Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TINJAUAN BUDAYA INDONESIA ANGKLUNG YANG DI KLAIM MALAYSIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kulliah Kewarganegaraan (KWN)

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Priety Zinta 213121050
2. Egi Abdurahman 213121053
3. Fitri Rahmawati 213121074
4. Balqist Assyifa 213121075
5. Salsavia Nur A 213121078
6. Nur Suci Amalia 213121080
7. Rika Nur Rahim 213121090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
2022
ABSTRAK
Angklung terdiri atas dua - empat tabung bambu dalam bingkai bambu, diikat dengan tali
rotan. Tabung bambu akan menghasilkan nada tertentu ketika bingkai diguncangkan. Setiap
angklung dapat menghasilkan nada tunggal atau akord, sehingga beberapa pemain
berkolaborasi dalam memainkan melodi. Angklung tradisional menggunakan skala
pentatonik, tetapi pada tahun 1938 seniman bernama Daeng Soetigna memperkenalkan
angklung yang menggunakan skala diatonis, yang dikenal sebagai angklung padaeng.
Angklung berkaitan erat dengan adat istiadat, seni dan identitas budaya di Indonesia,
dimainkan pada upacara menanam padi dan panen. Transmisi skill memainkan angklung
diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi, dan semakin berkemabng setelah di
masukan dalam lembaga pendidikan (Prodi Angklung dan Musik Bambu ISBI Bandung).
Angklung dikukuhkan UNESCO (United Nations Educational, Scientific, Cultural
Organization) sebagai daftar warisan budaya takbenda kemanusiaan. Makalah ini membahas
hal-hal yang menarik tentang angklung. Terutama angklung tradisional yang berkembang
menjadi angklung modern dan kemudian keduanya menjadi mendunia sebagai warisan
budaya Indonesia.
Kata Kunci: angklung, Indonesia, masyarakat sunda, angklung tradisional
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beranekaragam etnik dan suku
bangsa yang berasal dari berbagai daerah. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas atau
budaya tersendiri. Hal ini yang mendasari setiap suku bangsa memiliki budaya dan
kesenian tradisional yang berbeda antara satu suku dengan suku yang lainnya.
Namun demikian pelestarian budaya dan kesenian Indonesia masih banyak yang
memperihatinkan. Salah satu kesenian atau budaya tradisional milik masyarakat
Indonesia yang saat ini pelestariannya memperihatinkan adalah Ekspresi Budaya
Tradisional. Hal ini bisa dilihat dari beberapa Ekspresi Budaya Tradisional milik
bangsa Indonesia yang diklaim oleh bangsa asing dan juga beberapa diantaranya
mengalami kepunahan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki data yang menunjukkan
bahwa terdapat 2644 karya budaya tak benda di Indonesia, namun baru 77 yang telah
ditetapkan secara resmi sebagai warisan budaya takbenda Indonesia, termasuk
diantaranya telah ditetapkan lebih dulu sebagai Warisan Dunia oleh United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Salah satu dari sekian banyak karya Indonesia yang diakui oleh negara lain yaitu
angklung. Angklung, sebagai alat musik khas Sunda, Angklung ini pun pernah
diklaim oleh Malaysia sebagai warisan budaya mereka. Kisruh berakhir setelah
Angklung terdaftar sebagai karya agung warisan budaya lisan dan nonbendawi
manusia sebagai warisan kebudayaan Indonesia oleh UNESCO pada
bulan November 2010

Angklung adalah salah satu alat musik tradisional yang terkenal dari Jawa Barat.
Sejarah penciptaannya sudah ada sejak abad 12-16 M. Awalnya, alat musik
tradisional ini dialunkan di lahan pertanian sebagai bentuk ritual menghormati Nyai
Sri Pohaci atau Dewi Padi. Di zaman sekarang, angklung sering dimainkan dalam
pertunjukan atau acara-acara kultural.
Tapi, banyak masyarakat yang belum memperhatikan dan merawatnya sebagai
warisan budaya bangsa. Sampai suatu ketika pada tahun 2010, keberadaannya pernah
diklaim oleh Malaysia dengan sebutan Bamboo Malay.
Setelah angklung diklaim oleh Malaysia, pemerintah Jawa Barat tentunya tidak
tinggal diam. Sempat ada kesulitan untuk mengumpulkan berbagai bukti atau
dokumentasi pendukung bahwa angklung adalah warisan budaya Indonesia. Tapi pada
akhirnya dokumen-dokumen bersejarah persyaratan dari UNESCO berhasil dipenuhi.
Misalnya sebuah dokumentasi tahun 1908 saat berlangsungnya penyerahan
angklung dalam misi kebudayaan antara Indonesia dan Thailand. Alhasil, pada
tanggal 16 November 2010 UNESCO telah menetapkan bahwa angklung menjadi
warisan budaya non bendawi (Representative List of the Intangible Cultural Heritage
of Human) dari Indonesia.

Tanggal penetapannya, 16 November kemudian diabadikan menjadi Hari


Angklung Sedunia.
B. Rumusan masalah
1. Apa upaya pemerintah saat angklung diklaim oleh Malaysia?
2. Apa yang harus mahasiswa lakukan saat hal itu terjadi?
3. Apa faktor yang membuat angklung diklaim oleh Malaysia?
4. Apa yang harus dilakukan agar hal itu tidak terjadi lagi?

C. Batasan masalah
1. Upaya pemerintah saat angklung diklaim oleh Malaysia
2. Yang dilakukan mahasiwa disaat hal-hal seperti itu terjadi
3. Faktor-faktor yang menjadikan angklung diklaim oleh Malaysia
4. Yang harus dilakukan agar hal seperti itu tidak terjadi lagi

D. Tujuan
Untuk mengetahui maksud dari makalah ini. Perlu adanya sasaran yang akan dicapai.
Adapun tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui upaya dari masyarakat juga pemerintah melestarikan angklung
2. Untuk mengetahui perlindungan angklung

E. Manfaat
Untuk mengetahui maksud dari makalah ini, maka perlu adanya sasaran yang akan
dicapai. Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Manfaat untuk masyarakat
Setelah memperoleh informasi dari penelitian ini, maka masyarakat dapat
menambah wawasan tentang peran mereka untuk melestarikan angklung

2. Untuk pemerintah
Membantu pemerintah dalam memberikan perlindungan untuk angklung juga
hukum-hukum terhadap angklung.

3. Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan untuk memberi pemahaman tentang budaya dan
mengajari masyarakat agar lebih menjaga dan melestarikan budaya yang ada.

4. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan dalam
meneliti penomena yang terjadi di masyarakat yang terjadi, sehingga menambah
pengetahuan mengenai masalah yang diteliti, dengan adanya tulisan ini membuat
penulis lebih tau tentang masyarakat yang lebih mencintai adat dan budaya nya
terutama angklung
BAB II
ISI

1. Asal mula Angklung

Angklung, awalnya dimainkan di lahan pertanian untuk menghormati Nyai Sri


Pohaci atau yang juga dikenal dengan Dewi Sri sebagai sosok Dewi Padi, Dewi
Pertanian, atau Dewi Kesuburan supaya turun ke dunia.
Alunan bambu di sawah mengandung pesan dan tujuan supaya tanaman padi
yang ditanam bisa tumbuh subur serta mampu mengusir hama yang
merusak tanaman padi. Dari waktu ke waktu, musik tradisional ini masih dekat
dengan tadisi pertanian, yang kemudian ditambah dengan gerak ritmis.
Ketika pesta panen, permainannya ditampilkan dalam konsep pertunjukan yang
berbentuk gelaran atau arak-arakan.
Di beberapa wilayah, ritual dan tradisi memainkan angklung di sawah masih
dilakukan berdampingan dengan sibuknya kehidupan modern.

Angklung juga pernah digunakan untuk menyambut raja dan diceritakan dalam
kitab Negarakertagama Sampai dengan awal tahun 1930-an, angklung di tengah
masyarakat masih memakai tangga nada da-mi-na-ti-la atau pentatonis Sunda.
Inovasi tangga nada diatonis seperti yang ada pada alat musik modern baru
muncul pada era Daeng Sutigna, guru kesenian yang memperkenalkan angklung
diatonis. Meskipun tidak ada keterangan pasti tentang kapan angklung mulai
dimainkan oleh masyarakat Indonesia, informasi yang tertua tentang alat musik
tradisional ini terdapat di kitab Negarakertagama. Di dalamnya diceriterakan
tentang alat-alat yang digunakan pada upacara menyambut raja. Dikisahkan
bahwa dahulu rakyat pernah memainkannya dalam penyambutan Raja Hayam
Wuruk ketika melakukan peninjauan daerah keliling Jawa tahun 1350-an.
Kemudian, masyarakat Jawa pada umumnya mulai mengenal musik tradisional
tersebut pada abad ke-17.

Pada zaman pemerintahan HIndia Belanda, hanya anak-anak saja yang boleh
memainkan angklung. Karena, angklung pernah menjadi pendorong semangat
pertempuran di era penjajahan. Karena itu, pemerintahan Hindia Belanda sempat
melarang penggunaannya. Akibat permainannya dilarang, popularitasnya sempat
menurun. Hanya kalangan anak-anak yang saat itu boleh memainkannya. Sampai
saat ini, musik tradisional ini terus mengalami perkembangan dan modifikasi. Jika
dulu sekadar dimainkan di dalam perayaan-perayaan tradisional misalnya pesta
panen, sekarang permainannya bisa di manapun dan kapanpun. Mulai dari
permainan di lingkup kecil seperti di sekolah atau komunitas lokal sampai dengan
pertunjukan internasional untuk mengiringi lagu-lagu.

2. Upaya pemerintah saat angklung di klaim Malaysia


Pada tahun 2009 pemerintah Indonesia mendaftarkan angklung ke UNESCO
yang berkedudukan di Paris Perancis, Organisasi Pendidikan, keilmuan dan
kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu pemerintah berusaha
menciptakan kebijakan yang dapat memberikan perlindungan kepada alat seni
music angklung. Mendapatkan perlindungan tersebut diantaranya meliputi
masuknya Angklung sebagai warisan dunia oleh UNESCO, memberikan
perlindungan hokum, pengenalan kebudayaan, pertunjukan seni juga
memerintahkan seluruh warga Indonesia untuk menjaga dan melestarikan
angklung.
Keberhasilan kebijakan Pemerintah terhadap perlindungan alat seni music
Angklung terjadi karena beberapa factor dan melalui proses yang lama. Metode
yang digunakan adalah metode deskritif analitis, metode yang bertujuan untuk
menggambarkan, menganalisis, data yang dikumpulkan, diklarifikasi, diolah dan
dianalisa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya adalah hasil karya, rasa
dan cipta dari suatu masyarakat.
Angklung yang menjadi dasar pengakuan UNESCO adalah seluruh angklung
yang ada di Indonesia, baik angklung tradisional maupun modern karena kedua-
duanya memperlihatkan konsistensi masyarakat pendukung angklung di
Indonesia.

3. Yang dilakukan mahasiswa saat angklung diklaim Malaysia


Yang dilakukan Mahasiswa saat Angklung diklaim Malaysia adalah Menjada,
melestarikan serta mengajrkan Anklung kepada orang lain. Baik itu warga asli
Indonesia yang belum mengetahui angklung maupun kepada warga asing. Juga
tidak terpengaruh oleh budaya luar, karena zaman sekarang banyak budaya asing
masuk kedalam Indonesia sehingga mempengaruhi warga Indonesia. Dan jangan
lupa mengenalkan Angklung ke Dunia Internasional selain agar angklung dikenal
oleh seluruh dunia, juga agar Angklung tidak di klaim oleh Negara lain.

Anda mungkin juga menyukai