Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN


PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

Dosen Pembimbing : Novita Rina Antarsih, SST, M.Biomed

Disusun oleh :

Amalia Dwi Tresna P3.73.24.1.18.006

Ardhia Regita Cahyani P3.73.24.1.18.011

Assyifa Widiahidayah P3.73.24.1.18.012

Dyona Raudahtull Jannah P3.73.24.1.18.017

Halimah Nur Azijah P3.73.24.1.18.023

Ninda salsabila P3.73.24.1.18.031

Queen Irma Meylinda P3.73.24.1.18.034

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK


KESEHATAN JAKARTA III

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum W. W.
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas
nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini
dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman
penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan
datang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun maupun bagi pembaca. Oleh
karena itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai batu loncatan yang
dapat memperbaiki makalah kami di masa datang. Dengan menyelesaikan makalah ini kami
mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil. Terima Kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan

Persiapan persalinan sering dilakukan pada tahap kehamilan trimester 3 , Pelayanan


antenatal disini juga merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang merupakan
sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan, adanya ketidak siapan ibu hamil
menghadapi persalinan sering menjadi salah satu penyebab tingginya AKI. Pada masa
akhir kehamilan, ibu harus menentukan siapa yang akan menjadi pendamping pada saat
akan melakukan persalinan, biasanya suami adalah calon terkuat. Tetapi tidak semua
suami menjadi pendamping persalinan istrinya, bisa juga dari ibu mertua, ibu kandung,
saudara, sahabat, dll. Pada saat persalinan posisi, situasi pun harus diperhatikan untuk
memberikan rasa nyaman kepada ibu sehingga persalinan berjalan dengan lancer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dukungan terhadap emosional ibu dalam persalinan?


2. Apa persiapan persalinan untuk ibu, penolong dan bayi?
3. Apa cairan dan nutrisi selama persalinan?
4. Bagaimana kebutuhan eliminasi dan personal hygine selama persalinan?
5. Bagaimana cara mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin ( teknik non farmakologi)?
6. Bagaimana keadaan lingkungan dan desain yang nyaman pada ibu bersalin?
7. Bagaimana posisi ibu bersalin?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dukungan terhadap emosional ibu dalam persalinan.


2. Untuk mengetahui persiapan persalinan untuk ibu, penolong dan bayi.
3. Untuk mengetahui cairan dan nutrisi selama persalinan.
4. Untuk mengetahui kebutuhan eliminasi dan personal hygine selama persalinan.
5. Untuk mengetahui cara mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin ( teknik non
farmakologi ).
6. Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan desain yang nyaman pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui posisi ibu bersalin.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBUTUHAN IBU BERSALIN


a) Dukungan Terhadap Emosional Ibu Dalam Bersalin
Pada masa akhir kehamilan, ibu harus menentukan siapa yang akan menjadi
pendamping pada saat akan melakukan persalinan, biasnya suami adalah calon terkuat.
Tetapi tidak semua suami menjadi pendamping persalinan istrinya, bisa juga dari ibu
mertuam ibu kandung, saudara, sahabat, dll.
Persalinan bagi ibu adalah suatu yang menegangkan dan bisa menjadi menakutkan
dan menyakitkan. persalinan yang menakutkan dan menegangkan dapat memberikan
kondisi buruk bagi ibu, seperti ibu akan merasa takut, panic, cemas, khawatir.
Menurut Aprianawati (2007), kehamilan pada trimester 3, kehidupan psikologi dan
emosionalnya dikuasai oleh pikiran dan perasaan mengenai persalinan yang akan datang
dan tanggung jawab sebagai ibu. Bagi ibu primipara akan merasakan gelisah, was-was,
takut menghadapi rasa sakit saat persalinan dan kecemasan.
Pada saat proses persalinan ini pendamping sangat dibutuhkan bagi ibu bersalin
untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan ibu ketika bersalin. Kecemasan adalah kondisi
psikologis yang menyebabkan ketidak nyamanan dalam diri, bingung,tegang dan tidak
aman, mengakibatkan rasa nyeri saat persalinan, mempengaruhi his, pembukaan menjadi
lama dan persalinan menjadi lebih lama.
Strategi untuk meningkatkan kekuatan dan ketenangan untuk mencegah adanya
kecemasan pada saat hamil, salah satunya dengan adanya keterlibatan keluarga, lingkungan
sosial.

❖ Dukungan Suami
Dukungan suami atau disebut dengan dukungan simpatidan empati. merupakan
bukti kasih sayang, perhatian dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah istri.
Merupakan bantuan yang diberikan oleh keluarga berupa informasi dan nasehat, yang
mana membuat penerima dukunggan tersebut merasa disayang dan dihargai. (Erin,2014)

Dukungan suami adalah respon yang diberikan oleh suami terhadap istrinya yang akan
bersalin. Dukungan yang diberikan berupa dukungan fisik dan dukungan emosional.
Dukungan dari suami dapat ditunjukan dengan berbagai cara seperti memberikan
ketenangan pada istri, memberikan sentuhan dan mengungkapkan kata-kata yang dapat
memacu motivasi istri (Anggraeni dan Agustina, 2014)
Dengan adanya hubungan yang erat dan nyata antara dukungan suami dengan nyeri
saat persalinan, seorang suami diwajibkan untuk menghargai keinginan ibu untuk
menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya sehingga memberi efek pada ibu
yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang akan mengakibatkan sel-sel sarafnya
mengeluarkan hormon oksitosin sehingga menyebabkan kontraksi pada akhir kehamilan
untuk melahirkan.

Jenis dukungan Suami :


a. Dukungan Emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian, cinta,
kepercayaan dan penghargaan kepada pasangan. Dengan demikian suami akan
membuat istri menjadi merasakan bahwa masalah yang ditanggung beban nya tidak
sendiri, melainkan ada yang mau membantu memecahkan masalahnya.
b. Dukungan penghargaan, suami memberikan ungkapan hormat atau penghargaan positif
kepada istri. Seperti misalnya mengucapkan terimakasih kepada istri, maka akan
membuat dirinya menjadi seorang yang merasa dibutuhkan sehingga istri akan merasa
bahagia.
c. Dukungan Instrumental, mencakup dukungan langsung seperti meminta pertolongan
atau dimintai pertolongan. Seperti istri meminta tolong kepada suami kemudian suami
membantu, hal kecil yang dilakukan suami dapat membuat hati istri senang dan merasa
dilindungi.
d. Dukungan Spiritual, berhubungan dengan yang maha kuasa. Setiap individu
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide
tentang kehidupan. Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan
kacau yang dapat membuat seseorang membutuhkan ketenangan pada dirinya dan
ketenangan yang paling besar adalah bersama tuhan. (Erin,2014)

❖ Dukungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52,5 % subjek ibu hamil menghadapi kelahiran
anak pertama berada pada kategori kecemasan rendah, 60% subjek menilai bahwa
dukungan yang diperoleh dari keluarganya sangat tinggi.
Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan
melahirkan adalah adanya dukungan keluarga yang dapat berupa dari suami, keluarga atau
saudara lainnya, orang tua, dan mertua.
Dukungan keluarga yang didapatkan dari ibu bersalin akan menimbulkan perasaan
tenang, sikap positif terhadap dirinya sendiri dan kehamilannya dan juga memberikan
ketenangan batin dan perasaan senang dalam dirinya.
Keluarga dari ibu hamil sebaiknya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
proses atau perubahan yang dialami oleh ibu hamil yang dapat menghindari atau mengatasi
kemungkinan terjadinya konflik dan akan mempermudah ibu hamil tersebut menyesuaikan
diri dalam menghadapi kehamilannya serta mengurangi kecemasan selama menanti
persalinan. (Aprianawati, dan Sulistyorini, 2007).

❖ Dukungan Bidan / Tenaga kesehatan


Dalam memberikan dukungan emosional, bidan bisa memberikan dukungan psikologi
untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dengan membuat ibu merasa nyaman,
berpartisipasi dalam proses persalinan, melakukan komunikasi, memenuhi harapan ibu,
mengendalikan rasa nyeri dan memperhatikan privasi ibu.
Dukungan psikologi yang bisa bidan berikan pada ibu bersalin seperti memberikan
sugesti, mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan selama proses
persalinan dan membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.
a) Pemberian Sugesti atau Afirmasi Positif
Sugesti yang diberikan ibu bertujuan untuk tindakan motivasi ibu untuk melalui
proses persalinan yang lancar. Sugesti yang diberikan bidan seperti dengan mengatakan
bahwa proses persalinan yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan normal, ucapkan hal
tersebut berulang kali untuk memberikan keyakinan pada ibu bahwa segalanya baik-
baik saja.
Contohnya seperti saat ibu terjadi his/kontraksi, bidan membimbing ibu
untuk melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan menarik
napas dan menghembuskan nafas, rasa sakit ibu akan berkurang.
b) Mengalihkan Perhatian

Dengan mengalihkan perhatian, ibu dapat mengurangi rasa sakit yang dirasakan.
Upaya yang harus dilakukan adalah seperti mengajak berbicara, bersenda gurau,
mendengarkan music kesukaannya atau menonton film. Saat kontraksi berlangsung dan
ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka upaya-upaya dalam
mengurangi rasa nyeri seperti teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau dengan
pijatan harus tetap dilakukan.

c) Membangun Kepercayaan
Kepercayaan sangat penting dalam membangun sugesti positif bagi ibu dan bidan.
Jika ibu percaya pada apa yang dilakukan bidan, maka akan mempercepat proses
persalinannya. Bahwa bidan mampu membrikan pertolongan pesalinan dengan baik
sesuai standar, didasari pengetahuan yang cukup. Dengan kepercayaan tersebut, maka
dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan nyaman saat proses persalinan
berlangsung.

2.2. PERSIAPAN PERSALINAN IBU, PENOLONG PERSALINAN DAN BAYI

1. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan sering dilakukan pada tahap kehamilan trimester 3 ,
Pelayanan antenatal disini juga merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang
merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan, adanya ketidaksiapan ibu
hamil menghadapi persalinan sering menjadi salah satu penyebab tingginya AKI. (
istikomah dan dyah , 2016)
Ada juga hasil penelitian menurut lucia et all,2015 di jurnal ini mengatakan bahwa
hasil penelitian mereka sebelumnya menunujukkan persiapan persalinan adalah usaha ibu
hamil untuk menghadapi kelahiran bayi yang meliputi persiapan fisik, mental (psikologis)
dan materi yang cukup agar kelahiran anak berjalan dengan lancar, menghasilkan ibu dan
anak yang sehat. Persiapan persalinan difokuskan pada ibu hamil trimester III karena
merupakan persiapan aktif menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Ada beberapa
komponen persiapan kehamilan yang perlu disiapkan oleh ibu hamil sebagai berikut(
yuniasih , 2018 )
1. Persiapan fisik
Persiapan fisik sangat perlu dilakukan oleh ibu hamil untuk mempersiapkan
kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan, untuk Kesiapan fisik
yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam menghadapi persalinannya seperti
mempersiapkan dan menjaga nutrisi, menjaga pola istirahat yang cukup, menjaga
kebersihan diri, menjaga kebersihan payudara untuk persiapan laktasi dan melakukan
aktifitas yang ringan

2. Persiapan psikis
Persiapan psikis disini diperlukan sekali dalam proses persiapan persalinan
dimana disini setiap ibu harus menerima kondisi kehamilannya serta ibu siap menerima
peran dan tanggung jawab yang lebih besar sebagai seorang ibu dalam merawat anak
dan keluarganya serta ibu hamil harus mempersiapkan juga mental menjelang proses
persalinan karena penting dilakukan agar pencapaian peran ibu dapat terwujud secara
maksimal dan ibu siap secara psikis dan mental apabila dalam persalinan menghadapi
komplikasi persalinan, dimana dipersipaan psikis ini juga artinya dimasa persiapan
transisi seorang istri yang nantinya akan menjadi seorang ibu atau orang tua untuk
anaknya.
Didalam persiapan psikis Pengetahuan juga termasuk dimana keadaan ibu siap
dan mengetahui tentang persalinan serta mengetahui tentang kejadian komplikasi apa
saja yang ada didalam proses persalinan yang dapat terjadi pada ibu sehingga ibu
menjadi lebih siap mengadapinya. Pengetahuan yang perlu dipersiapkan oleh ibu hamil
menjelang proses persalinannya seperti pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan
yakni sakit perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air ketuban.
Ibu juga mengetahui bahwa persalinan merupakan proses fisiologis namun sewaktu-
waktu dapat menjadi patologis dan terjadi komplikasi pada proses persalinan tersebut
sehingga dengan ibu mengetahui hal tersebut ibu menjadi lebih siap dan tidak merasa
cemas saat persalinan berlangsung .

3. Persiapan penolong dan tempat bersalin


Setiap proses persiapan persalinan sebaiknya dari trimester 2 atau trimester 3
ibu hamil sudah harus merencanakan tempat persalinan yang sesuai dengan keinginan
dan kemampuan dana yang dimiliki opeh pasangan suami istri ,persiapan tersebut perlu
dilakukan karena untuk diketahui sebelumnya tentang informasi mengenai biaya agar
nantinya saat proses persalinan tidak ada kesullitan dalam dana , fasilitas yang tersedia,
dan penolong persalinan ,

4. Persiapan transportasi
Persiapan Transportasi perlu dipersiapkan untuk mencegah terjadinya
keterlambatan menuju tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan
jenis transportasi yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan jarak tempat bersalin
dari rumah ketempat persalinan yang diinginkan Sehinngga ibu hamil beserta
keluarganya dalam keadaan siap keandaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat
(ambulan maupun mobil pribadi) untuk menuju ke tempat bersalin atau tempat rujukan.
5. Persiapan dana
Mempersiapkan suatu rencana persalinan merupakan hal yang penting termasuk
juga persiapan dana yang dimiliki oleh pasangan suami istri persiapan bila terjadi
komplikasi saat persalinan yang memerlukan biaya yang cukup besar , Sehingga ibu
beserta keluarganya dalam keadaan siap dana untuk bersalin serta dana untuk cadangan
apabila terjadi kegawatdaruratan baik berupa tabungan pribadi maupun jaminan
kesehatan ibu

6. Persiapan pendamping persalinan


Peran pendamping dalam persalinan merupakan suatu hal yang penting untuk proses
persalinan, karena untuk memberikan dukungan kepada ibu berupa dukungan fisik,
dukungan psikis, dukungan instrumen, serta dukungan informasi. Sehingga ibu dalam
keadaan siap menjelang persalinannya dalam menentukan orang yang akan
mendampinginya selama proses persalinannya nanti. Pendamping persalinan yang
dapat dipilih oleh ibu yaitu suami, orang tua maupun kerabat dekat ibu.

7. Persiapan calon donor darah


Persiapan donor darah perlu dilakukan oleh setiap ibu hamil karena setiap saat
proses persalinan yang fisiologis dapat menjadi patologis. Bila sewaktu- waktu terjadi
komplikasi maka sudah tersedia calon donor dengan golongan darah yang sesuai untuk
mendonorkan darahnya kepada ibu dan tidak terjadi keterlambatan yang
mengakibatkan fatal.
8. Persiapan perlengkapan ibu dan bayi
Persiapan perlengkapan ibu dan bayi perlu dipersiapan darii jauh hari agar saat ibu
ingin melakukan persalinan perlengkapan bayi dan ibu sudah siap dan tinggal dibawa
serta bertujuan untuk tetap menjaga kenyamanan ibu dan bayi setelah proses persalinan.

2. Persiapan penolong persalinan dan bayi


Dalam proses persalinan yang melakukan persiapan persalinan bukan hanya
seorang ibu hamil saja tetapi disini seorang penolong perlu juga melakukan beberapa
persiapan sebelum melakukan proses penolongan persalinan supaya proses tindakan
persalinan nya bisa berjalan dengan lancar dan aman, berikut beberapa hal yang perlu
dipersiapkan oleh penolong (meti, 2017)

1. Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi


penolong persiapan persalinan disini harus mempersiapkan ruangan persalinan yang
baik untuk ibu dan bayinya sehingga memudahkan untuk Ibu berjalan-jalan dan
menunggu saat persalinan ,melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi Ibu dan
bayi nya setelah persalinan dan menyiapkan Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru
lahir

2. Persiapan perlengkapan ,bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan sebelum


melakukan tindakan penolong harus Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-
bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi, agar nanti saat melakukan proses persalinan semua alat yang diperlukan
oleh ibu dan bayi sudah lengkap.

3. Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikanasuhan


setiap melakukan tindakan juga wajib untung periksa peralatan atau obat- obatan yang
ingin digunakan apakah obat masih bisa digunakan dan baik digunakan untuk ibu
selama proses persalinan

4. Persiapanrujukan
Persiapan rujukan harus dipersiapkan oleh penolong sebelum melakukan tindakan agar
jika nanti ada penyulit persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi bisa
langsung dirujuk ketempat yang sudah disiapkan

5. Asuhan sayang ibu


Penolong harus memberikan asuhan sayang ibu yang baik agar ibunya rileks dalam
proses persalinan yang dilakukan serta memudahkan ibu lebih mudah beradaptasi
dengan bayi yang baru lahir.

2.3. Pemberian Cairan dan Nutrisi Selama Persalinan


Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap
tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum
yang cukup. Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan),
merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber energi utama untuk sel-
sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan
asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin (Kemenkes
RI, 2016).
Pada ibu bersalin, hipoglikemia (keadaan dimana kadar gula di dalam darah berada
di bawah kadar normal) dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun
janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan
persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat
meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi
kesejahteraan janin, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his, dan
mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat
diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit
(Kemenkes RI, 2016).
Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga yang
mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum, untuk
mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami
dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses
mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya
(minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga
harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah
hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II)
(Kemenkes RI, 2016).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa dikarenakan
kebutuhan energi yang begitu besar pada ibu melahirkan dan untuk memastikan
kesejahteraan ibu dan anak, tenaga kesehatan tidak boleh menghalangi keinginan ibu yang
melahirkan untuk makan atau minum selama persalinan (WHO, 1997 dalam William L,
and Wilkins, 2010).
Makanan yang disarankan untuk dikonsumsi oleh ibu yang ingin bersalin adalah
roti, biskuit, sayuran dan buah-buahan, yogurt rendah lemak, sup, minuman isotonik dan
jus buah-buahan. Nutrisi dan hidrasi sangat penting selama proses persalinan untuk
memastikan kecukupan energi dan mempertahankan kesimbangan normal cairan dan
elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan isotonik dan makanan ringan yang mempermudah
pengosongan lambung cocok untuk awal persalinan (Yulizawati et all, 2019).
Menurut Yulizawati et all (2019), Jenis makanan dan cairan yang dianjurkan
dikonsumsi pada ibu bersalin adalah sebagai berikut:
a. Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam sekali saat ibu masih dalam tahap
awal
persalinan (Kala 1). Ibu disarankan makan beberapa kali dalam porsi kecil karena lebih
mudah dicerna daripada hanya makan satu kali tapi porsi besar.
b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers, agar-agar, atau sup. Saat persalinan
proses pencernaan jadi lebih lambat sehingga ibu perlu menghindari makanan yang
butuh
waktu lama untuk dicerna.
c. Selain mudah dicerna, pilih makanan yang berenergi. Buah, sup dan madu memberikan
energi cepat. Untuk menyimpan cadangan energy, ibu bisa pilih gandum atau pasta.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, goreng-gorengan atau makanan
yang
menimbulkan gas.
Makanan yang dianjurkan:
- Roti atau roti panggang (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun madu
- Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu
- Nasi tim
- Biskuit
- Yogurt rendah lemak
- Buah segar atau buah kaleng
Selama proses persalinan jaga tubuh agar tidak kekurangan cairan. Dehidrasi bisa
mengakitbakan ibu menjadi lemah, tidak berenergi dan bisa memperlambat persalinan.
Pilihan minumannya adalah:
- Minuman yogurt rendah lemak
- Kaldu jernih
- Air mineral
- 4. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi yang dibutuhkan saat
persalinan. Atau, Ibu bisa membuat sendiri dengan mencampurkan air putih dengan
sedikit
perasan lemon
- 5. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt atau pisang ke dalam smoothie
untuk menambah energi
- 6. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual

Ibu melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai kebutuhan atau tingkat
kehausannya. Jika asupan cairan Ibu tidak adekuat atau mengalami muntah, dia akan
menjadi dehidrasi, terutama ketika melahirkan menjadikannya banyak berkeringat. Salah
satu gejala dehidrasi adalah kelelahan dan itu dapat mengganggu kemajuan persalinan dan
menyulitkan bagi Ibu untuk lebih termotivasi dan aktif selama persalinan. Jika Ibu dapat
mengikuti kecenderungannya untuk minum, maka mereka tidak mungkin mengalami
dehidrasi. Pembatasan makan dan minum pada Ibu melahirkan memberikan rasa
ketidaknyaman pada Ibu. Selain itu, kondisi gizi buruk berpengaruh terhadap lama
persalinan dan tingkat kesakitan yang diakibatkannya, dan puasa tidak menjamin perut
kosong atau berkurang keasamannya (Yulizawati et all, 2019).

2.4. Kebutuhan eliminasi dan personal Hygiene

- Kebutuhan oksigen

Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak co2 dalam setiap napas. Selama
kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat sebagai
respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju metabolic.
Menahan napas saat mengejan selama kala II persalinan dapat mengurangi pengeluaran
CO2 (Kurniarum & KEMENKES, 2016).

Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernapasan karena frekuensi
dan irama pernapasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan
teknik pernapasan (Varney, 2004).

Masalah umum yang terjadi adalah hiperventilasi maternal, kondisi ini dapat
dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki, kebas, dan pusing. Mengejan
yang berlebihan atau berkepanjangan selama kala II dapat menyebabkan penurunan
oksigen sebagai akibat sekunder dari menahan napas.

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan oleh bidan,
terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya
untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat
menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen
yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama
persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena
menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak
orang. Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat
dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat
adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil (Kurniarum & KEMENKES, 2016).

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan, agar
dapat membantu kemajuan persalinan dan peningkatan kenyamanan pasien. Poliuria sering
terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran
plasma ginjal. Pada ibu bersalin dengan posisi celentang polyuria menjadi kurang jelas
karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Oleh karena itu,
kandung kemih harus sering dievaluasi setiap dua jam untuk mengetahui adanya distensi
serta kandung kemih harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih hal ini akan mencegah terjadinya penurunan presentasi janin, pengosongan
kandung kemih juga mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih akibat penekanan
yang lama sehingga akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama
periode pascapartum awal (Varney, 2004).

Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan :


1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga panggul,
terutama apabila berada di atas spina isciadika
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Meningkatkan rasa tidak nyaman
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dikarenakan kandung kemih yang penuh
menghambat kontraksi uterus.

Apabila memungkinkan maka anjurkan ibu ke kamar mandi untuk berkemih namun
jika sudah tidak memungkinkan maka bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan
wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan plasenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin. Kateterisasi akan
meningkatkan risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.

Dan sebelum memasuki proses persalinan sebaiknya memastikan bahwa ibu sudah
BAB. Rectum yang penuh dapat mengganggu proses kelahiran janin. Namun apabila pada
kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya
tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi, maka dapat dilakukan
lavement pada saat ibu masih berasa pada kala I fase laten (Kurniarum & KEMENKES,
2016).

- Kebutuhan hygiene (kebersihan personal)

Personal hygiene ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada
ibu bersalin dikarenakan personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman,
relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan, dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis
ibu bersalin.

Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat bidan lakukan diantaranya
membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihannya dengan mandi. Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian
budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan
untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci
dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain dapat membersihkan
seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga
meningkatkan kenyamanan ibu dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama persalinan apabila
memungkinkan, ibu dapat diijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak
mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan
melakukan vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik
maupun lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini
dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah
ketuban pecah spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu bersalin, maka
ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir
darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka
bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang seharusnya.
Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja dengan tisyu atau kapas ataupun melipat
underpad.

Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam observasi, maka
pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan di atas tempat
tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan penampung darah
(pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot kala, karena hal ini
mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk memudahkan bidan dalam
melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu,
pembalut ataupun underpad dapat dilipat disela-sela paha (Kurniarum & KEMENKES,
2016).

2.5. Teknik Mengurangi Rasa Nyeri Pada Ibu Bersalin (Non Farmakologis)
a. Paradigma teknokratis, humanistik, dan holistic persalinan

Model teknokratis menekankan sisi berbeda tubuh dan pikiran sehingga melihat
tubuh sebagai mesin; model humanistik menekankan hubungan tubuh pikiran dan
mendefinisikan tubuh sebagai suatu organisme; model holistik menekankan pada kesatuan
tubuh, pikiran, dan spiritual dan mendefinisikan tubuh sebagai medan energi dalam
interaksi konstan dengan medan energi lainnya. Berbeda hal nya dengan paradigma
teknokratis yang lebih menganggap bahwa tubuh manusia seperti mesin, paradigma
humanistic lebih menekankan aspek lain selain kerja mekanisme tubuh manusia.

Kesimpulan semacam itu memiliki dampak yang kuat untuk pengobatan, karena
bagaimana cara tubuh didefinisikan akan membentuk cara asuhan oleh sistem perawatan
kesehatan budaya. 'Bahkan terapi medis yang paling mirip mesin tidak akan efektif tanpa
kekuatan penyembuhan aspek lain (mind) dari organisme,' yang memiliki 'sifat-sifat yang
tidak dimiliki mesin: sifat-sifat pertumbuhan, regenerasi, penyembuhan, pembelajaran, dan
transendensi-diri' tubuh sebagai organisme mencarter pengembangan berbagai perawatan
yang mungkin tidak relevan dengan mesin tetapi sangat berarti bagi suatu organisme. Jadi,
paradigma penyembuhan berdasarkan definisi tubuh manusia sebagai suatu organisme
akan secara logis menekankan pentingnya kebaikan, sentuhan, dan kepedulian. Analog
terbaik untuk istilah humanisme dalam literatur medis adalah istilah bio-psiko-sosial, yang
mengakui bahwa model ini memperhitungkan biologi, psikologi, dan lingkungan sosial
(Floyd DR. 2001)..

Dari tiga paradigma yang dibahas, model holistik mencakup beragam pendekatan
terkaya, mulai dari terapi nutrisi hingga modalitas penyembuhan tradisional seperti
pengobatan Tiongkok hingga berbagai metode yang secara langsung memengaruhi energi
pribadi. Holisme sering meminta individu untuk aktif, meminta mereka untuk membuat
modifikasi besar dalam gaya hidup mereka. Mungkin juga meminta mereka bersikap pasif,
sekadar menerima doa atau transfer energi penyembuhan. Istilah holisme diadopsi oleh
beberapa pelopor gerakan ini untuk mengekspresikan pencantuman pikiran, tubuh, emosi,
jiwa, dan lingkungan pasien dalam proses penyembuhan (Floyd DR. 2001)..

Sebagian besar dorongan awal untuk menyatukan kembali pikiran dan tubuh dalam
penyembuhan holistik adalah kesadaran yang menyingsing bahwa otak, kursi fisik pikiran,
tidak hanya terletak di kepala tetapi sebenarnya meluas ke seluruh sistem saraf pusat.
Seperti halnya kaum humanis, para dokter holistik mendapati bahwa mereka membutuhkan
lebih banyak keterlibatan dengan pasien untuk mencapai pikiran dan emosi yang tidak
berwujud yang sekarang dilihat sebagai bagian dari penyakit seperti halnya manifestasi
fisiknya (Floyd DR. 2001).
b. Memahami nyeri pada persalinan

Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman subjektif
disebabkan oleh iskemik otot uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium,
tuba fallopii dan distensi bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Rasa nyeri
pada persalinan muncul akibat respons psikis dan refleks fisik. Nyeri akan berdampak pada
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang dapat mengakibatkan perubahan tekanan
darah, denyut nadi, pernafasaan, dan juga keringat berlebihan. Perubahan tingkah laku
tertentu akibat nyeri juga sering terlihat seperti peningkatan rasa cemas dengan pemikiran
yang menyempit, mengerang, menangis, gerakan tangan dan ketegangan otot di seluruh
tubuh. Ketegangan emosi akibat rasa cemas dan rasa takut dapat memperberat persepsi ibu
terhadap nyeri selama persalinan. Nyeri persalinan juga dapat menyebabkan timbulnya
hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan
berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang
peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi
uterus sehingga terjadi inersia uteri. Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan
menyebabkan terjadinya partus lama (davim et al 2008).

Masih banyak tenakes professional yang memandang bahwa rasa sakit yang
dirasakan pada perempuan bersalin adalah hal yang tidak terhindarkan. Penting perlu
diingat bahwa kurangnya dukungan emosional dan intervensi medis yang berlebihan dalam
penanganan ibu bersalin adalah factor yang mungkin terkait dengan peningkatan intensitas
nyeri. Para professional harus siap dan sadar akan ruang lingkup dimensi humanistic. Para
tenakes memainkan peran penting dalam menciptakan suatu pengalaman terlebih lagi saat
bersalin sebagai salah satu peristiwa yang berharga dalam hidup. Tenakes memiliki
kewajiban untuk memberikan pengetahuan dan menginformasikan layanan asuhan kepada
wanita dan keluarga. Telah diakui bahwa metode non-farmakologis dapat mengurangi
persepsi rasa sakit ini, juga dianggap sebagai metode non-invasif. Selain itu, para
profesional yang membantu wanita selama prosedur pengurangan nyeri persalinan harus
menyadari perilaku verbal dan non-verbal (Davim et al. 2008)
Model konseptual yang dikemukakan oleh Chapman (1977) dan disajikan pada
Gambar 1 sangat membantu dalam memahami komponen sekunder dari pengalaman nyeri
ini dan individualitas dari ekspresinya. Seperti yang diwakili oleh lingkaran dalam model
chapman, berbagai faktor emosional, motivasi, sosial, budaya, dan konseptual yang unik
berinteraksi untuk menentukan bagaimana seorang wanita menafsirkan rangsangan
sensorik menyakitkan yang ditransmisikan ke sistem saraf pusatnya selama persalinan.

Akses ke pengalaman nyeri pribadi ini hanya tergambarkan provider melalui


penilaian perilaku yang dapat diamati yang diwakili oleh lingkaran luar model lingkaran
chapman. Persalinan dan kelahiran meliputi unsur-unsur fisik, emosional, psikologis,
perkembangan, sosial, budaya, dan spiritual yang intens yang mungkin penting bagi
pengalaman seorang individu wanita dari peristiwa kehidupan utama ini. Dari perspektif
ini, proses persalinan dan kelahiran dipandang sebagai peristiwa perkembangan dalam
kehidupan wanita, penguasaan yang mengarah pada peningkatan rasa harga diri dan
kekuatan pribadi. Nyeri dalam skema ini hanyalah salah satu dari banyak pemicu stres yang
dihadapi seorang wanita selama persalinan (Davim et al. 2008).

c. Pengaruh psikologis

Pengaruh psikologi terhadap persepsi perempuan terhadap rasa sakit bersalin


dikenal sebagai fenomena klinis. Ketegangan, cemas, “out of control” mungkin saja dapat
terjadi. Akan sulit menyadarkan perempuan bahwa rasa sakit yang dirasakan karena
subjektif internal yang dipercayai perempuan mempengaruhi respon terhadap rasa sakit.
Namun, intervensi diarahkan pada faktor psikologis dapat menyebabkan rasa sakit yang
dirasakan secara dramatis berkurang. Meskipun beberapa kegelisahan dianggap normal
bagi wanita selama persalinan, kecemasan berlebihan merupakan faktor emosional yang
cenderung memperbesar persepsi rangsangan nosiseptif. Peningkatan sekresi katekolamin
yang dihasilkan oleh kecemasan yang meningkat juga dapat memperbesar rasa sakit
dengan benar-benar meningkatkan rangsangan nosiseptif dari panggul melalui penurunan
aliran darah panggul dan peningkatan ketegangan otot (Davim et al. 2008).

d. Penilaian nyeri dan manajemen keputusan


- Analisis.

Perencanaan untuk manajemen nyeri dengan provider yang dipilih dimulai dengan
sejumlah analisis oleh wanita itu sendiri. Apa harapannya tentang nyeri persalinan, apa
yang dia pahami atau yakini tentang sumber potensial rasa sakit dan ketidaknyamanan
selama persalinan, pengalaman apa yang dia miliki dengan rasa sakit di masa lalu, dan
strategi apa yang telah dia gunakan untuk membantunya mengatasi pengalaman seperti itu?
Ini adalah beberapa area untuk penilaian pranatal yang akan membantu wanita mulai
merencanakan pendekatannya terhadap manajemen nyeri dan membantu penyedia
perawatan. membahas ketakutannya atau dari sesi dengan konselor psikologis yang
berpengetahuan luas yang dapat membantunya untuk mengekspresikan dan memahami
ketakutannya dan mungkin menghilangkannya melalui penyuluhan (Davim et al. 2008).

pelatihan kebugaran fisik, atau berpartisipasi dalam persalinan dan kelahiran


(bergerak aktif) dapat menjadi bagian dari persiapan yang dibuat wanita untuk rencana
manajemen rasa sakitnya. penilaian nyeri menjadi upaya kolaborasi antara wanita dan
penyedia layanan.

Penilaian nyeri selama persalinan meliputi metode evaluasi langsung dan tidak
langsung. Sesuai dengan gagasan bahwa rasa sakit memiliki dimensi sensorik dan afektif,
penilaian harus mencakup tidak hanya intensitas, lokasi spesifik, dan pola rasa sakit dan
ketidaknyamanan wanita, tetapi juga tingkat kesedihan yang disebabkannya. Evaluasi
verbal rasa sakit dan tekanan harus terjadi di antara kontraksi, dan bidan tidak boleh enggan
menggunakan kata nyeri dalam diskusi dengan wanita itu. Namun, penting untuk tidak
menyebut kontraksi sebagai "nyeri," tetapi untuk membantu wanita membedakan sensasi
kontraksi otot rahim dari sensasi nyeri dan ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh
kontraksi. Perbedaan ini tidak hanya akan membantu dalam keputusan mengenai intervensi
spesifik untuk dipekerjakan, tetapi juga dapat membantu ibu melahirkan yang tidak siap
untuk memahami sensasi yang dia alami dan menafsirkannya Kembali (Davim et al.2008).

- Penanganan nyeri secara kognitif

Penannganan nyeri secara kognitif dapat dimulai dengan persiapan wanita untuk
melahirkan dengan pengetahuan yang memadai. Perempuan mendapat infromasi melalui
sumber informal atau formal, mungkin positif atau negative, dan mungkin akurat atau tidak
akurat. Pengetahuan realistis tentang persalinan telah dikaitkan dengan berkurangnya sakit
saat bersalin. Strategi kognitif dapat mengurangi persepsi nyeri dengan melibatkan pikiran
sehingga kesadaran rangsangan nyeri yang masuk berkurang. Teknik perilaku yang paling
umum dibahas dalam literatur manajemen nyeri adalah relaksasi, perilaku spesifik yang
diarahkan pada keadaan mental dan fisik netral yang bebas dari ketegangan. Umum untuk
semua pendekatan persiapan persalinan, relaksasi dianggap meningkatkan toleransi nyeri
melalui sejumlah mekanisme, termasuk pengurangan kecemasan, penurunan respons
katekolamin, peningkatan aliran darah uterus, dan penurunan ketegangan otot.

Relaksasi dapat ditingkatkan melalui konsentrasi pada pola pernapasan tertentu


selama kontraksi. Jelas, relaksasi juga merupakan aktivitas kognitif dan paling sukses
sebagai strategi manajemen nyeri ketika dipelajari dan dipraktikkan dengan baik sebelum
persalinan. Vokalisasi juga dapat dianggap sebagai perilaku yang mungkin merupakan
strategi manajemen nyeri yang efektif di beberapa titik selama persalinan. Vokalisasi
mungkin termasuk erangan, erangan, atau melantunkan frasa berulang. Ini bukan jeritan
seorang wanita yang ketakutan dengan rasa sakit dan sensasinya, melainkan suara seorang
wanita yang terlibat dalam pekerjaan tubuhnya dan mengarahkan sebagian energinya yang
kuat ke luar melalui ekspresi vocal (Davim et al. 2008)

Musik, sentuhan, pijatan, pendekatan holistik, akupresur, stimulasi saraf listrik


transkutan (TENS), dan hidroterapi adalah alat manajemen nyeri yang potensial. Banyak
modalitas sentuhan dan pijatan, dari memegang tangan atau membelai hingga memijat area
tertentu, dapat membantu wanita mengatasi nyeri persalinan. Sentuhan terapeutik dan
akupresur adalah terapi lain yang mungkin menarik bagi beberapa wanita dan pasangan
mereka. ketakutan dan kecemasan dapat menghasilkan ketegangan otot, menghasilkan
peningkatan persepsi nyeri (Cochrane. 2018).

e. Teknik Mengurangi Nyeri Bersalin (non pharmacology)


Dalam persalinan teori nyeri memasukkan unsur-unsur teori Gate of Control, tetapi
juga pengalaman masa lalu, faktor budaya, keadaan emosi, input kognitif, regulasi stres
dan sistem kekebalan tubuh, serta input sensorik langsung .Namun, menghilangkan rasa
sakit sepenuhnya tidak selalu berarti pengalaman kelahiran yang lebih memuaskan bagi
wanita. Praktik komplementer yang paling sering dikutip terkait dengan memberikan
manajemen nyeri dalam persalinan dapat dikategorikan ke dalam intervensi pikiran-tubuh
(misalnya yoga, hipnosis, terapi relaksasi), metode penyembuhan manual (misalnya pijat,
pijat refleksi). Intervensi mindbody beragam, dan termasuk relaksasi, meditasi. (Cochrane.
2018).

1. Birth Ball

Ada beberapa mekanisme potensial untuk menjelaskan mengapa menggunakan


bola kelahiran dapat mengurangi nyeri persalinan. Mekanisme endogen adalah teori
kontrol gerbang, yang terdiri dari menerapkan pijatan gentle ke daerah yang menyakitkan.
Mekanisme ini bertindak terutama pada komponen sensoris dari nyeri, dengan memblokir
bagian dari pesan nosiseptif di tulang belakang. Berdasarkan teori ini, bola kelahiran dapat
memberikan dukungan untuk perineum tanpa memberikan tekanan yang signifikan. Selain
itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebebasan bergerak dan posisi tegak,
termasuk duduk di kursi goyang, di atas bola kelahiran selama persalinan membantu
kekuatan gravitasi alami untuk memfasilitasi dan meningkatkan keturunan janin,
meningkatkan kualitas dan efektivitas kontraksi persalinan dan penurunan nyeri persalinan
(Makvandi et al. 2015).

Penurunan nyeri lumbar yang terjadi pada posisi duduk dapat dikaitkan dengan
penurunan tekanan pada filamen saraf yang terletak di atas sendi iliosakral dan daerah
sekitarnya langsung. Selain itu, penurunan nyeri persalinan yang terjadi dengan latihan
bola kelahiran mungkin dikaitkan dengan pengalihan dari rasa sakit. Gangguan termasuk
menyediakan bagi wanita bersalin dengan kegiatan spesifik sehingga pikiran sadar dan
kecemasan berkurang. Selama kontraksi, bola kelahiran membantu wanita aktif untuk
menghilangkan rangsangan yang menyakitkan dengan mengalihkan perhatian dari nyeri
persalinan. Tampaknya juga latihan bola kelahiran selama persalinan meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi, yang dapat membangun kepercayaan diri wanita untuk
mengatasi rasa sakit, dengan demikian, mempertahankan kepuasan dan kesejahteraan, alih-
alih berperan pasif (Makvandi et al. 2015).
2. Lamaze Breathing

Panduan Lamaze Resmi: Melahirkan dengan Percaya Diri (Lothian & DeVries,
2010) membahas pernapasan dalam konteks berbagai strategi yang membantu wanita
mengelola sakitnya kontraksi dalam persalinan dan memberikan tinjauan umum serta
beberapa pedoman sederhana untuk menggunakan pernapasan dalam persalinan (Lothian
JA. 2011):

• Pernapasan mudah dikendalikan secara sadar. Karena itu, pernapasan yang terkontrol
mudah dipelajari.

• Napas yang dalam dan lambat sangat efektif. Cara bernapas yang "benar" adalah apa pun
yang terasa benar. Tidak ada aturan yang terkait dengan berapa banyak napas per menit,
apakah bernafas melalui mulut atau hidung, atau apakah akan mengeluarkan suara.
Kuncinya di sini adalah pernapasannya sadar, bukan otomatis.

• Ketika kontraksi persalinan semakin kuat dan kerja persalinan semakin keras,
diperbolehkan bernafas lebih cepat dan dangkal, tetapi tidak selalu, ini akan lebih efektif.

• Berfokus pada sesuatu, baik dengan mata tertutup atau terbuka, dapat membantu menjaga
ritme pernapasan.

• Menggunakan pernapasan sadar dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk menghilangkan


stres atau untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tubuh, adalah praktik yang sangat
baik untuk persalinan. Ini adalah keterampilan hidup yang sangat baik.

• Pernapasan sadar bekerja paling baik dalam kombinasi dengan banyak strategi
kenyamanan lainnya. Di kelas Lamaze, wanita tidak lagi menghabiskan banyak waktu
berlatih pernapasan. Wanita bergerak, mengubah posisi, menari dengan lambat,
mengayun-ayunkan bola kelahiran, belajar memijat, dan mengidentifikasi banyak cara lain
yang biasanya mereka rileks dan menemukan kenyamanan. Masing-masing strategi
kenyamanan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan pernapasan.

• Dalam lingkungan yang terbatas, pernapasan mungkin merupakan salah satu dari sedikit
strategi kenyamanan yang tersedia untuk wanita (Lothian JA. 2011).

3. Accupressure during labor


Akupresur didasarkan pada teori yang sama dengan akupunktur, tetapi alih-alih
menggunakan jarum, akupresur disampaikan dengan cara non-invasif menggunakan jari,
ibu jari, buku jari, atau alat lain untuk memberikan tekanan kuat pada area tubuh yang
berbeda. Terkadang, hanya beberapa area yang membutuhkan tekanan kuat untuk
menimbulkan rasa rileks atau pereda nyeri. Tidak seperti akupunktur, yang harus diberikan
oleh penyedia berlisensi, akupresur dapat digunakan oleh siapa saja, seperti bidan. Belum
ada penelitian pasti bagaimana akupunktur dan akupresur dapat bekerja untuk
menghilangkan rasa sakit. Mungkin berhasil dengan mengubah cara merasakan sakit.
Sebagian besar titik akupuntur dan akupresur berada di dekat jalur sistem saraf, sehingga
mungkin mereka merangsang sistem saraf (Calik dan Komurcu. 2014).

Teori lain adalah bahwa akupunktur dan akupresur bekerja dengan memimpin
tubuh untuk menghasilkan endorfin, yang merupakan hormon alami yang menghilangkan
rasa sakit. Akupresur yang digunakan pada situs BL60, BL67, GB21, LI4, SP9, dan SP6
memengaruhi kontraksi uterus atau lamanya persalinan dengan merangsang sekresi
oksitosin dari hipofisis. Titik SP6 adalah titik persimpangan meridian hati, limpa, dan
ginjal. Berdasarkan prinsip pengobatan Tiongkok tradisional, titik akupunktur ini
digunakan untuk memperkuat limpa mengembalikan keseimbangan ke Yin dan ke darah,
hati dan ginjal. Titik SP6 ini juga biasa digunakan dalam pengobatan kondisi reproduksi
pada wanita, seperti induksi persalinan dan penghilang rasa sakit selama persalinan (Calik
dan Komurcu. 2014).

Spleen 6 poin (SP6) dianggap sebagai salah satu poin yang lebih fleksibel dan
umum digunakan. Ini digunakan untuk banyak kondisi, termasuk induksi
persalinan.Dikenal sebagai Sanyinjiao - atau persimpangan tiga yin - SP6 terletak di atas
pergelangan kaki, di bagian belakang tulang kering (betis bawah). Jaraknya sekitar empat
jari di atas tulang pergelangan kaki bagian dalam. Akupresur SP6 diaplikasikan 35 kali
selama kontraksi uterus, 15 kali pada 2-3 cm dilatasi serviks, dan 10 kali masing-masing
pada 5-6 cm dan 8-9 cm dilatasi serviks. Prosedur standar dalam menemukan titik yang
benar adalah mengukurnya dengan lebar jari sendiri. Pengukuran ini tergantung pada teori
meridian di mana pengukuran dilakukan dengan menggunakan referensi tubuh sendiri.
Terlepas dari praktik akupresur, para wanita didorong untuk bangun dari tempat tidur,
duduk dan / atau berjalan di sekitar sebagai bagian dari perawatan rutin mereka (Calik dan
Komurcu. 2014).
Gambar 2. SP6 located

akupresur L14 adalah teknik non-farmakologis yang cocok yang mudah dilakukan
dan efektif dalam meningkatkan rasa sakit, tanpa menyebabkan efek samping yang
merugikan bagi ibu atau bayi. Ini dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit selama fase
aktif persalinan daripada menggunakan metode farmakologis. Menurut kebijakan
Organisasi Kesehatan Dunia untuk mengurangi tingkat kelahiran sesar dan promosi
persalinan yang aman, perlu untuk membuat melahirkan anak menyenangkan dan
mengurangi ketakutan ibu melahirkan alami menggunakan metode aman untuk
mengurangi nyeri persalinan dan meningkatkan tingkat persalinan pervaginam. Untuk
memungkinkan ini, bidan perlu pelatihan dalam menggunakan teknik non-farmakologis
(Dabri and Shahih. 2014)

4. Massage, reflexology and other manual methods for pain management

Pijat melibatkan manipulasi jaringan lunak tubuh. Ini biasanya digunakan untuk
membantu mengendurkan otot yang tegang dan untuk menenangkan dan menenangkan
individu. Pijat dapat membantu meredakan rasa sakit dengan membantu relaksasi,
menghambat transmisi sensorik di jalur rasa sakit atau dengan meningkatkan aliran darah
dan oksigenasi jaringan. Seorang wanita yang mengalami sakit punggung selama
persalinan mungkin merasa pijatan di area lumbosacral menyejukkan. Beberapa wanita
menemukan pijatan ringan pada perut, yang dikenal sebagai effleurage, nyaman. Efek
positif potensial dari pijatan dapat menurunkan intensitas nyeri, meredakan kejang otot,
mengalihkan perhatian dari rasa sakit, memberikan rasa rileks dan mengurangi kecemasan
(Smith et al. 2012).

Terapis pijat umumnya memegang sertifikasi atau lisensi untuk berlatih pijat di
negara-negara atau yurisdiksi di mana kualifikasi tersebut diakui. Ahli refleksiologi
mengusulkan bahwa ada titik-titik refleks pada kaki yang berhubungan dengan organ dan
struktur tubuh, dan bahwa rasa sakit dapat dikurangi dengan manipulasi lembut atau
menekan bagian-bagian tertentu dari kaki.

Tekanan yang diberikan pada kaki telah terbukti menghasilkan efek anestesi pada
bagian tubuh lainnya. Pijat refleksi melibatkan aplikasi ibu jari dan jari telunjuk untuk
memberikan tekanan yang dalam pada area tertentu dari kaki yang diklaim sesuai dengan
organ internal, kelenjar dan bagian tubuh lainnya. Telah diklaim bahwa dengan
memberikan tekanan pada 'zona refleks', blok energi atau gangguan seperti kalsium, kristal
laktat atau asam urat diserap kembali dan kemudian dihilangkan. Proses ini lebih dikenal
sebagai detoksifikasi. Juga telah diusulkan bahwa refleksiologi dapat mengurangi stres,
ketegangan dan menjaga keseimbangan atau homeostasis.(Smith et al. 2012)

5. Hypnobirth dan Yoga

Hypnobirthing merupakan kombinasi praktik hypnosis terhadap diri sendiri /


autohypnosis (self Hypnosis) dengan panduan dari hypnotherapis untuk mencapai relaksasi
mendalam. Menurut penelitian, hypnosis telah ditemukan untuk mengurangi ketakutan,
ketegangan, dan sakit sebelum dan selama persalinan. Dasar dilakukannya hipnobirthing
adalah relaksasi. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat tubuh dan jiwa (pikiran,
kemauan dan perasaan). Relaksasi didefinisikan sebagai teknik yang digunakan untuk
mendukung dan memperoleh relaksasi untuk tujuan mengurangi tanda-tanda dan gejala
yang tidak diinginkan seperti nyeri, ketegangan otot dan kecemasan. Pada responden yang
mendapatkan Hypnobirthing terjadi suatu keadaan tubuh menjadi sangat rileks, tenang,
mirip keadaan tidur tetapi pasien tidak pernah kehilangan kesadaran sepenuhnya 18. Pada
saat rileks terjadi pengurangan kecemasan dengan pemutusan lingkaran kecemasan.
Dimana bila seseorang tegang karena menghadapi situasi tertentu akan berpengaruh pada
system saraf pusat sehingga akan memberikan suatu rangsang yang akan menambah respon
kecemasan dan ketegangan (Meliana et al.2016)..

Yoga biasanya dilakukan dengan pakaian longgar dan bertelanjang kaki di atas
tikar. Serangkaian pose yang disebut Asanas dalam bahasa Sanskerta dilakukan perlahan
dan berurutan, memusatkan setiap gerakan pada pernapasan perut yang dalam yang
menyertai setiap gerakan. Pergerakan di antara pose dianggap sama pentingnya dengan
mempertahankan pose. Yoga telah dicatat untuk mengurangi kecemasan dan depresi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa yoga dapat memperbaiki beberapa kondisi termasuk
sindrom psikologis dan nyeri, gangguan muskuloskeletal dan neurologis serta sindrom
autoimun dan kekebalan tubuh (Field T.2011)

6. Aromatherapy

Para peneliti berpikir bahwa aromaterapi dapat bekerja dengan memaparkan sistem
limbik di otak Anda ke molekul yang merangsang sistem itu. Sistem limbik adalah bagian
otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Dengan merangsang bagian otak itu,
ia berpikir bahwa aromaterapi dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan yang
kemudian akan menyebabkan penurunan persepsi nyeri. Belum ada penelitian atau laporan
kasus yang dipublikasikan dalam penelitian yang menemukan bahaya menggunakan
minyak esensial selama persalinan. Namun, minyak esensial adalah zat yang sangat pekat
dan berpotensi menyebabkan iritasi kulit dan reaksi alergi. Seringkali, tes tempel dilakukan
pada kulit untuk memeriksa alergi sebelum memberikan lebih banyak minyak esensial
(Lakhan, S. E, Sheafer, H, & Tepper, D. 2016).

▪ Lower pain scores: Lavender, Citrus, Jasmine, Salvia (Salvia officinale), Bitter Orange
(Citrus aurantium), Rose (Rosa centifolia), Geranium Rose, and Rose Plant (Rosa
damascena)
▪ Reduced stress/anxiety: Rose Plant (Rosa damascena), Geranium (Pelargonium
graveolens), Sweet Orange Peel (Citrus sinesis), Bitter Orange (Citrus aurantium), and
Lavender
▪ Decreased length of labor: Salvia (Salvia officinale)
▪ Decreased diastolic blood pressure: Geranium (Pelargonium graveolens)
▪ Decreased nausea and vomiting: Peppermint

2.6 Lingkungan dan desain yang nyaman bagi ibu bersalin

Selama menjelang persalinan ibu hamil akan merasakan nyeri dan reaksi psikologis.
Reaksi psikologis seperti stress dapat menimbulkan nyeri persalinan yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon katekolamin
dan steroid yang berlebihan menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembeluhu darah. Hal tersebut mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta
timbulnya iskmia uterus yang membuat implus nyeri bertambah banyak. (Handayani &
dkk, 2014)

Menurut Hastuti (2014), reaksi psikologis yang terjadi pada ibu bersalin seperti
gangguan kontrol diri, kecemasan atas kondisi diri dan bayinya, rasa permusuhan atau
penolakan, pengekspresian terhadap rasa sakit, ragu-ragu, dan ibu bersalin menjadi lebih
sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Reaksi psikologis tersebut dipengaruhi oleh latar
belakang budaya (culture), status, kemampuan beradaptasi, karakteristik, jumlah paritas,
body image, suasana kamar bersalin, dan dukungan (support system) dari keluarga dan
orang terdekat.

Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi psikologis
ibu saat bersalin. Pemilihan tempa bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat dapat
mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan ibu. Terdapat dua pilihan tempat bersalin
yaitu di rumah atau fasilitas kesehatan. (Nurrochmi, 2017) Tempat yang paling ideal untuk
persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga kesehatan yang siap
pada saat keadaan kegawatdaruratan. Jika persalinan dilakukan di Poned (Puskesmas)
dapat melakukan rujukan sesegera mungkin sedangkan persalinan di rumah akan
membutuhkan waktu dalam penanganan medis darurat sehingga tidak dapat segera
ditangani (Putri, 2016)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 tentang
presentase tempat ibu melahirkan menurut tempat persalinan berdasarkan karakteristik
tempat tinggal dan status ekonomi menunjukkan bahwa di pedesaan, persalinan dilakukan
di rumah/lainnya, sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak.
Dari hasil riset menunjukkan semakin tinggi status ekonomi seseorang akan lebih memilih
tempat bersalin di fasilitas kesehatan, sebaliknya semakin rendah sttaus ekonomi maka
memilih untuk persalinan di rumah. (Laporan Riskesdas, 2010)

Menurut Putri (2016), faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memilih tempat
bersalin yaitu kepercayaan terhadap tenaga kesehatan, biaya, akses ke pelayanan kesehatan
serta pengetahuan dalam mencari penolong dan tempat persalinan yang aman serta
dukungan keluarga. Oleh sebab itu, menjelang persalinan banyak persiapan yang harus
dilakukan, baik persipan penolong persalinan, perlengkapan penolong, persiapan tempat,
persipaan biaya, persiapan lingkungan dan keluarag serta persipan transportasi untuk
merujuk yang memadai.

Ada beberapa faktor yang membuat ibu hamil memilih rumah menjadi tempat
bersalin yaitu karena lingkungan rumah yang nyaman, tidak suka dengan rumah sakit atau
rumah bersalin, dapat mengurangi stress, dan mempunyai kontrol atau otonomi yang lebih
besar terhadap diri sendiri. Lingkungan rumah sangat familiar bagi wanita maka dapat
memberikan rasa nyaman dan relaks selama persalinan, merasa terjaga privasinya dan
tempat mendapat dukungan dari orang-orang terdekat sehingga memberikan rasa
ketenangan pada dirinya. (Nurrochmi, 2017)

Lingkungan persalinan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan


lingkungan fisik atau tempat ibu bersalin serta lingkungan emosional yang ada pada saat
proses persalinan berlangsung. (Mender, 2004) Berikut adalah sejarah perkembangan
lingkungan persalinan sejak dulu hingga sekarang

Tempat Perkembangan Posisi ibu data Kondisi dalam


teknologi dan melahirkan ruang bersalin
sistem
Rumah Mulai ditemukan Mengharuskan ibu Ibu dalam ruangan
alat untuk berbaring di atas bersama bidan dan
membantu ibu tempat tidur dan wanita yang
melahirkan ditutup selimut dituakan, tidak
(forceps) ditemani suami,
bidan pada masa
ini seringkali tidak
berpendidikan
khusus, melainkan
dengan
pendidikan yang
berbekal dari alam
dan agama.
Rumah Penggunaan alat Posisi melahirkan Ibu di dalam
untuk sambil duduk ruangan hanya
memudahkan ibu sering digunakan, bersama bidan.
saat melahirkan, meskipun
diperkenalkan terkadang
(kursi khusu ibu perubahan posisi.
melahirkan)
Puskesmas Pra ahli Proses persalianna Bidan yang
melakukan yang dulunya membatu ibu
improvisasi dilakukan di ruah sudah
terhadap fasilitas berubah menjadi di tersentifikasi
kesehatan rumah sakit, dengan alat-alat
masyarakat dengan jaminan medis yang sudah
efisiensi dan lengkap.
adanya kontrol dari
tenaga medis pada
kondisi persalinan.
Rumah Penggunaan Berbaring di aats Bidan yang
sakit anastesi mulai tempat tidur tersertifikasi juga
diperkenalkan dengan posiis lutut sudah mulai
pada dunia medis. ditekuk dengan dibantu dengan
Melahirkan juga menggunakan dokter kandungan
mulai dikenal selimut sebagai untuk kasus yag
sebagai suatu hal penutup tubuh lebih berat dengan
dengan intervensi untuk rasa nyaman alat-alat medis
medis daripada bagi ibu yang lebih
suatu proses yang lengkap serta
natural dengan intervensi
medis, seperti
pemberian
anastesi
Rumah Seiring Ibu mulai diberi Upaya dalam
bersalin berjalannya kebebasan untuk mengubah image
waktu, usaha memilih posisi rumah bersalin
perbaikan yang yang “asing”
lingkungan diinginkannya dengan
persalinan oleh membumbui
para pemerhati lingkungan
dunia kesehatan, persalinan dengan
semakin unsur-unsur
manusiawi, dekoratif.
dengan melihat Mengurangi
kembali nilai intervensi media
positif dari pada proses
persalinan di persalinan.
rumah
dikombinasikan
dengan nilai
positif pada
rumah sakit.
Sumber: Liewellyn (2009)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan teknologi dapat


menyebabkan perubahan pada sebuah sistem. Perubahan terhadap lingkungan persalinan
dimulai dari perubahan penggunaan alat, posisi ibu bersalin, kualitas penolong persalinan,
tempat untuk bersalin, dan keadaan ruangan untuk bersalin.

Dalam sebuah lingkungan persalinan, ibu memliki keterbatasan khusu yang


dikarenkaan keadaan atau kondisi fisiknya. Ibu menjadi sulit bergerak karena nyeri yang
dirasakan menjelang persalinan. Selain perubahan keadaan fisik, ibu juga menunjukkan
reaksi psikologis. Peran bidan dalam menciptakan lingkungan persalinan yang nyaman
harus mengetahui kebutuhan ibu terlebih dahulu. Kebutuhan ibu dalam sebuah lingkungan
persalinan yaitu secara fisik dan psikologis. Kondisi lingkungan fisik dalam lingkungan
persalinan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan psikologis ibu bersalin.
(Wahidah, 2017)

Kebutuhan ibu bersalin terhadap kondisi lingkungan persalinan beradasarkan masa-


masa persalinan menurut Wahidah (2017) sebagai berikut.
1. Kala I (saat menjelang persalinan)
Pada kala I ibu memerlukan akses yang sudah untuk memasuki ruangan
bersalin. Lingkungan persalinan yang mudah diakses dari ibu mulai masuk merupakan
hal yang penting mengingat kondisi fisik dan waktu ibu melahirkan, sehingga ibu dapat
merasa nyaman dalam sebuah lingkungan persalinan karena kebutuhannya terpenuhi.
Semakin menjelang waktu persalinan ibu akan mengalami nyeri akibat
kontraksiyang membuat ibu sulit bergerak. Ibu dapat mengurangi rasa nyeri dengan
berjalan-jalan, berkumpul dengan keluarga yang menunggu atau hanya berbaring di
tempat tidur. Dalam kondisi seperti ini, ibu membutuhkan suasana yang membuat ibu
rileks dan nyaman.
Ketika pembukaan semakin lengkap dan ibu sudah berbaring di tempat tidur
untuk bersalin, dukungan keluarga sangat dibutuhkan. Kehadiran pendamping
persalinan dapat memberikan energi positif dan dukungan emosional terhadap ibu,
sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan. Pada kondisi seperti ini,
lingkungan persalinan harus menyiapkan space yang layak dengan kualitas ruang yang
baik, baik di dalam ruangan maupun luar ruangan. Peran bidan yang dapat diberikan
selama kala I ibu bersalin, yaitu :
a. Privasi. Privasi merupakan kebutuhan ibu, bidan harus menjaga privasi ibu
selama proses persalinan. Pertimbangkan apakah ibu bersalin ingin ruangan
yang terbuka atau tertutup, biarkan ibu memilih dan bidan harus
menghormati pilihan ibu tersebut. Seringkali jika ibu melahirkan di rumah
sakit, ibu melahirkan menjadi tontonan para calon dkter (coas & residen),
calon bidan, dan calon perawat. Jika ibu merasa tidak nyaman sebaiknya ibu
mengungkapkannya.
b. Pendamping persalinan. Ibu harus merencanakan siapa yang akan menjadi
pendamping ibu saat bersalin. Hal ini penting karena jika pendamping
persalinan yang dipilih kurang tepat akan mengganggu kenyamanan ibu
maupun penolong persalinan.
c. Mobilitas. Memotivasi ibu untuk bergerak agar mmbantu kemajuan dalam
persalinan. Gerakan dan bantuan gravitasi untuk membawa janin untuk
turun ke bawah lebih cepat daripada ibu hanya tidur berbaring dan diam di
tempat tidur. Jika ibu melahirkan di rumah hal tersebut menjadi tidak
masalah namun jika di rumah sakit ibu akan dibatasi untuk bergerak.
d. Suhu kamar. Pastikan ibu merasa nyaman ketika berada di lingkungan
persalinan. Ibu dapat menyesuaikan suhu kamar apabila ibu tidak merasa
nyaman. Jika ibu merasa panas ibu dapat mnggunakan pakaian longgar yang
nyaman dan meninggikan suhu AC. Jika ibu merasa dingin, ibu dapat mandi
air hangat dan menyelimuti tubuhnya.
e. Musik. Selama di dalam lingkungan persalinan ibu dapat memutuskan
untuk mendengarkan musik dari kaset dan CD selama persalinan. Musik
relaksasi atau musik klasik yag didengarkan ibu selama persalinan dapat
membantu ibu menjadi lebih rileks dan nyaman.
f. Aromaterapi. Jika ibu bersalin terbiasa dengan aromaterapi, maka
lingkungan persalinan dapat menyediakan aromaterapi. Aromaterapi
dengan minyak esensial yang ibu sukai dapat memberikan ketenangan.
2. Kala II dan Kala III Persalinan
Ibu dapat merubaha posisi secara teratur slama masa persalinan, karena hal ini
dapat mempercepat kemauan persalinan dan membantu meningkatkan kenyamanan
atau menurunkan nyeri, serta membebaskan ibu untuk bergerak sehingga ibu tetap
memiliki kontrol terhadap dirinya. Dalam fase Kala II dan III ibu membutuhkan ruang
untuk mengekspresikan dirinya dan menciptakan otonomi terhadap dirinyan sendiri
selam persalinan. Dengan deikian lingkungan persalinan yang tepat diantaranya:
a. Pengaturan posisi yang kreatif. Ibu dapat memtuskusn posisi seperti apa
yang akan digunakan selama persalianan seperti posisi tegak, duduk
menggunakan kursi khusu meahirkan, atau tidur di tempat tidur. Ibu dapat
merubah posisi selam persalinan hingga ibu merasa nyaman dengan posisi
tersebut. Merubah posisi sesekali dapat membantu menjaga otot yang
tegang menjadi longgar dan mencegah kram.
b. Pencahayaan. Lingkungan persalinan dapat menyesuaikan sumber
pencahayaan sesuai pilihan ibu. Ibu ingin kamar yang redup maka dapat
disesuaikan dengan menutup tirai atau mematikan lampuagar ibu tetap
fokus dan relaksasi. Jika ibu ingin cahaya lilin yang lembut maka lakukan
saja karena pencahayaan lembut lebih baik untuk bayi.
3. Kala IV
Kala IV merupaka tahap dua jam setelah persalinan hingga masa nifas. Setelah
persalinan, ibu akan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi dengan
pemberian ASI eksklusif sjak dini akan meningkatkan ikatan anatar ibu dan bayi.
Kondisi lingkungan persalinan yang tidak bersahabat membuat ibu tidak nyaman.
Setelah persalinan kondisi ibu masih sanagt lemah, maka ibu membutuhkan
ketenangan. Pada tahao ni bidan berperan memberikan lingkungan dengan hal-hal
berikut ini.
a. Percakapan tenang dan bebas dari kebisingan. Selama persalinan usahakan
menjaga percakapan yang dapat membuat ibu tenang dan nyaman. Penolong
persalinan dan pendamping persalinan perlu memberikan dukungan verbal
dan dorongan pada ibu. Afirmasi positif yang diberikan bagi ibu sangatlah
berharga.
b. Hindari suara negatif. Menjaga kenyamanan ibu selama di dalam ruang
persalinan dari segala suara yang dapat mengganggu ketenangan ibu. Ibu
mungkin terganggu oleh suara dari kamar lain, televisi, anak-anak,
pengunjung atau suara di rumah sakit.

2.7. Posisi Bersalin Pengertian Posisi Persalinan

Posisi Bersalin

Pengertian Posisi Persalinan Posisi persalinan atau posisi melahirkan maternal


(childbirth positions, delivery positions atau labor positions) adalah berbagai postur fisik
ibu hamil selama proses persalinan (Olson, 1990).

Sejarah Penerapan Posisi Persalinan Secara historis

Gambar dan artefak dari peradaban kuno menggambarkan seorang perempuan


melahirkan di bangku kelahiran, berdiri atau jongkok dan berlutut untuk melahirkan.
Catatan terlama tentang posisi ibu yang melahirkan adalah dalam postur tegak, biasanya
jongkok atau berlutut. Sebuah literatur di Candi Esneh di Mesir menggambarkan Cleopatra
dalam posisi berlutut, dikelilingi oleh lima paraji perempuan, salah satunya memberikan
anak.

Pada budaya Babilonia (2000 SM) telah dikenal kursi persalinan dan menyebar
dibeberapa bagian dunia dan sampai saat ini masih digunakan Sedangkan kursi persalinan
yang modern tersedia di beberapa rumah sakit di dunia Barat.
Guillemeau (tahun 1598) menganjurkan berbaring saat persalinan, untuk
kenyamanan perempuan dan untuk memfasilitasi persalinan; teknik ini digunakan untuk
menangani kelahiran yang sulit pada 50 tahun kemudian. Hal ini menyebabkan
penggunaan tempat tidur sebagai tempat untuk melahirkan, dan posisi berbaring
berkembang menjadi salah satu praktik persalinan normal serta persalinan dengan
komplikasi. Perempuan melahirkan dengan tempat tidur khusus di Paris Hotel Dieu (bagian
maternitas rumah sakit besar); pada akhir abad ke-17, tempat tidur persalinan telah menjadi
praktik umum di Perancis kecuali di pedesaan.

Meskipun berdasarkan literatur, kenyamanan terus menerus sebagai alasan utama


untuk mengubah ke posisi kelahiran terlentang, namun berbagai pelaksanaan posisi
persalinan berbeda pada tiap negara. Sebagai contoh pada abad ke-17, ketika kelahiran
mulai dilakukan di tempat tidur, banyak wanita, terutama di Inggris, berbaring dengan
posisi miring, yang berbeda yang digunakan di Perancis yang dilakukan oleh paraji yaitu
posisi berbaring. Posisi berbaring terlentang itu juga lebih menguntungkan bagi bidan dan
dokter kandungan untuk menolong persalinan dan melakukan intervensi jika diperlukan.
Di negara-negara barat perempuan melahirkan di rumah sakit di atas tempat tidur yang
tingginya sepinggang tenaga kesehatan (preawat dan medis). Hal ini dianggap
menguntungkan bagi mereka sehingga mudah 'melihat' dan mengelola persalinan dan
kelahiran. Di Afrika Selatan, tren ini diikuti baik dalam pelayanan maternitas, publik, dan
swasta oleh bidan dan dokter kandungan.

Forceps, diciptakan oleh saudara Chamberlain (abad 17) untuk ibu bersalin yang
berada dalam posisi berbaring telentang di tempat tidur. Ratu Victoria kemudian
memperkenalkan penggunaan kloroform selama kelahiran. Ini berarti bahwa wanita kelas
atas menggunakan kloroform sebagai metode penghilang rasa sakit selama proses
kelahiran harus berbaring terlentang.

Robbie Davis-Floyd, seorang antropolog budaya, mengungkapkan dalam


kutipannya di sebuah artikel ia menulis sebagai berikut: "Dalam proses melahirkan, salah
satu pilihan dokter yang paling menguntungkan adalah posisi litotomi (berbaring
terlentang), tidak karena secara fisiologis itu menguntungkan, namun karena dengan posisi
ini akan memungkinkan mereka (dokter red) untuk menolong persalinan sambil berdiri
atau duduk dengan nyaman, dan dengan bidang yang jelas untuk melakukan manuver”.
Bersalin atau melahirkan dengan posisi tegak akan sangat menyulitkan bagi bidan dan
dokter untuk menolong (butuh ketrampilan khusus untuk ini), tetapi banyak alasan
fisiologis yang baik untuk memungkinkan seorang perempuan untuk melahirkan di posisi
tegak (termasuk suplai darah dan oksigen ke bayi meningkat, lebih efektif saat
mendorong/mengejan, dan outlet panggul yang lebih luas).

Jenis – jenis posisi persalinan berbagai posisi diterapkan saat persalinan sebagai
upaya untuk menambah rasa bagi ibu bersalin dan membantu proses kemajuan persalinan
menurut Simkin dan Ancheta (1994).

Posisi Fisiologis saat Persalinan dan Kelahiran oleh Simkin dan Ancheta (1994) dan
gambar oleh Shanna Finger

Posisi

1. Berdiri :
- Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi selama dan antar kontraksi
- Nyeri kontraksi tersa kurang dan lebih kontraksi produktif
- Fetus berada sejalan dengan sudut pelvis
- Persalinan lebih cepat dinding posisi terlentang/ recumbent
- Meningkatkan dorongan meneran pada Kala dua
2. Berjalan :
- Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah : pergerakan menyebabkan perubahan
pada sendi pelvis, memudahkan rotasi dan penurunan kepala janin
3. Berdiri dan bersandar kearah depan pada pasangan, tempat tidur atau “ Birth Ball ”
Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah : mengurangi nyeri punggung,
- Posisi yang baik untuk mengusap punggung
- Lebih santai disbanding berdiri
- Dapat menggunakan monitor fetal elektronik ( tempat tidur stand by)
4. Dansa perlahan (Ibu merangkul pasangan di leher , bersandar kepala dilengan / dada
atau bahu. Lengan pasangan melingkari punggung ibu, dengan jari saling terkait di
punggung bagian bawah. Ibu melemaskan lengannya, menyentuh pasangan. Mereka
bergoyang diikuti music, bernapas dalam irama yang sama.
Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah :
- Pergerakan menyebabkan perubahan pada sendi pelvis
- Memudahkan rotasi dan penurunan kepala janin
- Dapat meningkatkan rasa kasih sayang dengan pasangan karena saling berdekatan
- Irama music menenangkan
- Pasangan dapat memberikan tekanan pada punggung untuk mengurangi nyeri
5. The lunge / mengangkan ( ibu berdiri disamping kursi, menempatkan satu kaki dikursi
dengan lutut atau kaki lurus disisilainnya. Menekuk keatas kaki dan paha, ibu
mengangkang disitu sisi secara berulang selama kontraksi, 5 detik setiap waktu. Ia
harus merasakan peregangan dan paha bagian dalam. Pasangan membantu
mengamankan kuri dan keseimbangan)
- Memperluas satu bagian pelvis (sisi dimana ia mengangkang kaki)
- Memperbaiki rotasi kelapa janin OP
- Dapat diselingi posisi knelling/ berlutut
6. Duduk tegak/ sitting upright
- Posisi santai yang baik
- Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi
- Dapat menggunakan monitor fetal elektronik
7. Duduk di toilet
- Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : dapat membantu relaksasi
perineum untuk kelahiran yang efektif
8. Semi duduk/ semi sitting
- Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : dapat memungkinkan
pemeriksaan vagina
- Posisi yang mudah untuk pindah ke tempat tidur atau meja persalinan
9. Duduk, rocking di kursi
- Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : pergerakan rocking meningkatkan
percepatan persalinan
10. Duduk, bersandar ke depan dengan sanggahan
- Sama seperti duduk tegak, ditambah : mengurangi nyeri punggung
- Posisi yang baik untuk mengusap punggung
11. Bertumpu pada tangan dan lutut
- Membantu mengurangi nyeri punggung
- Memudahkan rotasi bayi pada posisi
- Memungkinkan pelvis melakukan rocking dan pergerakan badan
- Dapat memungkinkan pemeriksaan vagina
- Mengurangi tekanan pada hemoroid
12. Berlutut atau kneeling, bersandar ke depan dengan sanggahan kursi, tempat tidur atau
birth ball
- Sama seperti dampak posisi bertumpu pada tangan-lutut ditambah : mengurangu pegal
pada tangan disbanding pada posisi bertumpu tangan-lutut
13. Posisi dada-lutut/ knee-chest ( Ibu bertumpu pada tangan dan lutut, kemudian posisi
dada merapat ke tempat tidur sehingga bagian bokokng lebih tinggi daipada dada. Ia
santai dalam posisi ini, menggunakan bantal untuk sanggahan, jika diperlukan)
- Menghalangi gravitasi kepala bayi ( atau bokong ) keluar pelvis, dan mengurangi
teknanan pada serviks, dimana dapat digunakan pada kondisi prolaps tali pusat, serviks
tebal dan posisi kepala bayi OP. knee-chest terkadang direkomendasikan pada awal
persalinan(OP/oksiput posterior) jika kontraksi teratur, sangat nyeri, dan disertai nyeri
punggung dan tidak ada kemajuan pada dilatasi. 30-45 menit dalam posisi ini dapat
membantu reposisi fetus ke posisi kepala oksiput anterior
14. Baring miring/ slide-lying
- Posisi santai yang sangat baik
- Dapat bersamaan dengan tindakan
- Membantu penurunan tekanan darah
- Aman jika pengobatan diberikan
- Dapat meningkatkan kemjuan persalinan jika diselingi dengan berjalan
- Gravitasi netral
- Berguna mengurangi percepatan pada kala dua yang sangat cepat
- Memudahkan relaksasi diantara meneran
- Memungkinkan pergerakan sacrum posterior pada kala dua
15. Jongkok/ squatting
- Dapat mengurangi nyeri
- Dapat mengambil keuntangan adanya gaya gravitasi
- Memperluas bidang panggul
- Membutuhkan sedikit dorongan meneran
- Dapat memudahkan rotasi dan penurunan janin pada persalinan sulit
- Membantu ibu jika tidak ada dorongan untuk meneran
- Memungkinkan kenyamanan karena bebas dari beban berdiri
- Keuntungan mekanin-trunk atas menekan fundus
16. Lap squatting ( pasangan duduk di kursi yang kokoh dan ibu duduk dihadapan pasangan
dan memeluk pasangan serta berpangku pada paha pasangan. Pasangan memeluk ibu,
dan melebarkan paha selama kontraksi, memungkinkan bokokng ibu bergantung
diantaranya. Diantara kontraksi, pasangan merapatkan kaki sehingga ibu dapat duduk
dipangkuan suami)
- Sama seperti posisi jongkok, ditambah : mengurangi pegal pada lutut dan paha
disbanding posisi jongkok
- Memungkinkan dukungan lebih, mengurangi kelelahan pada ibu
- Dapat meningkatkan rasa kasih sayang dengan pasangan karena saling berdekatan
17. Supported squat ( ibu besandar dengan punggung ke dada pasangan, yang memeluk
dari bawah lengan ibu dan menyangga beban badan ibu. Ibu beridiri dianatar kontraksi)
- Memungkinkan ruang untuk asink listismus fetus
- Mengurangi restriksi mobilitas sendi pelvis yang disebabkan tekanan luar( dari tempat
tidur, kursi dll) atau pergerakan pasif ( dari jongkok dll) sehingga memungkinkan “
molase “ pelvis oleh rotasi penurunan fetus
- Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi
- Butuh tenaga yang kuat dari pasangan
18. Dangle ( pasangan duduk dibagian tinggi, kursi atau tempat tidur, kaki disangga ke
kursi atau penyangga kaki ( fontrest ), dengan paha terbuka. Punggung ibu anatar kaki
dan menempatkan lengan melingkari paha. Posisi ibu merendh dan pasangan member
dukungan terhadap berat ibu. Ibu berdiri diantara kontraksi)
- Sama seperti dukungan pada supported squat, hanya lebih mudah bagi pasangan

Penerapan Posisi Persalinan dalam Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Dalam standar prosedur pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal, saat menyiapkan


ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran, bidan harus membantu ibu
mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring telentang).
Tidak ada posisi tunggal untuk persalinan. Bidan harus memahami bahwa persalinan selain
merupakan proses yang normal, alami dan sehat juga suatu proses dinamis dan interaktif.
Selain itu perempuan memiliki hak untuk melahirkan bebas dari intervensi medis misalnya
persalinan SC. Lahir dengan aman dapat terjadi di rumah, klinik bersalin dan rumah sakit.
Ketika bidan melakukan suatu tindakan atau memberikan alternatif pilihan tindakan
haruslah berdasarkan evidence based dan kebutuhan pasien serta menyadari bahwa
persalinan yang dilaluinya adalah fisiologis. Berdasarkan runtutan sejarah serta hasil
penelitian, telah diketahui posisi terlentang selama kehamilan dan persalinan memberikan
dampak negatif bagi suplai oksigen ke janin. Oleh karena itu alternatif pemilihan posisi
persalinan harus dilakukan bagi ibu bersalin selain posisi terlentang. Semestinya ibu
bersalin harus diperbolehkan dan berhak untuk bergerak bebas selama persalinan. Berjalan,
berdiri, duduk, berlutut, berjongkok atau posisi lainnya sangat bermanfaat selama
persalinan dan kelahiran. Jadi tidak ada posisi tunggal atau tertentu dalam melahirkan. Ibu,
sebagai pusat asuhan kebidanan harus diberikan pilihan berbagai posisi persalinan mana
yang ia merasa senang dan menemukan posisi persalinan yang menurutnya nyaman. Ketika
ia memilih posisi tertentu misalnya duduk, harus dijelaskan kelebihan dan kekurangan dari
posisi tersebut. Bidan juga dapat memberikan pilihan alternatif dengan melihat kondisi
pasien, posisi persalinan mana yang lebih efektif dalam meningkatkan kemajuan
persalinan. Jadi bidan membantu ibu dalam menemukan pilihan dengan memberikan
penjelasan yang diperlukan agar ibu dapat mempertimbangkan pilihan yang paling sesuai
dengan proses kelahiran yang akan dilaluinya, Oleh karena itu, pilihan ini merupakan
keputusan individual dan personal si ibu bukan oleh bidan. Bidan juga harus berusaha
menekankan dukungan emosional dan fisik selama persalinan tetapi bukan "pembinaan”.
Dengan memberikan rasa empati tentang apa yang sedang dialami oleh ibu akan
memberikan rasa aman dan nyaman bagi ibu. Selama memberikan asuhan khususnya
penerapan posisi dalam persalinan bidan harus tetap dalam batas kewenangannya dan
standar profesi; memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang
dilakukannya;m ematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya;
bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal serta
mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin. Dalam pemilihan posisi persalinan,
bidan juga harus memperhatikan pula keamanan bagi sibu maupun bayi. Posisi persalinan
yang baik idealnya tidak menimbulkan cedera. Kalaupun ada faktor penyulit yang
memungkinkan cedera pada ibu maupun bayinya, paling tidak peluang tersebut bisa
diminimalkan. Cedera yang umumnya terjadi pada ibu antara lain robeknya rahim,
perdarahan hebat, dan robekan jalan lahir. Sedangkan trauma pada bayi di antaranya trauma
kepala, patah kaki atau patah tangan. Bidan harus menegaskan pada dirinya dan ibu bahwa
kelahiran adalah normal sehingga ia menyadari kemampuan melekat perempuan untuk
melahirkan bayi mereka, dan mengeksplorasi semua cara agar ibu menemukan kekuatan
dan kenyamanan selama persalinan dan kelahiran. Tujuannya setiap wanita melahirkan
percaya diri, bebas untuk menemukan kenyamanan dalam berbagai cara, dan didukung oleh
para profesional perawatan kesehatan keluarga dan percaya bahwa ia memiliki kemampuan
untuk melahirkan dan ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan persalinan yang
dilaluinya. Oleh karena itu, ibu bersalin perlu diberi penjelasan tentang berbagai posisi
melahirkan, dan ia harus didukung dan dibantu dalam mencapai dan mempertahankan
posisi pilihannya. Penjelasan ini sebaiknya dilakukan sebelum memasuki masa persalinan
agar ibu lebih mudah memahami dan dapat menentukan pilihan dengan pertimbangan yang
telah dipikirkan olehnya. Pengalaman kelahiran sangat mempengaruhi perempuan dan
keluarga mereka. Penerapan posisi persalinan harus didukung oleh suami atau keluarga
dengan cara membantu setiap posisi persalinan yang dirasa nyaman. Suami atau keluarga
juga harus diberikan penjelasan tentang proses persalinan yang dilalui oleh ibu dan
menjelaskan bahwa dukungan mereka sangat berperan dalam kemajuan persalinan ibu
salah satunya dengan membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman selama
persalinan. Selama proses persalinan berlangsung bidan terus memantau kemajuan
persalinan salah satunya untuk melihat keefektifan pilihan posisi persalinan oleh ibu. Selain
itu bimbingan dalam melakukan penerapan posisi persalinan harus tetap dilakukan dengan
bermitra bersama suami atau keluarga.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu bersalin
yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan fisiologis.
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu: kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat, posisi dan
ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan akan
pertolongan persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda,
tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV.
Pada kala I, kebutuhan dasar fisiologis yang harus diperhatikan bidan adalah kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, personal hygiene terutama vulva hygiene, istirahat, posisi
dan ambulasi, dan pengurangan rasa nyeri. Pemenuhan kebutuhan ini bertujuan untuk
mendukung proses persalinan kala I yang aman dan lancar, serta mendukung proses persalinan
kala II.
Selama kala II persalinan, bidan harus tetap membantu dan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan fisiologis pada ibu bersalin meliputi kebutuhan oksigen, cairan, eliminasi (apabila
tidak memungkinkan dapat dilakukan kateterisasi), istirahat, posisi, dan pertolongan persalinan
yang terstandar.
Kebutuhan fisiologis pada kala III yang harus dipenuhi diantaranya: kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, dan kebutuhan akan pertolongan persalinan yang
terstandar. Sedangkan pada kala IV, berupa kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi,
hygiene (kebersihan personal), istirahat, dan penjahitan perineum (jika diperlukan).

Saran
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu
kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat,
posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika diperlukan), serta
kebutuhan akan pertolongan persalinan yang terstandar. Kebutuhan fisiologis ibu bersalin
merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. S., & Agustina, E. E. (2014). Pengaruh Dukungan Suami dalam Proses
Persalinan dengan Nyeri Persalinan di RSIA Bunda Arif Purwokerto. Bidan Prada: Jurnal
Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 5(1).

Aprianawati, R. B., & Sulistyorini, I. R. (2007). Hubungan antara dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Calik KY dan Komurcu N. 2014. Effect of SP6 accupuntur and acupressure on labor pain and
duration of labor

Cochrane. 2018. Relaxation techniques for pain management in labour (Review).

Dabiri and Shahih. 2014. The Effect of LI4 Acupressure on Labor Pain Intensity and Duration
of Labor: A Randomized Controlled Trial

DAVIM ET AL. 2008. Effectiveness of non-pharmacological strategies in relieving labor pain.

Erin, A. (2014). Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil
Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Turi Sleman (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
ALMA ATA).
Field T. 2011. Complementary Therapies in Clinical Practice

FLOYD DR. 2001. The technocratic, humanistic, and holistic paradigms of childbirth

Is Susiloningtyas dan Rini Sulistiawati.2012.Penerapan Posisi Persalinan Dalam Asuhan


Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Istikhomah, Henik, and Dyah Ayu Putri Mumpuni. "Kesiapan psikologis ibu hamil trimester
III dalam persiapan persalinan pasca relaksasi hypnobirthing." Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan Tradisional 1.1 (2016): 28-33.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir
Kurniarum, A., SiT, S., & Kes, M. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan.
Lakhan, S. E, Sheafer, H, & Tepper, D. (2016).“The Effectiveness of Aromatherapy in
Reducing Pain: A Systematic Review and Meta-Analysis,” Pain Research and Treatment

Lothian JA. 2011. Lamaze Breathing: What Every Pregnant Woman Needs to Know

Lucia, Sorongan, Atik Purwandari, and Ellen Pesak. "Pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil
terhadap pengetahuan tentang persiapan persalinan." JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan) 3.1 (2015):
61-65.

Makvandi et al. 2015. Effect of birth ball on labor pain relief: A systematic review and meta-
analysis

Meliana et al. 2016. Pengaruh Hypnobirthing terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan,


Tekanan Darah, dan Denyut Nadi pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Meti, Diana. "Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan di
Bakauheni." Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik 11.2 (2017): 176-182

smith et al. 2012. Massage, reflexology and other manual methods for pain management in
labour (Review)

Varney, H., Burst, H. V., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2004). Varney's midwifery, 4th ed.
Jones & Bartlett Learning.

Yulizawati, SST, M.Keb et all. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
Yuniasih, Ni Kadek. Hubungan operasionalisasi program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (p4k) dengan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan pada ibu
hamil trimester III. Diss. Jurusan Kebidanan 2018, 2018.

Anda mungkin juga menyukai