Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang


berharga dan tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri
(Yoeddhas, 2010).
Harga dir rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan
perkembangan persepsi negative tentang harga diri sebagai respons
seseorang terhadap situasi yang sedang dialami (Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Herman, 2011).
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negative
terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang
karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan (Fitria, 2009).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negative yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
B. Jenis/Klasifikasi HDR
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Harga diri rendah situasional
Adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri
positif mengalami perasaan negative mengenal diri dalam berespon,
terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah Kronik
Adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negative
mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
C. Etiologi
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami/istri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misal: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misal: berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
HDT adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam
kelompok (Yosep, 2007).
D. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.,J (1998:352);Keliat,B.,A(1994:20)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misal : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misal: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misal : tentang
memilih alternative tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
E. Data Subjektif
1. Merasa malu
2. Merasa tidak berarti dan merasa tidak berguna
3. Merasa tidak mempunyai kemampuan positif
4. Merasa menilai diri negative
5. Kurang konsentrasi dan merasa tidak mampu melakukan apapun
6. Sulit tidur
F. Data Objektif
1. Kontak mata kurang dan murung
2. Berjalan menunduk dan postur tubuh menunduk
3. Menghindari orang lain
4. Bicara pelan dan lebih banyak diam
5. Lebih senang menyendiri dan aktivitas menurun
6. Mengkritik orang lain.
G. Penyebab

1.      Faktor Predisposisi


a.       Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jhawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
b.      Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c.       Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan
dalam stuktural sosial.
2.      Faktor Presipitasi 
a.       Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
b.      Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu  mengalaminya sebagai frustasi
c.       Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian
d.      Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke sakit dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik
berhubungan dengan tumbang normal moral dan prosedur medis
keperawatan
C.    Manifestasi Klinis
Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :
1.       Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain
2.       Mengkritik diri sendiri dan orang lain
3.       Gangguan dalam berhubungan
4.       Rasa diri penting yang berlebihan
5.       Perasaan tidak mampu
6.       Rasa bersalah
7.       Pandangan hidup yang pesimis
8.       Penolakan terhadap kemampuan personal
9.       Menarik diri secara social
10.   Khawatir dan menarik diri dari realitas
D.    Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang
tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
E.     Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:
a.       Farmakologi.
b.      Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi
aktivitas kelompok yang tujuannya adalah memperbaiki perilaku
klien dengan harga diri rendah.
c.      Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan)
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi
secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan
yang terdiri dari :
1.      Persepsi
2.      Kesadaran klien akan emosi dan perasaan
3.      Menyadari masalah dan perubahan sikap
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :
1.    Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan
keterbukaan dan saling percaya.
2.   Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu
klien untuk menerima perasaan dan pikirannya.
3.    Perencanaan realita  (realita planing) membantu klien bahwa hanya saja di
yang dapat merubah bukan rang lain.
4.   Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien
melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan
mempertahankan respon adaptif.
F.     Pohon Masalah

Isolasi Sosial :
menarik Diri Efek

Harga Diri rendah

Core Problem

Koping Individu tidak


efektif Causa

G.    Askep/Fokus pengkajian


1.      Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
2.      Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
3.      Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4.      Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5.      Aspek psikososial
a)   Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b)    Konsep diri
c)   Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d)   Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6.    Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan
berhitung.
7.    Kebutuhan persiapan pulang
a) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.
b) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c)   Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d)   Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e)   Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8.    Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
9.    Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
10.  Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11.  Aspek medik
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
12.  Daftar masalah keperawatan
a)  Isolasi social: Menarik Diri
b)  Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
c)  Perilaku Kekerasan
d)  Koping Individu Tidak Efektif
e)  Perubahan Persepsi Sensori
f)  Tidak Efektifnya Penatalaksanaan regimen terapeutik
g)  Koping Keluarga Tidak Efektif
H.    Intervensi
1. SP 1
a. Klien mampu mengenal masalah harga diri rendah kronik
b. menjelaskan tentang penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan
akibat harga diri rendah kronik.
2. SP 2
a. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
b. memberikan pujian yang nyata dan hindarkan penilaian yang negative
c. mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek posistif yang dimiliki
pasien di rumah dan lingkungan, RS dan keluarga.
3. SP 3
a. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. SP 4
a. Melatih pasien melakukan kegiatan yang telah dipilih.
SP Keluarga
1. SP 1
a. Mengenal masalah harga diri rendah
Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien harga diri
rendah dan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya harga diri rendah.
2. SP 2
a. Mengambil keputusan untuk merawat klien harga diri rendah
Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
harga diri rendah dan menganjurkan keluarga mengambil keputusan
untuk merawat klien harga diri rendah.
3. SP 3
a. Merawat Klien harga diri rendah
4. SP 4
a. Menciptakan lingkungan yang teraupetik untuk klien harga diri
rendah.
Mendiskusikan dengan anggota keluarga yang terlibat dalam
perawatan klien, mendiskusikan setting lingkungan rumah yang
mendukung perawatan klien, menganjurkan keluarga melibatkan
anggota keluarga lainnya dalam merawat klien.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:


Nuha Medika Press.

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa. Jakarta :
Salemba Medika

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Modul Asuhan keperawatan Jiwa Kronik dan Psikososial, STIKES


Muhammadiyah Gombong 2017/2018

Herdman, T.,H. 2012. Internasional Diagnosis Keperawatan, Buku Kedokteran,


Jakarta: EGC.

Keliat,. B.,A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic


Course), Buku Kedokteran. Jakarta:EGC

Wilikinson, A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran:EGC.

Anda mungkin juga menyukai