BAB I
PEMBAHASAN
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental
atau perasaan yang bias menimbulkan ketegangan.
3. Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri.
4. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis,
dan emosional.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di
dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, merencanakan
terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien
terhadap terapi yang di berikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah:
1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam
keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi
kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap
nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah
dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire,
1992).
Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut,
diantaranya:
1. Penentuan ada tidaknya nyeri.
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien
melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera
atau luka.
a. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).
1) Faktor Pencetus (P: Provocate),
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini
perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
2) Kualitas (Q: Quality),
Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien. Misal kalimat-
kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, dan tertusuk.
3) Lokasi (R: Region),
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian
atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
4) Keparahan (S: Severe),
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada
pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan,
nyeri sedang atau berat.
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini psien menilai nyeri dngan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan
kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang
dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi terapeutik.
Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus,
yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala analog visual merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif
karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu
kata atau satu angka (McGuire, 1984).
Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan salah satu alat ukur
tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari
beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat
pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat
menunjukkan skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri terbaru
yang ia rasakan.
B. DIAGNOSIS.
Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan lainnya.
Penegakkan diagnosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila data dan analisa
pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.
C. INTERVENSI.
Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi untuk
memenuhi hal-hal berikut:
1. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.
2. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.
3. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.
4. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.
5. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah.
D. IMPLEMENTASI.
Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi rasa nyeri ada dua:
1. Tindakan Farmakologis.
Merekomendasikan petunjuk untuk pengobatan, WHO mengombinasikan penggunaan obat-
obatan analgesik dan obat-obatan adjuvan yang efektif untuk mengontrol nyeri klien.
2. Tindakan Non Invasif.
Tindakan pengontrolan nyeri non invasive digunakan untuk mendukung terapi farmakologis
yang sudah diberikan. Jenis tindakan non invasive antara lain:
a) Membangun hubungan terapeutik rawat-klien.
b) Bimbingan antisipasi.
c) Relaksasi.
d) Imajinasi terbimbing.
e) Distraksi.
f) Akupunkur.
g) Biofeedback.
h) Stimulasi kutaneus.
i) Akupresur.
j) Psikoterapi.
3. Tindakan Invasif/Pembedahan.
Merupakan komplemen dari tindakan-tindakan lainnya dalam upaya membebaskan nyeri, seperti
tindakan perilaku-kognitif, fisik maupun terapi farmakologis. Tindakan ini dilakukan apabila
dengan tindakan-tindakan non invasif tidak dapat membebaskan nyeri. Klien perlu diberikan
pengetahua tentang implikasi setelah tindakan pembedahan untuk mengontrol nyeri. Beberapa
kasus pembedahan antara lain:
a) Cordotomy.
b) Neurectomy.
c) Sympatectomy.
d) Rhizotomy.
E. EVALUASI.
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam respon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya penurunan
rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu
menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan. Vol:2.
Jakarta: EGC.
Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.