Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROJECT WORK

KELAS XIII KIMIA ANALISIS


IDENTIFIKASI ZAT PENGAWET DAN PEWARNA BERBAHAYA PADA
BAHAN PENAMBAH CITARASA MAKANAN DI WILAYAH
YOGYAKARTA

Disusun oleh :
1. Chandra Aryo Wibowo NIS. 179191
2. Elena Della Kumala NIS. 179193
3. Monica Audrey Berliana N NIS. 179163
4. Luthfi Anas Afifadi NIS. 179162

Laboratorium Kimia Analisis SMK SMTI Yogyakarta

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI
YOGYAKARTA
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah diterima dan disahkan oleh :

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMTI YOGYAKARTA

Pada tanggal : Desember 2020

Mengetahui,

Kepala Sekolah Pembimbing

Rr.Ening Kaekasiwi, ST. MP Woro Dianingtyas, S.Si


NIP. 196804112002122004 NIP. 198310142010122001

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Tujuan.................................................................................................................1
B. Dasar Teori.........................................................................................................1
BAB II PROSEDUR ANALISIS..................................................................................6
A. Alat dan Bahan...................................................................................................6
B. Cara Kerja...........................................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................8
A. Data Pengamatan................................................................................................8
1. Uji nyala boraks..............................................................................................8
2. Uji formalin dengan pereaksi fehling.............................................................9
3. Uji Rhodamin B..............................................................................................9
B. Pembahasan......................................................................................................10
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................................................17

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Uji Nyala Boraks...................................................... 7


Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Uji Formalin…………............................................ 8
Tabel 3.3 HasilPengamatan Uji Rhodamin B…………………………………… 8

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siswa sedang melakukan pengujian uji nyala.................................... 15
Gambar 2. Siswa sedang mengamati pengujian uji nyala…………............................
15
Gambar 3. Siswa sedang menyiapkan sampel……………………………………15
Gambar 4. Siswa sedang menambahkan pereaksi fehling…………………………
15
Gambar 5. Siswa sedang memanaskan sampel…………………………………….
15
Gambar 6. Hasil pengamatan uji formalin……………………………………………
15
Gambar 7. Siswa sedang preparasi sampel……………………………………… 16
Gambar 8. Siswa sedang menuangkan sampel…………………………………….16
Gambar 9. Siswa sedang menambahkan NaOH dan eter……………………….. 16
Gambar 10. Siswa sedang memisahkan lapisan eter………………………………..
16
Gambar 11. Siswa sedang menambahkan HCl……………………………………..
16
Gambar 12. Hasil pengamatan uji rhodamin B…………………………………….
16

v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN......................................................
15
LAMPIRAN II LAPORAN HARIAN…………................................................. 17
LAMPIRAN III LEMBAR KERJA………….……………………………………18

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan
1. Melakukan pengujian kualitatif boraks, formalin dan Rhodamin B pada
bahan penambah citarasa makanan.
2. Mengidentifikasi boraks, formalin, dan Rhodamin B pada bahan
penambah citarasa makanan secara kualitatif.
B. Dasar Teori
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, karena seluruh masyarakat tanpa terkecuali
merupakan konsumen pangan. Makanan yang dikemas biasanya mengandung
bahan tambahan, yaitu suatu bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
makanan selama produksi, pengolahan, pengemasan atau penyimpanan untuk
tujuan tertentu. (Wisnu Broto, 2012)
Saus adalah olahan makanan yang umumnya berasal dari buah dan sayur
yang merupakan jenis bumbu penyedap makanan berbentuk bubur, dengan
warna oranye hingga merah yang berasal dari bahan baku alami maupun
penambahan zat pewarna makanan. Bahan baku saus pada dasarnya berasal
dari pasta tomat akan tetapi dapat diganti dengan buah yang memiliki
karakteristik pink-merah seperti buah pepaya yang memiliki daging buah tebal
dan berwarna merah cerah. (Musaddad dan Hartuti, 2003).
Saus dibuat dalam bentuk pasta yang terdiri atas campuran buah dengan
penambahan cabai untuk menambah rasa pedas. Saus memiliki berbagai
variasi rasa tergantung bumbu yang ditambahkan. Saus umumnya dapat
disimpan dalam waktu yang lama akibat penambahan bahan pengawet.
Secara umum jenis saus yang disukai khususnya adalah saus yang
memenuhi selera dan terlihat menarik, yaitu baik dalam hal rupa, warna, bau,

1
rasa, suhu dan tekstur. Agar saus terlihat lebih menarik, citarasa yang baik dan
tahan lama biasanya diberi zat aditif pada makanan atau biasa disebut dengan
BTP (Bahan Tambahan Pangan). (Winarno, 2003)
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
Ada banyak jenis bahan tambahan makanan, seperti Antioksidan, Antikempal,
Pengatur Keasaman, Pemanis Buatan ,Pemutih dan Pematang
Telur,Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental, Pengawet, Pengeras, Pewarna,
Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer),
Sekuestran. Diantara bahan tambahan makanan yang banyak digunakan
produsen atau pedagang adalah pewarna dan pengawet. (Yunia, 2013)
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme. Jadi, penambahan zat pengawet pada
makanan bertujuan untuk menghambat pertumbuhan jamur atau bakteri serta
untuk memperlambat oksidasi yang dapat merusak makanan. Makanan produk
industri yang menggunakan minyak tumbuhan atau lemak hewan sangat perlu
ditambahi zat pengawet. Menurut Permenkes RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988, Nomor 1168/ Menkes/Per/X/1999, dan Nomor
033/Menkes/Per/VII/2012, boraks dan formalin merupakan zat pengawet yang
tidak diperbolehkan pada makanan.
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat Boron (B), Boraks
merupakan antiseptik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak digunakan
sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik
(Svehla 1985 dalam Widayat 2011). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No 033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan, boraks merupakan salah
satu dari jenis bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam produk
makanan. Dampak buruk dari mengkonsumsi boraks yaitu menyebabkan

2
iritasi saluran cerna, yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, muntah, mual,
dan diare. Gejala lebih lanjut ditandai dengan badan menjadi lemas, kerusakan
ginjal, bahkan shock dan kematian bila tertelan 5 – 10 g/kg berat badan.

Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air.
Formalin sering digunakan sebagai bahan desinfektan, bahan insektisida,
bahan baku industri plastik dan digunakan juga pada berbagai macam industri
seperti industri tekstil, farmasi, kosmetika serta digunakan untuk
mengawetkan mayat (Buletin Servis, 2006). Formalin mempunyai
kemampuan untuk mengawetkan makanan karena gugus aldehida yang
bersifat mudah bereaksi dengan protein membentuk senyawa methylene (-
NCHOH). Dengan demikian, ketika makanan berprotein disiram atau
direndam larutan formalin, maka gugus aldehida dari formaldehida akan
mengikat unsur protein. Protein yang terikat tersebut tidak dapat digunakan
oleh bakteri pembusuk, sehingga makanan berformalin menjadi awet.

(Struktur Formaldehid)

3
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
722/MENKES/PER/IX/88, Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang
dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Pewarna membuat
aneka produk makanan dan minuman tampil semakin menarik dan
mengundang selera. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 239/Menkes/Per/V/1985 menetapkan 30 zat
pewarna berbahaya. Rhodamin B merupakan zat pewarna berbahaya dan
dilarang digunakan pada produk pangan. Namun demikian, penyalahgunaan
Rhodamin B sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di
lapangan dan diberitakan di beberapa media massa.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan
pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang
penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamin B dalam makanan
masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil
menemukan zat Rhodamin B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui
pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini
juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam
tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi
dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan
dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari. (Yurliati, 2007)
Peluang terjadi penyalahgunaan zat warna Rhodamin B serta zat pengawet
boraks dan formalin dalam makanan dapat terjadi pada setiap pedagang
makanan. Harga yang murah menjadi salah satu alasan oleh produsen untuk
menggunakan zat pewarna dan pengawet tekstil tersebut pada produk
makanan. Selain itu zat pewarna tekstil ini memiliki warna yang lebih
menarik dibanding dengan zat pewarna untuk makanan biasanya.

4
Uji kualitatif Rhodamin B dalam makanan dan minuman dapat dilakukan
dengan metode ekstraksi. Prinsip ujinya adalah zat warna Rhodamin B dalam
lingkungan basa dapat terekstraksi dalam eter, kemudian dengan penambahan
asam, Rhodamin B akan terekstraksi dalam asam. Sedangkan uji boraks bisa
dilakukan dengan uji nyala, dan untuk uji kualitatif formalin dilakukan dengan

uji dengan pereaksi fehling.

(Struktur Rhodamine B)

5
BAB II

PROSEDUR ANALISIS

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Gelas Ukur
b. Mortar dan Pestel
c. Kertas Saring
d. Batang Pengaduk
e. Tabung Reaksi
f. Kompor Listrik
g. Gelas Beker
h. Pipet Tetes
i. Cawan Porselen
j. Korek Api
2. Bahan yang digunakan yaitu :
a. Sampel Saus Sambal, Saus Tomat, Bumbu Mie Instan, dan Selai
b. Pereaksi Fehling A dan Fehling B
c. Asam Sulfat Pekat
d. Aquadest
e. Larutan Asam Asetat atau Kalium Hidrogen Sulfat
f. Alkohol 70%
g. Larutan NaOH 10%
h. Larutan HCl 10%
B. Cara Kerja
1. Preparasi sampel untuk bahan yang larut dalam air
Larutkan dalam air. Lalu periksa keasamannya. Jika perlu diasamkan
dengan asam asetat atau kalium hidrogen sulfat (KHSO4).

6
2. Uji nyala boraks
a. Timbang 0,5 – 1 gram sampel dalam cawan porselen.
b. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan 2 ml alkohol.
c. Kemudian bakar dan amati nyala api yang dihasilkan.
d. Jika uji nyala ini menghasilkan warna hijau, maka sampel
mengandung boraks.
3. Uji kualitatif formalin dengan menggunakan pereaksi fehling
a. Ambil 1-2 gram sampel, kemudian haluskan menggunakan mortar dan
pestle.
b. Tambahkan 10 ml akuades, aduk sampai rata, kemudian saring.
c. Ambil ± 2 ml filtrat hasil penyaringan, kemudian masukkan ke dalam
tabung reaksi.
d. Tambahkan 2 ml larutan Fehling (larutan Fehling A : larutan Fehling
B = 1 : 1), kemudian panaskan ± 5 menit.
e. Amati perubahan yang terjadi.
f. Jika larutan yang mula-mula berwarna biru berubah menjadi hijau dan
terbentuk endapan berwarna kuning atau merah, maka sampel
mengandung formalin.
4. Uji kualitatif rhodamin B
a. Masukkan 2 ml sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Tambahkan 1 ml larutan NaOH 10%.
c. Tambahkan 2 ml eter, lalu kocok hingga homogen.
d. Ambil lapisan eter, masukkan ke dalam tabung reaksi yang lain.
e. Tambahkan 2 ml larutan HCl 10%, lalu dikocok.
f. Amati perubahan warna larutan. Jika terjadi warna merah pada lapisan
asam (lapisan bawah), maka sampel positif mengandung Rhodamin B.

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
1. Uji nyala boraks
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Uji Nyala Boraks
Sampel Hasil Pengamatan Keterangan

Baku Pembanding Boraks Warna pada api hijau Positif (+)

Sampel Selai A Warna pada api biru Negatif (-)


keunguan

Sampel Selai B Warna pada api biru Negatif (-)


keunguan

Sampel Saus Sambal A Warna pada api Negatif (-)


merah oranye

Sampel Saus Sambal B Warna pada api biru Negatif (-)


keunguan

Sampel Saus Tomat A Warna pada api biru Negatif (-)


keunguan

Sampel Saus Tomat B Warna pada api biru Negatif (-)


keunguan

Sampel Bumbu Mie Instan A Warna pada api Negatif (-)


merah oranye

Sampel Bumbu Mie Instan B Warna pada api Negatif (-)


merah oranye

8
2. Uji formalin dengan pereaksi fehling
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Uji Formalin
Sampel Hasil Pengamatan Keterangan

Baku Pembanding Formalin Terbentuk endapan Positif (+)


kuning

Baku Pembanding negatif Terbentuk endapan Negatif (-)


merah

Sampel Selai A Terbentuk endapan Negatif (-)


merah

Sampel Selai B Terbentuk endapan Negatif (-)


cokelat

Sampel Saus Sambal A Terbentuk endapan Negatif (-)


merah

Sampel Saus Sambal B Terbentuk endapan Negatif (-)


merah

Sampel Saus Tomat A Terbentuk endapan Negatif (-)


cokelat

Sampel Saus Tomat B Terbentuk endapan Negatif (-)


merah

Sampel Bumbu Mie Instan Terbentuk endapan Negatif (-)


A hitam

Sampel Bumbu Mie Instan Terbentuk endapan Negatif (-)


B merah

9
3. Uji Rhodamin B
Tabel 3.3. HasilPengamatan Uji Rhodamin B
Sampel Hasil Pengamatan Keterangan
Baku Pembanding Rhodamin B Terbentuk warna Positif (+)
merah keunguan pada
lapisan asam
Sampel Selai A Tidak berwarna pada Negatif (-)
lapisan asam
Sampel Selai B Tidak berwarna pada Negatif (-)
lapisan asam
Sampel Saus Sambal A Terbentuk warna Negatif (-)
kuning pada lapisan
asam
Sampel Saus Sambal B Tidak berwarna pada Negatif (-)
lapisan asam
Sampel Saus Tomat A Tidak berwarna pada Negatif (-)
lapisan asam
Sampel Saus Tomat B Tidak berwarna pada Negatif (-)
lapisan asam
Sampel Bumbu Mie Instan A Terbentuk warna Negatif (-)
kuning pada lapisan
asam
Sampel Bumbu Mie Instan B Tidak berwarna pada Negatif (-)
lapisan asam

B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kualitatif zat pengawet dan
pewarna makanan yang dilarang penggunaanya. Penelitian didasarkan pada
Peraturan Kementrian Kesehatan mengenai Bahan Tambahan Pangan yang
dilarang penggunaanya. Pada pengawet makanan didasarkan pada Permenkes
RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988, Nomor 1168/ Menkes/Per/X/1999, dan
Nomor 033/Menkes/Per/VII/2012, mengenai boraks dan formalin merupakan

10
zat pengawet yang tidak diperbolehkan pada makanan. Sedangkan pada
pewarna didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
722/MENKES/PER/IX/88 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.
239/Menkes/Per/V/1985.
Sampel yang digunakan meliputi 2 saos sambal, 2 saos tomat, 2 selai
stroberi, dan 2 bumbu mie instan, sehingga sampel yang dianalisis sebanyak 8
buah. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 2 kali dalam waktu dan tempat
yang berbeda yaitu pada tanggal 22 November 2020 dan 25 November 2020
bertempat di pedagang gorengan dan swalayan daerah Yogyakarta. Untuk
sampel selai digunakan produk tanpa merk sedangkan sampel lainnya
berkemasan dan bermerek. Pengujian dilakukan bertempat di Laboratorium
Kimia Analisis SMK SMTI Yogyakarta pada 01 Desember 2020. Pengujian
yang dilakukan meliputi Uji Borak (uji nyala), Uji Formalin (uji Fehling) dan
Uji Rhodamin B.
Sebelum pengujian dilakukan preparasi sampel dan pembuatan reagen.
Preparasi sampel dilakukan untuk mengubah sampel menjadi bentuk yang
sesuai dengan kebutuhan pada saat analisis.
1. Analisis Boraks
a. Uji Nyala
Analisis kandungan boraks dalam sampel dilakukan dengan
metode uji nyala. Prinsip dari reaksi nyala ini adalah jika suatu zat
mengandung boraks dipijarkan dengan api maka akan terlihat nyala
hijau pada pinggiran cawan porselen dengan penambahan methanol
dan asam sulfat. Pengujian boraks dilakukan dengan penambahan
H2SO4 sebagai pencipta suasana asam sehingga Natrium Tetraborat
menjadi Asam Borat, sedangkan penambahan alkohol dilakukan untuk
bahan bakar dalam proses pembakaran sehingga dapat menghasilkan
nyala api. Adanya kandungan borak pada sampel ditandai dengan

11
munculnya nyala api berwarna hijau yang berasal dari atom Boron
pada senyawa Metil Borat B(OCH3)3. Reaksi yang terjadi adalah :
Boraks + Asam pekatAsam Borat (H3BO3)
H3BO3 + AlkoholMetil Borat
H3BO3 + 3CH3OHB(OCH3)3 + 3H2O (atom Boron = hijau)
Setelah dilakukan pengujian terhadap 8 sampel diperoleh
warna nyala api yang dihasilkan oleh pembakaran tidak menunjukkan
warna hijau seperti pada control (+). Sehingga, dari 8 sampel yang
diuji tidak terdapat kandungan borak sebagai bahan tambahan
makanan didalamnya.
2. Analisis Formalin
a. Metode Fehling
Analisis kandungan formalin dilakukan dengan metode
Fehling. Prinsip pengujian ini berdasarkan reaksi Formalin dengan
Fehling dan disertai pemanasan maka akan menghasilkan asam
karboksilat dan endapan Cu2O berwarna merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah :
R-CO-H+2CuO(aq)R-CO-OH+Cu2O(s)
Pada pengujian control (+) didapatkan warna larutan kuning
dengan adanya endapan berwarna kuning. Setelah dilakukan pengujian
terhadap 8 sampel, dapat dilihat bahwa sampel selai dengan kode A
memiliki hasil yang menyerupai control (+) yaitu dengan terbentuknya
larutan berwarna kuning dan terdapat endapan berwarna merah
kekuningan. Sehingga, untuk meyakinkan hasil dilakukan pengujian
kedua untuk sampel selai A dengan metode KMnO4. Dalam proses ini
terjadi reaksi reduksi dan oksidasi.
b. Metode KMnO4
Formalin bertindak sebagai reduktor, sedangkan KMnO4
bertindak sebagai oksidator. Ketika Formalin direaksikan dengan

12
KMnO4 maka akan terbentuk Asam Karboksilat dan MnO 2 yang
berwarna coklat kemerahan. Reaksi yang terjadi adalah :
R-CO-H+KMnO4(aq)R-CO-OH+KMnO3
Pada larutan control (+) berupa Formaldehida terbentuk
endapan berwarna hitam dan hilangnya warna larutan KMnO 4 menjadi
tak berwarna. Sedangkan dilakukan juga dengan menggunakan control
(-) dengan mengambil sampel berkemasan yang lolos uji sehingga
pada hasil pengujiannya tidak terjadi perubahan warna pada KMnO4.
Sampel yang dicurigai memiliki hasil pengujian yang sama dengan
control (-) yaitu tidak terbentuk pengendapan dan perubahan warna
KMnO4 menjadi coklat kemerahan. Sehingga, sampel tersebut tidak
mengandung formalin. Hal tersebut juga berlaku pada 7 sampel
lainnya.
Penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada
makanan dapat digantikan dengan bahan pengawet alami makanan
yang dapat menjadi alternatif pengganti, salah satunya adalah
karagenan. Karagenan merupakan bahan pengenyal yang terbuat dari
rumput laut (Euchena sp) dan aman dikonsumsi manusia. Bentuknya
seperti tepung agar-agar dan sudah banyak beredar di pasar.
3. Analisis Rhodamin B
a. Metode Ekstraksi
Analisis kandungan Uji kualitatif Rhodamin B dalam makanan
dan minuman dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Prinsip ujinya
adalah zat warna Rhodamin B dalam lingkungan basa dapat
terekstraksi dalam eter, kemudian dengan penambahan asam,
Rhodamin B akan terekstraksi dalam asam. Penambahan NaOH
bertujuan sebagai pelarut Rhodamin B dalam sampel. Kemudian
penambahan eter bertujuan untuk pendistribusian zat warna kedalam
eter sehingga terdapat dua lapisan. Larutan eter ditambahkan HCl

13
untuk identifikasi adanya Rhodamin B dalam sampel yang ditandai
dengan perubahan warna merah pada larutan sampel. Hal ini
disebabkan karena gugus organil Cl dalam HCl berikatan dengan
Rhodamin B membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi
yang terjadi adalah :
C28H31N2O3Cl+HClC28H32N2O3+Cl2
Setelah dilakukan pengujian terhadap control (+) terbentuk
warna ungu kemerahan pada lapisan asam yang menandakan adanya
Rhodamin B. Apabila dibandingkan dengan kedelapan sampel tidak
ditunjukkan adanya perubahan warna menyerupai control (+) sehingga
dapat diketahui semua sampel diuji tidak terdapat Rhodamin B di
dalamnya.
Untuk menghindari penggunaan berbahaya oleh Rhodamin B,
maka produk tersebut dapat diganti dengan menggunakan bahan-bahan
yang dapat dikonsumsi. Seperti dengan mengganti pewarna makanan
tersebut dengan pewarna alami seperti sayur dan buah-buahan,
contohnya buah Bit, Stroberi dan bahan alami lainnya.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Telah dilakukan analisis pengawet dan pewarna makanan meliputi
Boraks, Formalin dan Rhodamin B dalam sampel Saos Tomat, Saos
Sambal, Selai dan Bumbu Mie.
2. Dari hasil analisis Boraks, Formalin dan Rhodamin B didapatkan hasil
negatif pada semua sampel.

B. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang analisis boraks, formalin,
serta rhodamin B dalam sampel.
2. Diperlukan analisis kuantitatif untuk memastikan kadar boraks,
formalin, serta rhodamin B memenuhi standar yang telah ditetapkan.
3. Diperlukan penghilangan warna supaya hasil pengamatan menjadi
lebih jelas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, F.G.dan Titi S.R. (1994). Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Minuman. Jakarta: Penerbit PT Pustaka Harapan.
Wisnu Broto. (2012). Mengenal Bahan Pengawet dalam Produk Pangan.
http://www.pom.go.id/public/publikasi/infopom1203.pdf. Diakses 2 Desember
2020.
Musaddad, D,. dan Hartuti, N,. (2003). Produk Olahan Tomat, seri agribisnis.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Yunia Wahdiyati. (2013). Bahan Tambahan Pangan (BTP) Yang Diperbolehkan
Dan Yang Berbahaya. http://dkk.sukoharjokab.go.id/read/bahan-tambahan-
pangan-btp-yang-diperbolehkan-dan-yang-berbahaya. Diakses 2 Desember
2020.
Permenkes RI. (1998). Permenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988. Jakarta:
Permenkes RI.
Permenkes RI. (1999). Permenkes RI Nomor 1168/ Menkes/Per/X/1999. Jakarta:
Permenkes RI.
Permenkes RI. (2012). Permenkes RI Nomor 033/Menkes/Per/VII/2012. Jakarta:
Permenkes RI.
Permenkes RI. (1985). Permenkes RI Nomor 239/Menkes/Per/V/1985. Jakarta:
Permenkes RI.
Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Terjemahan: Setiono dan A. Hadyana Pudjatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media
Pustaka.
Yuliarti N. (2007). Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.

16
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI PENELITIAN

A. Uji Nyala Boraks

Gambar 2. Siswa sedang


Gambar 1. Siswa sedang
mengamati pengujian uji nyala
melakukan pengujian uji nyala

B. Uji Formalin

Gambar 4. Siswa sedang


Gambar 3. Siswa sedang
menambahkan pereaksi fehling
menyiapkan sampel

Gambar 5. Siswa sedang Gambar 6. Hasil pengamatan uji


memanaskan sampel formalin

17
C. Uji Rhodamin B

Gambar 8. Siswa sedang


Gambar 7. Siswa sedang
menuangkan sampel
preparasi sampel

Gambar 10. Siswa sedang


Gambar 9. Siswa sedang
memisahkan lapisan eter
menambahkan NaOH dan eter

Gambar 11. Siswa sedang Gambar 12. Hasil pengamatan


menambahkan HCl uji rhodamin B

18

Anda mungkin juga menyukai