FORM LAPORAN
KAJIAN KLINIK KEISLAMAN
Komponen Uraian
1. Tema Profesi Dokter Kandungan Laki-laki dalam Perspektif Hukum Islam
2. Nara Sumber -
Nara Sumber,
(…………………………)
LAPORAN
Di susun Oleh :
Mabruroh
GOMBONG
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
KASUS PEMICU ........................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN ..........................................................................1
iii
KASUS PEMICU
Pada tanggal 08 Maret 2021 pukul 10.55 WIB pasien Ny. N (25 tahun)
datang ke ruang VK RSUD DR SOEDIRMAN KebumenFbersama suaminya Tn.
J (29 tahun) menggunakan brankar. Pasien mengatakan perutnya mulas, terasa
kencang-kencang sejak pukul 07.30 WIB disertai dengan perdarahan. Ibu
mengatakan sekarang hamil yang kedua dengan usia kehamilan 11 minggu, tidak
pernah melakukan aborsi dan pada persalinan yang pertama dilakukan secara
normal. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah,
kesadaran compos mentis (E4M6V5), gestasi G2P1A0 UK 11 minggu. Hasil TTV
: TD 80/60 mmHg, N 90x/menit, RR 24 x/menit, dan S 36,80C.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanaan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam
melestarikan kehidupan sosial yang baik. Dalam rangka pemenuhan
pelayanan yang baik dan teratur, maka dibuatlah tempat bagi para
masyarakat untuk berinterkasi dalam hal pemenuhan kesehatan.
Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan berbagai tempat untuk berobat
merupakan bentuk dimana keseriusan pemerintah dalam menyediakan
fasilitas para pasien untuk berobat.
Pada umumnya, masyarakat yang mengerti dan paham tentang
pengobatan yang layak bagi mereka akan memilih Rumah Sakit atau
Puskesmas sebagai tempat berobat. Di tempat itulah mereka
berkumpul demi kesembuhan yang mereka inginkan mulai dari anak
bayi yang menjadi pasien rumah sakit sampai dengan usia lanjut.
Tidak bisa dipungkiri dengan berkumpulnya masyarakat dalam satu
wadah demi tujuan yang sama yaitu hidup sehat sudah menghilangkan
batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Beberapa kata
mempunyai makna baru dan bahkan ada yang meluas
penggunaannya. Salah satu adalah kata “percampuran atau
pergaulan”.1
Islam menganjurkan untuk setiap orang yang sedang tertimpa
musibah dalam arti terkena penyakit untuk berobat. Berobat untuk
meraih kesembuhan merupakan salah satu bentuk memelihara jiwa
sebagaimana tujuan hukum Islam yaitu maqa>sid shari’ah. Menjadi
seorang mukmin yang kuat dan sehat merupakan salah satu bentuk
sunnah Nabi.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan ulama tentang aurat perempuan?
2. Apa saja faktor-faktor yang membolehkan melihat aurat?
3. Bagaimana perspektif hukum islam tentang dokter kandungan laki-
laki?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan ulama tentang aurat perempuan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membolehkan
melihat aurat.
3. Untuk mengetahui perspektif hukum islam tentang dokter
kandungan laki-laki.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), 984.
3
Fuad Moh. Fahruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Islam (Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya, 1984), 10-11.
4
Fuad Moh. Fahruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Islam, 10.
5
Quraisy Shihab, Jilbab Pakaian Muslimah (Jakarta: 1 Lentera Hati, 2004), 44.
4
5
6
Taqiyudin an-Nabhani, Sistem Pergaulan Dalam Islam, Cet. Ke-3 (Jakarta: Hizbut
Tahrir Indonesia, 2007), 66.
7
Bertrand Russell, dalam Husein Shahab, Jilbab Menurut al-Qur’an dan al-Sunnah
(Bandung: Mizan, 2002), 36-37.
6
9
Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer (Jakarta: Gema Insani, 2006).
10
Hukum wanita Muslimah menampakkan auratnya di hadapan wanita kafir, 5.
8
11
Taqiyudin an-Nabhani Sistem Pergaulan Dalam Islam, Cet. Ke-3 (Jakarta: Hizbut
Tahrir Indonesia, 2007), 54.
9
12 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai keluarga Sakinah, alih bahasa Ida Mursida (Bandung, Penerbit Mizan,
1992), 204-206.
13 Abdurrahman bin Abi Bakr as-Suyuti, al-Ashbah Wa an-Nazair (Bairut: Da>r al-Kutu>b al- ‘Ilmiyah), 165.
14Muwaffiq al-Din, al-}T}ibb min al-Kitab wa al-Sunnat (Beirut, Da>r al-Ma’rifat, 1996), 193.
15 Ibn Muflih al-Hanbali, Adab ash-Shar’iyyat (tt; ‘Alam al-Kutub,tth), II, 464.
10
16
lihat kitab Al-Mughni VII/459 dan kitab Ghadza>ul Albab I/97.
17
Abd. Al-Barr, Jami’ Baya>n al-‘Ilm wa Fad}luh (Kairo: Maktabat Ibn Taimiyat, 1996), 37.
11
18
Abd. Al-Barr, Jami’ Baya>n al-‘Ilm wa Fad}luh (Kairo: Maktabat Ibn Taimiyat, 1996), 37.
19
Hikmat al-Tashri’ dalam konteks ini didefenisikan sebagai suatu motivasi dalam
pengsyariatkan hukum dalam rangka mencapai suatu mas}lahat atau menolak suatu mafsadat.
Lihat ‘Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmat al-Tashri’ wa falsafatuh, (Beirut: Da>r al-Fikr,tth), j. I,
5. Muhammad Rasyid Ridla’, Tafsi>r al-Qur’an al-Haki>m al-Mashhir bi Tafsir al-Mana>r,
(Beiru>t: Da>r alMa’arif, tth), j. III, 310.
20
Taqiyudin an-Nabhani Sistem Pergaulan Dalam Islam, Cet. Ke-3 (Jakarta: Hizbut Tahrir
Indonesia, 2007), 51.
12
21
Gillon R. Medical ethics: four principles plus attention to scope, (BMJ, 1994),
309:184 – 8.
22
Yusuf Alam Romadhon, Pola Pikir Etika dalam Praktik Kedokteran, CDK 206/
Vol. 40 No. 7, 2013, 549.
13
23 Zuhroni, Desertasi “Respon Ulama Indonesia Terhadap Isu-Isu Kedokteran dan Kesehatan Modern” (Jakarta:
25
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Us}ul al-Fiqh (ttp: Da>r al-Qalam, 1978), 119- 120.
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Profesi dokter kandungan laki-laki ditinjau dari perspektif hukum
Islam, intinya ada kesamaan pandangan ulama yang membolehkan untuk
melihat bagian tubuh pasien yang mana saja untuk kepentingan
pengobatan, namun untuk menghindari adanya fitnah, disarankan
didampingi mahramnya. Selain itu, ada beberapa syarat yang diperhatikan
ketika seorang dokter akan mengobati pasiennya, diantaranya adalah: 1)
Dokter harus bertakwa kepada Allah, dapat dipercaya, adil, mempunyai
keistimewaan dan ilmu pengetahuan pada bidangnya. 2) Jangan membuka
bagian-bagian tubuh pasien wanitanya kecuali dengan
keperluanpemeriksaan. 3) Selama pengobatan harus didampingi
mahramnya, suami atau wanita yang dapat dipercaya seperti ibunya atau
saudara wanitanya. 4) Seorang dokter tidak boleh non muslim selama
masih ada yang muslim.
Apabila syarat-syarat tadi terpenuhi maka dokter boleh melihat
atau menyentuh bagian-bagian aurat tersebut. Hal ini dipandang sebagai
manifestasi dari Islam adalah agama yang tidak memberikan kesukaran,
namun mengutamakan maslahat dan kemudahan untuk ummatnya.
B. Saran
Semoga makalah yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan bagi pembaca tentang perspektif hukum Islam terhadap
dokter kandungan laki-laki. Penulis mengetahui bahwa dalam penyusunan
makalah masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan,
bahasa dan segi lainnya. untuk itu saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan agar didapatkan makalah yang baik
dan memberi pengetahuan yang benar pula bagi para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Qardhawi, Yusuf. 2006. Fiqh Wanita Segala Hal Mengenai Wanita, Cet. Ke-
1. Bandung: Jabar.
Romadhon, Yusuf Alam. 2013. Pola Pikir Etika dalam Praktik Kedokteran.
CDK-206/vol.40 no. 7.
18