Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU PRAKTIKUM TRANSKULTURAL NURSING

RESUME VIDEO MEDELEINE LEININGER

Dosen Pembimbing :Dr. Rika Sabri,M.Kep.,Sp.Kom

OLEH :

GINA FAYZAH ZEIN

(1911311005)

Kelas:2A 2019

Kelompok A

Dosen Pembimbing :Dr. Rika Sabri,M.Kep.,Sp.Kom

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
RESUME VIDEO MEDELEINE LEININGER

Teori transkultural berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger
dikembangkan dalam konteks keperawatan. . Disiplin transcultural adalah bidang studi dan
praktik formal yang dimulai pada akhir 1950 an. Di akhir tahun 1950 an tersebut terjadi
deficit kritis mengapa dunia ini berpikir seseorang bisa peduli pada orang-orang yang berbeda
didunia atau tidak, tahu sesuatu tentang apa budaya mereka dan apa arti kepedulian bagi
budaya. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Keperawatan transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir ini sedang ditekankan
pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan. Aplikasi teori dalam keperawatan
transkultural mengharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya.
Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan yang
menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan dengan menghargai nilai
budaya individu. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang
berdasarkan budaya secara konsep maupun dalam praktik keperawatan.
Menurut Leininger Transkultural keperawatan adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku peduli. Tindakan
peduli dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.Perilaku peduli semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Bentuk kepedulian orang-orang di sekitar
pasien/klien baik perawat yang bertugas, keluarga, dan masyarakat di sekitar dapat
mengembalikan semangat sembuh. Kesehatan fisik selalu berkolerasi dengan kondisi
manusia sebagai makhluk psikologis.
Leininger mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai area studi dan praktik
substantif yang berfokus pada budaya komparatif. Nilai (kepercayaan), kepercayaan, dan
praktik perorangan atau kelompok budaya yang sama atau berbeda. Tujuannya memberikan
budaya yang spesifik dan praktik keperawatan universal dalam mempromosikan kesehatan
atau kesejahteraan dan untuk membantu orang menghadapi kondisi manusia, penyakit, atau
penyakit yang tidak menguntungkan. Leininger menginginkan kematian dengan cara yang
bermakna secara budaya.
Praktik keperawatan transkultural membahas dinamika budaya untuk mempengaruhi
hubungan perawat-pasien. Spesifikasi dari keperawatan transkultural adalah mempelajari dan
menjelaskan hasil dari Jenis perawatan berbasis kebudayaan. Leininger secara kreatif
mengembangkan Teori Perawatan Budaya memuat nilai keragaman dan universalitas dengan
tujuan untuk memberi budaya kongruen perawatan holistik.
Teori Leininger memberikan tindakan perawatan yang selaras dengan keyakinan
budaya, praktik, dan nilai individu atau kelompok. Pada tahun 1960 dia menciptakan istilah
perawatan kongruen secara budaya, yang merupakan tujuan utama praktik keperawatan
transkultural. Perawatan kongruen secara budaya mungkin terjadi dalam hubungan perawat-
pasien. Bersama si perawat dan pasien kreatif merancang yang baru atau berbeda. Peduli
terhadap gaya hidup untuk kesehatan atau kesejahteraan pasien. Mode ini membutuhkan
Penggunaan pengetahuan dan cara generik serta profesional sesuai dengan beragam gagasan
tersebut ke dalam tindakan dan tujuan perawatan.

Anda mungkin juga menyukai