Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

KASUS GAWAT DARURAT


UGD RUMAH SAKIT TENTARA TINGKAT IV
01.07.01
PEMATANG SIANTAR

KESEHATAN DAERAH MILITER I/BUKIT BARISAN


RUMAH SAKIT TK IV 01.07.01
Jln.Gunung Simanuk-manuk No.6 P.Siantar Telp. (0622) 435252 - 21071
Email : rumkit_siantar@yahoo.co.id
Fax : (0622) 21071
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
INTOKSIKASI

Anamnesa : dilakukan cepat,singkat, sambil menyiapkan dan


melakukan resusitasi A, B, C.
1. Anamnesis  cari data jenis racun, jumlah,
lamanya, dll.
2. Bau gas/bahan tertentu ( Gas masak / CO,
racun serangga, dll ).
3. Warna kulit / mukosa ( “cherry red “  CO ).
4. Pupil mengecil (narkotik ? ).
5. Napas depresi (narkotik ).
Penatalaksanaan : 1. Gagal nafas diatasi dengan  menjamin “ air-
way”, O2 bantuan ventilasi bila perlu.
Umum Di UGD
2. Shock :  Pasang akses vena ( coba perifer
dulu, bila gagal boleh vena central ).
i. Ambil pemeriksaan lab : AGD,
DR, Elektrolit, ureum, creatinin,
gula darah
ii. dan analisa racun.
iii. Bolus RL :
a. Dewasa 1 – 2 liter
b. Anak – anak 20 cc / kg /BB,
bila belum memadai ulang
lagi
c. 20 cc / kg /BB.( lihat BAB
penganggulangan shock,
waspadai
d. kemungkinan overload ).
3. Cegah absorpsi racun lebih lanjut, dengan :
1. Pasang NGT dan bilas lambung, bila
racun tertelan kurang dari 4 jam. Bila
perlu cairan lambung dikirim ke Lab.
Untuk analisa kimia. Kontra indikasi :
bahan-bahan korosif.
2. Pemberian Norit sesudah selesai bilas
lambung.
3. Pemberian Luxan untuk mempercepat
exkresi.
4. Perbaikan terhadap gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
5. Mempercepat / meningkatkan eliminasi racun
dari tubuh :
a. Diuresis paksa : diexkresi melalui
ginjal, tidak ada shock dan payah
jantung, serta fungsi ginjal masih
lumayan  bisa dilakukan loading
test, pada anak : 20 cc / kg BB dalam
1 jam.

b. Dialisis peritoneal  dikonsulkan tim


ginjal dan pasien dirawat di ruang
dialisis.

6. Hemodialisis.
Penatalaksanaan : Tabel I (terlampir)
sesuai toksin
Diagnosis : Keracunan (Intoksikasi)

DD : -
Pemeriksaan : 1. Darah lengkap
Penunjang 2. Elektrolit
3. GDS
4. SGPT/SGOT
5. Ureum/Creatinin
Terapi : 1. Tabel I (terlampir)

Edukasi : Memberitahu keluarga mengenai kondisi


pasien dan tindak lanjut dari tindakan yang
telah dilakukan, serta meminta keluarga untuk
tetap tenang pada kondisi tersebut.
Prognosis : Prognosis umumnya dubia ad malam,
tergantung pada waktu dilakukannya
penanganan medis.
Tingkat Evidens : I/II/III/IV
Tingkat : A/B/C
Rekomendasi
Indikator : Klinis dan Laboratorium
Kepustakaan : 1. Bigatello, L.M. et al. Adult and Pediatric
Rescucitation in Critical Care Handbook of
the Massachusetts General Hospital. 4Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2006. p: 255-279. (Bigatello, 2006)
2. 2. O’Rouke. Walsh. Fuster. Hurst’s The
Heart Manual of Cardiology. 12th Ed.Mc-
Graw Hill. 2009.
3. Sudoyo, W. Aaru, B.S. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI.
2007.

TABEL I
GEJALA KERACUNAN DENGAN TINDAKAN TERAPINYA
Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi
Dosis Letal

Alkohol Muntah, delirium dan Simtomatik. Beri


depresi SSP kopi tubruk,
emetik dengan
mustard satu
sendok makan
dalam air atau
Anilin ( lain- 6 – 20 g Akut : garam dapur.
lain : methemoglobinemis
assetanilid, dengan sianosis. Vitamin C 1g IV
fenasetin, Darah berwaran coklat, Biru metelin 1 % 1
asetaminofen kulit dingin, tekanan mg/kg BB IV
). darah tururn, nadi perlahan- lahan.
lemah, pernafasan Simtomatik,
cepat, dangkal. dengan perhatian
Dilirium dan perhatian terhadap
perangsangan SSP, sirkulasi dan
Koma pernafasan.

Kronik : Nefritis
menahun, anemia Hentikan obat dan
selanjutnya
Antihistamin Depresi SSP sampai simtomatik.
koma. Kejang disudut
dengan depresi Simtomatik,
pernafasan. Mulut perhatikan
200 – 300 kering. Takikardi pernafasan : Bila
mg kejang diberi
antikonvulsan,
Arsen Akut : Tenggorokan gunakan 3 – 4 ml
trioksida tercekik dan sukar tiopental 2 – 5 %,
menelan . Kolik usus, secara IV luminal
dinding perut sakit, tidak boleh
dire berdarah, muntah, diberikan.
oliguria, kejang, koma
dan syok. Morfin untuk
menghilang kan
nyeri. Bilas
Kronik : Lemah, lambung. Beri
mual. Gejal seperti susu.
koriza akut. Stimatitis, Berikan BAL 2.5
salvias, dermatitis, mg /kg BB IM,
arsenic melanosis. tiap 4 jam sampai
Udem lokal pada 10 mg/ kg /BB.
kelopak mata dan
pergelangan kaki. Berikan BAL 2.5
Keratosis palmaris dan mg/kg /BB IM,
Asam dan plataris, hepatomegali, diulangi sampai 4
basa kuat sitoris, kerusakan kal;i. Bila gejala
( HCL, 15 g ginjal dan ensefalopati. timbul,
H2SO4, pengobatan
KOH, Korosif diulangi lagi.
NaOH )

Asam borat

Muntah, diare, sakit


kepala, tidak tenang, Simtomatik : Beri
rash erithemateus. susu. Bila tertelan
dalam larutan
pekat, jangan
melalukan bilas
lambung.

Simtomatik,
diuresis paksa.

Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi


Dosis Letal

Aspirin 20 – 30 g Hiperventilasi, Simtomatik


keringat, muntah, (awasi
delirium dan koma. pernafasan )
Akhirnya depresi Beri susu. Bilas
nafas. lambung dengan
Na- bikarbonat 5
%, vitamin K bila
ada perdarahan.
Atropin 500-1000 Antikonvulsi
(alkaloid mg jumlah tidak boleh
beladona dan lebih kecil Mulut kering, kulit diberikan.
anti mungkin merah dan nafas mirip
kolinergik sudah beludru pada perabaan Simtomatik. Beri
lain ). berbahaya) ; penglihatan kabur susu. Bilas
dan midriasis ; lambung dengan
takikardi, retensi urin, air. Kateter air
5g delirium, halusinasi seni. Perhatikan
dan koma. pernafasan dan
Barbiturat : sisitem
Fenobarbital Refleks berkurang, kardiovaskular.
depresi nafas, koma,
syok. Pupil kecil,
dilatasi pada akhirnya. Bilas lambunag
3g walaupun sudah
Fenobarbital lebih dari 4 jam.
dan Tinggalkan 30 g
sekobarbital Sama dengan MgSO4 dalam
Fenobarbital, hanya usus. Beri kopi
berlangsung lebih tubruk.
pendek.
Diuresis paksa
hanya pada
keracunan
Bensin fenobarbital.
Hemodialisis
paling baik. Bila
Inhalasi atau oral : perlu berikan 2 ml
mual, muntah, sakit niketamid untuk
kepala, penglihatan memperbaiki
terganggu, mabuk, pernafasan.
koma, depresi sentral
Bromida dan depresi nafas. Simtomatik
(Karbromal, Epinefrin dan
Bromisovalu Kronik : lihat norepinefrin tidak
m) keracunan timbal boleh diberikan
karena bisa
Akut : Jarang karena menimbulkan
1g dimuntahkan. fibrilasi ventrikel.
Subkutan atau
kronik : muntah,
Dipiron sakit perut, gelisah,
drlirium dan kelainan Bila mungkin beri
mental serta neurologik oral : NaCL
lain ; dapat menjurus atau NH4CL 6g/
ke bunuh diri, koma. hari . HCT 2x 25
Mg
Udem Angionsurotik
dan kelainan kulit ,
ekstasi, kadang-
kadang agranulositosis

Simtomatik :
Gejala –gejala
kulit dan udem
angioneurotik
dapat diberikan
antihistamin dan
0,3 ml epinefrin 1
per mil subcutan
Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi
Dosis Letal

Fenol 1g Korotif (sel lendir Simtomatik :


mulut dan usus ). Beri susu. Bilas
Sakit hebat, muntah, lambung dengan
koma dan syok, hati –hati, bila ada
kerusakan ginjal. gunakan oleum
Insektisida Setiap dosis olivarum.
Golongan berbahaya Keracunan lewat oral,
organofosfat muntah, diare, Bersihkan jalan
misalnya, hipersalivasi, nafas. Berikan
DDVP, bronkokonstriksi, segera 2 mg
diazinon, keringat banyak, atropin sulfat IV
malation dan miosis, bradikardi diulang tiap 10 –
paration (kadang – kadang 15 menit sampai
takikardi ) ; tensi terlihat muka
menurun, kejang atau merah,
paralysis. hipersalivasi
Depresi nafas. berhenti dan
bradikardi berubah
menjadi takikardi
dan kulit tidak
berkeringat lagi.
Observasi
penderia terus
menerus dan bila
gejala kembali,
Golongan ulangi pemberian
karbamat atropin..
( karbaril, Seperti organofosfat Berikan juga
baygon ) DDT 15-30 pralidoksim 1000
g mg IV perlahan –
Endrin : 1.5 lahan , bila ada.
g
Golongan Kejang , tremor, koma, Beri cepat atropin
organoklorin kemudian dapat timbul sulfat 2 mg IV,
misalnya : paralisis diulangi tiap 10 –
aldrin, BHC, 15 menit sampai
DDT, atropinisasi penuh.
dieldrin,
endrin, Simtomatik. Bilas
klordan, lambung dan
tiodan, dan tinggalkan larutan
toksafen. Tergantung jenis MgSO4 30 g
jamur. Fenobarbital 100 –
Jamur Gejala muskarinik 200 mg IM atau 5
Degenerasi sel hepar - 10 diazepam IV
dan ginjal.

Jengkol Kolik ureter dan renal, Atropin sulfat 2


hematuria, oliguria, mg SK dan
kadang – kadang simtomatik
anuria dengan bahaya
uremia
Natrium
bikarbonat 4 x 2 g
Kalium 2 g oral per oral sehari.
permanganat Kristal : bekerja Bila ada anuria
korosif ( larutan : pengobatan
tidak berbahaya ), tersebut diatas
muntah, nadi lemah, tidak berguna.
Kamfer kulit dingin, kolopas, Obatilah sebagai
udem glottis. penderita uremia.

Kejang Beri putih telur,


susu dan laksan,
bilas lambung.
Persiapan untuk
trakeostomi.

Simtomatik
luminal 100 – 200
mg IM

Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi


Dosis Letal

Karbon- Sakit kepala, koma, Pernafasan


Monoksida depresi nafas dan buatan dengan
syok.. O2 murni
dibawah
tekanan
Karbontetra- 2-10 ml (oronasal
Klorida Mual, muntah, sakit mask )
kepala, kulit dingin,
kejang, koma, fibrilasi Simtomatik,
ventrikel. Gangguan pernafasan
fungsi hati dan ginjal. buatan dengan
Kematian karena O2, infus
depresi nafas. glukosa.
Codein Epinefrin dan
( opiat norepinefrin
lain ) tidak boleh
Mual, muntah, pusing, diberikan.
kulit dingin, pupil
kecil. Depresi nafas, Bila ada depresi
Tinggi koma. nafas berikan
Marihuana sekali nalokson HCL
5 – 10 mg.
Bila tidak ada
Menyerupai keracunan depresi nafas
atropin dengan simtomatik saja.
perdarahan ( lihat
atropine) : halusinasi Simtomatik.
Metilalkohol 30 ml nyata sebelum koma, Tidak
(dalam bahan mulut kering tidak berbahaya
bakar begitu hebat ; retensi kesadaran pulih
: 5 - 10 % ) urin tidak ada ; setelah ½ - 1
midriasis tidak ada. hari tanpa
amnesia.
Setelah periode laten 8
– 32 jam : depresi
SSP, asidosis, retinitis,
butra, sakit kepala, Diuresis paksa.
sakit perut, kulit Simtomatik
dingin, mengigau, dengan
120-150 mg koma. memperbaiki
Minyak tanah Dua sendok Bradikardi asidosis
teh bila menandakan prognosis pernafasan
teraspirasi buruk diawasi.
Berikan
etilalkohol
untuk
menghambat
oksidasi
Morfin 120-150 mg methanol.
60 mg Aspirasi dalam paru – Berikan asam
berbahaya paru paling berbahaya. nikotin IV
Natrium 2-5 g Iritasi saluran cerna. untuk dilatasi
fluorida Depresi SSP dengan arteri retina
( racun depresi nafas. sesudah koma
kecoa ) Muntah : aspirasi diatasi.
dengan akibat dispnea,
asfiksia, udem paru, Bilas lambung
dan pnemunitis, dan tidak boleh.
kadang –kadang Simtomatik
kejang. saja. Berikan
O2 under
Seperti kodein pressure bila
ada udem paru.
Antibiotika.
Kolik usus, muntah,
diare, kejang Seperti kodein
tetaniform (chostek’s
sign) ; paralis
pernafasan Berikan infus
glukosa 5 %
dan CaCL210 %
IV( bisa diulang
)
Simtomatik,
berikan AL-
hidroksida gel
secara oral.

Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi


Dosis Letal

Natrium 30 ml Bila pekat lebih Simtomatik,


hipoklorit larutan berbahaya, dan bersifat beri susu, putih
( pemutih 15 % korosif pada selaput telur atau Mg
pakaian, lendir. Perforasi O. Jangan diberi
bukan lambung, perdarahan, Na –
detergan ) syok dan striktur bikarbonat.
(kemudian ) Bilas lambung
harus hati –hati.
1 gram
Hipotensi, sianosis Bilas lambung.
Natrium nitrit karena Berikan 500
methemoglobinemia, mg vitamin C
kejang dan koma. IV. Biru
metilen 1 %, 1
60 mg = 3 mg/kgBB/IV.
btg
Nikotin sigaret yang Sakit kepala pusing, Tidak ada
dilarutkan tremor, kejang, antidotum.
dalam air paralysis pernafasan, Bilas lambung
koma. dan laksan
dengan MgSO4
30 g .
Nitrogen Pernafasan
dioksida Sebagai gas buatan.
menimbulkan iritasi
mata dan saluran nafas. Bersihkan jalan
Udem paru dispnea, nafas. Berikan
bronkiolitis obliterans, O2 dan
Reaksi obat koma. Prednison dosis
besar.
Bermacam – macam
reaksi kulit: obat,
udem angineurotik, Beri 0,3 ml
reaksi serum; reaksi adrenalin 1 %
anafilaktik dan lain- subcutan, harus
lain. diulangi tiap 7 –
10 menit
sampai ada
Sianida perbaikan.
(singkong ) Antihistamin.
Deksametason
2 x 1mg oral
Timbal Mual, muntah, selama 4 hari.
pernafasan cepat,
delirium, sianosis, Beri segera 50
koma. ml Na tiosulfat
25 % I
Akut : jarang
Kronik : sakit Berikan 1 g
kepala, rsa logam NaCa2 EDTA
dalam mulut. Garis dalam infus 500
biru pada gusi, sakit ml glucose 5 %
perut ( kolik ), diare, dua kali sehari
anemia, basophilic salama 3 hari.
stipping dari eritrosit. Ca glukonat 2 g
Paralisis dan kejang. IV. Laksan
Koproporfirin uria, dengan MgSO4,
kelainan radiologik Luminal 100 -
pada tulang. 200 mg IM bila
ada kejang.

Nama Zat Perkiraan Tanda dan Gejala Terapi


Dosis Letal

Tingtur 30 – 60 ml Bila pekat bersifat Berikan air


yodium korosif, Hipotensi, tajin dan susu
Tingtur takikardi, delirium, dengan segera.
yodium pekat stupor, nefritis Bilas lambung
dengan larutan
Na – tiosulfat
Dosis 10 %.
Warfarin Berbahaya Perdarahan kulit dan
atau derivat 1 – 2 mg/kg mukosa. Vitamin K 50
dikumarol BB untuk 6 mg IM atau 3
(racun tikus ) hari kali 50 mg
oral sehari.
Fitomenadion,
jauh lebih poten
dan bermanfaat.
Keracunan ( tambahan )
1. Terapi Simptomatik :
a. Airway : Membebaskan jalan nafas
b. Sirkulasi : IVFD atasi shock, kalau perlu digitalis dan diuertik jika
ada payah jantung. Hati-hati ada payah ginjal mendadak.

2. Terapi spesifik :
a. Menghilangkan racun : cuci dengan air dan sabun.
b. Mengeluarkan racun dari saluran pencernaan : bilasan lambung kecuali
pada keracunan bahan korosif, air keras asam/basa pekat.
( minyak tanah )
- Strihnin
- Bila ada kejang

3. Tindakan Detoksikasi :
a. Keracunan sianida : Amiliantrit, Sodium tiosulfat
b. Keracunan meramik/organofosfat : Atropin
c. Keracunan narkotik : Narcan
d. Keracunan garan barin : Sodium sulfat
e. Keracunan alkoloid belladonna : Fisostigmin
f. Keracunan logam berat : BAL
g. Keracunan methegobulinamine : Biru metilin
h. Keracunan Wartorin : Vitamin K
i. Keracunan methanol : Etmol

4. Mempercepat pengeluaran racun :


a. Minum banyak atau dengan IVFD
b. Kalau perlu diuretika

5. Dialisis :
Indikasi : Bila racun mencapai dosis lethal
a. Metabolit zat racun bersifat lebih toksik
b. Shock, kerusakan hati atau payah ginjal
c. Kedaruratan bayi ( neonatus )
d. Kedaruratan obsgyn

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


AKUT KORONARI SYNDROME
NON ST ELEVASI
1. Pengertian (Definisi) Adalah sindroma klinik yang
disebabkan oleh oklusi parsial atau
emboli distal arteri koroner,tanpa
elevasi segmen ST pada gambaran
EKG biasa disebut dengan NSTEMI

2. Anamnesis - Nyeri dada substernal - Lama lebih


dari 20 menit - Keringat dingin -
Dapat disertai penjalaran kelengan
kiri, punggung, rahang dan ulu hati -
Terdapat salah satu atau lebih faktor
risiko: kencing manis, kolesterol,
darah tinggi, keturunan
3. Pemeriksaan Fisik Umumnya dalam batas normal,
kecuali ada komplikasi dan atau
komorbiditi
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. Pemeriksaan EKG:  Tidak ada
elevasi segmen ST  Ada perubahan
segmen ST atau gelombang T
3. Terdapat peningkatan abnormal
enzim CKMB dan/atau Troponin
5. Diagnosis Kerja Sindrom Koroner Akut ( SKA) tanpa
elevasi segmen ST.
6. Diagnosis Banding 1. Stroke 2. Gagal jantung
7. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG 2. Laboratorium: Hb,
Ht,Leko, Trombo, Natrium, Kalium,
Ureum, Kreatinin, Gula darah
sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB, dan
hs Troponin atau Troponin 3.
Rontgen Thoraks AP 4.
Ekokardiografi
8. Terapi 1. Fase Akut di UGD
a. Bed rest total
b. Oksigen 2-4L/menit
c. Pemasangan IV FD
d. Obat-obatan : - Aspilet 160mg
kunyah - Clopidogrel (untuk usia <75
tahun dan tidak rutin mengkonsumsi
clopidogrel ) berikan 300 mg
clopidogrel
Nitrat sublingual 5 mg dapat diulangi
sampai 3 kali jika masih ada kluhan,
dilanjutkan dnegan nitrat iv bila
kleuhan persisten
Morfin 2-4mg iv jika masih nyeri dad
e. Monitoring jantung
f. Stratifikasi risiko di IGD untuk
menentukan strategi invasif.
- Pasien risiko sangat tinggi
sebaiknya dikerjakan PCI dalam 2
jam dengan mempertimbangkan
ketersediaan tenaga dan fasilitas
cathlab.
Kriteria risiko sangat tinggi bila
terdapat salah satu kriteria berikut:
Angina berulang
Syok kardiogenik
Aritmia malignant (VT, VF,TAVB) o
Hemodinamik tidak stabil
- Pasien dengan peningkatan enzim
jantung namun tanpa kriteria risiko
sangat tinggi di atas, dirawat selama 5
hari dan dapat dilakukan PCI saat
atau setelah pulang dari rumah sakit
dengan mempertimbangkan kondisi
klinis dan ketersediaan tenaga dan
fasilitas cathlab
- Pasien dengan risiko tinggi dirawat
di ruangan ICU dengan terlebih
dahulu melakukan konfrimasi dengan
PJ ICU
9. Edukasi 1. Edukasi gizi dan pola makan 2.
Edukasi faktor risiko 3. Edukasi gaya
hidup sehat 4. Edukasi obat-obatan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Indikator Medis 80% Pasien dengan NSTEMI
mendapatkan terapi sesuai standar
dan dikonsulkan kepada DPJP

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


AKUT KORONARI SYNDROME
ST ELEVASI
1. Pengertian (Definisi) Adalah kejadian oklusi mendadak di
arteri koroner epikardial dengan
gambaran EKG elevasi segmen ST
2. Anamnesis - Nyeri dada: Substernal Lama > 20
menit Disertai keringat dingin
Dapat menjalar ke lengan kiri,
punggung, rahang, ulu hati
- Terdapat salah satu atau lebih faktor
risiko: kencing manis, kolesterol,
darah tinggi, keturunan
3. Pemeriksaan Fisik Secara umum dalam batas normal
kecuali disertai komplikasi dan atau
komorbiditi
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. EKG : o Elevasi segmen ST> 1
mm di minimal dua lead yang
berdekatan,
3. Terdapat evolusi pada EKG 1 jam
kemudian
5. Diagnosis Kerja Sindrom Koroner Akut ( SKA)
dengan elevasi segmen ST.
6. Diagnosis Banding 1. Angina prinzmetal 2. LV
aneurisma 3. Perikarditis 4. Brugada
5. Early repolarisasi 6. Pacemaker 7.
LBBB lama
7. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG 2. Laboratorium: Hb, Ht,
Leko, Trombo, Natrium, Kalium
Ureum, Kreatinin, Gula darah
sewaktu, SGOT, SGPT, CK-MB,
hsTroponin
3. Rontgen Thoraks AP
4. Ekokardiografi
8. Terapi 1. Fase Akut di UGD
a. Bed rest total
b. Oksigen 2-4 liter/menit
c. Pemasangan IVFD
d. Obat-obatan :  Aspilet 160mg
kunyah  Clopidogrel Clopidogrel
(untuk usia <75 tahun dan tidak rutin
mengkonsumsi clopidogrel ) berikan
300 mg clopidogrel
Simvastatin 40 mg
Nitrat sublingual 5 mg dapat diulangi
sampai 3 kali jika masih ada kluhan,
dilanjutkan dnegan nitrat iv bila
kleuhan persisten
Morfin 2-4mg iv jika masih nyeri
dada
e. Monitoring jantung
f. Jika onset < 12jam:  Fibrinolitik
(di IGD) atau  Primary PCI (di
Cathlab) bila fasilitas dan SDM di
cathlab siap melakukan dalam 2 jam
9. Edukasi 1. Edukasi gizi dan pola makan 2.
Edukasi faktor risiko 3. Edukasi gaya
hidup sehat 4. Edukasi obat-obatan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Indikator Medis 80% Pasien dengan NSTEMI
mendapatkan terapi sesuai standar
dan dikonsulkan kepada DPJP

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


VULNUS LACERATUM

Pengertian : Jenis luka yang disebabkan oleh karena benturan


dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan
meningkatkan resiko infeksi. Luka tersebut dapat
merusak jaringan, sehingga terganggunya fungsi
tubuh serta dapat mengganggu aktifitas sehari-
hari.
Anamnesis : Keluhan:
Terjadi trauma, ada jejas, memar, bengkak, nyeri,
rasa panas di daerah trauma.

Pemeriksaan fisik : Inspeksi: adanya kerusakan jaringan didaerah


trauma, ada perdarahan, edema sekitar area
trauma, kulit warna kemerahan sampai
kehitaman.
Kriteria Diagnostik
Palpasi: nyeri tekan, atau anestesi.
1. Gejala Lokal
a. Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung
saraf sensoris. Intensitas atau derajat rasa
nyeri berbeda-beda tergantung pada
berat/luas kerusakan ujung-ujung saraf ,
: etiologi dan lokasi luka.
b. Perdarahan, hebatnya perdarahan
tergantung pada lokasi luka, jenis
pembuluh darah yang rusak.
c. Diastase yaitu luka yang menganga atau
tepinya saling melebar
d. Gangguan fungsi, fungsi anggota badan
akan terganggu baik oleh karena rasa nyeri
atau kerusakan tendon.

2. Gejala umum
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi
akibat penyulit/ komplikasi yang terjadi seperti
syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.

Pada kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan


secara teliti untuk memastikan apakah ada
pendarahan yang harus dihentikan. Kemudian
ditentukan jenis trauma apakah trauma tajam atau
trauma tumpul, banyaknya kematian jaringan,
besarnya kontaminasi dan berat jaringan luka.
Diagnosis Kerja : Vulnus laceratum

Diagnosis Banding : -

Pemeriksaan : -
Penunjang

Terapi : 1. Pertama dilakukan anestesi setempat atau


umum, tergantung berat dan letak luka,
serta keadaan penderita, luka dan sekitar
luka dibersihkan dengan antiseptik. Bahan
yang dapat dipakai adalah larutan yodium
povidon 1%.
2. Kemudian daerah disekitar lapangan kerja
ditutup dengan kain steril dan secara steril
dilakukan kembali pembersihan luka dari
kontaminasi secara mekanis, misalnya
pembuangan jaringan mati dengan gunting
atau pisau dan dibersihkan dengan bilasan,
atau guyuran NaCl.
3. Akhirnya dilakukan penjahitan bila
memungkinkan, dan luka ditutup.
Edukasi :  Luka tidak boleh terkena air selama 3 hari
 Minum obat sampai tuntas
 Kontrol kembali untuk rawat luka selang 3
hari
Prognosis : Tergantung dari luas, kedalaman dan penyebab
dari trauma.
Tingkat Evidens : I/II/III/IV
Tingkat : A/B/C
Rekomendasi
Indikator : 1. Luka bersih
2. Tidak ada infeksi sekunder
3. Tidak ada komplikasi
Kepustakaan : 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 5 Tahun 2014

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


TRAUMA KEPALA

Pengertian (Definisi) Trauma mekanik terhadap kepala baik secara


langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fungsi fisik, kognitif, fungsi psikososial
baik temporer maupun permanen
Anamnesis 1. Riwayat trauma kapitis
2. Perdarahan/ otorrhea/ rhinorrhea
3. Amnesia traumatika dan lucid interval
Pemeriksaan Fisik 1. Skala Koma Glasgow (SKG)
2. Pemeriksaan tanda – tanda trauma luar
3. Pemeriksaan neurologis lainnya
 Fungsi batang otak
 Pola pernafasan
 Pemeriksaan fungsi motorik
 Pemeriksaan funduskopi
Kriteria Diagnosis KLINIS
1. Minimal (Simple Head Injury)
 Nilai Skala Koma Glasgow (SKG) 15
 Tidak ada penurunan kesadaran
 Tidak ada amnesia paska trauma
(APT)
 Tidak ada defisit neurologi
2. Trauma Kapitis Ringan (Mild Head Injury)
 Nilai Skala Koma Glasgow (SKG) 13-
15
 Pingsan < 30 menit
 Amnesia paska trauma (APT) < 1 jam
3. Trauma Kapitis Sedang (Moderate Head
Injury)
 Nilai Skala Koma Glasgow (SKG) 9-
12 dan dirawat >48 jam atau SKG >12
tetapi ada lesi operatif intrakranial atau
abnormal CT Scan
 Pingsan > 30 menit
 Amnesia paska trauma (APT) 1-24
jam
4. Trauma Kapitis Berat (Severe Head Injury)
 Nilai Skala Koma Glasgow (SKG) < 9
yang menetap 48 jam sesudah trauma
 Pingsan > 24 jam
 Amnesia paska trauma (APT) > 7 hari
■ Hematoma Epidural ■
Kriteria Diagnosis :
1. Lucid interval (+)
2. Kesadaran makin menurun
3. Late hemiparese kontralateral lesi
4. Pupil anisokor
5. Babinski (+) kontralateral lesi
6. Fraktur di daerah temporal
■ Hematoma Subdural ■
Kriteria Diagnosis :
1. Akut  Interval Lucid 0-5 hari
2. Subakut  Interval Lucid 5 Hari -
beberapa minggu
3. Kronik  Interval Lucid > 3 bulan
■ Fraktur Basis Kranii ■
Kriteria Diagnosis :
1. Anterior :
Keluarnya cairan likour melalui hidung / rhinorea,
perdarahan bilateral periorbital ecchymosis /
raccoon eye dan anosmia
2. Media :
Keluarnya cairan likuor melalui telinga / otorrhea,
gangguan N.VII dan VIII
3. Posterior
Bilateral mastoid ecchymosis / Battle’s sign
■ Perdarahan Subarakhnoid Traumatika ■
Kriteria Diagnosis :
 Kaku Kuduk
 Nyeri Kepala
 Bisa didapati gangguan kesadaran
Diagnosis Kerja Trauma Kepala
Diagnosis Banding 1. Stroke hemoragik/iskemik
2. SOL intrakranial
3. Meningitis/ Ensefalitis
Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium darah
2. Radiologi
-Foto polos kepala
-Head CT Scan sesuai indikasi
Tatalaksana 1. Minimal
- Penatalaksanaan  Tirah baring, kepala ditinggikan
umum sekitar 30 derajat
- Penatalaksanaan  Istirahat di rumah
khusus  Diberi nasehat agar kembali ke rumah
- Terapi sakit bila ada tanda – tanda perdarahan
komplikasi epidural
- Penatalaksanaan 2. Trauma Kapitis Ringan
faktor risiko  Tirah baring, kepala ditinggikan
- Terapi non sekitar 30 derajat, observasi di rumah
Farmaka sakit 2 hari
 Keluhan hilang, mobilisasi
 Simptomatis : anti vertigo, anti emetik,
analgetika, antibiotika (atas indikasi)
3. Trauma Kapitis Sedang dan Berat
a. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun :
 Lakukan resusitasi
 Bebaskan jalan nafas (airway), jaga
fungsi pernafasan (breathing),
sirkulasi, dan suhu
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
dan nutrisi yang cukup
 Jaga keseimbangan gas darah, jaga
kebersihan kandung kemih
 Rubah posisi untuk mencegah
dekubitus
 Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
 Pasang selang nasogastrik pada hari
ke-2, kecuali kontraindikasi yaitu pada
fraktur basis kranii
 Infus cairan isotonis
 Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi
Edukasi (Hospital Health 1. Penjelasan keadaan pasien (gawat darurat
Promotion) atau tidak),
2. Penjelasan langkah-langkah pengobatan (jika
memerlukan operasi)
3. Penjelasan prognosis pasien.
Prognosis Terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada
gejala sisa dan membutuhkan perawatan khusus
karena kecacatan yang cukup berat.
Indikator Medis Perbaikan Klinis
Kepustakaan Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis
dan Trauma Spinal. 2006. PERDOSSI
Misbach J, Hamid AB, Mayza A, Saleh MK. Buku
Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM) dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurologi,
Koreksi Tahun 1999 dan 2005. 2006. Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Jakarta.
Modul Neurotrauma, Program Pendidikan Dokter
Spesialis Neurologi. 2008. Kolegium Neurologi
Indonesia. Jakarta.
Ropper AH, Brown RH. 2009. Adams and Victor’s,
Principles of Neurology. McGraw Hill, New York.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SYOK KARDIOGENIK
1. Pengertian (Definisi) Adalah sindrom klinik akibat gagal
perfusi yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jantung; ditandai
dengan nadi lemah, penurunan
tekanan rerata arteri (MAP) 18
mmHg), dan penurunan curah jantung
(CO < 3,2 L/menit)
Syok kardiogenik dapat disebabkan
oleh sindrom koroner akut dan
komplikasi mekanik yang
ditimbulkannya (seperti ruptur
chordae, rupture septum
interventrikular (IVS), dan
rupturdinding ventrikel), kelainan
katup jantung, dan gagal jantung yang
berat pada gangguan miokard lainnya.
2. Anamnesis - Gangguan kesadaran mulai dari
kondisi ringan
hingga berat
- Penurunan diuresis
- Dapat disertai keringat dingin
- Nadi lemah
3. Pemeriksaan Fisik - Terdapat tanda-tanda hipoperfusi
seperti (perabaan kulit ekstremitas
dingin, takikardi, nadi lemah,
hipotensi, bising usus berkurang,
oliguria) - Terdapat tanda-tanda
peningkatan preload seperti JVP
meningkat atau terdapat ronki basah
di basal - Profil hemodinamik basah
dingin (wet and cold)
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. CO < 3,2 L/menit
3. SVR meningkat pada fase awal,
normal atau menurun pada kondisi
lanjut
4. Preload cukup atau meningkat
5. Diuresis < 0.5 cc/kgBB/jam
5. Diagnosis Kerja Syok Kardiogenik (ICD 10: I 50.1)
6. Diagnosis Banding 1. Syok Hipovolemik
2. Syok Distributif
3. Syok Obstruktif
7. Pemeriksaan Penunjang 1. EKG
2. Ekokardiografi
3. Hemodinamik monitoring invasive
atau non invasif
4. Pemeriksaan analisa gas darah atau
laktat
8. Terapi 1. Fase Akut di UGD
a. Bedrest total
b. Lakukan resusitasi jantung jika
terjadi cardiac arrest
c. Sedasi dengan midazolam, propofol
atau morfin
d. Oksigen support (NRM atau
CPAP, intubasi jika terjadi gagal
napas)
e. Pemasangan IVFD
f. Jika terjadi gangguan irama seperti
taki/bradiaritmia atasi segera dengan
pemberian preparat anti-arimia atau
pemasangan pacu jantung, over drive
atau kardioversi
g. Jika preload rendah maka diberikan
fluid challenge 1-4 cc/kgBB/10 menit
hingga dipastikan preload cukup.
h. dapat diberikan preparate
inotropiknon vasodilator (dobutamin)
atau inodilator (milrinon)
Jika CO tinggi dengan SVR rendah
maka diberikan preparat vasopressor
seperti noradrenalin atau adrenalin
atau dopamine. i. Dopamindosis
rendah dapat diberikan pada kondisi
oliguria
j. Pasien dirawat di ruang ICU
9. Edukasi 1. Edukasi gizi dan pola makan
2. Edukasi faktor risiko
3. Edukasi gaya hidupsehat
4. Edukasi obat-obatan
10. Prognosis Mortalitas 55-65%
11. Indikator Medis 80% pasien syok kardiogenik
mendapat preparat inotropik atau
vasoaktif
80% pasien syok kardiogenik
dilakukan monitoring hemodinamik

Anda mungkin juga menyukai