Anda di halaman 1dari 9

TEKHNIK NON FARMAKOLOGI MOBILISASI DINI PADA NYERI

POST SC

Retty Nirmala Santiasari*, Lina Mahayati** , Anggraini Dwita Sari***


1, 2, 3
STIKes William Booth Surabaya, JL. Cimanuk No.20 Surabaya.
E-mail: rettynirmala@gmail.com

ABSTRAK

Sectio caesarea adalah proses persalinan yang tidak melewati jalan lahir
melainkan proses buatan pegeluaran janin melalui tinndakan pembedahan
abdomen. Proses pembedahan abdomen menimbulkan luka dan memberikan
dampak bagi ibu, dampak yang paling dirasakan adalah nyeri akut. Apabila nyeri
pada ibu post section caesarea tidak teratasi dapat menyebabkan berbagai
masalah diantaranya terjadi limfopeni, leukositosis, takikardi, pernafasan menjadi
dangkal, memperlambat involusi uteri, dan mempersulit pemberian ASI. Tujuan
dari study kasus ini adalah memberikan asuhan keperawatan pasien dengan
diagnosa medis post section caesarea dan masalah keperawatan nyeri akut di
Ruang Mawar Merah RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Metode ini adalah study
kasus dengan sampel 2 pasien post section caesarea yang dirawat selama 3 hari.
Sehinga study kasus didapatkan diagnose prioritas nyeri akut. Implementasi yang
dilakukan pada kedua klien adalah mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, memberikan posisi nyaman pada pasien,
memeberikan terapi tekhnik relaksasi dan distraksi: mobilisasi bertahap,
memberikan terapi analgesic sesuai advis dokter. Teknik distraksi adalah Teknik
pengalihan rasa nyeri pasien dengan cara mengalihkan perhatiannya, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Tekhnik distraksi mobilisasi dini yaitu
latihan gerak sendi, gaya berjalan, toleransi aktivitas sesuai dengan kemampuan
dan kesejajaran tubuh. Evaluasi pada pasien 1 dan 2 dengan masalah keperawatan
nyeri akut yaitu didapatkan pasien mengatakan nyeri berkurang. Hasil
menunjukkan keefektifan implementasi mobilisasi dini terhdap rasa nyeri pasien.

Kata Kunci : Mobilisasi Dini , Nyeri Akut, Post section caesarea

ABSTRACT

Sectio caesarea is a place of artificial labor where the fetus needs help
through an incision in the stomach. Incision wounds have an impact on the
mother and the most felt impact is acute pain. If the pain in post SC mothers
cannot overcome the problems caused by lymphopenia, leukocytosis, tachycardia,
breathing becomes shallow, improves uterine involution, and complicates breast
milk replacement. The purpose of this case study is to carry out nursing care for
patients by diagnosing SC medical posts and acute nursing problems in the
Mawar Merah Room of Bangil District Hospital in Pasuruan Regency. This
method is a case study with a sample of 2 post SC patients who were treated for 3
days. So that the case study obtained a diagnosis of acute painful priority.
Implementation of the second client is location placement, characteristics,
duration, frequency, quality and tension, providing comfort to the patient,

21
providing relaxation therapy, gradual mobilization, observing TTV, handling,
TFU, operating wounds and location, providing analgesic therapy according to
doctor's advice. . The technique diverts the client's attention to something else so
that it can reduce alertness to safety, even increase the increase in pain. The
technique plays early mobilization about exercise, gait, and regulates activities
according to the abilities and alignment of the body. Evaluation of patients 1 and
2 with acute pain nursing problems obtained by patients said the disease was
reduced. The results show the effectiveness of the implementation of early
mobilization with regard to patient pain.

Keywords: SC Post, Acute Pain, Early Mobilization.

PENDAHULUAN Julianti, 2014 bahwa 68% ibu post


Persalinan adalah suatu sectio caesarea mengalami kesulitan
proses pengeluaran hasil konsepsi dengan perawatan bayi, bergerak
(janin) yang dapat bertahan hidup ke naik turun dari tempat tidur dan
dunia luar, dari rahim melalui jalan mengatur posisi yang nyaman selama
lahir atau jalan lain (Rustam, 2011). menyusui akibat adanya nyeri.
Ada tiga jenis proses persalinan Data Word Health
yaitu persalinan spontan atau Organitation (WHO) pada tahun
fisiologis, persalinan bantuan dan 2016 yang didapatkan adalah tingkat
persalinan anjuran dengan tindakan persalinan dengan metode SC
seperti sectio caesarea (Manuaba, I, menjadi meningkat 10%-15% sejak
2010). Section caesarea merupakan 30 tahun yang lalu, fenomena ini
suatu tindakan pembedahan untuk terjadi di negara-negara berkembang
mengeluarkan janin dengan cara (Sherly&Erina, 2016). Sedangkan
membuka dinding perut dan dinding hasil Riskesdas 2018 menjelaskan
uterus (Wiknjosastri, 2006). bahwa angka kejadian ibu
Tindakan operasi sectio caesarea melahirkan di Indonesia sebanyak
menyebabkan nyeri dan 79% dimana hal tesebut 15% ibu
mengakibatkan terjadinya melahirkan di RS pemerintah dan
terputusnya kontinuitas jaringan. 18% di RS. Swasta dengan metode
Nyeri yang dialami dapat operasi SC.
menimbulkan berbagai masalah, Manajemen nyeri yang dilakukan
salah satunya dapat mempengaruhi pada pasien dengan post section
terhadap masalah laktasi. Menurut caesarea adalah dengan memberikan

22
Tindakan farmakologi berupa dibandingkan pada rasa nyeri yang
analgesik. Upaya pemberian dialami (Potter & Perry, 2006). Hal
Tindakan farmakologi merupakan ini memicu adanya pengeluarann
tindakan yang bertujuan untuk hormone norepinefrin dan serotonin.
mengatasi rasa nyeri sesaat, dan Pelepasan senyawa ini dapat
tidak dapat mengontrol rasa nyeri, merangsang sistem kontrol desenden.
bahkan pemberian analgesik dapat Di dalam sistem kontrol desenden
meningkatkan toleransi rasa nyeri terdapat dua substansi yang dapat
yang dialami. Sedangkan tindakan mempengaruhi proses pengontrolan
non farmakologi dapat membantu rasa nyeri, yaitu yang pertama adalah
menurunkan rasa atau sensasi nyeri adanya pelepasan substansi P oleh
dan rasa tersebut dapat membantu neuron delta-A dan delta-C. Hal
proses pemulihan yang tidak kedua yaitu dengan adanya
menimbulkan efek samping mekanoreseptor dan neuron beta-A
berbahaya. yang menstimulasi neurotransmitter
Salah satu terapi sebagai penghambat opiat endogen
nonfarmakologi yang digunakan seperti endorfin dan dinorfin. Hal ini
untuk mengurangi nyeri post SC menjadi lebih dominan untuk
adalah mobilisiasi dini. Mobilisasi menutup atau mencegah mekanisme
dini direkomendasikan pada ibu post pertahanan dan menghambat
SC karena selain dapat menurunkan substansi P. Proses ini memberikan
nyeri juga dapat meningkatkan efek pada substansi P dalam
kemandirian pasien post SC dan menurunkan transmisi saraf menuju
membantu proses pemulihan luka. saraf pusat sehingga menurunkan
Mobilisasi dini post SC persepsi nyeri (Smeltzer & Bare,
adalah suatu kegiatan aktivitas ibu 2002). Menurut penelitian Dirgahayu
atau adanya aktivitas yang dilakukan Inggrid (2019) menyatakan bahwa
ibu segera setelah proses persalinan terdapat pengaruh mobilisasi dini
SC. Latihan mobilisasi bertujuan terhadap tingkat nyeri pada pasien
untuk membuat pasien dapat post sectio caesarea.
berkonsentrasi atau memfokuskan Kegiatan penelitian ini
pikiran pada gerakan yang dilakukan menggunakan data yang didapatkan

22
dari hasil praktik ners di RSUD pengambilan data yang mendalam
Bangil, Kabupaten Pasuruan di ruang yang didukung dari berbagai sumber
Mawar dari 24 pasien yang dirawat informasi. Dalam penelitian studi
di ruangan terdapat 14 pasien yang kasus ini bertujuan untuk
melakukan tindakan SC dimana 3 mengeksplorasi asuhan keperawatan
pasien dilakuan tindakan SC karena pada pasien yang mengalami Post
pre eklamsi, 5 pasien dilakukan SC dengan masalah keperawatan
tindakan SC karena pembukaan jalan nyeri akut di ruang Mawar Merah
lahir yang lama, dan 6 pasien RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
dilakukan tindakan SC karena dengan menggunakan alat ukur skala
ketuban pecah dini. Hal ini nyeri Numeric Rating scale untuk
menunjukkan bahwa nyeri akut pada menilai skala nyeri yang dirasakan
pasien dengan post SC sering pasien menggunakan angka-angka
dijumpai di ruangan. Di ruangan untuk menggambarkan range dari
sering dijumpai ibu yang mengalami intensitas nyeri dengan kriteria nilai
post SC sulit untuk melakukan 0 tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6
mobilisasi dini karena nyerinya nyeri sedang, dan 7-10 nyeri berat.
bertambah saat bergerak, bahkan Lama waktu perawatan pasien yaitu
terdapat pasien yang sampai 3 hari. Pengumpulan data dilakukan
mengalami masalah laktasi dengan observasi dan pemeriksaan
dikarenakan takut mobilisasi dan fisik. Disamping integritas penelitian
menyusui. Sehingga peneliti tertarik (instrumen utama menggunakan
untuk meneliti penurunan nyeri lembar observasi), uji validitas data
melalui tekhnik non farmakologi dilakukan dengan cara melakukan
mobilisasi dini pada pasien post sc di intervensi pada pasien yang
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. mempunyai karakteristik yang sama
METODE dengan memperpanjang waktu
Desain penelitian yang pengamatan/tindakan dan sumber
digunakan adalah studi kasus. Studi informasi tambahan menggunakan
kasus merupakan bentuk eksplorasi tiga sumber data yaitu pasien,
suatu fenomena dengan adanya perawat dan keluarga pasien yang
batasan terperinci, proses berkaitan dengan masalah yang

23
diteliti. Pada penelitian ini, peneliti akan melalui proses pembedahan
menegakkan pada masalah etika yang menyebabkan terputusnya
penelitian dimana lembar persetujuan kontinuitas jaringan pada area luka
diberikan sebelum penelitian insisi yang mengakibatkan pelepasan
dilaksanakan kepada objek yang mediator nyeri (bradykinin, histamin,
akan diteliti maka harus dan prostaglandin) sehingga
menandatangani lembar persetujuan, merangsang pusat nyeri.
tetapi apabila subjek menolak maka
peneliti tidak memakai dan PEMBAHASAN
menghormati haknya sebagai subjek. Pengkajian pada pasien
pertama dan kedua dengan nyeri post
HASIL SC saat dikaji pasien mengatakan
Hasil penelitian menunjukkan nyeri pada area luka operasinya,
kedua repsonden berusia remaja pasien nampak meringis kesakitan.
akhir dan dewasa awal dalam rentang Gejala dan tanda nyeri menurut PPNI
usia 20-35 tahun dengan kehamilan (2016) pasien mengeluh nyeri, pasien
primigravida maupun multigravida. tampak meringis kesakitan, frekuensi
Pada pasien 1 dan 2 didapatkan hasil nadi meningkat, sulit tidur, bersikap
pengkajian nyeri PQRST (P: luka protektif (misalya waspada, posisi
post SC, Q: disayat-sayat, R: perut menghindari nyeri). Dari penjabaran
bagian bawah, S: skala 4 dari 0-10 diatas dapat dilihat bahwa terdapat
skala NRS, T: nyeri muncul saat kesenjangan pada karakterisitik
bergerak/beraktivitas. Sedangkan antara teori dan kasus nyata yaitu
pada pasien 2 didapatkan hasil pasien 1 dan 2 tidak mengalami
pengkajian nyeri PQRST (P: luka peningkatan frekuensi nadi. Pada
post SC, Q: disayat-sayat, R: perut pasien 1 tidak terjadi peningkatan
bagian bawah, S: skala 5 dari 0-10 frekuensi nadi karena pasien pernah
skala NRS, T: nyeri muncul saat mengalami persalinan sebelumnya
bergerak/beraktivitas. Pada pasien dan memiliki pengalaman nyeri
post SC mengalami masalah nyeri sehingga pasien mampu beradaptasi
akut karena pada pasien yang dengan rasa nyeri yang dialaminya.
mengalami persalinan secara SC Sedangkan pada pasien 2, pasien

24
memiliki system pendukung yang dalam melakukan perawatan bayi,
mampu membuat pasien mudah melakukan aktivitas untuk bergerak
beradaptasi dengan rasa nyeri yang naik turun dari tempat tidur, bahkan
dialami. Saat pasien 2 menagalami kesulitan mengatur posisi yang
nyeri, suami pasien mengajari pasien nyaman selama memberikan ASI
untuk melakukan relaksasi napas disebabkan adanya rasa nyeri. Rasa
dalam sehingga pasien dapat nyeri yang dirasakan ibu dapat
mentolerir rasa nyeri yang dialami. menyebabkan ibu menunda
Berdasarkan data diagnosa pemberian ASI sejak awal pada
keperawatan yang ditemukan pada bayinya. Rasa nyeri yang dirasakan
pasien pertama dan kedua yaitu nyeri ibu timbul karena selama proses
akut, risiko infeksi dan menyusi menyusui ibu mengalami
tidak efektif. Secara teori diagnosa peningkatan intensitas nyeri pada
keperawatan yang muncul adalah bekas luka yang ditimbulkan akibat
nyeri akut berhubungan dengan aktivitas ibu. (Batubara dkk, 2008).
terputusnya kontinuitas jaringan Pada kasus nyata tidak diangkat
sekunder akibat pembedahan, risiko masalah gangguan mobilitas fisik
infeksi berhubungan dengan karena pada intervensi nyeri yang
peningkatan perentanan tubuh diberikan yaitu mobilisasi dini selain
terhadap bakteri sekunder dapat meningkatkan toleransi nyeri
pembedahan, hambatan mobilitas pasien, mobilisasi dini juga dapat
fisik berhubungan dengan kelamahan meningkatkan kemandirian pasien
fisik, defisit perawatan diri untuk beraktivitas. Hal ini didukung
berhubungan dengan immobilisasi, oleh hasil penelitian Dwi Tina R
gangguan pola tidur. Pada kasus (2017) yang berjudul “Asuhan
nyata dan teori ditemukan Keperawatan Dengan Penerapan
kesenjangan yaitu dimana pada kasus Mobilisasi Dini Untuk
nyata ditemukan diagnose menyusui Meningkatkan Kemandirian Pasien
tidak efektif. Menurut Hillan (1992) Post Sc Di Ruang Bougenvil Rsud
dalam Anggorowati, dkk 2007 Kebumen” bahwa asuhan
menyebutkan bahwa sebanyak 68% keperawtan dengan mobilisasi dini
ibu post sc mengalami kesulitan pada pasien post SC efektif

25
meningkatkan kemandirian pasien. Implementasi pada pasien
Pada kasus nyata tidak diangkat oertama dan kedua tidak terdapat
masalah deficit perawatan diri karena kesenjangan. Pada implementasi
perawatan diri pasien terpenuhi pasien 1 dan pasien 2 terfokus
dengan dibantu oleh keluarga dan menggunakan tindakan mobilisasi
perawat. Pasien juga dalam tahap dini. Tindakan mobilisasi dini
mobilisasi dini, jika mobilisasi dini dilakukan dengan beberapa tahap
pasien dapat terlampaui maka pasien yaitu 6 jam pertama post operasi SC
dapat melakukan perawatan dirinya pasien dianjurkan untuk melakukan
secara mandiri. Pada kasus nyata tekhnik napas dalam dan
tidak diangkat masalah gangguan menggerakkan kaki dan tangan,
pola tidur karena pada pasien tidak selanjutnya 6-10 jam berikutnya
ditemukan tanda gejala pasien pasien dianjurkan untuk melakukan
kurang tidur, pasien mengatakan miring kanan dan miring kiri, 24 jam
tidurnya tercukupi. post op SC pasien dianjurkan untuk
Rencana asuhan keperawatan duduk atau posisi semi fowler, jika
dalam pemberian mobilisasi dini dirasa tidak ada keluhan selama
dilakukan dengan beberapa tahap duduk atau berada dalam posisi semi
yaitu 6 jam perrtama pasien fowler pasien diperbolehkan untuk
dianjurkan untuk relaksasi napas duduk dengan perlahan menurunkan
dalam dan melakukan Gerakan kaki ke lantai, dan jika tidak ada
abduksi dan adduksi pada kaki dan keluhan pasien diperbolehkan untuk
tangan. Pada 6-10 jam berikutnya belajar berdiri dan berjalan diskitar
pasien dianjurkan untuk miring tempat tidur pasien. Intervensi
kanan dan miring kiri. Pada 24 jam mobilisasi dini pada diagnose nyeri
berikutnya pasien dianjurkan untuk merupakan salah satu intervensi
berlatih duduk, jika tidak ada tekhnik nonfarmakologi yaitu
keluhan pasien dianjurkan untuk tekhnik distraksi . Menurut hasil
duduk di sisi tempat tidur, jika duduk penelitian Inggrid Dirgahayu (2019)
disisi tempat tidur tidak ada keluhan mengatakan bahwa tindakan terapi
pasien dianjurkan untuk berlatih non farmakologis mobilisasi dini
berdiri lalu berjalan. berpengaruh pada tingkat nyeri pada

26
pasien post SC . Mobilisasi dini faktor lain yang berhubungan dengan
merupakan upaya yang dapat nyeri akut pada post SC.
dilakuka sebagai proses pegalihan
rasa nyeri dengan mengalihkan KESIMPULAN
konsentrasi ibu pada luka bekas Dari hasil yang didapatkan
operasi sc. Mobilisasi dini juga dapat setelah penulis memberikan
mengurangi aktivasi mediator intervensi mobilisasi dini pada
kimiawi pada proses peradangan masalah nyeri akut post SC
yang mampu meningkatkan respons didapatkan pasien pertama dan kedua
nyeri serta mengurangi proses mengalami penurunan skala nyeri
transmisi saraf nyeri menuju saraf dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri
pusat. Melalui mekanisme tersebut, 2, pasien dapat beraktifitas. Maka
mobilisasi dini efektif dalam dapat disimpulkan bahwa mobilisasi
menurunkan intensitas nyeri dini dapat menurunkan skala nyeri
pascaoperasi (Nugroho, 2010). dan meningkatkan toleransi terhadap
Evaluasi keperawatan yang nyeri pada masalah nyeri akut post
didapatkan setelah dilakukan SC
tindakan keperawatan mobilisasi dini
selama 3 hari yaitu pasien 1 dan DAFTAR PUSTAKA
pasien 2 didapatkan masalah teratasi Anggorowati, Nuzulia, F. 2007 .
Hubungan antara Dukungan
ditandai dengan pasien mengatakan
Keluarga dengan pemberian ASI
nyeri berkurang, pasien tampak Eksklusif pada bayi di desa
Bebengan Kecamatan Boja
rileks, dan pasien mampu bergerak
Kabupaten Kendal . Jurnal Ilmiah
meskipun terasa nyeri. Departemen Keperawatan
Maternitas dan Anak, Jurusan
Maka dapat disimpulkan
Keperawatan Fakultas
bahwa mobilisasi dini dapat Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
menurunkan skala nyeri pada
masalah nyeri akut post SC. Hasil A Potter, & Perry, A. G. (2006).
Buku Ajar Fundamental
penelitian ini dapat dijadikan Keperawatan: Konsep, Proses,
pertimbangan dasar atau bahan data Dan Praktik, edisi 4, Volume.2.
Jakarta: EGC
penelitian selanjutnya dengan cara
dan teknik yang berbeda serta faktor- Inggrid Dirgahayu.(2019). Pengaruh
Mobilisasi Dini terhadap Tingkat

27
Nyeri pada Pasien Post Sectio s/download/infoterkini/materi_ra
Cesarea di RSUD Al-Ihsan Kab. korpop_20
Bandung. 18/Hasil%20Riskesdas%202018.
http://doi.org/10.22216/jen.v2i2. pdf
1852. Diakses pada tanggal 21
Juni 2020 Manuba.2010.Ilmu Penyakit
Kandungan dan
KB.Jakarta:EGC
Kementrian Kesehatan RI. 2018.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis
tanggal 22 Juli 2020 dari Obstetri. Jakarta: EGC
http://www.depkes.go.id/resource
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare,
Batubara, P. L. 2008. Farmakologi Brenda G, 2002, Buku Ajar
Dasar, edisi II. Jakarta:Lembaga Keperawatan Medikal Bedah
Studi dan Konsultasi Brunner dan Suddarth (Ed.8,
Farmakologi. Vol.1,2) Alih Bahasa oleh
Agung Waluyo, dkk. Jakarta:
EGC
Dwi Tina R.(2017). Asuhan
Keperawatan Dengan Penerapan Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu
Mobilisasi Dini Untuk Kebidanan. Jakarta : EGC
Meningkatkan Kemandirian
Pasien Post Sc Di Ruang
Bougenvile Rsud Kebumen.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id
/2041/13/lamp%204.%20SOP.pd
f. Diakses pada tanggal 8 Juli
2020
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar
Ginekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sherly Erina Lidia Widia (2019)
Hubungan Antara Teknik
Pernafasan Dalam Dengan
Skala Nyeri Ibu Post Sectio
Caesaria 24 Jam Pertama Di
Rsud Dr. H. Andi Abdurahman
Noor Tanah Bumbu. Diakses
pada tanggal 27 Juni 2020 dari
http://www.jurnal-
kesehatan.id/index.php/JDAB/a
rticle/download/22/21/

28

Anda mungkin juga menyukai