Anda di halaman 1dari 17

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN PENGENDALIAN BIAYA

Mata kuliah: Akuntansi Keperilakuan

OLEH:
Kelompok 5
Rafael Komang Eric Junaristo (1807531156)
Ni Putu Kristin Santika Dewi (1807531168)
Ni Putu Intan Aryanti (1807531170)
Made Asri Millifanny Aryastuti (1807531179)
Ni Nyoman Ayu Juniari Purnama Sadani (1807531184)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
I. BIAYA DENGAN FUNGSI MANAJEMEN..............................................................................2
II. POLA PERILAKU BIAYA.........................................................................................................3
III. BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN................................................4
IV. SISTEM BIAYA STANDAR DIBANDINGKAN TRADISIONAL..........................................5
V. PERHITUNGAN BIAYA LANGSUNG ATAU BIAYA VARIABEL......................................8
VI. PENENTUAN BIAYA................................................................................................................10
VII. ASPEK KEPERILAKUAN DARI LANGKAH AKUNTANSI BIAYA YANG DIPILIH....10
VIII. KEGUNAAN EVALUASI KINERJA.......................................................................................13
IX. MOTIVASI SEBAGAI PENDORONG EFISIENSI................................................................13
X. ASPEK PERILAKU DARI LANGKAH EVALUASI KINERJA...........................................13
KESIMPULAN........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16
PEMBAHASAN

I. BIAYA DENGAN FUNGSI MANAJEMEN

Pengambilan keputusan manajemen dalam penentuan kebijakan jangka pendek maupun


jangka panjang memerlukan informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Informasi
biaya yang sistematis dan komparatif, serta data biaya dan laba analitis dibutuhkan agar
manajer dapat menetapkan target laba, menetapkan target departemental untuk manajemen
tingkat menengah dan manajemen operasi, mengevaluasi efektivitas rencana, menunjukkan
keberhasilan atau kegagalan tertentu, mengidentifikasi dan menentukan strategi, serta
memutuskan perlunya penyesuaian dan perbaikan dalam organisasi. Sistem informasi yang
terintegrasi dan terkoordinasi menyediakan in formasi yang dibutuhkan oleh manajer dan
mengomunikasikannya dengan segera dalam bentuk yang dapat dipahami oleh pengguna
informasi.

Informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen untuk berbagai tujuan, yang mana
dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang
akan disajikan. Jika tujuan manajemen berbeda, maka diperlukan penggolongan biaya yang
berbeda pula. Kebutuhan informasi ini mendorong timbulnya berbagai cara penggolongan
biaya, sehingga dikenal konsep penggolongan biaya yang berbeda sesuai dengan tujuan
yang berbeda. Dalam perusahaan manufaktur, biaya dibagi ke dalam dua kategori utama
berdasarkan aktivitas fungsionalnya, yakni biaya manufaktur dan biaya non manufaktur

1. Biaya Manufaktur

Merupakan seluruh biaya yang berhubungan dengan pabrikasi perusahaan. Biaya


manufaktur dikelompokkan lagi ke dalam tiga kategori, yakni:

 Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang menjadi satu bagian integral
dari produk jadi.
 Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dilibatkan secara langsung dalam
pembuatan produk.

2
 Tenaga kerja tidak langsung, seperti gaji dari penyelia dan penjaga bangunan
yang digolongkan sebagai bagian dari biaya overhead pabrik.
 Biaya overhead pabrik dapat didefinisikan sebagai seluruh biaya manufaktur,
kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
2. Biaya Nonmanufaktur
Biaya nonmanufaktur juga sering kali disebut sebagai biaya operasi. Biaya
nonmanufaktur (atau biaya operasi) dikelompokkan lagi menjadi biaya penjualan,
serta biaya administrasi dan umum.
 Biaya penjualan adalah semua biaya yang dihubungkan dengan aktivitas
penjualan dan pengiriman produk. Contohnya adalah biaya iklan dan komisi
penjualan.
 Biaya administrasi dan umum mencakup semua biaya yang terjadi dalam
kaitannya dengan pelaksanaan aktivitas administrasi dan umum, Contohnya
adalah biaya gaji eksekutif dan biaya legal.

II. POLA PERILAKU BIAYA

Berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan perusahaar dikenal dengan


istilah perilaku biaya, dan terkadang dikenal juga dengan istilah variabilitas biaya. Biaya
dapat digolongkan atas biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel Berikut
penjelasan mengenai masing-masing jenis biaya tersebut.

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)


Biaya tetap adalah biaya-biaya yang pada limit tertentu atau kapasitas tertentu (range of
capacity) totalnya tetap, meskipun volume kegiatan perusahaan berubah-ubah. Contoh
biaya tetap adalah pemeliharaan mesin, beban listrik, beban asuransi pabrik, beban iklan,
dan lain – lain.
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya – biaya yang totalnya selalu berubah – ubah secara
proporsional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Biaya variabel timbul untuk
memenuhi aktivitas normal operasional suatu perusahaan. Contoh biaya variabel adalah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan penolong, dan lain – lain.

3
3. Biaya Semi Variabel ( Semi-Variable Cost )
Biaya semivariabel adalah biaya – biaya yang totalnya selalu berubah secara proporsional
dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Biaya ini mengandung unusr biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya ini mengungkapkan bahwa adanya biaya minimum yang harus
dikorbankan, baik ada maupun tidak adanya aktivitas produksi. Contohnya adalah
sebagian biaya overhead pabrik seperti penyusutan aset tetap pabrik yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah unit yang diproduksi.

III. BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Jenis – jenis Pengambilan Keputusan
Keputusan yang diambil manajemen berkaitan dengan penentuan berbagai macam alternatif
yang akan dilaksanakan di waktu mendatang. Keputusan yang diambil dapat berkaitan
dengan penentuan dua macam alternatif atau penentuan lebih dari dua macam alternatif.
Pengambilan keputusan jika dari sisi jangka waktu yang dipengaruhi dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
1. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan jangka pendek, yaitu
pengambilan keputusan di antara berbagai alternatif yang harus segera dilakukan dan
bersifat jangka pendek, seperti:
 menerima atau menolak pesanan khusus, meningkatkan, mengurangi, atau
menghentikan produk-produk tertentu
 memilih area/daerah penjualan baru; menetapkan potongan harga; mengganti
sejumlah peralatan dengan peralatan yang baru, dan lain-lain.
2. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti
pengambilan keputusan mengenai penanaman modal aset tetap
Pengertian dan Konsep Biaya Relevan
Biaya relevan adalah semua biaya yang akan terpengaruh oleh suatu pengambilan
keputusan, yang mana oleh karenanya biaya tersebut harus dipertimbangkan dalam
aktivitas pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Biaya relevan merupakan biaya
yang terjadi pada suatu alternatif, tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan yang lain,
atau merupakan biaya yang dapat dihindari (avoidable cost) pada suatu alternatif
tindakan. Biaya relevan adalah biaya yang memiliki karakteristik:

4
1. Biaya masa yang akan datang, yaitu biaya yang dapat diperkirakan akan terjadi
dalam periode yang akan datang.
2. Biaya yang memiliki perbedaan di an tara berbagai al ternatif pengambilan keputusan.

Penggunaan Biaya Relevan Untuk Tujuan Pengambilan Keputusan

Beberapa permasalahan yang penyelesaiannya menggunakan konsep biaya relevan,


antara lain:

1. Keputusan Menerima atau Menolak Pesanan Khusus.


Manajemen mungkin menghadapi masalah untuk memutuskan apakah pesanan
khusus diterima atau ditolak. Pesanan digolongkan sebagai pesanan khusus karena
pesanan tersebut mempunyai harga jual yang lebih rendah dibandingkan harga jual
produk yang sama kepada pelanggan umum. Pesanan khusus akan diterima jika
pendapatan diferensial lebih tinggi dibandingkan biaya relevannya atau harga jual per
unitnya lebih besar daripada biaya variabel per unitnya.
2. Keputusan Pemanfaatan Kapasitas Menganggur
Kapasitas menganggur dapat digunakan untuk menerima pesanan khusus, mengolah
lebih lanjut produk yang dihasilkan, atau menghasilkan produk baru.
3. Keputusan Pemanfaatan Kapasitas Yang Terbatas
Laba kontribusi setiap satuan kapasitas merupakan informasi relevan dalam
pengambilan keputusan terkait pemanfaatan kapasitas yang terbatas.
4. Keputusan Penggantian Aset Tetap
Jika kapasitas aset baru dengan aset lama tidak sama besarnya, maka informasi
relevan untuk keputusan penggantian aset tetap adalah laba diferensial aset tetap lama
dan laba diferensial aset tetap baru.
5. Keputusan Penyewaan Atau Penggunaan Sebagian Kapasitas
Sebagian kapasitas akan disewakan, jika biaya kesempatan menyewakan sebagian
kapasitas lebih kecil daripada biaya kesempatan menggunakan sendiri sebagian
kapasitas tersebut.

IV. SISTEM BIAYA STANDAR DIBANDINGKAN TRADISIONAL


1. Sistem Biaya Tradisional (Historis)

5
Istilah tradisional (historis) mengacu pada sistem biaya yang membatasi masukan
(input) pada biaya historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan
variabel oleh unit produk atau jasa. Sistem biaya tradisional atau historis terutama fokus
pada identifikasi dan akumulasi biaya per unit produk atau jasa. Sistem tersebut
digunakan untuk menghitung nilai persediaan dan data beban pokok penjualan atau jasa
yang diberikan bagi pelaporan keuangan eksternal. Namun, sistem biaya tradisional tidak
sesuai untuk pengendalian manajemen yang efektif karena akumulasi data biaya historis
semata-mata tanpa perbandingan dengan sasaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya
tidak sesuai dengan konsep pengendalian kontemporer.

Salah satu kelemahan utama sistem biaya tradisional ini adalah bahwa persyaratan
akuntansi keuangan menuntut agar biaya per unit produk atau jasa memperhitungkan
semua biaya, baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa maupun yang terjadi
untuk satu periode waktu tertentu atau untuk lebih darisatu objek biaya. Biaya periode atau
kapasitas dan biaya yang terjadi untuk lebih dari satu produk atau segmen tidak dapat
ditelusuri langsung ke unit jasa, produk, atau departemen tertentu. Biaya tersebut
dibebankan ke produk atau jasa melalui alokasiyang kurang lebih bersifat arbitrer. Alokasi
ini dapat menyesatkan manajemen dan memengaruhi kualitas keputusan manajerial secara
negatif, seperti penetapan hargaatau keputusan buat atau beli dalam jangka pendek yang
memerlukan informasi biaya inkremental. Ketika menggunakan biaya tradisional untuk
mengevaluasi kinerja dari manajer segmen, ada kemungkinan manajer dibebani sebagian
biaya yang mana manajer tidak memiliki kendali atas hal itu. Laporan kinerja yang
menggabungkan biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dialokasikan seringkali
menghasilkan perdebatan dan tekanan terkait validitas dan jumlah dari alokasi tersebut.

2. Sistem Biaya Standar

Adanya pengakuan terhadap kelemahan dari sistem biaya tradisional membuat


banyak organisasi mengadopsi "sistem biaya standar”. Sistem biaya standar pada awalnya
merupakan pencatatan biaya produksi berdasarkan standar. Unit-unit dari aliran
persediaan sepanjang akun persediaan (dari barang dalam pengolahan menjadi barang
jadi dalam bentuk beban pokok penjualan) terhadap biaya standar per unit. Ketika harga
yang sebenarnya diketahui, ayat jurnal penyesuaian dibuat untuk menyatakan kembali

6
setiap akun laporan posisi keuangan(neraca) dari standar ke aktual (atau yang mendekati
uraian tersebut). Komponen dari ayat jurnal penyesuaian ini memberikan informasi
mengenai kinerja periode perusahaan, terutama sekali terkait efisiensi produksi dan
pengendalian biaya.

Biaya standar adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan
sebelumnya secara ilmiah yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Biaya
standar mencerminkan estimasi terperinci dan canggih terkait besarnya biaya untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu atau menghasilkan suatu produk tertentu. Sistem biaya
standar dapat digunakan dalam perhitungan biaya proses maupun berdasarkan biaya
pesanan.

 Sistem Biaya Standar dan Anggaran Fleksibel

Anggaran fleksibel adalah anggaran yang disusun untuk mencakup sejumlah


jangkauan aktivitas dan yang digunakan untuk mengembangkan biaya yang
dianggarkan pada titik manapun dalam rentang waktu tersebut untuk diperbandingkan
dengan biaya aktual yang disertakan. Terdapat hubungan yang penting antara
penganggaran fleksibel dan sistem biaya standar. Sebenarnya, taksiran sistem biaya
standar menginventarisasi selama periode pada jumlah anggaran tersebut fleksibel.
Ingat bahwa anggaran fleksibel anggaran biaya per unit dikalikan dengan jumlah unit
aktual. Oleh karena biaya standar menjawab pertanyaan seperti apa laporan laba rugi
dan Iaporan keuangan (neraca) akan terlihat jika biaya-biaya dan masukan (harus
direncanakan dengan tepat pada tingkat keluaran (output) actual yang dicapai (unit
yang dibuat dan unit yang dijual).

 Kompatibilitas dengan Konsep Teori Organisasi Modern

Salah satu aliran besar dalam teori organisasi adalah teori modern yang sering kali
disebut juga analisistem. Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari
berbagai pengetahuan. Teori modern melihat semua unsur organisasi sekesatuan dan
saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukan
suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan, tetapi organisasi merupakan
sistem terbuka. Interaksi dinamis antar proses bagian dan fungsi dalam suatu

7
organisasi maupun dengan organisasi lainlingkungan. Suatu organisasi merupakan
proses yang melibatkan para individu yang saling memengaruhi untuk berbagai
tujuan. Dalam pendekatan modern dinyatakan bahwa yang dimiliki saat ini bukan
teori mengenai organisasi, tetapi cara berpikir (way of thinking) mengenai organisasi,
cara melihat dan menganalisis secara lebih tepat dan mendalam yang dilakukan
melalui keteraturan atau regularitas perilakuorganisasi yang hanya berlaku untuk
suatu lingkungan atau kondisi tertentu. Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk
sistem biaya standar yang sesuai dengan konsep teori organisasi modern, terdapat
beberapa langkah pengendalian:

a) Penetapan tujuan organisasi


b) Penentuan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada
masing-masing individu.
c) Pengisian posisi staf dari pusat pertanggungjawaban dengan individu-individu
yang memiliki kemam puan, motivasi, dan pengetahuan yang mencukupi untuk
melakukan fungsinya.
d) Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggungjawaban dan unit
organisasi lainnya, serta lingkungan eksternal, jika diperlukan.
e) Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa terdapat informasi yang
mencukupi, relevan, dan tepat waktu selama alur komunikasi.
f) Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mengukur dan
mengevaluasi kinerja terkait tujuan organisasi dan memberikan umpan balik
mengenai penyesuaian yang diperlukan dalam tujuan dan/atau kinerja.

V. PERHITUNGAN BIAYA LANGSUNG ATAU BIAYA VARIABEL


Filosofi Yang Mendasari
Seluruh metode akuntansi biaya tradisional, sesuai dengan konsep biaya tersebut,
membebankan unit produk atau jasa dengan biaya penuh. Bahan baku langsung dan tenaga
kerja langsung dibebankan langsung ke unit produk atau jasa, sementara overhead tetap dan
variabel pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tarif yang didasarkan pada
volume yang telah ditentukan sebelumnya. Metode akuntansi biaya tradisional juga
mengabaikan fakta bahwa biaya overhead tertentu akan tetap konstan tanpa memedulikan

8
kuantitas dari unit yang dihasilkan atau jasa yang diserahkan, sementara biaya overhead
lainnya berfluktuasi terhadap volume. Untuk mengatasi kekurangan ini, alat seperti
penyusunan anggaran fleksibel dan analisis biaya-volume-laba diperkenalkan, Untuk
memfasilitasi pengambilan keputusan dan pengendalian biaya tanpa perlu untuk menyusun
laporan pelengkap yang menghabiskan banyak waktu, suatu filosofi perhitungan biaya baru
diperkenalkan pada tahun 1930. Metode yang disebut dengan perhitungan biaya langsung
atau biaya variabel ini dianggap memberikan hasil yang lebih berarti bagi manajemen dan
bagi mereka yang berhadapan dengan pengambilan keputusan sehari-hari berdasarkan hasil
perhitungan akuntansi biaya. Perhitungan biaya langsung atau biaya variabel membedakan
antara biaya produksi (bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan variabel overhead)
dengan biaya untuk menghasilkan (overhead tetap atau biaya periode). Hanya biaya yang
ditimbulkan oleh produksi atau penyerahan jasa saat ini saja (biaya variabel) yang
diklasifikasikan sebagai biaya per unit produk atau jasa dan dikapitalisasi sampai barang-
barang tersebut terjual atau jasanya diserahkan. Menurut para ahli; biaya yang "ditimbulkan
dari pemeliharaan dan ketersediaan potensi produktif jangka panjang disebut sebagai biaya
periode."
Pendukung perhitungan biaya langsung mempertimbangkan pembagian overhead
berdasarkan struktur biayanya sebagai kebutuhan dasar untuk pengendalian biaya yang
efektif, serta pengambilan keputusan yang berarti. Dengan mengeluarkan biaya kapasitas
atau biaya tetap dalam menilai persediaan dan beban pokok penjualan, metode ini
menempatkan perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang pada dasar yang sama sejauh
hal tersebut berkaitan dengan biaya produk. Mereka berargumentasi bahwa volume produksi
tidak memengaruhi biaya pembelian di kedua jenis perusahaan itu. Perusahaan yang satu
menghasilkan sendiri produknya dengan biaya variabel yang diketahui sedangkan perusahaan
yang lain membeli barang dagangannya dengan harga pembelian yang pasti. Satu-satunya
perbedaan adalah bahwa perusahaan manufaktur saat menentukan margin kontribusi
bulanannya atau selisih antara biaya variabel dengan harga jual harus memperhitungkan
overhead manufaktur tetap sebagai salah satu biaya dalam melakukan bisnis bersamaan
dengan beban administrasi, pergudangan, dan penjualan.
Dorongan Keperilakuan

9
Konsep, prinsip, dan praktik akuntansi memengaruhi pengukuran kinerja manajerial dan
keputusan manajemen. Hal ini tidak selalu mengarah pada hasil yang diharapkan karena
banyak ukuran kinerja memiliki bias yang termuat di dalamnya yang memotivasi manajer
untuk memilih alternatif tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan operasi dan atau
keuangan perusahaan. Melalui badan yang berwenang, profesi akun sedang menguji ulang
konsep-konsep dasar, prinsip, dan praktik akuntansi dengan pertimbangkan implikasi
keperilakuan yang dianggap mungkin.

VI. PENENTUAN BIAYA


Membagi biaya ke dalam komponen variabel dan tetap memberikan dasar yang lebih
baik untuk pengendalian biaya. Hal tersebut memungkinkan penyusunan laporan laba rugi
menggunakan margin kontribusi menekankan pada pola perilaku biaya dan memberikan
perincian kepada manajemen mengenai biaya teknik, biaya yang dikomitmenkan, dan biaya
diskresioner.
Biaya teknik meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead variabel, seperti bahan bakar dan listrik. Biaya – biaya tersebut juga dapat
dikendalikan secara langsung pada tingkat organisasi terendah melalui penggunaan anggaran
felksibel dan standar , karena waktu untuk pemberian umpan balik yang singkat dan secara
fisik dapat diamati oleh manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas yang
menimbulkannya.
1. Biaya tetap yang dikomitmenkan atau biaya kapasitas adalah seluruh biaya organisasi
dan pabrik yang terus terjadi ( tanpa memedulikan tingkat aktivitas) yang tidak dapat
dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka
panjang.
2. Biaya diskresioner (juga disebut biaya terprogram) adalah 1) biaya yang muncul dari
keputusan periodik (biasanya tahunan) mengenai jumlah maksimum yang akan
dikeluarkan dan 2) biaya yang tidak memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan
antara input (yang diukur oleh biaya) dan ouput (yang diukur oleh pendapatan atau tujuan
lainnya).

VII. ASPEK KEPERILAKUAN DARI LANGKAH AKUNTANSI BIAYA YANG DIPILIH

10
1. Penetapan Standar
Elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sistem
biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja. Standar yang memiliki
fungsi yaitu sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat
evaluasi kinerja. Standar akan menghasilkan perilaku kinerja pekerja yang efisien hanya
jika standar tersebut diterima sebagai aspirasi oleh individu terkait untuk siapa standar
tersebut dirancang.

2. Partisipasi dalam Penetapan Standar


Para ahli meringkas logika yang mendasari seluruh argumen yang mendukung partisipasi
menjadi “Jika seseorang pekerja berpartisipasi dalam menetapkan standar kinerjanya
sendiri, maka ia akan membuat komitmen yang tegas terhadap standar tersebut, dan oleh
karena itu akan bekerja keras untuk mencapainya.”. Dalam konteks penetapan standar
teori disonansi kognitif berimplikasi bahwa jika manajemen menginginkan komitmen
yang pasti mengenai standar, maka individu yang dikendalikan harus memiliki pilihan.
Tingkat partisipasi yang ideal tergantung pada pertimbangan produksi dan sumber saya
manusia, serta variasi dari situasi ke situasi.

3. Standar yang Ketat vs Standar yang Longgar


Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang digunakan haruslah tidak terlalu
ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat berguna bagi mandor atau manajer saja
yang akan termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi yang luar biasa. Sementara itu,
standar yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional apapun karena standar
begitu mudah dicapai, sehingga mandor dan manajer mengabaikan standar tersebut
karena dianggap tidak berarti. Tingkat ketetan yang diharapkan seharusnya dievaluasi
dalam setiap situasi berdasarkan jenis proses produksi, produk atau jasa yang akan
diserahkan, dan kepribadian dari orang – orang yang terlibat di dalamnya.

4. Penyerapan Overhead
Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah penyerapan overhead.
Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan variabel ke produk
pada tarif estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah ditentukan
sebelumnya. Ketika dasar yang digunakan untuk penyerapan berbeda dari yang telah

11
ditentukan sebelumnya, maka varians yang dibebankan sebelumnya terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan terjadi. Ukuran dari variansi ini dipengaruhi oleh tingkat kapasitas
yang dipilih sebagai penyebut dalam penentuan tarif estimasi.

5. Alokasi Biaya Tidak Langsung


Dalam riset yang didukung oleh National Assosiation of Accountants , James Fremgen
dan Shu S.liao menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan tegas dua
jenis biaya tidak langsung, yaitu:

a) Biaya jasa korporat, yaitu biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat
korporat dan pusat pertanggungjawaban.
b) Biaya administratif korporat, yaitu biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
kantor korporat.

Tujuan alokasi biaya tidak langsung adalah adanya pelaporan keuangan eksternal,
evaluasi kinerja internal, penentuan harga berbasis biaya, dan pengambilan keputusan.

6. Analisis Varians
Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodik antara biaya
aktual dengan sasaran biaya yang sudah ditentukan sebelumnya, baik dalam bentuk
anggaran maupun standar. Perbandingan ini akan menghasilkan sejumlah varians.
Varians tersebut dapat berupa hasil dari berbagai penyebab, beberapa diantaranya dapat
dijelaskan dan dikendalikan.

7. Keputusan Investigasi Varians


Keputusan manajemen semata-mata bergantung pada penilaiannya atas signifikansi
diskrepansi yang diamati. Variansi ini memiliki signifikansi pengendalian hanya jika
varians tersebut berasal dari penyebab yang dapat ditentukan atau, dengan kata lain, tidak
bersifat acak dan rentan terhadap tindakan perbaikan.

8. Aspek Keperilakuan
Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat mempengaruhi respon
manusia adalah faktor-faktor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil

12
umpan balik, keketatan pemaksaan, serta penghargaan dan sanksi yang terkait dengan
kebijakan pengendalian

VIII. KEGUNAAN EVALUASI KINERJA

Tujuan dari adanya evaluasi kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan perusahaan
untuk mencapai tujuan perusahaan dan agar para karyawan mematuhi standar perilaku yang
telah ditentukan sehingga tindakan dan hasil pekerjaan lebih baik. Kegunaan dari penilaian
kinerja adalah:

1. Mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui pemberian motivasi pada
sumber daya manusia secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang beruhubungan dengan sumber daya (promosi,
transfer, dan pemberhentian)
3. Identifikasi kebutuhan latihan dan pengembangan dan menyediakan kriteria seleksi dan
evaluasi program pelatihan pegawai.
4. Umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan melakukan penilaian
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan

IX. MOTIVASI SEBAGAI PENDORONG EFISIENSI


Motivasi fokus terhadap bagaimana cara untuk dapat mendorong (karyawan) dapat
berperilaku sesuai dengan ketentuan atau harapan. Salah satu prediksi motivasi dan kinerja
adalah teori harapan. Teori harapan menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
upaya untuk mencapai kepuasan pribadinya. Teori harapan memfokuskan tiga hubungan
sebagai berikut:
1. Hubungan antara upaya mencapai tujuan dengan kinerja karyawan.
2. Hubungan antara kinerja karyawan dengan hasil yang didapatkan.
3. Hubungan dengan hasil yang didapatkan dengan tujuan pribadi.

X. ASPEK PERILAKU DARI LANGKAH EVALUASI KINERJA

13
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja, setiap langkah
ini memiliki implikasi prilaku, yaitu:

a) Langkah Awal
1. Menentukan segmen-segmen dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikan oleh individu
yang terkait dengan mereka.
2. Menentukan kriteria kinerja untuk setiap segmen atau aktivitas organisasi
3. Mengukur kinerja sesungguhnya
b) Langkah Evaluasi Kinerja
1. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang ditentukan sebelumnya.
2. Menentukan penyebab operasional dan keperilakuan selisih-selisih.
3. Mendorong perilaku yang diinginkan dan bertindak untuk mencegah perilaku
kambuhan yang tidak diinginkan
c) Menentukan Segmen-Segmen dan Aktivitas-Aktivitas yang Dikendalikan
Jika seseorang dapat akuntabel terhadap kinerja maka seharusnya bisa tanggungjawab
yang jelas terhadap pekerjaannya, sedangkan jika organisasi tidak hati-hati dalam
menyenting pemetaan tanggungjawab sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat lebih
mudah dicapai. Untuk menghasilkan motivasi karyawan yang efektif, ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1. Tanggungjawab harus konsisten terhadap masing-masing weweng manager.
2. Definisi tanggungjawab harus akurat dan adil.
3. Untuk meningkatkan kendali operasional.
4. Kriteria evaluasi kinerja harus sesuai dengan lingkup dari tanggungjawab yang telah
ditetapkan.

14
KESIMPULAN

Pengambilan keputusan manajemen dalam penentuan kebijakan jangka pendek maupun


jangka panjang memerlukan informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Informasi biaya
yang sistematis dan komparatif, serta data biaya dan laba analitis dibutuhkan agar manajer dapat
menetapkan target laba, menetapkan target departemental untuk manajemen tingkat menengah
dan manajemen operasi, mengevaluasi efektivitas rencana, menunjukkan keberhasilan atau
kegagalan tertentu, mengidentifikasi dan menentukan strategi, serta memutuskan perlunya
penyesuaian dan perbaikan dalam organisasi. Informasi biaya dapat digunakan oleh manajemen
untuk berbagai tujuan, yang mana dalam menggolongkan biaya harus disesuaikan dengan tujuan
dari informasi biaya yang akan disajikan.

Biaya dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan aktivitas fungsionalnya menjadi
biaya manufaktur dan biaya non-manufaktur yang juga scring disebut biaya beroperasi. Biaya
manufaktur merupakan seluruh biaya yang berhubungan dengan aktivitas pabrikasi perusahaan.
Biaya manufaktur dibagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik.

Kebanyakan pendapat penjualan dalam suatu perusahan dihasilkan dengan mengeluarkan


biaya. Oleh karena itu, menejemen biaya adalah penting. Anggaran biaya dan analisis biaya
adalah salah satu cara mengendalikan dan mengatur biayan guna memperbaiki laba bersih. Jadi,
untuk memperbaiki laba bersih adalah meninjau setiap biaya (beban) dan melihat kontribusinya
terhadap laba bersih, sementara jika tidak akan menciptakan masalah, maka sebaiknya dilakukan
pemotongan terhadap biaya iklan. Serta cara terbaik untuk mengatur biaya adalah memahami
bahwa terdapat banyak jenis biaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

Ebest, Hesyandi. 2015. Aspek Keperilakuan pada Pengakumulasian dan Pengendalian Biaya.
Dari:

https://www.scribd.com/doc/257022062/Aspek-Keperilakuan-pada-Pengakumulasian-dan-
Pengendalian-Biaya (Diakses pada 23 Oktober 2020)

16

Anda mungkin juga menyukai