tanah )
- Strihnin
- Bila ada kejang
3. Tindakan Detoksikasi :
a. Keracunan sianida : Amiliantrit, Sodium tiosulfat
b. Keracunan meramik/organofosfat : Atropin
c. Keracunan narkotik : Narcan
d. Keracunan garan barin : Sodium sulfat
e. Keracunan alkoloid belladonna : Fisostigmin
f. Keracunan logam berat : BAL
g. Keracunan methegobulinamine : Biru metilin
h. Keracunan Wartorin : Vitamin K
i. Keracunan methanol : Etmol
5. Dialisis :
Indikasi : Bila racun mencapai dosis lethal
a. Metabolit zat racun bersifat lebih toksik
b. Shock, kerusakan hati atau payah ginjal
c. Kedaruratan bayi ( neonatus )
d. Kedaruratan obsgyn