Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dhea Zanuba Rachma

NIM : P20620120008
Absen : 8
Tingkat dan Prodi : 1A D-III Keperawatan Tasikmalaya
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen : Drs. H. Nana Setialaksana, M.Pd.

Pancasila Sebagai Suatu Sistem Etika Politik

1. Jelaskan pengertian nilai menurut para ahli?


Jawab:
Berikut dipaparkan pengertian nilai dari beberapa ahli yaitu:
a. Jack Fraencel
Suatu ide (gagasan) atau konsep tentang apa yang difikir penting oleh seseorang
di dalam hidupnya. Nilai sebagai asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang benar. Nilai adalah standar tingkah laku pada kelompok
tertentu.
b. Milton Rokeah
Nilai adalah suatu kepercayaan atau keyakinan vang bersumber pada sistem nilai
seseorang mengenai apa yang patut dilakukan seseorang atau mengenai apa yang
berharga dari apa yang tidak berharga. Nilai juga dapat disebut sebagai hal yang
berguna dan tidak berguna.
c. Max Scheler
Nilai-nilai yang ada tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Menurut tinggi
rendahnya nilai, kelompokan dalam 4 (Empat) tingkatan:
1) Nilai kenikmatan;
2) Nilai kehidupan;
3) Nilai kejiwaan;
4) Nilai kerohanian.
d. Walter G Everet
Menggolongkan nilai manusiawi ke dalam 8 (delapan) kelompok
1) Nilai ekonomi;
2) Nilai kejasmanian;
3) Nilai hiburan;
4) Nilai sosial;
5) Nilai watak;
6) Nilai estetis;
7) Nilai intelektual;
8) Nilai keagamaan.
e. Notonegoro
Membagi nilai menjadi 3 (tiga) macam nilai,yaitu:
1) Nilai material, segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
2) Nilai vital, untuk mengadakan kegiatan atau aktivitas
3) Nilai kerohanian, untuk rohani yaitu a) Kebenaran; b) Keindahan; c)
Kebaikan; d) Religius; f. N. Rescher Pembagian nilai berdasarkan pembawa
nilai (trager) hakikat keuntungan yang diperoleh dan hubungan antara
pendukung nilai dan keuntungan yang diperoleh.

2. Jelaskan 6 penggunaan nilai menurut Lacey?


Jawab:
Lacey (1999: 23) menjelaskan bahwa paling tidak ada 6 (enam) pengertian nilai
dalam penggunaan secara umum, yaitu sebagai berikut:
a. Sesuatu yang fundamental yang dicari hidupnya;
b. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan
karakter untuk kehidupan orang sepanjang seseorang;
c. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian penginterpretasian diri, dan pembentukan diri. diri,
d. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik di
antara berbagai kemungkinan tindakan.
e. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika bertingkah
laku bagi dirinya dan orang lain.
f. Suatu objek nilai, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang sekaligus
membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian seseorang. Objek
nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan,
budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.
3. Jelaskan hubungan Nilai, Norma dan Moral?
Jawab:
Dapat diketahui bahwa nilai/ value yang dalam istilah filsafat nilai dapat
diartikan sebagai keberhargaan (worth), atau kebaikan (goodness). Semua nilai
harus dijabarkan kedalam norma (ukuran aturan) dan melaui moral judgment
terwujud menjadi actus humanus. Actus humanus merupakan tindakan manusia
yang mengandung konsekuensi moral.
a. Kualitas akidah/keagaamaan yang tinggi (s), tetapi juga sangat menghormati
keberadaan agama lain/ toleransi (0).
b. Kualitas keilmuan yang tinggi(s),tetapi juga mengamalkannya orang lain
mersakan manfaatnya/ meningkatkan peradaban(0)
c. Kepribadian tinggi (s),menghormati dan dihormati orang lain/menjaga nama
baik (0)
d. Mampu mengelola diri (s) juga mengelola orang lain/mengharagai potensi(0)
e. Mandiri (s) dan peduli pada orang lain/berbagi
f. Kesejahteraan (0)

4. Jelaskan 4 jenis norma?


Jawab:
Menurut Kaelan (2016:65) norma dibagi menjadi:
a. Norma susila (kesusilaan), yaitu peraturan hidup yang berasal dari hati nurani
manusia. Norma susila Norma susila yang mendorong manusia untuk kebaikan
akhlak pribadinya. Norma susila melarang manusia menentukan mana yang baik
dan mana yang buruk. untuk berbuat tidak baik, karena bertentangan dengan hati
nurani setiap manusia yang normal. Contoh-contoh norma susila antara lain:
1) Jangan mencuri barang milik orang lain;
2) Jangan membunuh sesama manusia;
3) Hormatilah sesamamu;
4) Bersikaplah jujur.
Norma susila memiliki sanksi atau ancaman hukuman bagi yang
melanggar norma tersebut dan sanksinya adalah perasaan manusia itu sendiri,
yang akibatnya adalah penyesalan.
b. Norma kesopanan, yaitu ketentuan hidup yang berasal dari pergaulan dalam
masyarakat. Dasar dari norma kesopanan adalah kepantasan, kebiasaan dan
kepatutan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering dinamakan
norma sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma sopan santun yang
aktual dan khas berbeda d. antara masyarakat yang masyarakat yang lain.
Contoh dari norma kesopanan, satu dengan antara lain:
1) Generasi yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua usianya;
2) Berangkat ke sekolah harus berpamitan dengan orang tua terlebih dahulu;
3) Memakai pakaian yang pantas dan rapi dalam mengikuti pelajaran di
sekolah;
4) Janganlah meludah di dalam kelas.
Bagi mereka yang melanggar norma kesopanan, sanksi yang dijatuhkan
akan menimbulkan celaan dari sesamanya, dan celaan itu dapat berwujud kata-
kata, sikap kebencian, pandangan rendah sekelilingnya, dijauhi dari pergaulan,
sehingga aka dari orang dirasakan sebagai penderitaan batin. menimbulkan rasa
malu, rasa hina, rasa dikucilkan yang dirasakan sebagai penderitaan.
c. Norma agama, yaitu ketentuan hidup yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa,
yang isinya berupa larangan, perintah-perintah, dan ajaran. Norma agama
berasal dari wahyu Tuhan dan mempunyai nilai yang mewarnai berbagai norma
yang lain, seperti norma susila, norma kesopanan, dan norma hukum. Contoh-
contoh norma agama, antara lain:
a) Tidak boleh membunuh sesama manusia;
b) Tidak boleh mencuri harta orang lain;
c) Hormatilah orang tua.
Terhadap pelanggar norma tidak langsung dirasakan di dunia, akan tetapi
dikenakan agama sanksi oleh Tuhan kelak di akhirat nanti.
d. Norma hukum, yaitu ketentuan yang dibuat oleh pejabat Hyang berwenang yang
mempunyai sifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia dalam
pergaulan hidup di masyarakat dan mengatur tata tertib kehidupan
bermasyarakat. Contoh beberapa norma hukum, antara lain: Pasal 362 KUHP
yang menyatakan bahwa barang siapa mengambil sesuatu barang yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk di miliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah.
Bagi pelanggar norma hukum dapat dikenakan sanksi berupa hukuman mati,
penjara, ataupun denda maupun pembatalan atau pernyataan tidak sahnya suatu
kegiatan atau perbuatan, dan sanksi tersebut dapat dipaksakan oleh lembaga
yang ber-wenang.

5. Jelaskan pengertian moral secara etimologis dan pembagiannya?


Jawab:
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata yang Latin mos yang berarti tata
cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah mores. Dalam arti
adat-istiadat atau kebiasaan, kata moral mempunyai arti sama dengan bahasa Yunani
ethos, yang menurunkan kata etika. Dalam bahasa Arab, kata moral berarti budi
pekerti. yang memiliki makna sama dengan kata akhlak, sedangkan dalam Bahasa
Indonesia, kata moral dikenal dengan arti kesusilaan. Pengerian moral dalam kamus
psikologi di nyatakan bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan
peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur
tingkah laku. Moral adalah ukuran atau aturan. Moral dibagi menjadi 3 (tiga), yakni:
a. Science of belong (merasa memiliki);
b. Science of lows (hukum);
c. Science responsibility (bertanggung jawab).

6. Jelaskan beberapa pengertian moral menurut para ahli?


Jawab:
Kata moral dan moralitas memiliki arti yang beraneka ragam. Berikut ini
dikemukakan definisi moral dan moralitas menurut beberapa ahli.
a. Franz Magnis Suseno
Kata moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.
b. Bertens
Memaknai moralitas sebagai. sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
c. Poespoprodjo
Mengartikan moralitas sebagai kualitas dalam perbuatan manusia yang
menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, dan baik atau buruk.
d. Chaplin
Mengartikan moral dalam tiga hal, yaitu (1) akhlak, moral, dan tingkah laku
yang susila, (2) ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku
pantas dan baik, (3) hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
e. Rachel
Mendefinisikan moralitas sebagai sebuah usaha untuk membimbing tindakan
seseorang dengan akal, yakni untuk melakukan apa yang paling baik menurut
akal seraya memberi bobot yang sama menyangkut kepentingan setiap individu
yang akan terkena oleh tindakan itu.
f. Van Ness
Membedakan moralitas dan etika. Moralitas biasanya digunakan untuk
menggambarkan bagaimana orang bertindak, sedangkan etika merupakan studi
tentang standar perilaku khususnya aturan tentang kebenaran dan kesalahan.
Secara umum terdapat dua jenis moralitas, yaitu moralitas intrinsik dan
moralitas ekstrinsik. Moralitas intrinsik memandang perbuatan menurut
hakikatnya bebas lepas dari bentuk hukum positif. Sebaliknya, moralitas
ekstrinsik, sebagai diperintahkan atau dilarang oleh seseorang yang berkuasa
atau oleh hukum positif baik dari manusia memandang perbuatan sesuatu yang
maupun Tuhan (Handoyo, Susanti, & Munandar, 2016: 4-5).

7. Gambarkan hubungan Nilai, Norma dan Moral?


Jawab:

Value
abstrak: kualitas

Norm
(Standar
Ukuran)
Moral Judgment/Etika
(Bentuk Keputusan)

Human Conduct:
Actus Humanus
8. Jelaskan tentang pengertian Etika?
Jawab:
Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos, artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir
(Van Ness 2010: 14). Dalam bentuk jamak, ta etha, artinya adalah adat kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika diartikan sebagai ilmu tentang
apa yang baik dan apayang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2002: 308).
Sementara itu, etik diartikan dalam dua hal. Pertama, etik sebagai kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Kedua, etik sebagai nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari pandanga tersebut,
etika dipahami sebagai ilmu yang menyelidiki mana perbuatan yang dipandang baik
dan mana yang dianggap buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat di ketahui oleh akal pikiran.
Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan- pandangan moral. Bagaimana seseorang harus hidup, dibicarakan
dalam moral; sedangkan etika hendak mengkaji tentang mengapa seseorang harus
mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana ia mengambil sikap yang
bertanggung jawab ketika di hadapkan pada berbagai ajaran moral (Handoyo,
Susanti, & Munandar, 2016: 14).

9. Jelaskan aliran Etika keutamaan, Etika teologis, dan Etika deontologi!


Jawab :
a. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan
(virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk.
Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia,
lebih menekankan pada what should I be?, atau saya harus menjadi orang yang
bagaimana?
b. Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan di lawankan dengan
kewajiban.
c. Etika deontologis adalah teori etis yang berkaitan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral
atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk
melakukan tindakan (Dikti, 2016: 178).

10. Jelaskan 3 pengertian politik?


Jawab:
Istilah politik sudah berkembang sejak zaman Yunani Kuno, tentunya kita
mengenal salah satu tokohnya yakni Aristoteles. Merujuk pada pendapat Aristoteles
(Agustino, 2006: 34-35) setidaknya ada beberapa hal penting untuk dapat
mendefinisikan apa itu politik.
1) Politik membahas tentang negara yang dalam konteks yang dikenal dengan
polis. Pembahasan ini khususnya berkonsentrasi pada bentuk ideal suatu negara.
2) Politik akan bersinggungan dengan kekuasaan. Untuk mewujudkan sebuah
negara terbaik seperti yang dicitakan oleh aristoteles dan para pemikir filsafat
politik awal, mengenai kebaikan bersama, perlu kiranya kekuasaan dimiliki oleh
pihak- pihak yang akan mengelola negara.
3) Politik juga membahas tentang keberadaan warga negara sebagai entitas penting
dalam kehidupan bernegara. Entitas tentu saja diinginkan oleh aristoteles entitas
yang memiliki keseragaman nilai dan tujuan sehingga penciptaan tujuan akan
mudah untuk dilakukan.

11. Apakah politik praktis itu dan jelaskan 8 syarat untuk berpolitik praktis?
Jawab:
Selanjutnya Sharma (2004: 24) menyatakan bahwa untuk dapat berpolitik
praktis maka seseorang harus memiliki minimal salah satu dari beberapa persyaratan
berikut ini:
a. Adanya pemikiran, ide-ide, konsep-konsep me ngenai hal-hal yang berkenaan
dengan perkara atau masalah politik;
b. Pandai bicara dan mayakinkan orang lain, apalagi bila memiliki suara keras dan
lantang;
c. Memiliki suatu wewenang kekuasaan sebagai penguasa;
d. Memiliki kedudukan dalam masyarakat yang cukup terpandang, misalnya
sebagai tokoh masyarakat, orang kaya, ilmuan, ulama, dan sebagainya;
e. Memiliki kekuatan fisik tubuh, senjata, atau dukungan militer;
f. Memiliki pengikut yang cukup besar, misalnya sebagai pemimpin suatu
organisasi massa;
g. Memiliki pengetahuan dasar tentang sejarah, adat istiadat, budaya, status sosial,
dan lain-lainnya daripada massa/orang-orang yang akan dipengaruhi dengan
kegiatan politiknya.

12. Apakah Etika politik itu?


Jawab:
Etika politik berkaitan pembahasan moral. Hal itu berdasarkan kenyataan bahwa
pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika
politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini
lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada
hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya. Berdasarkan suatu
kenyataan bahwa masyarakat, bangsa maupun negara bisa berkembang kearah
keadaan yang tidak baik dalam arti moral (Kaelan:2016: 87). Filsafat berbicara
tentang bagaimana sesuatu fenomena mendalam, sehingga seseorang bisa lebih bijak
dalam mengambil suatu keputusan atau berbuat berkenaan dengan orang lain, Ada
dua cabang utama filsafat, yaitu filsafat teoretis dan filsafat praktis (Suseno 1994:
12). Filsafat teoretis mempertanyakan apa yang ada, sedangkan filsafat praktis
menanyakan bagaimana manusia harus bersikap terhadap apa yang ada itu (Kaelan,
2002 : 133).
Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Pada
dasarnya, etika ini menanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Etika
dibagi kedalam dua kelompok, yaitu etika umum dan etika khusus (Suseno 1994:
13). Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip tersebut dalam hubungannya
dengan kewajiban manusia dalam berbagai lingkup kehidupannya. Oleh karena
individu manusia hidup bersama orang lain dalam masyarakat, maka dalam tatanan
masyarakat terdapat etika sosial. Bertolak dari martabat manusia sebagai pribadi
yang sosial, etika sosial membahas norma-norma tindakan manusia, yang
seharusnya menentukan lsikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia.
Termasuk dalam wilayah etika sosial adalah etika politik atau filsafat moral
mengenai dimensi politis kehidupan manusia. Etika politik mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai
warga Negara terhadap negara (Suseno 1994: 14). Kebaikan sebagai manusia dan
kebaikan sebagai warga negara tidak identik. Identitas sebagai manusia yang baik
dan warga negara yang baik hanya bisa terwujud apabila negara sendiri baik. Jika
negaranya buruk, di mana orang baik sebagai warga negara hidup dalam aturan
negara yang buruk, maka orang tadi menjadi buruk sebagai manusia. Demikian pula,
dalam negara buruk, manusia yang baik sebagai manusia, akan buruk pula sebagai
warga negara ka-rena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan buru negara. Negara
yang ideal dengan warga negara yang adalah ideal suatu Negara yang dapat
membahagiakan rakyatnya, didukung oleg individu warga negara yang secara
moral dan etis baik.

13. Jelaskan 3 dimensi politik manusia?


Jawab:
Dalam perspektif etika politik, manusia me-miliki dimensi politis. Dimensi
politis manusia, dapat dikaji dari tiga hal. Pertama, manusia sebagai mahluk sosial.
Kedua, manusia dengan dimensi kesosialannya. Ketiga, dimensi politis kehidupan
manusia (Handoyo, Susanti, & Munandar, 2016: 55-56).

14. Apakah etika politik Pancasila itu?


Jawab:
Pancasila Sebagai Etika Politik
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntuk agar
kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan :
a. Asas legalitas
b. Asas demokratis
c. Legitimasi moral
Pancasila sebagai suatu system filsafat memiliki 3 dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelengaraan Negara, baik menyangkut kekuasaan,
kebijaksanaan yang menyangkut public pembagian serta kewenangan harus
berdasarkan legitimasi moral religious ( sila 1 ) serta moral kemanusiaan ( silla 2 )
(Kaelan, 2016 : 94 ).

15. Jelaskan 6 urgensi Pancasila terhadap sistem etika politik?


Jawab:
Urgensi Pancasila sebagai sistem etika pentingnya Pancasila sebagai sistem etika
terkait dengan problem vane dihadapi Bangsa Indonesia sebagai berikut,
a. Banyaknya kasus korupsi yang melanda Negara Indonesia schingga dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Masih terjadinya aksi terorisme yang me-ngatasnamakan agama sehingga dapat
merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan
meluluhlantakkan semangat persatuan atau menganeam disintegrasi bangsa.
c. Masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara.
d. Kesenjangan antara kelompok masyarakat masih menandai kehidupan Bangsa
Indonesia.
e. Kelima, ketidak adilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di
Indonesia.
f. Banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan baik.
Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan mendesaknya peran dan
kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena dapat menjadi tuntunan atau
sebagai leading principle bagi warga Negara untuk berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila (Dikti, 2016: 181-182).

16. Sebutkan 5 alasan mengapa Pancasila dijadikan dasar sistem etika politik?
Jawab:
Lima alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika diperlukan bernegara di
Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pertama, dekadensi móral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama
generasi muda sehingga met bahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi
muda dalam penyelenggaraan kehidupan yang tidak mendapat pendidikan
karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia
sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilang arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila,
tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Kesemuanya itu menunjukkan
lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama
dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah- sekolah.
b. Kedua, korupsi akan merajalela karena para penyelenggara Negara tidak
memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para
penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak,
pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika
terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie
Bahm (1998: 58) dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan
buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk
selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat publik dan mempunyai peluang
untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada
siapa saja.
c. Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah,
padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam
pembiayaan anggaran. Pancasila sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan
wajib pajak untuk secara sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan
baik. Dengan kesadaran pajak yang tinggi maka program pembangunan yang
tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan dengan sumber penerimaan dari
sektor perpajakan.
d. Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manmusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara di Indonesia di tandai dengan melemahnya penghargaan seseorang
terhadap hak pihak lain. Semuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap nilai nilai Pancasila sebagai sistem etika belum berjalan
maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika
Pancasila. diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan
perundang-undangan tentang hak asasi ma-nusia (HAM) yaitu Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia (HAM).
e. Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi
yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.
Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai
Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati
masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan
berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa
memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan (Dikti, 2016: 183- 185).

17. Jelasakan 5 hakekat mengapa Pancasila dijadikan dasar sistem etika politik?
Jawab:
Hakekat Pancasila sebagai sistem ctika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan Bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku
warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada
norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, 5
maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh
pengikut-pengikutnya.
b. Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang di bedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan
yang mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil
dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antar makhluk
yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan
kearifan.
c. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan
individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat
kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi
penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
d. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai
orang lain.
e. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada kewajiban semata yang
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri (Dikti, 2016: 192-193).
18. Sebutkan 4 urgensi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika politik?
Jawab:
Urgensi bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
b. Kedua, Pancasila sebagai sistem etika member guidance bagi setiap warga
negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
c. Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
d. Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warganegara (Dikti, 2016: 193-194).

19. Sebutkan 3 azas etika politik dalam penyelenggaraan Negara?


Jawab:
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntuk agar
kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan :
a. Asas legalitas
b. Asas demokratis
c. Legitimasi moral

20. Jelaskan pendidikan politik menurut Alfian?


Jawab:
Alfian (1992: 235) menguraikan arti pendidikan politik sebagai usaha yang
sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka
memahami dan menghayati betul nilai- nilai yang terkandung dalam sistem politik
yang ideal yang hendak dibangun. Sedangkan menurut berpendapat bahwa
pendidikan politik merupakan upaya pendidikan yang disengaja dan sistematis
untuk membentuk individu agar mampu menjadi partisipan yang bertanggung jawab
secara etis/moral dalam pencapaian tujuan politik.

Anda mungkin juga menyukai