Anda di halaman 1dari 4

LAPSUS

MEDICINA 2019, Volume 50, Number 2: 304-307


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Penatalaksanaan Guillain-Barré syndrome di ICU;


Sebuah laporan kasus

Dian sawelinggi,* Wayan Aryabiantara, Made Wiryana


CrossMark
ABSTRACT

Guillain-Barré syndrome (GBS) with characteristic ascending paralysis is symptomatic and removes antibodies and suppresses the immune
is an acute flaccid type paralysis with varying severity from mild to system. In this report we present the case of a 40-year-old man with
severe which can be life-threatening due to respiratory failure, so GBS. Patients experience respiratory muscle weakness so that need
in some cases, physician must give special attention to the patients. intensive care and mechanical ventilation support. In the management,
GBS has not yet known exactly the cause but it is believed that the patient received plasmapharesis and corticosteroid therapy, and the
underlying mechanism is autoimmune, so that in its management it patient get improvement after almost 3 weeks of treatment in the ICU.

Keywords: Guillain-Barré syndrome (GBS), ascending paralysis, autoimmune, plasmapharesis


Cite This Article: sawelinggi, D., Aryabiantara, W., Wiryana, M. 2019. Penatalaksanaan Guillain-Barré syndrome di ICU; Sebuah laporan kasus.
Medicina 50(2): 304-307. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.629

ABSTRAK

Guillain-Barré syndrome (GBS) dengan ciri khas ascending paralysis penatalaksanaannya sifatnya simtomatis dan menghilangkan antibodi
merupakan penyakit kelumpuhan tipe flaksid yang akut dengan tingkat dan supresi sistem imun. Pada laporan ini kami menyampaikan kasus
keparahan yang berbeda-beda dari ringan hingga berat yang sifatnya seorang lelaki 40 tahun dengan GBS. Pasien mengalami kelemahan
dapat mengancam jiwa karena terjadinya gagal nafas, sehingga pada otot nafas sehingga memerlukan perawatan intensif dan support
beberapa kasus memerlukan perhatian serius secara khusus dari dokter. ventilasi mekanik. Dalam penatalaksanaannya pasien mendapat terapi
GBS hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya namun plasmapharesis dan kortikosteroid, dan pasien mengalami perbaikan
diyakini mekanisme yang mendasari adalah autoimun, sehingga dalam setelah perawatan selama hampir 3 minggu di ICU.

Kata Kunci: Guillain-Barré syndrome (GBS), ascending paralysis, autoimun, plasmapharesis.


Cite Pasal Ini: sawelinggi, D., Aryabiantara, W., Wiryana, M. 2019. Penatalaksanaan Guillain-Barré syndrome di ICU; Sebuah laporan kasus.
Medicina 50(2): 304-307. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.629

PENDAHULUAN yang berbeda, namun sebagian besar menunjukkan


terapi dengan immunoglobulin intravena (IVIg)
Departemen/ KSM Anestesiologi Guillain-Barré syndrome (GBS) merupakan dan plasmapharesis cukup efektif.2 Meskipun telah
dan Terapi Intensif salah satu penyebab terbanyak kelumpuhan mendapat terapi yang cukup optimal, GBS tetap
Fakultas Kedokteran Universitas flaksid akut secara global. Manifestasi awal GBS menimbulkan permasalahan seperti komplikasi
Udayana/ Rumah Sakit Umum biasanya  bermula di saraf perifer berupa kelum- akibat perawatan yang lama, bahkan kematian.4,5
Pusat Sanglah Denpasar puhan  di daerah  tubuh  bagian distal yang  sema-
kin lama semakin naik (ascending). Penyebab
ILUSTRASI KASUS
GBS sampai saat ini masih belum dapat diketa-
*
Correspondence to: Dian hui dengan pasti. Diduga bahwa kelainan yang Seorang lelaki berusia 40 tahun dirujuk ke RSUP
sawelinggi, Departemen/ KSM mendasari penyakit ini bersifat autoimun. Infeksi Sanglah dengan keluhan kelemahan pada keem-
Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas sebagai faktor pencetus dan proses imunopatogen- pat anggota gerak tubuh yang sudah dialami
Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat esisnya masih terus mendapat perhatian.1 Hingga sejak sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah
Sanglah Denpasar sekarang belum ada tes yang cukup spesifik dalam sakit. Awalnya pasien mengeluhkan rasa lemas
diansawelinggi@gmail.com mendiagnosis GBS sehingga diagnosis masih pada tangan dan kaki namun kelemahan semakin
didasarkan pada manifestasi secara klinis dan memberat sehingga pasien tidak bisa beraktivitas
Diterima: 2019-01-30 ditunjang dengan pemeriksaan penunjang berupa dan hanya bisa berbaring sejak 9 hari sebelum
Disetujui: 2019-03-01 cairan serebrospinal.2,3 Untuk penatalaksanaannya masuk rumah sakit. Keluhan awalnya dirasakan
Diterbitkan: 2019-08-01 sendiri, banyak dilakukan uji klinis dengan hasil pada lutut dan siku yang kemudian dirasakan juga

304
LAPSUS

pada jari-jari tangan dan kaki. Keluhan kesemutan kortikosteroid yaitu methylprednisolone 62,5 mg
juga dirasakan dua hari setelah muncul kelema- tiap 12 jam dan hidrokortison 2,5 mg tiap 12 jam.
han. tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga.
DISKUSI
Saat dilakukan pemeriksaan fisik UGD didapa-
tkan pasien dengan kesadaran kompos mentis, Guillain-Barré  Syndrome (GBS) adalah suatu
laju pernafasan 16 kali/menit, tanpa rhonki atau kelainan pada susunan saraf tepi, yang sering dise-
wheezing dengan tekanan darah 120/80 mmHg, but sebagai sebagai poliradikuloneuropati. GBS
laju nadi 110 kali permenit, dengan suhu 38 dera- disebutkan sebagai salah satu penyebab tersering
jat celsius. Dengan kekuatan motorik 3/5 pada dari kelumpuhan flaksid akut, setelah eradikasi
keempat ekstrimitas, tonus otot menurun pada poliomyelitis secara global.1 Gangguan ini ditan-
keempat ekstremitas, dan sensorik menurun pada dai adanya kelemahan ekstremitas yang progresif,
keempat ekstremitas. Pemeriksaan penunjang simetris, dengan maupun tanpa gangguan sensorik,
didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium WBC disertai reflek fisiologis yang menurun atau meng-
11,99. 10’3  uL; RBC 5,53.10’6/Ul; HB 16,45 g/dl; hilang. Sebelumnya GBS dicurigai karena proses
HCT 49,43 %; PLT 252,4 .10’3/uL. LED 14,4 mm/ inflamasi yang mengenai lapisan mielin, sehingga
jam; Albumin 4,0 g/dL; BS acak 102 mg/dL; BUN menghasilkan suatu demielinasi difus. Namun saat
12,0 mg/dL; creatinin 0,57 mg/dL; SGOT 39,9 U/L; ini diketahui bahwa proses ini juga dapat mengenai
SGPT 82,20 U/L, Faal hemostasis: PT 13(10,8- akson, yang menyebabkan degenerasi dari saraf itu
14,4); APTT 25,2(24-36); INR 1,04. Hasil pemer- sendiri.3 Angka kejadian GBS dilaporkan 1,2-2,3
iksaan AGD room air: pH 7,44; pCO2 41,4 mmHg / per 100000 pendudukdengan peluang lebih banyak
pO2 77,10 mmHg; BE 3,7 mmol; HCO3 27,7 mmol; terjadi pada lelaki sebanyak 1,5 kali dibanding
SO2C 95,9  %; Natrium 124 mmol/L ; Kalium perempuan.2,5
4,00  mmol/L; Cl 78 mmol/L. Hasil analisa liquor Penyebab GBS sampai saat ini masih belum
cerebrospinal didapatkan TP liquor/MTP 228 mg/ diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan/penya-
dL; Jumlah sel 11 sel/uL; Reaksi none +3 dan Pandi kit yang mendahului dan mungkin ada hubun-
+3; hasil X-ray thorax didapatkan cor dan pulmo gannya dengan terjadinya GBS, antara lain infeksi,
tidak tampak kelainan. vaksinasi, pembedahan, penyakit sistematik seperti
Pasien kemudian mendapat penanganan dari keganasan; systemic lupus erythematosus; tiroiditis;
bagian Neurologi dan mendapat terapi awal di penyakit addison, serta kehamilan atau dalam masa
unit gawat darurat berupa terapi oksigen melalui nifas. Guillain-Barré  Syndrome juga sering sekali
sungkup NRM 10 liter permenit; infus RL berhubungan dengan infeksi akut non-spesifik yang
2000  ml/24 jam; methylprednisolon 62,5 mg tiap dapat disebabkan oleh infeksi virus (CMV, EBV),
12 jam iv; ranitidine 50 mg tiap 12 jam iv; parac- bakteri seperti Campylobacter jejuni, Mycoplasma,
etamol 1 gram tiap 8 jam iv; mecobalamin 500 mg dan Pneumonia. Insidensi kasus GBS yang berkai-
tiap 8 jam iv dan direncanakan untuk tindakan tan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%,
plasma exchange di ICU. yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi
Pasien kemudian dikonsulkan ke ICU untuk timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau
penanganan selanjutnya dengan diagnosis semen- infeksi gastrointestinal.1
tara susp guillain barre syndrome. Di ICU dilaku- Berdasarkan pemeriksaan nerve-conduction
kan tindakan plasma exchange I. pasien mengalami studies yang dibuktikan dengan gambaran histopa-
sesak nafas dan hipotensi yang semakin memberat tologis, GBS dikelompokkan menjadi tipe demie-
pada hari kedua perawatan. Pasien kemudian linisasi dan tipe aksonal.1 Tipe demielinisasi, atau
diintubasi dan dilakukan kontrol ventilasi dengan dikenal juga sebagai acute inflamatory demyelinat-
mode BIPAP 18, ASB 10, PEEP 5, RR 12, FiO2 40%. ing polyradiculoneuropathy (AIDP), memiliki target
Dari hasil pemeriksaan penunjang ditemukan hasil berupa lapisan mielin. Varian GBS ini merupakan
periksaan LCS protein positif dan tes Nonne dan bentuk yang paling sering dijumpai di Eropa dan
Pandi positif. Pada hari ketiga perawatan dilakukan Amerika Utara, dengan proporsi mencapai 95%.6
perubahan mode ventilasi menjadi mode SIMV, Tipe aksonal, atau dikenal juga sebagai acute
hari ke-14 perawatan dilakukan perubahan pola motor axonal neuropathy (AMAN), memiliki
ventilasi menjadi CPAP dan dilakukan trakeostomi, target akson dari sel saraf motorik. Kondisi ini
dan hari ke-18 perawatan pasien dilepas dari venti- disebut acute motor and sensory axonal neuropathy
lator dan bernafas spontan melalui trakeostoma (AMSAN) jika saraf sensorik maupun motorik
dengan kondisi hemodinamik yang stabil. Selama terlibat. Tipe aksonal adalah bentuk yang sering
perawatan, plasma exchange dilakukan setiap 3 hari dijumpai di Asia Timur dan Amerika Selatan.7
dengan total sebanyak 5 kali. Pasien juga diberikan Sebagai tambahan, ada varian lain yang dimasukkan

Medicina 2019; 50(2): 304-307 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.629 305


LAPSUS

dalam kategori GBS, yang paling sering adalah pasien mengalami nyeri yang disebabkan GBS pada
Miller-Fisher syndrome (MFS), sebuah gangguan fase awal perjalanan penyakit. Perubahan otonom
yang ditandai oleh oftalmoplegi, ataksia, dan dapat berupa takikardi, bradikardi, facial flushing,
arefleksia, yang umumnya tidak disertai kelemahan hipertensi paroksimal, hipotensi ortostatik, anhi-
tenaga.1 drosis dan atau diaphoresis. Retensi urin karena
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, gangguan sfingter urin, paresis lambung dan
trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi dismotilitas usus dapat ditemukan.  Disautonomia
terjadinya demielinisasi akut pada GBS masih lebih sering pada pasien dengan kelemahan dan
belum diketahui dengan pasti, diduga bahwa kegagalan pernafasan yang parah.8
kerusakan saraf yang terjadi pada sindrom ini Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang
adalah melalui mekanisme imun. Bukti-bukti kuat menyokong diagnosa yaitu protein meningkat
bahwa imunopatogenesis merupakan mekanisme setelah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan
yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindrom pada LP serial tetapi jumlah sel < 10 sel/mm3
ini adalah didapatkannya antibodi atau adanya atau yang disebut sebagai disosiasi sitoalbumin.3
respon kekebalan seluler (cell mediated immunity) Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung
terhadap agen infeksius pada saraf tepi, adanya diagnosis adalah perlambatan konduksi saraf
auto-antibody terhadap sistem saraf tepi, dan bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan
didapatkannya penimbunan kompleks antigen hantar kurang 60% dari normal yang menunjukkan
antibodi yang menimbulkan proses demyelinisasi adanya demielinisasi proksimal pada radiks saraf.9
saraf tepi. Peran imunitas seluler dalam hal ini yaitu Tujuan terapi GBS adalah mengurangi beratnya
makrofag akan mensekresikan protease yang akan penyakit dan mempercepat penyembuhan melalui
merusak protein myelin disamping menghasilkan sistem imunitas (imunoterapi). Penatalaksanaan
TNF dan komplemen.1 GBS, termasuk penggunaan IVIg harus dimulai
Secara klinis, GBS adalah penyakit yang ditandai segera setelah diagnosis ditegakkan secara klinis.
oleh fase akut, fase plateau (dengan lama bervari- Aspek terpenting dari penatalaksanaan GBS adalah
asi), dan fase penyembuhan yang dapat berlangsung terapi suportif. Semua penderita dengan GBS
beberapa minggu sampai bulan. Gejala awal memerlukan perawatan di rumah sakit sampai
biasanya muncul antara 1-4 minggu setelah infeksi kondisi stabil. Penderita dengan gejala tetraparesis
saluran nafas atau diare.2 Fase pertama yaitu fase flaksid yang progresif cepat, kapasitas vital paru di
akut ditandai oleh onset dan gejala yang progre- bawah 50% normal (<20 mL/kg), paralisis bulbar,
sif. Fase ini dapat bertahan beberapa jam sampai atau instabilitas otonom sebaiknya dimonitor pada
minggu. Gejala yang biasanya muncul adalah ruang terapi intensif.10 Pemasangan ventilator
kelemahan yang dapat menimbulkan gangguan mekanis dipertimbangkan pada penderita yang
berjalan, seperti gaya jalan wide-base, kesulitan memenuhi paling tidak satu kriteria mayor atau
berlari, atau naik tangga. Parastesi yang tidak jelas dua kriteria minor. Kriteria mayor adalah hiper-
dan nyeri tidak terlokalisir juga sering dijumpai.8 karbia (PaCO2 > 48mmHg), hipoksemia (PaO2
Gambaran klinis dari GBS yang klasik adalah < 56mmHg), dan kapasitas vital pernafasan kurang
kelemahan yang awalnya berasal dari distal kedua dari 15ml/kgBB. Kriteria minor adalah batuk yang
kaki yang ascending dan simetris bahkan hingga tidak efisien, gangguan menelan, atau atelecta-
kelemahan otot pernapasan dengan sesak napas sis.11 Perhatian juga harus diberikan pada mana-
mungkin saja terjadi dan berlangsung selama jemen nyeri, nutrisi, dan kebutuhan psikososial.
beberapa hari sampai minggu.  Pasien pada kasus Rehabilitasi harus dimulai segera setelah diagnosis
ini berdasarkan riwayat dari anamnesis dan pemer- dibuat untuk mencegah kontraktur dan dekubitus,
iksaan klinis menyerupai gejala-gejala klinis yang serta mengembalikan fungsi.1 Pilihan imunoterapi
klasik dari GBS berupa kelemahan yang ascending pada penderita GBS terdiri dari plasmapharesis dan
dan simetris yang bahkan diikuti dengan kelema- IVIg. Plasmapheresis adalah terapi yang pertama
han otot-otot pernapasan sehingga pasien harus terbukti efektif membantu penyembuhan pender-
diintubasi dan dipasang ventilator. Keparahan dapat ita GBS. Plasmapharesis umumnya dilakukan
berkisar dari kelemahan ringan sampai tetraplegia sebanyak lima kali dalam waktu dua minggu sejak
dengan kegagalan ventilasi. Gangguan saraf krania- munculnya gejala. Namun karena kepraktisan dan
lis terjadi pada pasien terutama pada nervus VII dan ketersediaannya, IVIg menjadi terapi pilihan. Dosis
IX-XII. Kebanyakan pasien mengeluh parestesia, rekomendasi pada penderita yang tidak mampu
mati rasa, atau perubahan sensorik serupa. Gejala berjalan adalah total IVIg 2 gram/kgBB yang dibagi
sensorik sering mendahului kelemahan. Parestesia merata dalam dosis harian selama lima hari. Efek
umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, samping yang sering muncul adalah demam, mial-
berproses menuju ke atas. Dilaporkan juga 89% gia, nyeri kepala, menggigil, mual, dan muntah.

306 Medicina 2019; 50(2): 304-307 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.629


LAPSUS

Reaksi hipersensitivitas atau bahkan anafilaksis Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIg) dan
dapat terjadi.1 plasmapheresis sebagai terapi efektif pada pender-
The American Academy of Neurology (AAN) Pada ita GBS dengan disabilitas masih dianjurkan oleh
tahun 2003 mempublikasi parameter praktis yang banyak hasil uji klinis, disamping terapi lain yang
memberikan rekomendasi untuk penatalaksanaan sifatnya supportif. tingginya angka kecacatan dapat
penderita GBS. Parameter praktis menyarankan menetap sampai 6 bulan sejak awal gejala meski-
pada penderita GBS yang tidak mampu berjalan pun dengan terapi optimal masih menjadi masalah
sendiri untuk dilakukan plasmapharesis, dimu- dalam penanganan GBS.
lai dalam 4 minggu sejak awal gejala, atau IVIg
yang dimulai dalam 2 minggu sejak awal gejala.5
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada keuntungan tambahan yang diperoleh
dari penggunaan plasmapheresis dan IVIg secara 1. Yuki N, Hartung HP. Guillain–Barré Syndrome, N Engl J
Med, 2012 ;366: 2294-304
bersamaan.12 2. Doorn PA, Ruts L, Jacobs BC. Clinical Features,
Penanganan setiap kasus harus bersifat individ- Pathogenesis and Treatment of Guillain-Barré syndrome,
ual. Untuk penderita yang masih mampu untuk Lancet Neurol, 2008;7: 939-50
3. Ropper AH, Samuels MA. Diseases of peripheral nerves.
berjalan atau penyebabnya sudah stabil, hanya terapi Dalam: Adams & Victor’s Principles of Neurology, edisi
suportif yang direkomendasi. Meskipun demikian, ke-10 USA: The McGraw-Hill Companies, 2014. h.1310-90
banyak neurolog yang merekomendasikan plasma- 4. Sekiguchi Y, Uncini A, Yuki N. Antiganglioside antibod-
ies are associated with axonal Guillain-Barré syndrome:
pharesis atau IVIg pada semua penderita yang didi- a Japanese-Italian collaborative study, J Neurol Neurosurg
agnosis GBS, terutama bila ada kelemahan bulbar Psychiatry, 2012; 83: 23-8.
atau gangguan pernafasan, meski pada fase plateau. 5. Hughes RAC, Cornblath DR. Guillain-Barré syndrome.
Lancet, 2005; 366: 1653-66.
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa peng- 6. Winer JB. Guillain-Barre syndrome, BMJ, 2008; 337:
gunaan preparat steroid tidak mempunyai nilai/ 227-31.
tidak bermanfaat untuk terapi GBS.12 7. Hiraga A, Mori M, Ogawara K, Hattori T, Kuwabara S.
Differences in patterns of progression in demyelinating
Pada umumnya, angka kematian pada GBS and axonal Guillain-Barré syndromes. Neurology,2003;
sekitar 3% - 10 % pasien yang tidak dapat bertahan 61:471-4.
dengan penyakitnya, walaupun sudah mendapat 8. Rosen BA. Guillain-Barré syndrome, Pediatrics in Review,
2012; 33: 164-71.
terapi optimal.4 Pada 20% penderita lainnya 9. Preston DC, Shapiro BE. Electromyography and
mengalami kesulitan berjalan, bahkan setelah 6 Neuromuscular disorder, edisi ke-2, USA: Elsevier, 2005:
bulan sejak munculnya gejala.5 Keluhan nyeri serta 396-398.
10. Agrawal S, Peake D, Whitehouse WP. Management of chil-
kelelahan sampai bertahun-tahun juga dirasakan dren with Guillain-Barré syndrome, Arch Dis Child Pract
oleh sebagian pasien.3 Ed, 2007; 92: 164.
11. Burakgazi AZ, Höke A. Respiratory muscle weakness in
peripheral neuropathies, J Peripher Nerv Syst,2010; 15:
SIMPULAN 307-13.
12. Patwa HS, Chaudhry V, Katzberg H, Rae-Grant AD, So YT.
Saat ini GBS merupakan penyebab tersering kelum- Evidence-based guideline: Intravenous immunoglobulin
in the treatment of neuromuscular disorders, Neurology,
puhan flaksid akut di seluruh dunia. GBS sampai 2012; 78: 1009-15.
saat ini didasari oleh proses autoimune. Dengan
infeksi menjadi salah satu faktor pencetus paling
sering. Belum ada peremeriksaan secara spesifik
untuk GBS, diagnosis didasarkan pada kriteria
klinis yang ditunjang oleh pemeriksaan cairan sere- This work is licensed under a Creative Commons Attribution
brospinal yang diperoleh dengan lumbal punksi.

Medicina 2019; 50(2): 304-307 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.629 307

Anda mungkin juga menyukai