Anda di halaman 1dari 12

KOMPETISI ESAI MAHASISWA TINGKAT NASIONAL PIF 2020

PERFORMANCE OF HYBRID SUBSURFACE: IDENTIFIKASI MINERAL


EMAS DENGAN METODE GEOMAGNETIK, GEOLISTRIK DAN
INDUCED POLARIZATION BERBASIS SENSOR PH UNTUK
KEKERUHAN AIR AKIBAT AKTIVITAS PENAMBANG
DI GUMELAR, JAWA TENGAH

KONSERVASI LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

ADITYA VERRY SAPUTRA


K1C016012

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


PURWOKERTO
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Benua Eurasia, Benua Australia,


dan Samudera Hindia sehingga memunculkan jajaran busur magmatik. Busur
magmatik diantaranya adalah busur magmatik Sunda-Banda, busur magmatik
Kalimantan Tengah, busur magmatik Sulawesi Utara, busur magmatik Halmahera,
dan busur magmatik Papua (Briyantara, 2015). Posisi ini menjadikan Indonesia
kaya akan sumber daya mineral, terutama mineral emas. Berdasarkan data
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM, 2013), jumlah cadangan
emas di Indonesia sebesar 3.000 ton dan sumber daya mencapai 6.000 ton. Masih
banyak potensi daerah yang mengandung emas tetapi belum tereksploitasi secara
umum di Indonesia, salah satunya yaitu Kecamatan Gumelar Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah. Kecamatan Gumelar berada pada ketinggian 250 meter
diatas permukaan laut serta memiliki 3 desa penghasil tambang yaitu desa
Gancang, Cihonje, dan Paningkaban. Endapan mineral emas yang ada di Gumelar
termasuk dalam proses alterasi hidrotermal (Pirajno, 1992).

Gambar 1.1 Peta lokasi akusisi data


Pengolahan emas di Daerah Gumelar masih dilakukan secara tradisional
oleh warga sekitar yang bekerja sebagai penambang ilegal. Proses penambangan
dilakukan dengan membuat sumur yang digali untuk menemukan mineral emas
(pirit) yang masih menempel di batuan asal. Penambang hanya memperkirakan
keberadaan emas dengan melihat urat-urat kuarsa yang terdapat di permukaan
tanah atau singkapan. Hasil tambang akan dipisahkan antara batuan asal yang
bercampur dengan pirit menggunakan merkuri. Jika pengolahan tersebut terus
berjalan, maka akan menimbulkan kerugian bagi lingkungan sekitar. Misalnya
terjadi longsoran, permukaan jalan tidak merata, terdapat lubang galian tambang
yang gagal dan pencemaran air sungan. Maka diperlukan akuisisi data lapangan
secara geofisika agar dapat menemukan titik potensi mineral emas yang tinggi dan
akurat.

Studi geofisika berperan penting dalam mengidentifikasi mineral emas yang


ada di Gumelar. Metode yang tepat, yaitu geomagnetik untuk survei awal mencari
zona mineralisasi emas secara luas dengan mengukur medan magnet, geolistrik
konfigurasi wenner untuk mengukur nilai resistivitas batuan dibawah permukaan,
lalu dibantu dengan metode induced polarization untuk mengukur nilai polarisasi
medium bawah permukaan (chargebility). Mineral emas yang dicari memiliki
nilai chargebility yang tinggi dibanding lingkungan sehingga metode ini efektif
untuk dikorelasi. Sangat dimungkinkan melihat relasi antara niali resistivitas dan
chargebility, karena terdapat hubungan yang spesifik dari akuisisi dan iterpretasi
data hampir sama. Jika penambang resistivitas dan chargebility diplot pada
gambar yang sama, maka akan lebih informatif dan menghasilkan interpretasi
yang lebih akurat (Burger, 1992). Hasil akuisisi dan interpretasi data geofisika
tersebut dapat bermanfaat untuk masyarakat luas mengenai prospek penambang
dan pemanfaatan emas yang ada di Daerah Gumelar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknis menentukan keberadaan mineral emas menggunakan
metode geomagnetik, geolistrik, dan induced polarization?
2. Bagaimana model struktur bawah permukaan yang diperoleh dari data?
3. Bagaimana potensi emas yang ada di Gumelar berdasarkan hasil
interpretasi?
1.3 Tujuan
1. Menentukan secara teknis keberadaan mineral emas menggunakan metode
geomagnetik, geolistrik, dan induced polarization.
2. Menentukan model struktur bawah permukaan yang diperoleh dari data.
3. Mengetahui potensi emas yang ada di Gumelar berdasarkan hasil
interpretasi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Geomagnetik

Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan batuan, yaitu


kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung pada kontras
magnetik di bawah permukaan. Kemagnetan dikenal dua jenis muatan (kutub),
yaitu muatan positif dan muatan negatif. Kedua jenis muatan ini memenuhi
hukum Coulumb, yaitu muatan atau kutub sejenis akan tolak menolak sedangkan
yang berlawanan jenis akan tarik menarik dengan gaya F (Telford, 1990).

⃗⃗⃗ (1)

2.2 Metode Geolistrik


Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan
batuan di bwah permukaan. Prinsip kerja dari metode geolistrik adalah
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus, kemudian beda potensialnya diukur melalui dua elektroda
potensial, sehingga nilai resistivitasnya dapat di hitung (Bahri, 2005).
(2)

Gambar 2.1 Susunan elektroda pada survei geolistrik dengan konfigurasi Wenner

Konfigurasi Wenner memiliki kelebihan dan kekurangan, dimana


kelebihannya adalah tidak memerlukan peralatan yang sensitif karena lebar sepasi
elektroda potensial yang besar, sedangkan kekurangannya adalah semua elektroda
harus dipindahkan untuk setiap pembacaan data resistivitas (Burger, 2006).
2.3 Metode Induced Polarization
Nilai chargeability dihitung menggunakan persamaan:
(3)
∫ ( )

Nilai chargeability didapat langsung dari alat akuisisinya, yaitu OYO


resistivitymeter. Prinsip metode Induced Polarization adalah mengukur efek
polarisasi dari medium yang terinduksi akibat pengaruh dari arus listrik yang
melewati medium. Transmitter sebagai sumber arus listrik diinjeksikan ke
medium melalui penghantar dua elektroda arus (C1 dan C2) dan diterima oleh
receiver melalui dua elektroda potensial (P1 dan P2) yang mengukur beda
potensial. Pada pengukuran injeksi arus listrik akan dihentikan setelah beberapa
waktu. Ketika arus dihentikan, beda potensial antara kedua elektroda potensial
tidak langsung menjadi nol melainkan ada jeda beberapa waktu. Hal ini disebut
Potential Decay (Aryaseta, 2017).
2.4 Sensor pH
Sensor pH atau pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan
untuk mengukur pH kadar keasaman ataupun basa dari suatu larutan. pH meter
yang biasa terdiri dari pengukuran probe pH elektroda gelas yang terhubung ke
pengukuran pembacaan yang mengukur dan menampilkan pH yang terukur.
Prinsip kerja dari sensor ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka
akan semakin bernilai asam begitupun sebaliknya, karena batang pada pH meter
berisi larutan elektrolit lemah (Astria, 2014).

Gambar 2.2 Skema rangkaian pH meter


Sistem pH meter untuk menghasilkan pembacaan pH yang akurat harus memiliki
nilai potensial stabil dan tidak terpengaruh oleh jenis fluida yang terukur.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Akuisisi Data Lapangan


Penelitian dilakukan di Daerah Paningkaban Kecamatan Gumelar,
Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Tahap pelaksanaan penelitian adalah tahap
persiapan keperluan pengukuran di lokasi penelitian, seperti survei awal di
lapangan untuk menentukan daerah yang akan diteliti menggunakan metode
geomagnetik dan menentukan titik pengukuran berdasarkan anomali medan
magnet Gambar 3.1. Tahap pengabilan data adalah melakukan pengambilan data
geolistrik dan induced polarization dengan konfigurasi wenner sepanjang 200
meter yang memiliki 4 lintasan Gambar 3.2.

Gambar 3.1 Peta anomali magnetik daerah Gumelar

Gambar 3.2 Lokasi penelitian 4 lintasan


3.2 Interpretasi
Interpretasi dilakukan berdasarkan penampang 2D nilai resitivitas dan
chargeability yang diperoleh. Setiap lintasan akan dikorelasi, sehingga dihasilkan
informasi mineralisasi emas bawah permukaan daerah penelitian.

Potensi mineral emas


Gambar 3.3 Nilai data resistivitas dan chargeability lintasan 1

Potensi mineral emas


Gambar 3.4 Nilai data resistivitas dan chargeability lintasan 2
Potensi mineral emas
Gambar 3.5 Nilai data resistivitas dan chargeability lintasan 3

Potensi mineral emas


Gambar 3.6 Nilai data resistivitas dan chargeability lintasan 4

Korelasi antara penampang 2D nilai resistivitas dan chargeability dilakukan untuk


mengidentifikasi zona mineralisasi emas. Keberadaan mineralisasi emas ditandai
dengan munculnya batuan dengan nilai resistivitas rendah dan chargeability tinggi
pada urat-urat kuarsa bawah permukaan. Urat kuarsa merupakan ciri-ciri umum
dari banyak deposit dan merupakan petunjuk adanya mineralisasi emas.

Harga pH dalam air menunjukkan besarnya konsentrasi ion hidrogen. Secara


umum air sungai dan air tanah mempunyai pH berkisar dari 6-8,5. Sedangkan air
yang tercemar oleh limbah tambang menyebabkan air bertambah asam dengan pH
lebih kecil dari 5 (Sudadi, 2003).
3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil interpretasi data yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dari hasil pemodelan 2D nilai resistivitas dan chargeability pada empat
lintasan yang diidentifikasikan memiliki persebaran mineral emas
memiliki nilai resistivitas rendah dan chargeability tinggi.
2. Struktur lapisan pada titik pengukuran memiliki empat jenis batuan yaitu
pasir, lempung pasiran, lempung dan napal.

Gambar 3.7 Penampang litologi pada empat lintasan


3. Data dari tiga metode tersebut diinterpretasikan dan dikorelasikan untuk
mengetahui potensi emas yang berada di Daerah Gumelar dan potensi
mineral emas perlu dibandingkan dengan peta geologi untuk
memperjelas keberadaan sekitar lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Aryaseta, B., Warnana, D., & Widodo, A. (2017). Aplikasi Metode Induced
Polarization untuk Mengidentifikasi Akuifer di Daerah Sutorejo,
Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 84-86.
Astria, F., Subito, M., & Nugraha, D. (2014). Rancang Bangun Alat Ukur pH dan
Suhu Berbasis Short Message Service (SMS) Gatway. Jurnal MEKTRIK,
47-55.
Bahri. (2005). Handout Mata Kuliah Geofisika Lingkungan Dengan Topik Metode
Geolistrik Resistivitas. Surabaya: ITS.
Briyantara, S., & Yulianto, T. (2015). Aplikasi Metode Magnetik Untuk
Melokalisasi Targetan Zona Mineralisasi Emas Di Daerah "X". Youngster
Physics Journal, 1-6.
Burger, H. (1992). Exploration Geophysics of the Shallow Surface. New Jersey:
Prentice-Hall.
Burger, H. R. (2006). Applied Geophysics: Exploring the Shallow Subsurface.
New York: WW Norton.
Pirajno, F. (1992). Hydrothermal Mineral Deposits, Principles and Fundamental
Concepts for the Ecploration Geologist. Berlin: Springer-Verlag.
Sudadi, Purwanto. (2003). Penentuan Kualitas Air Tanah Melalui Analisis Unsur
Kimia Terpilih. Buletin Geologi Tata Lingkungan, Vol. 13 No. 12.
Telford, W., Geldart , L., & Sheriff, R. (1990). Applied Geophysics Second
Edition. Cambridge: Cambridge University Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
Lampiran 2. Blok Diagram Protptype

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Akuisisi data lapangan Gambar 2. Lubang galian penambang emas

Gambar 3. Batuan mengandung miniral emas

Gambar 4. Lubang galian yang gagal

Anda mungkin juga menyukai