Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN NEGARA DENGAN MENGKAJI

KOLEKSI ( BENDA CAGAR BUDAYA ) DI MUSEUM

Berikut ini merupakan sebagian dari Benda Cagar Budaya koleksi Museum Nasional
Jakarta yang telah menjadi kepemilikan dan penguasaan negara.
1. MAHKOTA SULTAN SIAK SRI INDRAPURA

Keterangan :

NO REGNAS RNCB.20131227.01.000003

SK Penetapan SK Menteri No248/M/2013

Peringkat Cagar Budaya Nasional

Kategori Cagar Budaya Benda

Kabupaten/Kota Kota Jakarta Pusat

Provinsi DKI Jakarta

Nama Pemilik Negara

Museum Nasional, Direktorat


Nama Pengelola Jenderal Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Mahkota diserahkan kepada Negara Republik Indonesia oleh Sultan
Syarif Kasim II, sultan terakhir Siak Sri Indrapura yang memerintah pada
tahun 1915-1949. Penyerahan ini sebagai pengakuan Kesultanan Siak Sri
Indrapura terhadap kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mahkota
emas tersebut saat ini dalam keadaan baik serta terawat dan menjadi koleksi
Museum Nasional dengan nomor inventaris E 26.
Mahkota Sultan Siak Sri Indrapura dibuat dari emas bertahtakan
berlian dan rubi dengan diameter 33 cm, tinggi 27 cm, dan berat mencapai
1.803,3 g. Mahkota emas ini dihiasi oleh tiga bunga teratai bertaburkan batu
merah delima dan intan. Selain itu juga dihiasi dengan filigran motif sulur-
sulur benang emas dan bunga. Daun-daun emas kecil dikaitkan dengan cincin
menggantung di keempat lengkungan mahkota. Di bagian kening terdapat
inskripsi Arab yang berarti “mahkota emas”, yang terbuat dari kawat emas
tipis.

2. ARCA PRAJNYAPARAMITA 

Keterangan :

NO REGNAS RNCB.20131227.01.000006

SK Penetapan SK Menteri No251/M/2013

Peringkat Cagar Budaya Nasional

Kategori Cagar Budaya Benda

Kabupaten/Kota Kota Jakarta Pusat

Provinsi DKI Jakarta

Nama Pemilik Museum Nasional

Museum Nasional, Direktorat Jenderal


Nama Pengelola Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Arca Prajnyaparamita yang dibuat pada sekitar abad XII-XIII tersebut
ditemukan di desa Singosari pada tahun 1818 oleh asisten Residen Malang, D.
Monnereau. Pada tahun 1822 arca dibawa ke Belanda oleh Prof. C.G.C
Reinward dan tahun 1841 diserahkan ke Museum van Oudheden (sekarang
Museum of Antiquities) di Leiden dengan nomor inventaris 1403-1587. Pada
tahun 1903 arca kemudian dipindahkan ke Rijksmuseum voor Volkenkunde
sebelum akhirnya diserahkan kepada Pemerintah Indonesia pada bulan Januari
1978. Kini Arca Prajnyaparamita menjadi koleksi di Museum Nasional dengan
nomor inventaris 17774. Arca dalam keadaan relatif baik, hanya terdapat cacat
(gumpil) di bagian lapik sisi sebelah kanan. Selain itu, bagian puncak prabha
di belakang kepala arca juga telah aus permukaannya.
Prajnyaparamita adalah dewi dalam pantheon agama Buda yang
mempunyai kedudukan tinggi di dalam aliran Mahayana. Ia dianggap sebagai
istri Buda dan merupakan lambang ilmu pengetahuan yang sempurna. Arca
berparas jelita yang oleh masyarakat dikenal juga dengan nama Ken Dedes ini
dibuat dari batu andesit berwarna abu-abu muda dengan ukuran tinggi 126 cm,
lebar 55 cm, dan tebal 55 cm.

Anda mungkin juga menyukai