Anda di halaman 1dari 22

Lampiran : 1 Lembar

Perihal : Usulan Judul Skripsi


Kepada Yth:
Ketua Jurusan Kebidanan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Di
Bengkulu

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama : ARI SETIANINGSIH
NPM : 2026040228.P
Jurusan : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Semester : 1 ( Satu )
Bermaksud untuk mengajukan judul tugas akhir guna menyusun skripsi pada jenjang
Diploma IV ( D IV ) Jurusan Kebidanan di Sekolah Tinggi Kesehatan Stikes Tri Mandiri
Sakti Bengkulu.

Adapun judul yang saya ajukan adalah:

1. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi


(Dismenore) Pada Remaja Putri Siswi SMP N 2 Kabawetan
2. Hubungan Keikutsertaan Ibu Primigravida Dalam Kelas Ibu Hamil Dengan Kesiapan
Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawetan Tahun 2020
3. Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Dengan Kejadian
Keputihan Pada Akseptor KB di Puskesmas Kabawetan Tahun 2020

Demikianlah surat permohonan ini saya buat atas perhatian dan kebijakan dari ibu saya
ucapkan terimakasih.

Bengkulu, November 2020


Hormat Saya

Ari Setianingsih
Lampiran

1. Foto copy Bukti Pembayaran uang semester ganjil


2. Foto copy KRS Semester ganjil
3. Tiga Buah Judul Dengan Lampiran BAB
SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP


PENURUNAN NYERI MENSTRUASI (DISMENORE) PADA REMAJA
PUTRI KELAS VII SMP 2 KABAWETAN

DISUSUN OLEH:

ARI SETININGSIH
NPM. 2026040228.P

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Definisi

remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu secara kronologis,

remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.

Secara fisik, remaja ditandai dengan adanya perubahan ukuran dan penampilan

fisik dan adanya kemampuan bereproduksi, dan secara psikologis, remaja

mengalami perubahan pada kognitif, mental, sosial dan moral (Kusmiran, 2012).

Periode masa remaja ini sering disebut masa pubertas yaitu bagian dari proses

perkembangan dengan adanya kematangan organ seksual dan kemampuan

bereproduksi, yang ditandai dengan terjadinya menstruasi pertama (menarche)

(Widyastuti, 2009).

Menurut Kusmiran (2012) menstruasi adalah perubahan secara fisiologis

pada perempuan. Menstruasi adalah perdarahan yang teratur dari uterus sebagai

tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Secara umum, remaja

mengalami menarche adalah usia 12 sampai dengan 16 tahun, dengan siklus

menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi 2-7 hari.

Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri perut,

kram dan sakit punggung bawah (Kusmiran, 2012). Secara patofisiologis, kondisi

dysmenorrhea terjadi karena peningkatan sekresi prostaglandin F2 alfa pada fase

luteal siklus menstruasi. Sekresi F2 alfa prostaglandin yang meningkat


menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi uterus sehingga menyebabkan

terjadinya vasopasme dan iskemia pada pembuluh darah arteri uterus. Respon

iskemik yang terjadi pada kondisi dysmenorrhea menyebabkan sakit pada daerah

pinggang, sakit pada punggung bawah, kelemahan, edema, diaporesis, anoreksia,

mual terkadang sampai terjadi muntah, diare, sakit kepala, penurunan konsentrasi,

emosi labil, dan gejala lainnya. Penyebab dysmenorrhea belum diketahui secara

pasti, namun secara teoritis dapat disebabkan adanya defisiensi progesterone

Peningkatan prolaktin dan prostaglandin, diet tidak adekuat, dan masalah

psikologis (Afiyanti & Pratiwi, 2016)

Prevalensi dysmenorrhea primer meningkat saat usia 19 tahun ke atas.

Kejadian dysmenorrhea mengakibatkan penurunan produktivitas kerja, penurunan

daya konsenterasi, dan mengurangi kegiatan sosial (Edmonds, 2007). Penderita

dysmenorrrhea membutuhkan perhatian yang cukup serius, karena jika

dysmenorrhea tidak ditangani, maka akan mengganggu aktivitas sehari-hari,

terutama bagi pelajar/mahasiswi dapat mengganggu proses dan produktivitas

belajar yang bersangkutan (Prawirohardjo & Wiknjosastro, 2009). Di Malaysia

dilaporkan (51,7%) perempuan umur produktif terindikasi mengalami penurunan

daya konsenterasi di kelas, (50,2%) mengurangi kegiatan sosial dan rekreasi,

(21,5%) memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan belajar mengajar, dan

(16,4%) mempengaruhi penampilan (Wong dan Khoo, 2010). Gangguan yang

ditimbulkan dari dysmenorrhea ini menyebabkan sebagian remaja perempuan

melakukan penatalaksanaan secara farmakologi maupun non-farmakologi

(Edmonds, 2007).
Dysmenorrhea dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan

nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan memberikan obat-obatan seperti

prostaglandin inhibitor, analgesik nonsteroidal anti-inflamasntory (NSAIDS),

yaitu ibuprofen, acetaminophen, aceclofenac, valdecoxib, diclofenac, meloxicam,

dengan tujuan pengobatannya untuk menghilangkan nyeri (Zahradnik et al.,

2010). Obat-obatan tersebut dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi

prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang

menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulasi yang

menyebabkan sakit sebelumnya. Akan tetapi, pengobatan secara farmakologi

dapat memberikan efek samping, antara lain gangguan pada sistem

gastrointestinal bagian bawah (dyspepsia), nausea, dan abnormalitas pada ginjal

dan fungsi hati (Bharthi et al.,2012). Sedangkan terapi non-farmakologi yang

dapat dilakukan antara lain teknik nafas dalam (relaksasi), olahraga, aromaterapi,

dan terapi hangat atau dingin dengan cara kompres menggunakan handuk yang di

masukkan kedalam air dingin maupun hangat atau dengan kantung karet yang

diberi air hangat (Nugroho & Utama, 2014). Terapi non-farmakologi memiliki

kelebihan antara lain murah dan mudah dilakukan atau diterapkan di mana saja

termasuk dirumah.

Terapi non-farmakologi yang sering digunakan adalah terapi hangat atau

dingin. Salah satu bentuk terapi hangat atau dingin yang sering dilakukan adalah

dengan pemberian kompres hangat di perut pada penderita dysmenorrhea.

Penggunaan kompres hangat di area perut bertujuan untuk melebarkan pembuluh

darah sehingga meningkatkan sirkulasi darah ke bagian yang nyeri, menurunkan


ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri akibat spasme otot atau kekakuan otot

(Potter & Perry, 2010)

Bentuk lain dari penggunaan terapi hangat adalah pemberian kompres

hangat di area punggung bawah. Penelitian mengenai pemberian kompres hangat

di area punggung bawah masih jarang dilakukan pada nyeri dysmenorrhea,

padahal kompres hangat di area punggung bawah dapat mengurangi sensasi nyeri

dan juga kram. Penelitian kompres hangat dipunggung bawah pernah dilakukan

pada ibu persalinan fase 1 kala aktif di RSUD Waled Kabupaten Cirebon oleh

Nurasih dan Nurkholifah (2016) dan diperoleh hasil bahwa kompres hangat di

area punggung bawah dapat mengurangi nyeri terhadap pasien dalam proses

persalinan fase 1 kala aktif dengan intervensi kompres yang diberikan 20-30

menit. Penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2011) juga menemukan bahwa

ada pengaruh terapi kompres hangat terhadap penurunan dan pencegahan

peningkatan skala nyeri persalinan yang bermakna sesudah diterapi selama 20

menit pemberian kompres hangat pada punggung bawah yang diberikan pada ibu

persalinan kala aktif di puskesmas wilayah Jakarta Selatan yaitu puskesmas Pasar

Minggu dan puskesmas Cilandak. Skala nyeri sesudah periode intervensi menurun

sebesar 2,07 point pada setiap responden yang diterapi dengan kompres angat.

Survei awal dengan wawancara terhadap 10 orang sisw1 SMP 2

Kabawetan, didapatkan hasil bahwa dari 9 orang mengalami dysmenorrhea,1

orang tidak mengalami dysmenorrhea, 3 orang mengatakan nyeri skala ringan, 5

orang nyeri kala sedang, 1 orang nyeri skala berat. Pada 5 orang mahasiswi

merasakan dysmenorrhea selama 2 hari saat menstruasi, 3 orang merasakan


dysmenorrhea pada hari pertama menstruasi, dan 1 orang siswi merasakan

dysmenorrhea pada 2-4 jam pada hari pertama menstruasi. Keluhan yang paling

sering dirasakan 2 orang mengatakan pusing dan mual, 5 orang mengatakan nyeri

perut sampai punggung bawah, 2 orang mengatakan sakit pada payudara, dan

terjadi kelemahan pada ekstermitas bawah.

Berdasarkan latar belakang diatas mendorong penulis untuk melakukan

penelitian Pengaruh Pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri

menstruasi (dismenore) pada remaja putri di SMP N 2 Kabawetan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada Pengaruh Pemberian kompres hangat

terhadap penurunan nyeri menstruasi (dismenore) pada remaja putri di SMP N 2

Kabawetan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pemberian kompres hangat terhadap

penurunan nyeri menstruasi (dismenore) pada remaja putri di SMP N 2

Kabawetan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi nyeri menstruasi (dismenore) sebelum pemberian

kompres hangat terhadap penurunan nyeri menstruasi (dismenore)

pada remaja putri di SMP N 2 Kabawetan.


b. Mengidentifikasi nyeri menstruasi (dismenore) setelah pemberian

kompres hangat terhadap penurunan nyeri menstruasi (dismenore)

pada remaja putri di SMP N 2 Kabawetan

c. Menganalisis pengaruh pemberian kompres hangat terhadap

penurunan nyeri menstruasi (dismenore) pada remaja putri di SMP N

2 Kabawetan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan perhatian terhadap program kesehatan

remaja khususnya tentang dismenore dan cara mengatasinya.

2. Bagi Stikes Tri Mandiri Sakti

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan

umpan balik baagi proses pembelajaran dan memberikan sumbangan

pemikiran terhadap penelitian di masa yang akan datang serta menambah

bahan perpustakaan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti

Bengkulu tentang dismenore dan cara mengatasinya.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya mengenai dismenore dan cara mengatasinya.


SKRIPSI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM KELAS


IBU HAMIL DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABAWETAN TAHUN 2020

DISUSUN OLEH:

ARI SETIANINGSIH
NPM. 2026040228.P

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap

wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami

menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang

organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya akan mengalami

kehamilan. (Mandriwati 2008).

Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan

diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan

perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya. (Mandriwati,

2008).

Primigravida merupakan ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya

(Chapman, 2006). Ibu hamil mengalami banyak perubahan psikis yang bisa

mengakibatkan kecemasan kehamilan. Perubahan psikis ini meliputi perasaan

takut yang ditimbulkan karena kehamilan menyebabkan perubahan besar

pada badan ibu yang dianggap sebagai sesuatu yang baru. Kecemasan

kehamilan paling sering di karenakan faktor perubahan hormon dan fikiran

menjelang persalinan yang dialami ibu hamil (Muhimah & Safe’i, 2010).

Kecemasan pada wanita primigravida menurut Rubin (1975) dapat

timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya

dan anaknya (Bobak et al., 2005). Kecemasan dan panik berdampak negatif
pada wanita sejak masa kehamilan sampai persalinan. Secara psikologis, ibu

yang tidak tenang dapat menurunkan kondisi tersebut kepada bayinya

sehingga bayi mudah merasa gelisah, yang akhirnya berdampak pada

kesehatannya seiring ia tumbuh besar (Andriana, 2011). Kecemasan pada

awal kehamilan merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsi (Kurki et al.,

2000).

Apabila kecemasan berlanjut sampai akhir kehamilan dan persalinan akan

berdampak tidak saja pada ibu tapi juga terhadap bayinya. Hal ini terjadi

karena kecemasan dapat menyebabkan peningkatan sekresi adrenalin.

Peningkatan sekresi adrenalin dapat menyebabkan kontraksi uterus berlebihan

sehingga terjadi vasokonstriksi akibatnya aliran darah utero-placenta

menurun, mengakibatkan terjadinya hipoksia dan bradikardi janin yang

akhirnya akan terjadi kematian janin, dan dapat menghambat kontraksi,

sehingga memperlambat persalinan (Chapman, 2006).

Disamping itu, Wanita hamil yang disertai kecemasan, berisiko untuk

terjadinya persalinan premature.

Kematian ibu dan janin sering tidak diakibatkan oleh ketidakmampuan

tehnik atau kelalaian, tetapi juga karena kurangnya pendidikan kesehatan ibu

tentang persalinan. Pengetahuan yang terbatas pada ibu primigravida tentang

persalinan meningkatkan kecemasan (Gayathri et al., 2010). Untuk mengatasi

hal ini dan mencegah kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan,

salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah dengan

memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan dan proses


melahirkan (Bobak et al., 2005) serta manajemen nyeri selama melahirkan

sehingga kecemasan ibu berkurang dan lebih siap dalam menghadapi

persalinan. Hal tersebut dapat diperoleh ibu hamil melalui program kelas ibu

hamil.

Program kelas ibu hamil adalah salah satu bentuk pendidikan prenatal

yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil, terjadi perubahan perilaku

positif sehingga ibu memeriksakan kehamilan dan melahirkan ke tenaga

kesehatan dengan demikian akan meningkatkan persalinan ke tenaga

kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan Anak. Di Indonesia

masalah kematian ibu masih merupakan masalah besar. Angka Kematian Ibu

(AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2012 AKI meningkat

menjadi 359/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Salah satu tool

(alat) program kesehatan yang diharapkan turut berperan dalam menurunkan

angka kesakitan dan kematian akibat kehamilan, persalinan dan nifas adalah

buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Buku KIA adalah suatu buku

yang berisi catatan kesehatan Ibu dan Anak serta informasi cara menjaga

kesehatan dan mengatasi anak sakit. Namun tidak semua ibu mau/bisa

membaca buku KIA, Penyebabnya bermacam-macam, ada ibu yang tidak

punya waktu untuk membaca buku KIA, atau malas membaca buku KIA,

sulit mengerti isi buku KIA, ada pula ibu yang tidak dapat membaca. Oleh

sebab itu ibu hamil perlu diajari tentang isi buku KIA dan cara menggunakan
buku KIA. Salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu

Hamil untuk ibu hamil (Depkes, 2009).

Kelas Ibu Hamil merupakan sarana belajar bersama tentang kesehatan

bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok, yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi

baru lahir, mitos, penyakit penyerta. Masalah yang sering di jumpai banyak

ibu hamil tidak mengetahui pentingnya mengikuti kelas ibu hamil, ibu

beranggapan bahwa kelas ibu hamil bentuk kegiatanya bersifat monoton,

sehingga menyebabkan ibu hamil kurang termotivasi mengikuti kelas ibu

hamil (Kemenkes, 2011).

Survei awal yang dilakukan di Puskesmas Kabawetan pelaksanaan

kelas ibu hamil sudah dilaksanakan sejak tahun 2012, namun keikutsertaan

ibu hamil untuk mengikuti program kelas ibu hamil masih kurang. Wilayah

kerja Puskesmas Kabawetan meliputi 7 Desa, dengan masing-masing desa

memiliki satu kelas ibu hamil. Persentase keikutsertaan pada tahun 2018

tercatat 75% dari 100% target yang diharapkan. Data Jumlah Bumil K1 dari

Januari – Mei 2018 53 orang, dengan jumlah keseluruhan ibu hamil sampai

Mei 2018 sebanyak 106 orang. Adanya program kelas ibu hamil diharapkan

ibu akan lebih siap dalam menghadapi persalinan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Keikutsertaan Ibu Primigravida Dalam


Kelas Ibu Hamil Dengan Kesiapan Menghadapi Persalinan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kabawetan Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ apakah ada Hubungan Keikutsertaan Ibu Primigravida

Dalam Kelas Ibu Hamil Dengan Kesiapan Menghadapi Persalinan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Kabawetan Tahun 2020 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan keikutsertaan ibu primigravida dalam

kelas ibu hamil dengan kesiapan menghadapi persalinan di wilayah kerja

Puskesmas KabawetanTahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi keikutsertaan ibu primigravida dalam kelas

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kabawetan tahun 2020

b. Untuk mengidentifikasi kesiapan ibu primigravida menghadapi

persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kabawetan tahun 2020.

c. Untuk menganalisis hubungan keikutsertaan ibu primigravida dalam

kelas ibu hamil dengan kesiapan menghadapi persalinan di wilayah

kerja Puskesmas Kabawetan Tahun 2020.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Perawatan Kabawetan

Sebagai landasan dan tambahan informasi untuk menentukan

kebijakan di masa akan datang tentang kesiapan ibu primigravida dalam

menghadapi persalinan.

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan yang bermanfaat serta dijadikan referensi bagi mahasiswa

kebidanan

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meneliti

dan mengembangkan penelitian dengan variabel yang berbeda.


SKRIPSI

HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL JENIS


SUNTIK DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA AKSEPTOR KB DI
PUSKESMAS KABAWETAN TAHUN 2020

DISUSUN OLEH:

ARI SETIANINGSIH
NPM. 2026040228.P

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 21,5 % pertahun

hingga 2,49 % pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu

dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : kelahiran (fertilitas), kematian

(mortalitas), dan perpindahan (migrasi). Indonesia menghadapi masalah

dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000

per tahun.(Manuaba, 2013). Pemikiran untuk mengendalikan pertumbuhan

penduduk sudah timbul sejak lama, Plato (427-347) mengemukakan bahwa

sebaiknya pranata sosial dan pemerintahan direncanakan keseimbangan antara

kebutuhan dan jumlah penduduknya. Malthus (1766-1834) mengeluarkan

sebuah buku yang berjudul An Eassy on the Principle of Population (1798)

yang prinsipnya menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk laksana deret ukur

sedangkan kemampuan alam dalam memenuhi kebutuhan manusia laksana

deret hitung. Ini menunjukkan betapa terbatasnya sumber daya alam yang pada

saatnya tidak akan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang pertumbuhannya

sangat cepat. (Handayani, 2017).

Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan

secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana. Keluarga

sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga

Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “catur warga”
atau zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga

berencana nasional Indonesia telah berumur panjang sejak 1970 dan

masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran

dengan bermakna.(Manuaba,2013). Keluarga Berencana (KB) adalah suatu

upaya yang dilakukan manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan

dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan moral Pancasila untuk

kesejahteraan keluarga. (Maritalia, 2014).

Menurut WHO (World Health Organisation), Keluarga Berencana adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan/direncanakan, mendapatkan kelahiran yang

memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu

saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga. Keluarga Berencana (KB) atau Family

Planning/Planned Parenthood adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi

sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Maritalia,

2014).

kontrasepsi sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera. (Maritalia, 2014). Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu

metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversible untuk mencegah

terjadinya konsepsi. Metode kontrasepsi hormonal dibagi menjadi 3 yaitu :

metode kontrasepsi pil, metode kontrasepsi suntik, dan metode kontrasepsi

implant. (Handayani, 2017). Dalam penggunaan metode kontrasepsi hormonal


memiliki efek samping, diantaranya : perubahan pola menstruasi, kenaikan

berat badan, mual, hipertensi, sakit kepala, peyudara terasa penuh dan

keputihan. (Hapsari,dkk, 2012).

Berdasarkan Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2016, jumlah PUS di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 48.536.690

orang. Peserta KB baru pada tahun 2016 sebanyak 6.663.156 orang (13,73 %),

dengan persentase sebagai berikut : peserta Kondom sebanyak 318.625 orang

(4,78 %), peserta Pil sebanyak 1.544.079 orang (23,17 %), peserta Suntik

sebanyak 3.433.666 orang (51,53 %), peserta IUD sebanyak 481.564 orang

(7,23 % ), peserta Implan sebanyak 757.926 orang (11,37 %), peserta MOW

sebanyak 115.531 orang (1,73 %) dan peserta MOP sebanyak 11.765 orang

(0,18 %). Berdasarkan Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2016, peserta KB aktif sebanyak 36.306.662 orang (74,80 %),

dengan persentase sebagai berikut : peserta Kondom sebanyak 1.171.509 orang

(3,23 %), peserta Pil sebanyak 8.280.823 orang (22,81 %), peserta Suntik

sebanyak 17.414.144 orang (47,96 %), peserta IUD sebanyak 3.852.561 orang

(10,61 %), peserta Implan sebanyak 4.067.699 orang (11,20 %), peserta MOW

sebanyak 1.285.991 orang (3,54 %) dan peserta MOP sebanyak 233.935 orang

(0,64 %).

Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan yang keluar dari vagina bukan

merupakan darah. (Sibagariang, dkk, 2013). Penyebab keputihan salah satunya

disebabkan karena penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormonal,

dalam pemakaian kontasepsi hormonal keputihan meningkat sekitar 50%


dibandingkan dengan bukan pemakai kontrasepsi hormonal, keputihan makin

sering timbul dengan kadar esterogen yang lebih tinggi. Alat genetalia terdapat

mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjadi kadar keasaman pH

vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8-4,2,

sebagian besar 95% adalah jenis bakteri Lactobacillus dan selebihnya adalah

bakteri patogen. Keputihan akan timbul ketika kondisi asam turun maka

bakteri Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga

menyebabkan lingkungan pada vagina asam mengakibatkan Candida albicans

dapat tumbuh dengan subur di area vagina. (Syahlani, dkk, 2013).

Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan praktik lapangan,

penulis sering menemukan kasus keputihan pada akseptor KB, dan akan

diangkat menjadi sebuah penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ”

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik dengan Kejadian

Keputihan Pada Akseptor KB di Puskesmas Kabawetan Tahun 2020 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut : Adakah hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis

suntik dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Puskesmas

Kabawetan Tahun 2020 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian

kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian keputihan pada

akseptor KB di Puskesmas KabawetanTahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan

kejadian keputihan pada akseptor KB di Puskesmas Kabawetan Tahun

2020.

b. Mengetahui hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik

dengan kejadian keputihan di Puskesmas Kabawetan Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Kabawetan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik dengan kejadian

keputihan pada akseptor KB dan dapat dimanfaatkan petugas KB di

Puskesmas Kabawetan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan

mengenai program Keluarga Berencana dan pemilihan alat kontrasepsi

yang tepat dan aman untuk digunakan oleh masyarakat.

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan yang bermanfaat serta dijadikan referensi bagi mahasiswa

kebidanan.
3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meneliti dan

mengembangkan penelitian dengan variabel yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai