Disusun oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum W. W.
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas
nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini
dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman
penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan
datang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penyusun maupun bagi pembaca. Oleh
karena itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai batu loncatan yang
dapat memperbaiki makalah kami di masa datang. Dengan menyelesaikan makalah ini kami
mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil. Terima Kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
❖ Dukungan Suami
Dukungan suami atau disebut dengan dukungan simpatidan empati. merupakan
bukti kasih sayang, perhatian dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah istri.
Merupakan bantuan yang diberikan oleh keluarga berupa informasi dan nasehat, yang
mana membuat penerima dukunggan tersebut merasa disayang dan dihargai. (Erin,2014)
Dukungan suami adalah respon yang diberikan oleh suami terhadap istrinya yang akan
bersalin. Dukungan yang diberikan berupa dukungan fisik dan dukungan emosional.
Dukungan dari suami dapat ditunjukan dengan berbagai cara seperti memberikan
ketenangan pada istri, memberikan sentuhan dan mengungkapkan kata-kata yang dapat
memacu motivasi istri (Anggraeni dan Agustina, 2014)
Dengan adanya hubungan yang erat dan nyata antara dukungan suami dengan nyeri
saat persalinan, seorang suami diwajibkan untuk menghargai keinginan ibu untuk
menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya sehingga memberi efek pada ibu
yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang akan mengakibatkan sel-sel sarafnya
mengeluarkan hormon oksitosin sehingga menyebabkan kontraksi pada akhir kehamilan
untuk melahirkan.
❖ Dukungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52,5 % subjek ibu hamil menghadapi kelahiran
anak pertama berada pada kategori kecemasan rendah, 60% subjek menilai bahwa
dukungan yang diperoleh dari keluarganya sangat tinggi.
Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan
melahirkan adalah adanya dukungan keluarga yang dapat berupa dari suami, keluarga atau
saudara lainnya, orang tua, dan mertua.
Dukungan keluarga yang didapatkan dari ibu bersalin akan menimbulkan perasaan
tenang, sikap positif terhadap dirinya sendiri dan kehamilannya dan juga memberikan
ketenangan batin dan perasaan senang dalam dirinya.
Keluarga dari ibu hamil sebaiknya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
proses atau perubahan yang dialami oleh ibu hamil yang dapat menghindari atau mengatasi
kemungkinan terjadinya konflik dan akan mempermudah ibu hamil tersebut menyesuaikan
diri dalam menghadapi kehamilannya serta mengurangi kecemasan selama menanti
persalinan. (Aprianawati, dan Sulistyorini, 2007).
Dengan mengalihkan perhatian, ibu dapat mengurangi rasa sakit yang dirasakan.
Upaya yang harus dilakukan adalah seperti mengajak berbicara, bersenda gurau,
mendengarkan music kesukaannya atau menonton film. Saat kontraksi berlangsung dan
ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka upaya-upaya dalam
mengurangi rasa nyeri seperti teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau dengan
pijatan harus tetap dilakukan.
c) Membangun Kepercayaan
Kepercayaan sangat penting dalam membangun sugesti positif bagi ibu dan bidan.
Jika ibu percaya pada apa yang dilakukan bidan, maka akan mempercepat proses
persalinannya. Bahwa bidan mampu membrikan pertolongan pesalinan dengan baik
sesuai standar, didasari pengetahuan yang cukup. Dengan kepercayaan tersebut, maka
dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan nyaman saat proses persalinan
berlangsung.
1. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan sering dilakukan pada tahap kehamilan trimester 3 ,
Pelayanan antenatal disini juga merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang
merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan, adanya ketidaksiapan ibu
hamil menghadapi persalinan sering menjadi salah satu penyebab tingginya AKI. (
istikomah dan dyah , 2016)
Ada juga hasil penelitian menurut lucia et all,2015 di jurnal ini mengatakan bahwa
hasil penelitian mereka sebelumnya menunujukkan persiapan persalinan adalah usaha ibu
hamil untuk menghadapi kelahiran bayi yang meliputi persiapan fisik, mental (psikologis)
dan materi yang cukup agar kelahiran anak berjalan dengan lancar, menghasilkan ibu dan
anak yang sehat. Persiapan persalinan difokuskan pada ibu hamil trimester III karena
merupakan persiapan aktif menunggu kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Ada beberapa
komponen persiapan kehamilan yang perlu disiapkan oleh ibu hamil sebagai berikut(
yuniasih , 2018 )
1. Persiapan fisik
Persiapan fisik sangat perlu dilakukan oleh ibu hamil untuk mempersiapkan
kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan, untuk Kesiapan fisik
yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam menghadapi persalinannya seperti
mempersiapkan dan menjaga nutrisi, menjaga pola istirahat yang cukup, menjaga
kebersihan diri, menjaga kebersihan payudara untuk persiapan laktasi dan melakukan
aktifitas yang ringan
2. Persiapan psikis
Persiapan psikis disini diperlukan sekali dalam proses persiapan persalinan
dimana disini setiap ibu harus menerima kondisi kehamilannya serta ibu siap menerima
peran dan tanggung jawab yang lebih besar sebagai seorang ibu dalam merawat anak
dan keluarganya serta ibu hamil harus mempersiapkan juga mental menjelang proses
persalinan karena penting dilakukan agar pencapaian peran ibu dapat terwujud secara
maksimal dan ibu siap secara psikis dan mental apabila dalam persalinan menghadapi
komplikasi persalinan, dimana dipersipaan psikis ini juga artinya dimasa persiapan
transisi seorang istri yang nantinya akan menjadi seorang ibu atau orang tua untuk
anaknya.
Didalam persiapan psikis Pengetahuan juga termasuk dimana keadaan ibu siap
dan mengetahui tentang persalinan serta mengetahui tentang kejadian komplikasi apa
saja yang ada didalam proses persalinan yang dapat terjadi pada ibu sehingga ibu
menjadi lebih siap mengadapinya. Pengetahuan yang perlu dipersiapkan oleh ibu hamil
menjelang proses persalinannya seperti pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan
yakni sakit perut hilang timbul, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air ketuban.
Ibu juga mengetahui bahwa persalinan merupakan proses fisiologis namun sewaktu-
waktu dapat menjadi patologis dan terjadi komplikasi pada proses persalinan tersebut
sehingga dengan ibu mengetahui hal tersebut ibu menjadi lebih siap dan tidak merasa
cemas saat persalinan berlangsung .
4. Persiapan transportasi
Persiapan Transportasi perlu dipersiapkan untuk mencegah terjadinya
keterlambatan menuju tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan
jenis transportasi yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan jarak tempat bersalin
dari rumah ketempat persalinan yang diinginkan Sehinngga ibu hamil beserta
keluarganya dalam keadaan siap keandaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat
(ambulan maupun mobil pribadi) untuk menuju ke tempat bersalin atau tempat rujukan.
5. Persiapan dana
Mempersiapkan suatu rencana persalinan merupakan hal yang penting termasuk
juga persiapan dana yang dimiliki oleh pasangan suami istri persiapan bila terjadi
komplikasi saat persalinan yang memerlukan biaya yang cukup besar , Sehingga ibu
beserta keluarganya dalam keadaan siap dana untuk bersalin serta dana untuk cadangan
apabila terjadi kegawatdaruratan baik berupa tabungan pribadi maupun jaminan
kesehatan ibu
4. Persiapanrujukan
Persiapan rujukan harus dipersiapkan oleh penolong sebelum melakukan tindakan agar
jika nanti ada penyulit persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi bisa
langsung dirujuk ketempat yang sudah disiapkan
Ibu melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai kebutuhan atau tingkat
kehausannya. Jika asupan cairan Ibu tidak adekuat atau mengalami muntah, dia akan
menjadi dehidrasi, terutama ketika melahirkan menjadikannya banyak berkeringat. Salah
satu gejala dehidrasi adalah kelelahan dan itu dapat mengganggu kemajuan persalinan dan
menyulitkan bagi Ibu untuk lebih termotivasi dan aktif selama persalinan. Jika Ibu dapat
mengikuti kecenderungannya untuk minum, maka mereka tidak mungkin mengalami
dehidrasi. Pembatasan makan dan minum pada Ibu melahirkan memberikan rasa
ketidaknyaman pada Ibu. Selain itu, kondisi gizi buruk berpengaruh terhadap lama
persalinan dan tingkat kesakitan yang diakibatkannya, dan puasa tidak menjamin perut
kosong atau berkurang keasamannya (Yulizawati et all, 2019).
- Kebutuhan oksigen
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak co2 dalam setiap napas. Selama
kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat sebagai
respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju metabolic.
Menahan napas saat mengejan selama kala II persalinan dapat mengurangi pengeluaran
CO2 (Kurniarum & KEMENKES, 2016).
Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernapasan karena frekuensi
dan irama pernapasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan
teknik pernapasan (Varney, 2004).
Masalah umum yang terjadi adalah hiperventilasi maternal, kondisi ini dapat
dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki, kebas, dan pusing. Mengejan
yang berlebihan atau berkepanjangan selama kala II dapat menyebabkan penurunan
oksigen sebagai akibat sekunder dari menahan napas.
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu diperhatikan oleh bidan,
terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya
untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat
menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen
yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik selama
persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena
menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak
orang. Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat
dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat
adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil (Kurniarum & KEMENKES, 2016).
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh bidan, agar
dapat membantu kemajuan persalinan dan peningkatan kenyamanan pasien. Poliuria sering
terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran
plasma ginjal. Pada ibu bersalin dengan posisi celentang polyuria menjadi kurang jelas
karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Oleh karena itu,
kandung kemih harus sering dievaluasi setiap dua jam untuk mengetahui adanya distensi
serta kandung kemih harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih hal ini akan mencegah terjadinya penurunan presentasi janin, pengosongan
kandung kemih juga mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih akibat penekanan
yang lama sehingga akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama
periode pascapartum awal (Varney, 2004).
Apabila memungkinkan maka anjurkan ibu ke kamar mandi untuk berkemih namun
jika sudah tidak memungkinkan maka bidan dapat membantu ibu untuk berkemih dengan
wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan plasenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin. Kateterisasi akan
meningkatkan risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
Dan sebelum memasuki proses persalinan sebaiknya memastikan bahwa ibu sudah
BAB. Rectum yang penuh dapat mengganggu proses kelahiran janin. Namun apabila pada
kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya
tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi, maka dapat dilakukan
lavement pada saat ibu masih berasa pada kala I fase laten (Kurniarum & KEMENKES,
2016).
Personal hygiene ibu bersalin perlu diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada
ibu bersalin dikarenakan personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman,
relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan, dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis
ibu bersalin.
Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat bidan lakukan diantaranya
membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihannya dengan mandi. Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian
budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan
untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci
dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain dapat membersihkan
seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga
meningkatkan kenyamanan ibu dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama persalinan apabila
memungkinkan, ibu dapat diijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.
Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak
mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga kebersihan
genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan
melakukan vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik
maupun lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini
dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah
ketuban pecah spontan.
Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu bersalin, maka
ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir
darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka
bidan harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang seharusnya.
Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja dengan tisyu atau kapas ataupun melipat
underpad.
Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam observasi, maka
pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan di atas tempat
tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan penampung darah
(pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot kala, karena hal ini
mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk memudahkan bidan dalam
melakukan observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu,
pembalut ataupun underpad dapat dilipat disela-sela paha (Kurniarum & KEMENKES,
2016).
2.5. Teknik Mengurangi Rasa Nyeri Pada Ibu Bersalin (Non Farmakologis)
a. Paradigma teknokratis, humanistik, dan holistic persalinan
Model teknokratis menekankan sisi berbeda tubuh dan pikiran sehingga melihat
tubuh sebagai mesin; model humanistik menekankan hubungan tubuh pikiran dan
mendefinisikan tubuh sebagai suatu organisme; model holistik menekankan pada kesatuan
tubuh, pikiran, dan spiritual dan mendefinisikan tubuh sebagai medan energi dalam
interaksi konstan dengan medan energi lainnya. Berbeda hal nya dengan paradigma
teknokratis yang lebih menganggap bahwa tubuh manusia seperti mesin, paradigma
humanistic lebih menekankan aspek lain selain kerja mekanisme tubuh manusia.
Kesimpulan semacam itu memiliki dampak yang kuat untuk pengobatan, karena
bagaimana cara tubuh didefinisikan akan membentuk cara asuhan oleh sistem perawatan
kesehatan budaya. 'Bahkan terapi medis yang paling mirip mesin tidak akan efektif tanpa
kekuatan penyembuhan aspek lain (mind) dari organisme,' yang memiliki 'sifat-sifat yang
tidak dimiliki mesin: sifat-sifat pertumbuhan, regenerasi, penyembuhan, pembelajaran, dan
transendensi-diri' tubuh sebagai organisme mencarter pengembangan berbagai perawatan
yang mungkin tidak relevan dengan mesin tetapi sangat berarti bagi suatu organisme. Jadi,
paradigma penyembuhan berdasarkan definisi tubuh manusia sebagai suatu organisme
akan secara logis menekankan pentingnya kebaikan, sentuhan, dan kepedulian. Analog
terbaik untuk istilah humanisme dalam literatur medis adalah istilah bio-psiko-sosial, yang
mengakui bahwa model ini memperhitungkan biologi, psikologi, dan lingkungan sosial
(Floyd DR. 2001)..
Dari tiga paradigma yang dibahas, model holistik mencakup beragam pendekatan
terkaya, mulai dari terapi nutrisi hingga modalitas penyembuhan tradisional seperti
pengobatan Tiongkok hingga berbagai metode yang secara langsung memengaruhi energi
pribadi. Holisme sering meminta individu untuk aktif, meminta mereka untuk membuat
modifikasi besar dalam gaya hidup mereka. Mungkin juga meminta mereka bersikap pasif,
sekadar menerima doa atau transfer energi penyembuhan. Istilah holisme diadopsi oleh
beberapa pelopor gerakan ini untuk mengekspresikan pencantuman pikiran, tubuh, emosi,
jiwa, dan lingkungan pasien dalam proses penyembuhan (Floyd DR. 2001)..
Sebagian besar dorongan awal untuk menyatukan kembali pikiran dan tubuh dalam
penyembuhan holistik adalah kesadaran yang menyingsing bahwa otak, kursi fisik pikiran,
tidak hanya terletak di kepala tetapi sebenarnya meluas ke seluruh sistem saraf pusat.
Seperti halnya kaum humanis, para dokter holistik mendapati bahwa mereka membutuhkan
lebih banyak keterlibatan dengan pasien untuk mencapai pikiran dan emosi yang tidak
berwujud yang sekarang dilihat sebagai bagian dari penyakit seperti halnya manifestasi
fisiknya (Floyd DR. 2001).
b. Memahami nyeri pada persalinan
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman subjektif
disebabkan oleh iskemik otot uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium,
tuba fallopii dan distensi bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Rasa nyeri
pada persalinan muncul akibat respons psikis dan refleks fisik. Nyeri akan berdampak pada
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang dapat mengakibatkan perubahan tekanan
darah, denyut nadi, pernafasaan, dan juga keringat berlebihan. Perubahan tingkah laku
tertentu akibat nyeri juga sering terlihat seperti peningkatan rasa cemas dengan pemikiran
yang menyempit, mengerang, menangis, gerakan tangan dan ketegangan otot di seluruh
tubuh. Ketegangan emosi akibat rasa cemas dan rasa takut dapat memperberat persepsi ibu
terhadap nyeri selama persalinan. Nyeri persalinan juga dapat menyebabkan timbulnya
hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan
berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang
peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi
uterus sehingga terjadi inersia uteri. Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan
menyebabkan terjadinya partus lama (davim et al 2008).
Masih banyak tenakes professional yang memandang bahwa rasa sakit yang
dirasakan pada perempuan bersalin adalah hal yang tidak terhindarkan. Penting perlu
diingat bahwa kurangnya dukungan emosional dan intervensi medis yang berlebihan dalam
penanganan ibu bersalin adalah factor yang mungkin terkait dengan peningkatan intensitas
nyeri. Para professional harus siap dan sadar akan ruang lingkup dimensi humanistic. Para
tenakes memainkan peran penting dalam menciptakan suatu pengalaman terlebih lagi saat
bersalin sebagai salah satu peristiwa yang berharga dalam hidup. Tenakes memiliki
kewajiban untuk memberikan pengetahuan dan menginformasikan layanan asuhan kepada
wanita dan keluarga. Telah diakui bahwa metode non-farmakologis dapat mengurangi
persepsi rasa sakit ini, juga dianggap sebagai metode non-invasif. Selain itu, para
profesional yang membantu wanita selama prosedur pengurangan nyeri persalinan harus
menyadari perilaku verbal dan non-verbal (Davim et al. 2008)
Model konseptual yang dikemukakan oleh Chapman (1977) dan disajikan pada
Gambar 1 sangat membantu dalam memahami komponen sekunder dari pengalaman nyeri
ini dan individualitas dari ekspresinya. Seperti yang diwakili oleh lingkaran dalam model
chapman, berbagai faktor emosional, motivasi, sosial, budaya, dan konseptual yang unik
berinteraksi untuk menentukan bagaimana seorang wanita menafsirkan rangsangan
sensorik menyakitkan yang ditransmisikan ke sistem saraf pusatnya selama persalinan.
c. Pengaruh psikologis
Perencanaan untuk manajemen nyeri dengan provider yang dipilih dimulai dengan
sejumlah analisis oleh wanita itu sendiri. Apa harapannya tentang nyeri persalinan, apa
yang dia pahami atau yakini tentang sumber potensial rasa sakit dan ketidaknyamanan
selama persalinan, pengalaman apa yang dia miliki dengan rasa sakit di masa lalu, dan
strategi apa yang telah dia gunakan untuk membantunya mengatasi pengalaman seperti itu?
Ini adalah beberapa area untuk penilaian pranatal yang akan membantu wanita mulai
merencanakan pendekatannya terhadap manajemen nyeri dan membantu penyedia
perawatan. membahas ketakutannya atau dari sesi dengan konselor psikologis yang
berpengetahuan luas yang dapat membantunya untuk mengekspresikan dan memahami
ketakutannya dan mungkin menghilangkannya melalui penyuluhan (Davim et al. 2008).
Penilaian nyeri selama persalinan meliputi metode evaluasi langsung dan tidak
langsung. Sesuai dengan gagasan bahwa rasa sakit memiliki dimensi sensorik dan afektif,
penilaian harus mencakup tidak hanya intensitas, lokasi spesifik, dan pola rasa sakit dan
ketidaknyamanan wanita, tetapi juga tingkat kesedihan yang disebabkannya. Evaluasi
verbal rasa sakit dan tekanan harus terjadi di antara kontraksi, dan bidan tidak boleh enggan
menggunakan kata nyeri dalam diskusi dengan wanita itu. Namun, penting untuk tidak
menyebut kontraksi sebagai "nyeri," tetapi untuk membantu wanita membedakan sensasi
kontraksi otot rahim dari sensasi nyeri dan ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh
kontraksi. Perbedaan ini tidak hanya akan membantu dalam keputusan mengenai intervensi
spesifik untuk dipekerjakan, tetapi juga dapat membantu ibu melahirkan yang tidak siap
untuk memahami sensasi yang dia alami dan menafsirkannya Kembali (Davim et al.2008).
Penannganan nyeri secara kognitif dapat dimulai dengan persiapan wanita untuk
melahirkan dengan pengetahuan yang memadai. Perempuan mendapat infromasi melalui
sumber informal atau formal, mungkin positif atau negative, dan mungkin akurat atau tidak
akurat. Pengetahuan realistis tentang persalinan telah dikaitkan dengan berkurangnya sakit
saat bersalin. Strategi kognitif dapat mengurangi persepsi nyeri dengan melibatkan pikiran
sehingga kesadaran rangsangan nyeri yang masuk berkurang. Teknik perilaku yang paling
umum dibahas dalam literatur manajemen nyeri adalah relaksasi, perilaku spesifik yang
diarahkan pada keadaan mental dan fisik netral yang bebas dari ketegangan. Umum untuk
semua pendekatan persiapan persalinan, relaksasi dianggap meningkatkan toleransi nyeri
melalui sejumlah mekanisme, termasuk pengurangan kecemasan, penurunan respons
katekolamin, peningkatan aliran darah uterus, dan penurunan ketegangan otot.
1. Birth Ball
Penurunan nyeri lumbar yang terjadi pada posisi duduk dapat dikaitkan dengan
penurunan tekanan pada filamen saraf yang terletak di atas sendi iliosakral dan daerah
sekitarnya langsung. Selain itu, penurunan nyeri persalinan yang terjadi dengan latihan
bola kelahiran mungkin dikaitkan dengan pengalihan dari rasa sakit. Gangguan termasuk
menyediakan bagi wanita bersalin dengan kegiatan spesifik sehingga pikiran sadar dan
kecemasan berkurang. Selama kontraksi, bola kelahiran membantu wanita aktif untuk
menghilangkan rangsangan yang menyakitkan dengan mengalihkan perhatian dari nyeri
persalinan. Tampaknya juga latihan bola kelahiran selama persalinan meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi, yang dapat membangun kepercayaan diri wanita untuk
mengatasi rasa sakit, dengan demikian, mempertahankan kepuasan dan kesejahteraan, alih-
alih berperan pasif (Makvandi et al. 2015).
2. Lamaze Breathing
Panduan Lamaze Resmi: Melahirkan dengan Percaya Diri (Lothian & DeVries,
2010) membahas pernapasan dalam konteks berbagai strategi yang membantu wanita
mengelola sakitnya kontraksi dalam persalinan dan memberikan tinjauan umum serta
beberapa pedoman sederhana untuk menggunakan pernapasan dalam persalinan (Lothian
JA. 2011):
• Pernapasan mudah dikendalikan secara sadar. Karena itu, pernapasan yang terkontrol
mudah dipelajari.
• Napas yang dalam dan lambat sangat efektif. Cara bernapas yang "benar" adalah apa pun
yang terasa benar. Tidak ada aturan yang terkait dengan berapa banyak napas per menit,
apakah bernafas melalui mulut atau hidung, atau apakah akan mengeluarkan suara.
Kuncinya di sini adalah pernapasannya sadar, bukan otomatis.
• Ketika kontraksi persalinan semakin kuat dan kerja persalinan semakin keras,
diperbolehkan bernafas lebih cepat dan dangkal, tetapi tidak selalu, ini akan lebih efektif.
• Berfokus pada sesuatu, baik dengan mata tertutup atau terbuka, dapat membantu menjaga
ritme pernapasan.
• Pernapasan sadar bekerja paling baik dalam kombinasi dengan banyak strategi
kenyamanan lainnya. Di kelas Lamaze, wanita tidak lagi menghabiskan banyak waktu
berlatih pernapasan. Wanita bergerak, mengubah posisi, menari dengan lambat,
mengayun-ayunkan bola kelahiran, belajar memijat, dan mengidentifikasi banyak cara lain
yang biasanya mereka rileks dan menemukan kenyamanan. Masing-masing strategi
kenyamanan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan pernapasan.
• Dalam lingkungan yang terbatas, pernapasan mungkin merupakan salah satu dari sedikit
strategi kenyamanan yang tersedia untuk wanita (Lothian JA. 2011).
Teori lain adalah bahwa akupunktur dan akupresur bekerja dengan memimpin
tubuh untuk menghasilkan endorfin, yang merupakan hormon alami yang menghilangkan
rasa sakit. Akupresur yang digunakan pada situs BL60, BL67, GB21, LI4, SP9, dan SP6
memengaruhi kontraksi uterus atau lamanya persalinan dengan merangsang sekresi
oksitosin dari hipofisis. Titik SP6 adalah titik persimpangan meridian hati, limpa, dan
ginjal. Berdasarkan prinsip pengobatan Tiongkok tradisional, titik akupunktur ini
digunakan untuk memperkuat limpa mengembalikan keseimbangan ke Yin dan ke darah,
hati dan ginjal. Titik SP6 ini juga biasa digunakan dalam pengobatan kondisi reproduksi
pada wanita, seperti induksi persalinan dan penghilang rasa sakit selama persalinan (Calik
dan Komurcu. 2014).
Spleen 6 poin (SP6) dianggap sebagai salah satu poin yang lebih fleksibel dan
umum digunakan. Ini digunakan untuk banyak kondisi, termasuk induksi
persalinan.Dikenal sebagai Sanyinjiao - atau persimpangan tiga yin - SP6 terletak di atas
pergelangan kaki, di bagian belakang tulang kering (betis bawah). Jaraknya sekitar empat
jari di atas tulang pergelangan kaki bagian dalam. Akupresur SP6 diaplikasikan 35 kali
selama kontraksi uterus, 15 kali pada 2-3 cm dilatasi serviks, dan 10 kali masing-masing
pada 5-6 cm dan 8-9 cm dilatasi serviks. Prosedur standar dalam menemukan titik yang
benar adalah mengukurnya dengan lebar jari sendiri. Pengukuran ini tergantung pada teori
meridian di mana pengukuran dilakukan dengan menggunakan referensi tubuh sendiri.
Terlepas dari praktik akupresur, para wanita didorong untuk bangun dari tempat tidur,
duduk dan / atau berjalan di sekitar sebagai bagian dari perawatan rutin mereka (Calik dan
Komurcu. 2014).
Gambar 2. SP6 located
akupresur L14 adalah teknik non-farmakologis yang cocok yang mudah dilakukan
dan efektif dalam meningkatkan rasa sakit, tanpa menyebabkan efek samping yang
merugikan bagi ibu atau bayi. Ini dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit selama fase
aktif persalinan daripada menggunakan metode farmakologis. Menurut kebijakan
Organisasi Kesehatan Dunia untuk mengurangi tingkat kelahiran sesar dan promosi
persalinan yang aman, perlu untuk membuat melahirkan anak menyenangkan dan
mengurangi ketakutan ibu melahirkan alami menggunakan metode aman untuk
mengurangi nyeri persalinan dan meningkatkan tingkat persalinan pervaginam. Untuk
memungkinkan ini, bidan perlu pelatihan dalam menggunakan teknik non-farmakologis
(Dabri and Shahih. 2014)
Pijat melibatkan manipulasi jaringan lunak tubuh. Ini biasanya digunakan untuk
membantu mengendurkan otot yang tegang dan untuk menenangkan dan menenangkan
individu. Pijat dapat membantu meredakan rasa sakit dengan membantu relaksasi,
menghambat transmisi sensorik di jalur rasa sakit atau dengan meningkatkan aliran darah
dan oksigenasi jaringan. Seorang wanita yang mengalami sakit punggung selama
persalinan mungkin merasa pijatan di area lumbosacral menyejukkan. Beberapa wanita
menemukan pijatan ringan pada perut, yang dikenal sebagai effleurage, nyaman. Efek
positif potensial dari pijatan dapat menurunkan intensitas nyeri, meredakan kejang otot,
mengalihkan perhatian dari rasa sakit, memberikan rasa rileks dan mengurangi kecemasan
(Smith et al. 2012).
Terapis pijat umumnya memegang sertifikasi atau lisensi untuk berlatih pijat di
negara-negara atau yurisdiksi di mana kualifikasi tersebut diakui. Ahli refleksiologi
mengusulkan bahwa ada titik-titik refleks pada kaki yang berhubungan dengan organ dan
struktur tubuh, dan bahwa rasa sakit dapat dikurangi dengan manipulasi lembut atau
menekan bagian-bagian tertentu dari kaki.
Tekanan yang diberikan pada kaki telah terbukti menghasilkan efek anestesi pada
bagian tubuh lainnya. Pijat refleksi melibatkan aplikasi ibu jari dan jari telunjuk untuk
memberikan tekanan yang dalam pada area tertentu dari kaki yang diklaim sesuai dengan
organ internal, kelenjar dan bagian tubuh lainnya. Telah diklaim bahwa dengan
memberikan tekanan pada 'zona refleks', blok energi atau gangguan seperti kalsium, kristal
laktat atau asam urat diserap kembali dan kemudian dihilangkan. Proses ini lebih dikenal
sebagai detoksifikasi. Juga telah diusulkan bahwa refleksiologi dapat mengurangi stres,
ketegangan dan menjaga keseimbangan atau homeostasis.(Smith et al. 2012)
Yoga biasanya dilakukan dengan pakaian longgar dan bertelanjang kaki di atas
tikar. Serangkaian pose yang disebut Asanas dalam bahasa Sanskerta dilakukan perlahan
dan berurutan, memusatkan setiap gerakan pada pernapasan perut yang dalam yang
menyertai setiap gerakan. Pergerakan di antara pose dianggap sama pentingnya dengan
mempertahankan pose. Yoga telah dicatat untuk mengurangi kecemasan dan depresi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa yoga dapat memperbaiki beberapa kondisi termasuk
sindrom psikologis dan nyeri, gangguan muskuloskeletal dan neurologis serta sindrom
autoimun dan kekebalan tubuh (Field T.2011)
6. Aromatherapy
Para peneliti berpikir bahwa aromaterapi dapat bekerja dengan memaparkan sistem
limbik di otak Anda ke molekul yang merangsang sistem itu. Sistem limbik adalah bagian
otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Dengan merangsang bagian otak itu,
ia berpikir bahwa aromaterapi dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan yang
kemudian akan menyebabkan penurunan persepsi nyeri. Belum ada penelitian atau laporan
kasus yang dipublikasikan dalam penelitian yang menemukan bahaya menggunakan
minyak esensial selama persalinan. Namun, minyak esensial adalah zat yang sangat pekat
dan berpotensi menyebabkan iritasi kulit dan reaksi alergi. Seringkali, tes tempel dilakukan
pada kulit untuk memeriksa alergi sebelum memberikan lebih banyak minyak esensial
(Lakhan, S. E, Sheafer, H, & Tepper, D. 2016).
▪ Lower pain scores: Lavender, Citrus, Jasmine, Salvia (Salvia officinale), Bitter Orange
(Citrus aurantium), Rose (Rosa centifolia), Geranium Rose, and Rose Plant (Rosa
damascena)
▪ Reduced stress/anxiety: Rose Plant (Rosa damascena), Geranium (Pelargonium
graveolens), Sweet Orange Peel (Citrus sinesis), Bitter Orange (Citrus aurantium), and
Lavender
▪ Decreased length of labor: Salvia (Salvia officinale)
▪ Decreased diastolic blood pressure: Geranium (Pelargonium graveolens)
▪ Decreased nausea and vomiting: Peppermint
Selama menjelang persalinan ibu hamil akan merasakan nyeri dan reaksi psikologis.
Reaksi psikologis seperti stress dapat menimbulkan nyeri persalinan yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon katekolamin
dan steroid yang berlebihan menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembeluhu darah. Hal tersebut mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta
timbulnya iskmia uterus yang membuat implus nyeri bertambah banyak. (Handayani &
dkk, 2014)
Menurut Hastuti (2014), reaksi psikologis yang terjadi pada ibu bersalin seperti
gangguan kontrol diri, kecemasan atas kondisi diri dan bayinya, rasa permusuhan atau
penolakan, pengekspresian terhadap rasa sakit, ragu-ragu, dan ibu bersalin menjadi lebih
sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Reaksi psikologis tersebut dipengaruhi oleh latar
belakang budaya (culture), status, kemampuan beradaptasi, karakteristik, jumlah paritas,
body image, suasana kamar bersalin, dan dukungan (support system) dari keluarga dan
orang terdekat.
Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi psikologis
ibu saat bersalin. Pemilihan tempa bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat dapat
mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan ibu. Terdapat dua pilihan tempat bersalin
yaitu di rumah atau fasilitas kesehatan. (Nurrochmi, 2017) Tempat yang paling ideal untuk
persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga kesehatan yang siap
pada saat keadaan kegawatdaruratan. Jika persalinan dilakukan di Poned (Puskesmas)
dapat melakukan rujukan sesegera mungkin sedangkan persalinan di rumah akan
membutuhkan waktu dalam penanganan medis darurat sehingga tidak dapat segera
ditangani (Putri, 2016)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010 tentang
presentase tempat ibu melahirkan menurut tempat persalinan berdasarkan karakteristik
tempat tinggal dan status ekonomi menunjukkan bahwa di pedesaan, persalinan dilakukan
di rumah/lainnya, sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak.
Dari hasil riset menunjukkan semakin tinggi status ekonomi seseorang akan lebih memilih
tempat bersalin di fasilitas kesehatan, sebaliknya semakin rendah sttaus ekonomi maka
memilih untuk persalinan di rumah. (Laporan Riskesdas, 2010)
Menurut Putri (2016), faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memilih tempat
bersalin yaitu kepercayaan terhadap tenaga kesehatan, biaya, akses ke pelayanan kesehatan
serta pengetahuan dalam mencari penolong dan tempat persalinan yang aman serta
dukungan keluarga. Oleh sebab itu, menjelang persalinan banyak persiapan yang harus
dilakukan, baik persipan penolong persalinan, perlengkapan penolong, persiapan tempat,
persipaan biaya, persiapan lingkungan dan keluarag serta persipan transportasi untuk
merujuk yang memadai.
Ada beberapa faktor yang membuat ibu hamil memilih rumah menjadi tempat
bersalin yaitu karena lingkungan rumah yang nyaman, tidak suka dengan rumah sakit atau
rumah bersalin, dapat mengurangi stress, dan mempunyai kontrol atau otonomi yang lebih
besar terhadap diri sendiri. Lingkungan rumah sangat familiar bagi wanita maka dapat
memberikan rasa nyaman dan relaks selama persalinan, merasa terjaga privasinya dan
tempat mendapat dukungan dari orang-orang terdekat sehingga memberikan rasa
ketenangan pada dirinya. (Nurrochmi, 2017)
Posisi Bersalin
Pada budaya Babilonia (2000 SM) telah dikenal kursi persalinan dan menyebar
dibeberapa bagian dunia dan sampai saat ini masih digunakan Sedangkan kursi persalinan
yang modern tersedia di beberapa rumah sakit di dunia Barat.
Guillemeau (tahun 1598) menganjurkan berbaring saat persalinan, untuk
kenyamanan perempuan dan untuk memfasilitasi persalinan; teknik ini digunakan untuk
menangani kelahiran yang sulit pada 50 tahun kemudian. Hal ini menyebabkan
penggunaan tempat tidur sebagai tempat untuk melahirkan, dan posisi berbaring
berkembang menjadi salah satu praktik persalinan normal serta persalinan dengan
komplikasi. Perempuan melahirkan dengan tempat tidur khusus di Paris Hotel Dieu (bagian
maternitas rumah sakit besar); pada akhir abad ke-17, tempat tidur persalinan telah menjadi
praktik umum di Perancis kecuali di pedesaan.
Forceps, diciptakan oleh saudara Chamberlain (abad 17) untuk ibu bersalin yang
berada dalam posisi berbaring telentang di tempat tidur. Ratu Victoria kemudian
memperkenalkan penggunaan kloroform selama kelahiran. Ini berarti bahwa wanita kelas
atas menggunakan kloroform sebagai metode penghilang rasa sakit selama proses
kelahiran harus berbaring terlentang.
Jenis – jenis posisi persalinan berbagai posisi diterapkan saat persalinan sebagai
upaya untuk menambah rasa bagi ibu bersalin dan membantu proses kemajuan persalinan
menurut Simkin dan Ancheta (1994).
Posisi Fisiologis saat Persalinan dan Kelahiran oleh Simkin dan Ancheta (1994) dan
gambar oleh Shanna Finger
Posisi
1. Berdiri :
- Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi selama dan antar kontraksi
- Nyeri kontraksi tersa kurang dan lebih kontraksi produktif
- Fetus berada sejalan dengan sudut pelvis
- Persalinan lebih cepat dinding posisi terlentang/ recumbent
- Meningkatkan dorongan meneran pada Kala dua
2. Berjalan :
- Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah : pergerakan menyebabkan perubahan
pada sendi pelvis, memudahkan rotasi dan penurunan kepala janin
3. Berdiri dan bersandar kearah depan pada pasangan, tempat tidur atau “ Birth Ball ”
Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah : mengurangi nyeri punggung,
- Posisi yang baik untuk mengusap punggung
- Lebih santai disbanding berdiri
- Dapat menggunakan monitor fetal elektronik ( tempat tidur stand by)
4. Dansa perlahan (Ibu merangkul pasangan di leher , bersandar kepala dilengan / dada
atau bahu. Lengan pasangan melingkari punggung ibu, dengan jari saling terkait di
punggung bagian bawah. Ibu melemaskan lengannya, menyentuh pasangan. Mereka
bergoyang diikuti music, bernapas dalam irama yang sama.
Sama seperti dampak posisi berdiri, ditambah :
- Pergerakan menyebabkan perubahan pada sendi pelvis
- Memudahkan rotasi dan penurunan kepala janin
- Dapat meningkatkan rasa kasih sayang dengan pasangan karena saling berdekatan
- Irama music menenangkan
- Pasangan dapat memberikan tekanan pada punggung untuk mengurangi nyeri
5. The lunge / mengangkan ( ibu berdiri disamping kursi, menempatkan satu kaki dikursi
dengan lutut atau kaki lurus disisilainnya. Menekuk keatas kaki dan paha, ibu
mengangkang disitu sisi secara berulang selama kontraksi, 5 detik setiap waktu. Ia
harus merasakan peregangan dan paha bagian dalam. Pasangan membantu
mengamankan kuri dan keseimbangan)
- Memperluas satu bagian pelvis (sisi dimana ia mengangkang kaki)
- Memperbaiki rotasi kelapa janin OP
- Dapat diselingi posisi knelling/ berlutut
6. Duduk tegak/ sitting upright
- Posisi santai yang baik
- Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi
- Dapat menggunakan monitor fetal elektronik
7. Duduk di toilet
- Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : dapat membantu relaksasi
perineum untuk kelahiran yang efektif
8. Semi duduk/ semi sitting
- Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : dapat memungkinkan
pemeriksaan vagina
- Posisi yang mudah untuk pindah ke tempat tidur atau meja persalinan
9. Duduk, rocking di kursi
- Sama seperti dampak posisi duduk tegak, ditambah : pergerakan rocking meningkatkan
percepatan persalinan
10. Duduk, bersandar ke depan dengan sanggahan
- Sama seperti duduk tegak, ditambah : mengurangi nyeri punggung
- Posisi yang baik untuk mengusap punggung
11. Bertumpu pada tangan dan lutut
- Membantu mengurangi nyeri punggung
- Memudahkan rotasi bayi pada posisi
- Memungkinkan pelvis melakukan rocking dan pergerakan badan
- Dapat memungkinkan pemeriksaan vagina
- Mengurangi tekanan pada hemoroid
12. Berlutut atau kneeling, bersandar ke depan dengan sanggahan kursi, tempat tidur atau
birth ball
- Sama seperti dampak posisi bertumpu pada tangan-lutut ditambah : mengurangu pegal
pada tangan disbanding pada posisi bertumpu tangan-lutut
13. Posisi dada-lutut/ knee-chest ( Ibu bertumpu pada tangan dan lutut, kemudian posisi
dada merapat ke tempat tidur sehingga bagian bokokng lebih tinggi daipada dada. Ia
santai dalam posisi ini, menggunakan bantal untuk sanggahan, jika diperlukan)
- Menghalangi gravitasi kepala bayi ( atau bokong ) keluar pelvis, dan mengurangi
teknanan pada serviks, dimana dapat digunakan pada kondisi prolaps tali pusat, serviks
tebal dan posisi kepala bayi OP. knee-chest terkadang direkomendasikan pada awal
persalinan(OP/oksiput posterior) jika kontraksi teratur, sangat nyeri, dan disertai nyeri
punggung dan tidak ada kemajuan pada dilatasi. 30-45 menit dalam posisi ini dapat
membantu reposisi fetus ke posisi kepala oksiput anterior
14. Baring miring/ slide-lying
- Posisi santai yang sangat baik
- Dapat bersamaan dengan tindakan
- Membantu penurunan tekanan darah
- Aman jika pengobatan diberikan
- Dapat meningkatkan kemjuan persalinan jika diselingi dengan berjalan
- Gravitasi netral
- Berguna mengurangi percepatan pada kala dua yang sangat cepat
- Memudahkan relaksasi diantara meneran
- Memungkinkan pergerakan sacrum posterior pada kala dua
15. Jongkok/ squatting
- Dapat mengurangi nyeri
- Dapat mengambil keuntangan adanya gaya gravitasi
- Memperluas bidang panggul
- Membutuhkan sedikit dorongan meneran
- Dapat memudahkan rotasi dan penurunan janin pada persalinan sulit
- Membantu ibu jika tidak ada dorongan untuk meneran
- Memungkinkan kenyamanan karena bebas dari beban berdiri
- Keuntungan mekanin-trunk atas menekan fundus
16. Lap squatting ( pasangan duduk di kursi yang kokoh dan ibu duduk dihadapan pasangan
dan memeluk pasangan serta berpangku pada paha pasangan. Pasangan memeluk ibu,
dan melebarkan paha selama kontraksi, memungkinkan bokokng ibu bergantung
diantaranya. Diantara kontraksi, pasangan merapatkan kaki sehingga ibu dapat duduk
dipangkuan suami)
- Sama seperti posisi jongkok, ditambah : mengurangi pegal pada lutut dan paha
disbanding posisi jongkok
- Memungkinkan dukungan lebih, mengurangi kelelahan pada ibu
- Dapat meningkatkan rasa kasih sayang dengan pasangan karena saling berdekatan
17. Supported squat ( ibu besandar dengan punggung ke dada pasangan, yang memeluk
dari bawah lengan ibu dan menyangga beban badan ibu. Ibu beridiri dianatar kontraksi)
- Memungkinkan ruang untuk asink listismus fetus
- Mengurangi restriksi mobilitas sendi pelvis yang disebabkan tekanan luar( dari tempat
tidur, kursi dll) atau pergerakan pasif ( dari jongkok dll) sehingga memungkinkan “
molase “ pelvis oleh rotasi penurunan fetus
- Mengambil keuntungan adanya gaya gravitasi
- Butuh tenaga yang kuat dari pasangan
18. Dangle ( pasangan duduk dibagian tinggi, kursi atau tempat tidur, kaki disangga ke
kursi atau penyangga kaki ( fontrest ), dengan paha terbuka. Punggung ibu anatar kaki
dan menempatkan lengan melingkari paha. Posisi ibu merendh dan pasangan member
dukungan terhadap berat ibu. Ibu berdiri diantara kontraksi)
- Sama seperti dukungan pada supported squat, hanya lebih mudah bagi pasangan
PENUTUP
Kesimpulan
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu bersalin
yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan fisiologis.
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu: kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat, posisi dan
ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan akan
pertolongan persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda,
tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV.
Pada kala I, kebutuhan dasar fisiologis yang harus diperhatikan bidan adalah kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, personal hygiene terutama vulva hygiene, istirahat, posisi
dan ambulasi, dan pengurangan rasa nyeri. Pemenuhan kebutuhan ini bertujuan untuk
mendukung proses persalinan kala I yang aman dan lancar, serta mendukung proses persalinan
kala II.
Selama kala II persalinan, bidan harus tetap membantu dan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan fisiologis pada ibu bersalin meliputi kebutuhan oksigen, cairan, eliminasi (apabila
tidak memungkinkan dapat dilakukan kateterisasi), istirahat, posisi, dan pertolongan persalinan
yang terstandar.
Kebutuhan fisiologis pada kala III yang harus dipenuhi diantaranya: kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, dan kebutuhan akan pertolongan persalinan yang
terstandar. Sedangkan pada kala IV, berupa kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi,
hygiene (kebersihan personal), istirahat, dan penjahitan perineum (jika diperlukan).
Saran
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu
kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat,
posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika diperlukan), serta
kebutuhan akan pertolongan persalinan yang terstandar. Kebutuhan fisiologis ibu bersalin
merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D. S., & Agustina, E. E. (2014). Pengaruh Dukungan Suami dalam Proses
Persalinan dengan Nyeri Persalinan di RSIA Bunda Arif Purwokerto. Bidan Prada: Jurnal
Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 5(1).
Aprianawati, R. B., & Sulistyorini, I. R. (2007). Hubungan antara dukungan keluarga dengan
kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Calik KY dan Komurcu N. 2014. Effect of SP6 accupuntur and acupressure on labor pain and
duration of labor
Dabiri and Shahih. 2014. The Effect of LI4 Acupressure on Labor Pain Intensity and Duration
of Labor: A Randomized Controlled Trial
Erin, A. (2014). Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil
Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Turi Sleman (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
ALMA ATA).
Field T. 2011. Complementary Therapies in Clinical Practice
FLOYD DR. 2001. The technocratic, humanistic, and holistic paradigms of childbirth
Istikhomah, Henik, and Dyah Ayu Putri Mumpuni. "Kesiapan psikologis ibu hamil trimester
III dalam persiapan persalinan pasca relaksasi hypnobirthing." Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan Tradisional 1.1 (2016): 28-33.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir
Kurniarum, A., SiT, S., & Kes, M. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan.
Lakhan, S. E, Sheafer, H, & Tepper, D. (2016).“The Effectiveness of Aromatherapy in
Reducing Pain: A Systematic Review and Meta-Analysis,” Pain Research and Treatment
Lothian JA. 2011. Lamaze Breathing: What Every Pregnant Woman Needs to Know
Lucia, Sorongan, Atik Purwandari, and Ellen Pesak. "Pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil
terhadap pengetahuan tentang persiapan persalinan." JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan) 3.1 (2015):
61-65.
Makvandi et al. 2015. Effect of birth ball on labor pain relief: A systematic review and meta-
analysis
Meti, Diana. "Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan di
Bakauheni." Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik 11.2 (2017): 176-182
smith et al. 2012. Massage, reflexology and other manual methods for pain management in
labour (Review)
Varney, H., Burst, H. V., Kriebs, J. M., & Gegor, C. L. (2004). Varney's midwifery, 4th ed.
Jones & Bartlett Learning.
Yulizawati, SST, M.Keb et all. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
Yuniasih, Ni Kadek. Hubungan operasionalisasi program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (p4k) dengan kesiapan menghadapi komplikasi persalinan pada ibu
hamil trimester III. Diss. Jurusan Kebidanan 2018, 2018.