NIM : P20620120008
Absen : 8
Tingkat dan Prodi : 1A D-III Keperawatan Tasikmalaya
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen : Drs. H. Nana Setialaksana, M.Pd.
Value
abstrak: kualitas
Norm
(Standar
Ukuran)
Moral Judgment/Etika
(Bentuk Keputusan)
Human Conduct:
Actus Humanus
8. Jelaskan tentang pengertian Etika?
Jawab:
Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos, artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir
(Van Ness 2010: 14). Dalam bentuk jamak, ta etha, artinya adalah adat kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika diartikan sebagai ilmu tentang
apa yang baik dan apayang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2002: 308).
Sementara itu, etik diartikan dalam dua hal. Pertama, etik sebagai kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Kedua, etik sebagai nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari pandanga tersebut,
etika dipahami sebagai ilmu yang menyelidiki mana perbuatan yang dipandang baik
dan mana yang dianggap buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat di ketahui oleh akal pikiran.
Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan- pandangan moral. Bagaimana seseorang harus hidup, dibicarakan
dalam moral; sedangkan etika hendak mengkaji tentang mengapa seseorang harus
mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana ia mengambil sikap yang
bertanggung jawab ketika di hadapkan pada berbagai ajaran moral (Handoyo,
Susanti, & Munandar, 2016: 14).
11. Apakah politik praktis itu dan jelaskan 8 syarat untuk berpolitik praktis?
Jawab:
Selanjutnya Sharma (2004: 24) menyatakan bahwa untuk dapat berpolitik
praktis maka seseorang harus memiliki minimal salah satu dari beberapa persyaratan
berikut ini:
a. Adanya pemikiran, ide-ide, konsep-konsep me ngenai hal-hal yang berkenaan
dengan perkara atau masalah politik;
b. Pandai bicara dan mayakinkan orang lain, apalagi bila memiliki suara keras dan
lantang;
c. Memiliki suatu wewenang kekuasaan sebagai penguasa;
d. Memiliki kedudukan dalam masyarakat yang cukup terpandang, misalnya
sebagai tokoh masyarakat, orang kaya, ilmuan, ulama, dan sebagainya;
e. Memiliki kekuatan fisik tubuh, senjata, atau dukungan militer;
f. Memiliki pengikut yang cukup besar, misalnya sebagai pemimpin suatu
organisasi massa;
g. Memiliki pengetahuan dasar tentang sejarah, adat istiadat, budaya, status sosial,
dan lain-lainnya daripada massa/orang-orang yang akan dipengaruhi dengan
kegiatan politiknya.
16. Sebutkan 5 alasan mengapa Pancasila dijadikan dasar sistem etika politik?
Jawab:
Lima alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika diperlukan bernegara di
Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pertama, dekadensi móral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama
generasi muda sehingga met bahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi
muda dalam penyelenggaraan kehidupan yang tidak mendapat pendidikan
karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda Indonesia
sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilang arah. Dekadensi moral itu
terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila,
tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Kesemuanya itu menunjukkan
lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama
dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah- sekolah.
b. Kedua, korupsi akan merajalela karena para penyelenggara Negara tidak
memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para
penyelenggara negara tidak dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak,
pantas dan tidak, baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika
terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good) dan buruk (bad). Archie
Bahm (1998: 58) dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan
buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk
selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat publik dan mempunyai peluang
untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada
siapa saja.
c. Ketiga, kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah,
padahal peranan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam
pembiayaan anggaran. Pancasila sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan
wajib pajak untuk secara sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan
baik. Dengan kesadaran pajak yang tinggi maka program pembangunan yang
tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan dengan sumber penerimaan dari
sektor perpajakan.
d. Keempat, pelanggaran hak-hak asasi manmusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara di Indonesia di tandai dengan melemahnya penghargaan seseorang
terhadap hak pihak lain. Semuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap nilai nilai Pancasila sebagai sistem etika belum berjalan
maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan sosialisasi sistem etika
Pancasila. diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam peraturan
perundang-undangan tentang hak asasi ma-nusia (HAM) yaitu Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia (HAM).
e. Kelima, kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi
yang akan datang, global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya.
Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai
Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat tempat yang tepat di hati
masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan
berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa
memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan (Dikti, 2016: 183- 185).
17. Jelasakan 5 hakekat mengapa Pancasila dijadikan dasar sistem etika politik?
Jawab:
Hakekat Pancasila sebagai sistem ctika terletak pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan Bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku
warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada
norma agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, 5
maka prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh
pengikut-pengikutnya.
b. Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang di bedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan
yang mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil
dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antar makhluk
yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan
kearifan.
c. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama
sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan
individu atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat
kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi
penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
d. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk
mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai
orang lain.
e. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada kewajiban semata yang
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu
sendiri (Dikti, 2016: 192-193).
18. Sebutkan 4 urgensi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika politik?
Jawab:
Urgensi bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem etika meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Pertama, meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti
menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap,
tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
b. Kedua, Pancasila sebagai sistem etika member guidance bagi setiap warga
negara sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
c. Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
d. Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warganegara (Dikti, 2016: 193-194).