Anda di halaman 1dari 10

ADAT DAN BUDAYA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SENI BUDAYA

Oleh :
Shally Melisa Putri
XI IIS 1

Pembimbing :
Mia Fahmiati, M. Pd
Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Sejarah Yogyakarta

Yogyakarta berdiri
dikarenakan adanya Perjanjian
Giyanti pada tanggal 13 Februari
1755 yang ditandatangani oleh
Kompeni Belanda di bawah tanda
tangan Gubernur Nicholas Hartingh
atas nama Gubernur Jendral Jacob
Mossel. Kota Yogyakarta dibangun
pada tahun 1755 bersamaan dengan
berdirinya Kerajaan Ngayogyakarta
Hadiningrat oleh Sri Sultan
Hamengkubowono I di antara sungai
Winongo dan sungai Code.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan


Hamengkubowono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam
pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY dari Presiden
Republik Indonesia. Pada tanggal 5 September 1945, beliau mengeluarkan amanat
yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan
Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18
UUD 1945.Sampai saat ini, Yogyakarta disebut Daerah Istimewa karena
bentuknya yang masih berupa kerajaan atau kesultanan.

2. Rumah Adat Yogyakarta

Rumah adat Yogyakarta bernama Rumah Bangsal Kencono. Rumah ini


dikenal juga sebagai tempat tinggal raja. Sekilas bangunan ini terlihat seperti
desain Rumah Joglo, namun ukurannya lebih luas, besar, dan lebar. Rumah adat
satu ini kental dengan adat Jawa jika diperhatikan dari segi ukiran yang terletak
pada atap, tiang, dan dinding bangunannya, namun memiliki sedikit pengaruh
arsitektur Belanda, Portugis, dan China.

Ciri khas Rumah adat Bangsal Kencono yaitu :

1) Ukuran rumah, karena desainnya seperti desainnya seperti padepokan dan


berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan.
2) Desain dan motif ukiran, halaman utamanya yang asri dan dipenuhi
tanaman melambangkan kecintaan pada alam. Sementara motifnya
dominan dengan nuansa kejawen yang berpadu dengan kebudayaan Eropa
seperti arsitektur Belanda, Portugis, China, dan Hindu.
3) Fungsi, selain tempat tinggal untuk keluarga kerajaan, Bangsal Kencono
juga berfungsi sebagai tempat atau pusat diselenggarakannya berbagai
upacara adat maupun ritual keagamaan bagi masyarakat.
3. Pakaian Adat/Tradisional (Pengantin) Yogyakarta

Paes Ageng merupakan busana pernikahan Kerajaan Mataram yang


kemudian menjadi koleksi pakaian adat Yogyakarta.Ada beberapa Paes Ageng di
Yogyakarta, salah satunya Paes Ageng Jangan Meniran yang awalnya digunakan
saat acara boyong dari keraton ke kediaman pengantin pria. Dalam
perkembangannya, busana ini juga digunakan saat upacara panggih. Mempelai
pria dan wanita mengenakan baju blenggen dengan warna senada. Selopnya
bludiran berwarna senada dengan bajunya.

4. Senjata Tradisional Yogyakarta


1) Tombak Yogyakarta

Di Keraton Yogyakarta diketahui ada beragam jenis tombak yang bentuk


mata tombaknya bervariasi. Ada yang bercabang 3, ada yang seperti kudi, ada
yang seperti cakra, dan ada pula yang berbentuk konvensional. Diantara tombak
pusaka kagungan dalem yang dipandang istimewa adalah Tombak Kanjeng Kyai
Ageng Plered. Tombak ini sudah ada di lingkungan kraton Mataram-Islam sejak
pemerintahan Panembahan Senopati.

2) Keris Yogyakarta

Keris adalah salah satu senjata tradisional Yogyakarta, senjata ini


bermodelkan senjata tikam yang terbuat dari logam. Yogyakarta merupakan salah
satu daerah dengan jumlah keris terbanyak di Indonesia dikarenakan di wilayah
Yogayakarta sangat banyak sekali empu pembuat jenis senjata tradisional,
sehingga tak heran produktivitas senjata keris tidak pernah berhenti, karena akan
dilanjutkan generasi penerusnya. Salah satu tempat penghasil keris adalah Desa
Banyusumurup.

3) Wedhung Yogyakarta

Wedhung adalah senjata tradisional berbentuk seperti pisau tetapi


ukurannya lebih besar. Pemakaian wedhung sama dengan keris, akan tetapi jika
keris biasanya diselipkan di belakang pinggang, senjata wedhung biasannya
diselipkan di samping badan atau di muka. Dalam tradisi Keraton Yogyakarta,
wedhung digunakan sebagai senjata senjata ampilan bagi abdi dalem maupun
keparak yang berpangkat lurah ke atas.

5. Transportasi Tradisional Yogyakarta


1) Becak

Becak merupakan kendaraan beroda tiga dengan tempat duduk bagi


penumpang berada di depan yang memiliki kapasitas maksimum untuk dua orang,
sedangkan si pengemudi berada di belakang sambil mengayuh becak. Becak
sangat mudah ditemui di setiap sudut jalan di Yogyakarta

2) Andong (Delman)

Andong merupakan kendaraan tradisional beroda empat yang ditarik oleh


dua ekor kuda, dan roda depan andong ini lebih kecil dari roda belakangnya.
Andong dilengkapi dengan suara bel dengan bunyi yang khas dan 2 buah lampu
pada kedua belah sisi. Irama derap langkah kuda atau cemeti yang digunakan
untuk mengendalikan kuda akan menimbulkan suasana santai. Pada jaman dulu,
andong hanya digunakan oleh keluarga bangsawan. Andong dapat ditemui pada
daerah sekitar stasiun kereta api, stasiun bis dan juga pada beberapa pasar besar di
Yogyakarta.

3) Sepeda

Yogyakarta juga terkenal sebagai Kota Sepeda. Hal ini sangat memungkinkan
untuk menghubungkannya dengan banyaknya pelajar di Kota Yogyakarta.
Penduduk kota Yogyakarta telah menggunakan sepeda sebagai sarana transprotasi
mereka semenjak tahun 1960. Tetapi sejalan dengan perkembangan waktu jumlah
para pengguna sepeda ini telah berkurang.

6. Kesenian Yogyakarta
1) Musik/Lagu Daerah – Suwe Ora Jamu

Salah satu lagu daerah Yogyakarta ialah Suwe Ora Jamu yang merupakan lagu
ciptaan R.C. Hardjosubroto. Lagu ini sangat populer, apalagi setelah dinyanyikan
oleh Waljinah. Lirik lagu ini menceritakan tentang pertemanan dan persaudaraan.
Orang yang sudah lama tidak bertemu teman atau saudara pasti ada rasa rindu.
Namun pertemuan kembali dengan teman atau saudara tidak selalu
menyenangkan. Kadang kala terbesit rasa iri karena teman atau saudara yang
dirindukan ini telah sukses.

2) Tari Tradisi – Tari Serimpi

Tari Serimpi yang berasal dari Yogyakarta bermakna sebuah mimpi.


Konon pertunjukkannya akan membuat para penontonnya seolah sedang berada di
alam mimpi. Tarian ini suasananya cukup mistis. Pada tari ini sengaja diberi
taburan bunga yang ditaburkan di lantai untuk menunjang penampilan penari.

Tari serimpi diperagakan oleh 4 orang penari untuk mewakili sebuah


mimpi yang merupakan arti dari tarian serimpi itu sendiri. 4 orang penari tersebut
menggambarkan air, api, udara dan juga bumi. Ciri khas dari tari serimpi ialah
menggunakan kostum kemben dan pada bagian perut diikatkan selendang
berwarna hijau muda terang. Kemudian untuk tatanan rambutnya dirias bak
pengantin Jawa. Durasi pertunjukan dari tarian serimpi ini biasanya selama 45
menit sampai dengan 1 jam saja.

3) Teater Tradisi – Dadung Awuk


Dadung Awuk merupakan salah satu seni pertunjukan yang berasal dari
Yogyakarta.Dadung Awuk merupakan perkembangan dari Srandul yang juga
merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat. Namun terdapat perbedaan antara
Dadung Awuk dan Srandul, yaitu Dadung Awuk khusus mementaskan lakon-
lakon yang berkisah tentang tokohnya yang bernama Dadung Awuk yang terdiri
dari berbagai macam serial, mulai dari dimasa mudanya sampai ia mengabdi
kepada kerajaan Demak dan lalu bertemu dengan Jaka Tingkir. Cerita yang
dimainkan dalam Dadung Awuk adalah kisah dari seorang tokoh yang benama
Dadung Awuk, yang terdiri dari beberapa serial, mulai dari masa mudanya sampai
ia mengabdi ke kerajaan Demak dan bertemu dengan Jaka Tingkir. Sedangkan
Srandul mementaskan lakon-lakon yang bersumber dari Serat Menak, Cerita
Panji, legenda, dan dongeng.

4) Seni Rupa 3D – Seni Wayang

Wayang merupakan seni rupa murni 3 dimensi yang juga termasuk dalam seni
pertunjukan. Pertunjukan wayang berkembang pesat di daerah Jawa dan Bali.
Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatra dan
Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh
oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan
wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah
warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of
Oral and Intangible Heritage of Humanity).
7. Keunikan Secara Keseluruhan Menurut Pendapat Pribadi

Menurut saya, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di


Indonesia yang masih kental dengan adat dan tradisi. Suasana yang ramah,
kebudayaannya, keseniannya benar-benar sesuatu yang harus kita lestarikan
sebagai rakyat Indonesia. Yang sangat saya senangi dari kebudayaan Yogyakarta
ialah sendratari atau pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa
dialog. Biasanya kisah yang dipertunjukkan adalah Ramayana. Tak hanya itu, lagu
daerah beserta tariannya begitu gemulai dan elok. Saya memilih Yogyakarta
karena saya ingin teman-teman dan guru sekalian melirik pada daerah kental
dengan adat ini. Bukan berarti saya tidak mencintai budaya Minangkabau, hanya
saja saya ingin teman-teman dan guru-guru sekalian mengetahui betapa indahnya
kebudayaan Yogyakarta itu sendiri. Saya harap pendapat saya mengenai keunikan
Yogyakarta tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Anda mungkin juga menyukai