Anda di halaman 1dari 8

120

BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian tentang latihan abdominal Stretching dalam

mengurangi dismenore pada remaja putri di SMP Negeri 8 Lubuklinggau

tahun 2022 , di peroleh hasil yaitu terjadinya percepatan menghilangkan

rasa nyeri saat haid yang sangat signifikan pada kedua subjek setelah

dilakukan intervensi keperawatan latihan abdominal stretching.

A. Pengkajian

Berdasarkan hasil studi kasus pada tahap pengkajian yang

dilakukan oleh penulis pada dua orang subjek maka didapatkan hasil yaitu

pada subjek I dengan inisial Nn.G berumur 13 tahun, beragama Islam,

Alamat Jl Permai 10, Kenanga 2 Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kota

Lubuklinggau, status pelajar. Subjek mengalami nyeri haid pada tanggal

11 April 2022 pukul 14.20 WIB, dengan keluhan nyeri di daerah perut

bagian bawah, kram perut, pusing, keringat dingin, kadang-kadang

menjalar ke pinggang, berasa mau pingsan dan sulit melakukan aktivitas.

Ini merupakan kejadian yang selalu dirasakan subjek saat mengalami

menstruasi pasti merasakan nyeri yang sangat hebat di daerah perut

dibagian bawah dan sekarang subjek berangsur membaik, setelah

dilakukan dengan latihan abdominal stretching untuk menghilangkan rasa

nyeri.

120
121

Subjek II dengan inisial Nn.G berumur 14 tahun, Beragama

Islam, pendidikan terakhir SD, Alamat Jl Lubuk senalang, Kenaga 2

Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kota Lubuklinggau, status pelajar.

Subjek mengalami nyeri haid pada tanggal 13 April 2022 pukul 10.00

WIB, dengan keluhan nyeri di daerah perut bagian bawah. Ini

merupakan kejadian yang selalu dirasakan subjek saat mengalami

menstruasi pasti mengalami sakit dan nyeri dibagian perut. keadaan

klien saat ini cukup membaik setelah dilakukan dengan latihan

abdominal stretching yang berfungsi untuk menghilagkan rasa nyeri

dibagian perut.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga yang didapatkan pada pengkajian

kelarga Tn.H dan Tn.T yaitu mengalami masalah yang berkenaan pada

individu dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi yang

berasal dari pengkajian fungsi keperawatan keluarga serta memacu pada

anggota dimana untuk masalah dapat digunakan dari SDKI (2016), dan

Doengoes sebagai masalah individu yang sakit.

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah

masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah

potensial adalah masalah yang timbul kemudian. Jadi diagnosa


122

keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang

status masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan

berdasarkan masalah yang ditentukan. Diagnosa keperawatan akan

memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang

nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi.

(Mubarak, 2009). Diagosa keperawatan Subjek I dan Subjek II

1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dengan

remaja putri yang menderita Dismenore.

2) Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

mengambil keputusan yang tepat

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan

sementara diagnosis keperawatan keluarga yang didapatkan pada

pengkajian terhadap 1 dan subjek 2 berdasarkan keluhan yang di

sampaikan terdapat diagnosa pada kasus ini,yaitu.

1) nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan keluarga.

Namun fokus pembahasan pada kasus ini, terpusat pada

diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit.

Diagnosa yang Sementara Diagnosis keperawatan keluarga


123

yang didapatkan pada pengkajian terhadap subjek I dan Subjek II,

berdasarkan keluhan yang disampaikan terdapat 2 diagnosa pada

kasus ini, yaitu:

Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan ada sesuai sebagaimana yang

terdapat dalam konsep SDKI (2017), namun terdapat

ketidakselarasan antara teori yang ada dengan yang ditemukan

pada subjek I dan subjek II. karena secara teori terdapat 3 diagnosa

sementara pada penelitian hanya ditemukan 2 diagnosa saja.

C. Intevensi Keperawatan

Dalam tahap intervensi keperawatan ini, hal yang paling penting

adalah penentuan prioritas masalah. Dalam penentuan prioritas

masalah ini penulis melakukan skoring masalah keperawatan terlebih

dahulu sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan total nilai

skor tertinggi. Intervensi keperawatan pada masing-masing diagnosa

keperawatan disesuaikan dengan teori yang ada dan lebih fokus

melihat pada kasus yang nyata, yang didapat dari pengkajian kondisi

keluarga dan pasien, keadaan rumah dan lingkungan, serta

pengamatan dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis.

Intervensi yang dibuat untuk diagnosa diatas adalah tujuan

yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu


124

nyeri berkurang, terkontrol atau hilang. Dengan kriteria hasil tingkat

nyeri menurun berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI, 2018). Adalah manajemen nyeri yang meliputi

observasi dengan mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, itenditas nyeri, dan skala nyeri. Terapeutik

dengan memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri seperti latihan abdominal stretching, mengontrol lingkungan

yang dapat memperberat rasa nyeri. Edukasi dengan mengajarkan

teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, dan kolaborasi

dengan pemberian analgetik, jika memiliki indikasi.

D. Implementasi Keperawatan

Dalam penelitian ini implementasi yang penulis lakukan pada kedua

subjek yaitu latihan abdominal stretching pada penderita dismenore

dilakukan selama 3 hari secara berturut-turut dengan waktu 20-30 menit

perhari dengan waktu istirahat selama 5 menit dan diperoleh hasil yaitu

terjadinya penurunan frekuensi nyeri di daerah perut pada kedua subyek

setelah dilakukan interensi keperawatan dan latihan abdominal stretching.

Teknik ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh

Yulita (2020), menunjukkan setelah diberikan latihan abdominal stretchig

sebagian besar pasien sudah tidak mengalami nyeri.Setelah diberikan

abdominal stretching pasien merasakan nyerinya berkurang, karena

gerakan-gerakan yang telah diberikan secara perlahan membantu


125

merilekskan saraf baik yang simpatis maupun yang parasimpatis.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Farida, dkk (2019),

menjabarkan latihan abdominal stretching merupakan terapi non

farmakologi yang efektif digunakan dalam mengurangi dismenore karena

gerakan ini mudah dilakukan dan menggunakan fungsi fisiologis tubuh

serta tidak memerlukan alat dalam pelaksanaannya. Prinsip yang

mendasari penurunan nyeri haid yaitu abdominal stretching membantu

meningkatkan perfusi darah ke uterus dan merileksasikan otot-otot uterus,

sehingga tidak terjadi metabolism anaerob (seperti glikosis dan

glikogenolisis) yang akan menghasilkan asam laktat, yang menyebabkan

nyeri otot/spasme, akumulasi asam laktat berkurang selama

oksidasi( Hotimah 2019) Oleh karena itu, diperlukan terapi alternative

misalnya, latihan perengangan perut untuk meningkatan aliran darah

membawa oksigen, sehingga terjadi proses oksidasi menurunkan kadar

asam laktat, merelaksasi otot perut yang kencang, untuk membantu

mengurangi kram dismenore. (Astriyani & Nurrohmah 2021).

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat

digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu keperawatan yang dibuat.

Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari penulis dapat

menyatakan bahwa masalah keperawatan dapat teratasi secara penuh dan

evaluasi akhir adalah sebagai berikut.


126

Pada penelitian kedua subjek, bahwa terjadi penurunan skala nyeri

dengan penerapan latihan abdominal stretching pada pada klien

dismenore.

Setelah dilakukan terapi abdominal stretching pada subjek 1 dan 2

ada perubahan skala nyeri yaitu subjek 1 hari pertama frekuensi nyeri dari

skala 6 mengalami penurunan menjadi skala 5, hari kedua frekuensi nyeri

dari skala 5 mengalami penurunan menjadi 4, hari ketiga frekuensi nyeri

dari skala 4 mengalami penurunan menjadi skala 3. Pada subjek 2 hari

pertama frekuensi nyeri dari skala 6 mengalami penurunan menjadi skala

5, hari kedua frekuensi nyeri dari skala 5 mengalami penurunan menjadi

4, hari ketiga frekuensi nyeri dari skala 4 mengalami penurunan menjadi

skala 3

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh oleh Yulita (2020), menunjukkan setelah diberikan latihan abdominal

stretching sebagian besar pasien sudah tidak mengalami nyeri.Setelah

diberikan abdominal stretching pasien merasakan nyerinya berkurang,

karena gerakan-gerakan yang telah diberikan secara perlahan membantu

merilekskan saraf baik yang simpatis maupun yang parasimpatis.(Yulita,

et al.2020).

Penelitian ini sesuai dengan teori Amilia Azma et.al (2018)

menyatakan bahwa setelah diberikan latihan abdominal stretching yang

dilakukan di Stikes Madani Yogyakarta, terdapat remaja yang mengalami


127

nyeri haid skala sedang 33.3% dan yang mengalami nyeri haid skala

ringan 16.7% sedangkan sesudah pemberian latihan abdominal stretching

mayoritas responden tidak ada yang mengalami nyeri sebanyak sedang

60% dan nyeri ringan 40%. Dengan melakukan latihan abdominal

stretching ada banyak manfaat antara lain terdapat untuk meningkatkan

kekuatan otot, daya tahan, fleksibilitas otot sehingga dapat menurunkan

dismenore pada wanita. Latihan fisik abdominal stretching sangat

dianjurkan untuk mengatasi disminore dan lebih aman tidak mengandung

efek samping karena menggunakan proses fisiologis tubuh.

Anda mungkin juga menyukai