Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2

SEL ELEKTROKIMIA

DosenPengampu : Dr. Kartimi, M.Pd

Oleh :
Nama: Mahfudhah
NIM : 1413163088
Kelas : BIO A/2
Kelompok : 5
AsistenPraktikum : 1. Diana Yulianti
2. RinaRahmawati

PUSAT LABORATORIUM BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2014
SEL ELEKTROKIMIA

A. TUJUAN
1. Untuk mengamati ciri-ciri terjadinya reaksi redoks spontan.
2. Untuk mengamati sel elektrokimia dan besarpotensial sel.

B. DASAR TEORI
Sel elektrokimia terdiri atas dua jenis, yaitu sel Volta dan sel
elektrolisis. Sel Volta adalah sel elektrokimia. Pada sel Volta, terjadi
reaksi redoks yang menghasilkan listrik. Sebaliknya, sel elektrolisis
adalah sel elektrokimia. Pada sel elektrolisis, arus listrik digunakan
untuk membentuk reaksi redoks. Pada rangkaian sel elektrokimia
terdapat dua elektroda, yaitu katoda dan anoda. Katoda dan anoda
adalah elektroda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, sedangkan pada
anoda terjadi reaksi oksidasi. (Keenan, 1980)
Rangkaian sel Volta juga sering disebut sel galvanik. Pada
rangkaian sel Volta, reaksi redoks spontan menghasilkan aliran listrik
yang mengalir melalui rangkaian luar. Reaksi redoks dalam sel Volta
dapat dituliskan dengan suatu lambing yang disebut diagram sel atau
bagan sel. Penulisan reaksi oksidasi pada anoda digambarkan di
sebelah kiri, sedangkan reaksi reduksi pada katoda digambarkan di
sebelah kanan. (Oxtoby:1999).

Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut


sel galvani atau sel volta. Sel ini mengubah energi kimia menjadi
energi listrik yang dapat diguakan untuk melakukan kerja. Sel terdiri
dari dua setengah sel yang elektrodanya dihubungkan dengan kawat
dan larutannya dengan jembatan garam (ujung jembatan garam
disumbat dengan bahan berpori yang memungkinkan ion bermigrasi,
tetapi mencegah aliran cairan dalam jumlah besar). Potensiometer
mengukur perbedaan potonsial antara dua elektrode. Aliran listrik
antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat
dilakukan melalui larutan yang “menjembatani” kedua setengah-sel,
tak dapat dihubungkan dengan kawat biasa : hubungan ini disebut
jembatan garam (salt bridge) (petrucci:1985).

Dua aturan yang cocok untuk menghitung daya gerak listrik


suatu sel penentuan reaksi sel, dan untuk menentukan apakah reaksi sel
seperti tertulis berlangsung spontan daya gerak listrik sel E 0 adalah
daya gerak listrik bila semua konstituen terdapat pada keaktifan satu.
1)        Daya gerak listrik suatu sel sama dengan potensial elektroda
standar elektroda katode dikurangi potensial elektroda anode.
E0 sel = E0 katode - E0anode
Hasil E0 sel > 0 menyatakan reaksi berlangsung spontan, dan E 0
sel < 0 maka menyatakan reaksi berlangsung tidak spontan.
2)        Reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai reaksi
oksidasi dan reaksi yang berlangsung pada anode ditulis sebagai
reaksi oksidasi dan reaksi yang berlangsung pada katode adalah
reaksi reduksi. Reaksi sel adalah jumlah dari kedua reaksi ini.
Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa
dilihat dalam deret keaktifan logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu Hg Ag
Pt Au, semakin kekanan maka potensial reduksinya semakin
meningkat sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan semakin ke
kiri makin mudah untuk dioksidasi. Elektroda acuan untuk mengukur
potensial elektroda dipilih elektroda hidrogen baku. Potensial
elektroda standar suatu elektroda diberi nilai positif bila elektroda ini
lebih positif dari pada elektroda hidrogen standar, dan tandanya
negatif bila lebih negatif daripada elekrtoda hidrogen standar.
Penulisan dengan lambang kerap kali digunakan untuk
menggambarkan sebuah sel. Penulisan ini disebut diagram sel, untuk
sel elektrokimia :
Zn /│Zn2+ ││Ag+ │ Ag. (Day & Underwood, 1998)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Meter dasar
 Kabel dengan steker tumpuk
 Kabel dengan jepit buaya.
2. Bahan :
 Kertas saring
 Larutan FeSO4
 Larutan CuSO4
 Larutan ZnSO4
 Logam Cu
 Logam Fe
 Logam Zn
 Aquades

D. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi redoks spontan
a. 20 mL larutan FeSO4, CuSO4, ZnSO4 dimasukan kedalam gelas
kimia berbeda.
b. Logam Cu, Fe, dan Zn dimasukkan kesetiap larutan secara
bergantian
c. Logam didiamkan selama15 menit kedalam larutan kemudian
amati yang terjadi
2. Sel elektrokimia dan Potensial sel
a. 20 mL Larutan FeSO4 dan CuSO4 dimasukkan kedalam gelas
yang berbeda
b. Logam Fe dan Cu dimasukkan kedalam larutan yang memiliki
jenis yang sama
c. Kemudian kedua gelas didekatkan dengan jembatan garam
yaitu kertas sarimg yang sebelumnya telah diredam dalam
larutan KCl jenuh
d. Logam pada gelas 1 dan 2 dihubungkan dengan menggunakan
kabel
e. Posisi meter dasar dipasag pada pembaca tegangan Volt
f. Tegangan yang dhasilkan diamati
g. Dihitung tegangan yang dihasilkan oleh logam
h. Lakukan percobaan yang sama dengan menggunakan tegangan
meter dasar yang berbeda.

E. HASIL PENGAMATAN
1. Reaksi redoks spontan

Hasil pengamatan
Logam Larutan
Warna Gelombang Bau Endapan
Tetap Tidak ada
FeSO4 bening -
-
keruh
Tetap
Cu Tidak ada
CuSO4 Kuning - -
pekat
Tetap
ZnSO4 Tidak ada - -
keruh utih
Hijau
CuSO4 Ada - -
keruh
Fe
Lebih
ZnSO4 - - -
bening
Zn FeSO4 Tetap Ada - -
bening
kuning
Logam
menghitam
CuSO4 Ada - Ada
tetap biru
bening

2. Sel elektrokimiadan Potensial sel

Hasil pengamatan
Larutan Logam
Warna Katoda Anode
CuSO4 Cu Larutannya berwarna kuning pekat
dan pada kertas saringnya berubah
warna menjadi hitam kecoklatan.

Cu Fe
FeSO4 Fe Pada larutannya berwarna kuning
dan pada kertas saringnya berubah
menjadi berubah menjadi putih
kepink

Perhitungan :
1 Volt
58
V= x 1 = 0,58 V
100
10 volt
8
V= x 10 = 0,8 V
100
50 Volt
0,5
V= x 50 = 25 V
100

F. PEMBAHASAN
Sel elektrokimia juga disebut sel volta atau sel galvani, adalah
suatu alat dimana reaksi kimia terjadi dengan produksi suatu
perbedaan potensial listrik antara dua elektroda. Jika kedua elektroda
dihubungkan terhadap suatu sirkuit luar dihasilkan aliran arus, yang
dapat mengakibatkan terjadinya kerja mekanik sehingga sel
elektrokimia mengubah energi kimia. Hal ini akan dibuktikan pada
percobaan praktikum kali ini.

Untuk membuktikan percobaan tentang reaksi redoks spontan


dan sel elektrokimia serta besarnya potensial sel, bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini yaitu larutan larutan ZnSO4, CuSO4,
FeSO4, serta beberapa logam seperti Cu, Fe dan juga logam Zn. Pada
praktikum kali ini dilakukan dengan dua percobaan yaitu reaksi redoks
spontan yang dilakukan ntuk mengamati ciri-ciri terjadinya reaksi serta
sel elektrokimia dan potensial sel.

Percobaan pertama dilakukan dengan reaksi redoks spontan,


reaksi ini digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik atau aliran
listrik melalui (jaringan) maka sistem kimia demikian disebut sel
galvanik atau sel volta. Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu
mengambil larutan ZnSO4, CuSO4, FeSO4, serta beberapa logam seperti
Cu, Fe dan juga logam Zn. Ketiga larutan tersebut dimasukan dalam
gelas kimia yang berbeda, kemudian setiap logam yang telah ada
dimasukkan kedalam gelas kimia secara bergantian selama 15 menit
dan dilihat perubahan yang terjadi.

Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan larutan


CuSO4 kemudian logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4
yang berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas
kimia menjadi terasa sedikit hangat, dan tidak terdapat endapan tetai
logam Zn menjadi menghitam. Reaksi ini termasuk reaksi spontan,
karena menurut deret keaktifan logam Cu berada lebih kiri dari pada
Zn, sehingga dalam reaksi Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Zn
teroksidasi menjadi ionnya yaitu Zn2+. Gelas kimia yang terasa hangat
juga menyatakan bahwa terjadi reaksi spontan dalam reaksi tersebut,
yaitu adanya pelepasan elektron dari Zn sehingga Zn menjadi Zn 2+ dan
penangkapan elektron oleh Cu2+ sehingga menjadi Cu. Selain
beberapa ciri tadi terdapat juga adanya gas atau gelembung, adanya
gelembung tersebut membuktikan bahwa telah terjadi reaksi kimia
dari Zn dengan CuSO4. Dan dilihat dengan kecepatan reaksinya pada
saat praktikum maka nilai E0 selnya positif, Cu bersifat katode karena
Cu mengalami reduksi sedangkan Zn bersifat anode karena Zn
mengalami oksidasi.
Dengan menggunakan larutan yang sama yaitu dengan larutan
CuSO4 dan logam Fe dimasukkan ke dalam larutan CuSO4 yang
berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas kimia pada
larutan Fe juga terasa sedikit hangat, dan terdapat endapan tetapi
logam Fe menjadi agak menghitam tetapi tidak sehitam seperti logam
Zn. Reaksi ini termasuk reaksi spontan, karena menurut deret
keaktifan logam Cu berada lebih kiri dari pada Fe, sehingga dalam
reaksi Cu2+ tereduksi menjadi Cu dan Fe teroksidasi menjadi ionnya
yaitu Fe2+. Gelas kimia yang terasa hangat juga menyatakan bahwa
terjadi reaksi spontan dalam reaksi tersebut, yaitu adanya pelepasan
elektron dari Fe sehingga Fe menjadi Fe2+ dan penangkapan elektron
oleh Cu2+ sehingga menjadi Cu. Selain beberapa ciri tadi terdapat juga
adanya gas atau gelembung, adanya gelembung tersebut membuktikan
bahwa telah terjadi reaksi kimia dari Zn dengan CuSO 4. Dan dilihat
dengan kecepatan reaksinya pada saat praktikum maka nilai E 0 selnya
positif, Cu bersifat Katode karena Cu mengalami reduksi sedangkan
Zn bersifat anode karena Zn mengalami oksidasi.
Percoaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan larutan
FeSO4 kemudian logam Zn dimasukkan ke dalam larutan FeSO4 yang
berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas kimia
tidak terjadi perubahan, dan tidak terdapat endapan serta logam Zn
tidak mengalami perubahan. Reaksi ini termasuk reaksi spontan,
karena menurut deret keaktifan logam Fe berada lebih kiri dari pada
Zn, sehingga dalam reaksi Fe2+ tereduksi menjadi Fe dan Zn
teroksidasi menjadi ionnya yaitu Zn2+. Walaupun pada gelas kimia
tidak mengalami perubahan akan tetapi terdapat adanya gas atau
gelembung, adanya gelembung tersebut membuktikan bahwa telah
terjadi reaksi kimia dari Zn dengan FeSO4. Dan dilihat dengan
kecepatan reaksinya pada saat praktikum maka nilai E 0 selnya positif,
Fe bersifat katode karena mengalami reduksi sedangkan Zn bersifat
anode karena Zn mengalami oksidasi.
dengan menggunakan larutan yang sama yaitu larutan FeSO4
kemudian logam Cu dimasukkan ke dalam larutan FeSO4 yang berada
dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan gelas kimia tidak terjadi
perubahan, dan tidak terdapat endapan serta logam Cu tidak
mengalami perubahan. Reaksi ini tidak termasuk reaksi spontan,
karena menurut deret keaktifan logam Cu berada lebih kanan dari
pada Fe, sehingga dalam reaksi Fe teroksidasi menjadi Fe2+ dan Cu2+
tereduksi menjadi ionnya yaitu Cu. pada gelas kimia tidak mengalami
perubahan juga tidak terdapat adanya gas atau gelembung, tidak
terdapat adanya gelembung tersebut membuktikan bahwa tidak terjadi
reaksi kimia dari Cu dengan FeSO4. Dan dilihat dengan kecepatan
reaksinya pada saat praktikum maka nilai E0 selnya negatif, Fe bersifat
anode karena mengalami oksidasi sedangkan fe bersifat kanode karena
Cu mengalami oksidasi.
Percoaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan larutan
ZnSO4 dan menggunakan logam Cu dimasukkan ke dalam larutan y
ZnSO4 yang berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan
pada gelas kimia tidak terjadi perubahan, dan tidak terdapat endapan
serta logam Cu tidak mengalami perubahan. Reaksi ini tidak termasuk
reaksi spontan, Logam Cu yang dimasukkan ke dalam larutan ZnSO 4
mengalami reaksi karena potensial reduksi Cu lebih besar dari pada
Zn. Jadi Cu tidak bisa dioksidasi oleh Zn2+ menjadi Cu2+ dan Zn2+ tidak
bisa direduksi oleh Cu2+ menjadi Zn, hal ini juga terlihat dari deret
keaktifan logam, Cu lebih mudah direduksi dibandingkan Zn. Agar
bisa bereaksi diperlukan energi luar yaitu dengan konsep elektrolisis.
Maka nilai E0 selnya adalah negatif. pada gelas kimia tidak mengalami
perubahan juga tidak terdapat adanya gas atau gelembung, tidak
terdapat adanya gelembung tersebut membuktikan bahwa tidak terjadi
reaksi kimia.

Pada sel elektrokimia, anoda dan katoda masing-masing adalah


tempat terjadinya oksidasi dan reduksi. Ini berlaku pada sel
elektrolisis ataupun galvanik. Pada sel galvanik dengan e1ektroda-
elektroda Zn dan Cu, oksidasi terjadi pada elektroda Zn sehingga
batang Zn adalah anoda dan elektroda Cu adalah katoda. Ion Zn2+
meninggalkan anoda masuk ke larutan dan elektron meninggalkan
anoda, sehingga elektroda Zn bertanda negatip. Pada katoda Cu, ion
Cu2+ terikat pada elektroda dan tereduksi, sehingga elektroda Cu
bertanda positip. Jadi, pada sel galvanik anoda adalah negatip dan
katoda adalah positip, berbeda dengan sel elektrolisis. (Anonim, 2013)

Dengan menggunakan larutan yang sama yaitu larutan ZnSO4.


Dan dengan menggunakan logam Fe dimasukkan ke dalam larutan
FeSO4 yang berada dalam gelas kimia. Sesaat setelah dimasukkan
gelas kimia tidak terjadi perubahan, dan tidak terdapat endapan serta
logam Cu tidak mengalami perubahan. Reaksi ini tidak termasuk
reaksi spontan, karena menurut deret keaktifan logam Zn berada lebih
kanan dari pada Fe, sehingga dalam reaksi Fe teroksidasi menjadi Fe 2+
dan Cu2+ tereduksi menjadi ionnya yaitu Cu. pada gelas kimia tidak
mengalami perubahan juga tidak terdapat adanya gas atau gelembung,
tidak terdapat adanya gelembung tersebut membuktikan bahwa tidak
terjadi reaksi kimia dari Cu dengan FeSO4. Dan dilihat dengan
kecepatan reaksinya pada saat praktikum maka nilai E 0 selnya negatif,
Fe bersifat anode karena mengalami oksidasi sedangkan fe bersifat
katode karena Cu mengalami oksidasi.
Pada sel elektrolisis, perubahan kimia atau reaksi redoks non-
spontan terjadi dengan memberikan tegangan listrik diantara dua
elektroda yang dicelupkan pada sistem. Bila proses dibalik dimana
reaksi redoks spontan digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik
atau aliran listrik melalui circuit (jaringan) maka sistem kimia
demikian disebut sel galvanik atau sel volta. (Anonim, 2011)

Pada percobaan kedua yaitu dengan melakukan percobaan sel


volta. Sel volta merupakan suatu sel elektrokimia yang mengubah zat
kimia menjadi energi listrik. Dalam sel volta reduktor dan
oksidatornya dipisahktan sehingga pemindahan tidak terjadi secara
langsung tetapi melalui kawat penghantar, untuk melakukan
percobaan dilakukan dengan menggunakan dua larutan yaitu larutan
FeSO4 dan larutan CuSO4 kemudian kedua larutan tersebut
dimasukkan kedalam gelas kimia yang berbeda, dan pada tiap larutan
dimasukkan kedalamnya logam dari jenis yang sama yaitu logam Fe
dan Cu. Metode percobaan langsung untuk menentukan potensial
elektroda yaitu berdasarkan penentuan percobaan potensial. Hubungan
listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara tertentu,
yaitu kedua elektroda logam dan larutannya harus berhubungan
secara sederhana elektroda saling dihubungkan dengan kawat logam
yang memungkinkan aliran elektroda. Aliran listrik di antara dua
larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat dilakukan
melalui larutan yang “menjembatani” kedua setengah sel. Hubungan
ini disebut jembatan garam. Jembatan garam yang digunakan yaitu
kertas saring yang sebelumnya sudah direndam dengan elektrolit yang
menghantarkan listrik seperti kalium klorida. Jembatan ini
menghubungkan kedua cairan tanpa mencampurnya.
Pada saat jembatan garam dihubungkan terlihat pada kertas
saring yang berada didalam gelas kimia berisi larutan FeSO4 dan
logam Fe terlihat kertas saring menjadi berwarna orange kecoklatan
akibat karat yang ada pada logam serta larutannya menjadi kuning.
Sedangkan pasa kertas saring yang berada dalam larutan CuSO4 dan
logam Cu terlihat kertas saring menjadi berwarna hitam kecoklatan
dengan warna larutanh yang berubah menjadi kuning pekat. Potensial
reduksi Cu lebih besar dari pada Fe. Jadi Cu tidak bisa dioksidasi oleh
Fe2+ menjadi Cu2+ dan Fe2+ tidak bisa direduksi oleh Cu2+ menjadi Fe,
hal ini juga terlihat dari deret keaktifan logam, Cu lebih mudah
direduksi dibandingkan Zn. Agar bisa bereaksi diperlukan energi luar
yaitu dengan konsep elektrolisis.
Untuk mengetahui potensial sel dari larutan digunakan dengan
meter dasar yang dihubungkan pada logam Fe dan Cu yang telah
berada didalam larutan, kemudian meter dasar diarahkan kepada Volt.
Pada saat 1 Volt tegangan yang dihasilkan oleh larytan yaitu 0,58
Volt, pada saat 10 Volt tegangan yang dihasilkan yaitu 0,8 volt
sedangkan pada saat 50 Volt tegangan yang dihasilkan yaitu 1 volt.
Dari hasil percobaan dapat terlihat semakin besar tegangan yang
diberikan oleh meter dasar maka semakin besar pula tegangan yang
dihasilkan oleh larutan.

Antara dua elektroda, bila dibuat suatu hubungan listrik antara


dua daerah yang mempunyai rapatan muatan yang berbeda maka
muatan listrik akan mengalir dari daerah yang mempunyai rapatan
muatan yang lebih tinggi atau potensial listrik yang lebih tinngi
menuju daerah dengan potensial listrik yang lebih rendah. Gabungan
dua setengah sel disebut sel elektokimia. Ggl yang dihasilkan sel
galvanik disebut potensial sel, Esel, dan besarnya tergantung pada: (a)
konsentrasi ion dalam sel, (b) temperatur, dan (c) tekanan parsial gas
yang mungkin terlibat dalam reaksi. (Oxtoby, 1999)
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan praktikum yang dilakukan tentang sel
elektrokimia, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sel elektrokimia terdiri atas dua jenis, yaitu sel Volta dan sel
elektrolisis. Sel Volta adalah sel elektrokimia. Pada sel Volta,
terjadi reaksi redoks yang menghasilkan listrik. Sebaliknya, sel
elektrolisis adalah sel elektrokimia. Pada sel elektrolisis, arus
listrik digunakan untuk membentuk reaksi redoks.
2. Untuk mengetahui reaksi redoks spontan atau tidak juga bisa
dilihat dalam deret keaktifan logam yaitu :
Li K Ba Ca Na Mg Al Mn (H 2O) Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb (H) Cu
Hg Ag Pt Au, semakin kekanan maka potensial reduksinya
semakin meningkat sehingga semakin mudah untuk direduksi, dan
semakin ke kiri makin mudah untuk dioksidasi.
3. perubahan kimia atau reaksi redoks non-spontan terjadi dengan
memberikan tegangan listrik diantara dua elektroda yang
dicelupkan pada sistem. Bila proses dibalik dimana reaksi redoks
spontan digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik atau aliran
listrik melalui circuit (jaringan) maka sistem kimia demikian
disebut sel galvanik atau sel volta. (Anonim, 2011)
4. Ggl yang dihasilkan sel galvanik disebut potensial sel, Esel, dan
besarnya tergantung pada: (a) konsentrasi ion dalam sel, (b)
temperatur, dan (c) tekanan parsial gas yang mungkin terlibat
dalam reaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Day & Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6.


Jakarta: Erlangga.
Keenan,charles W.1980.Ilmu kimia untuk universitas edisi keenam
Jilid 2.Jakarta :Erlangga.

Oxtoby,David W. Dkk,1999 Prisip-prinsip kimia modern edisi


keempat jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralp.H. 1999. Kimia Dasar Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.


Anonim, 2011. http://adesidiq.blogspot.com/2011/01/laporan-
kimia-reaksi-redoks-sel.html. diakses pada 17 Maret 2014
pada pukul 13.57 WIB.

Anonim, 2013. http://kimia-analisi.blogspot.com/2013/09/laporan-


praktikum-kimia-sel-volta.html. diakses pada 17 Maret
2014 pada pukul 14.44 WIB

Anda mungkin juga menyukai