Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Priety Zinta 213121050
2. Egi Abdurahman 213121053
3. Fitri Rahmawati 213121074
4. Balqist Assyifa 213121075
5. Salsavia Nur A 213121078
6. Nur Suci Amalia 213121080
7. Rika Nur Rahim 213121090
Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beranekaragam etnik dan suku
bangsa yang berasal dari berbagai daerah. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas atau
budaya tersendiri. Hal ini yang mendasari setiap suku bangsa memiliki budaya dan
kesenian tradisional yang berbeda antara satu suku dengan suku yang lainnya.
Namun demikian pelestarian budaya dan kesenian Indonesia masih banyak yang
memperihatinkan. Salah satu kesenian atau budaya tradisional milik masyarakat
Indonesia yang saat ini pelestariannya memperihatinkan adalah Ekspresi Budaya
Tradisional. Hal ini bisa dilihat dari beberapa Ekspresi Budaya Tradisional milik
bangsa Indonesia yang diklaim oleh bangsa asing dan juga beberapa diantaranya
mengalami kepunahan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki data yang menunjukkan
bahwa terdapat 2644 karya budaya tak benda di Indonesia, namun baru 77 yang telah
ditetapkan secara resmi sebagai warisan budaya takbenda Indonesia, termasuk
diantaranya telah ditetapkan lebih dulu sebagai Warisan Dunia oleh United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Salah satu dari sekian banyak karya Indonesia yang diakui oleh negara lain yaitu
angklung. Angklung, sebagai alat musik khas Sunda, Angklung ini pun pernah
diklaim oleh Malaysia sebagai warisan budaya mereka. Kisruh berakhir setelah
Angklung terdaftar sebagai karya agung warisan budaya lisan dan nonbendawi
manusia sebagai warisan kebudayaan Indonesia oleh UNESCO pada
bulan November 2010
Angklung adalah salah satu alat musik tradisional yang terkenal dari Jawa Barat.
Sejarah penciptaannya sudah ada sejak abad 12-16 M. Awalnya, alat musik
tradisional ini dialunkan di lahan pertanian sebagai bentuk ritual menghormati Nyai
Sri Pohaci atau Dewi Padi. Di zaman sekarang, angklung sering dimainkan dalam
pertunjukan atau acara-acara kultural.
Tapi, banyak masyarakat yang belum memperhatikan dan merawatnya sebagai
warisan budaya bangsa. Sampai suatu ketika pada tahun 2010, keberadaannya pernah
diklaim oleh Malaysia dengan sebutan Bamboo Malay.
Setelah angklung diklaim oleh Malaysia, pemerintah Jawa Barat tentunya tidak
tinggal diam. Sempat ada kesulitan untuk mengumpulkan berbagai bukti atau
dokumentasi pendukung bahwa angklung adalah warisan budaya Indonesia. Tapi pada
akhirnya dokumen-dokumen bersejarah persyaratan dari UNESCO berhasil dipenuhi.
Misalnya sebuah dokumentasi tahun 1908 saat berlangsungnya penyerahan
angklung dalam misi kebudayaan antara Indonesia dan Thailand. Alhasil, pada
tanggal 16 November 2010 UNESCO telah menetapkan bahwa angklung menjadi
warisan budaya non bendawi (Representative List of the Intangible Cultural Heritage
of Human) dari Indonesia.
C. Batasan masalah
1. Upaya pemerintah saat angklung diklaim oleh Malaysia
2. Yang dilakukan mahasiwa disaat hal-hal seperti itu terjadi
3. Faktor-faktor yang menjadikan angklung diklaim oleh Malaysia
4. Yang harus dilakukan agar hal seperti itu tidak terjadi lagi
D. Tujuan
Untuk mengetahui maksud dari makalah ini. Perlu adanya sasaran yang akan dicapai.
Adapun tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui upaya dari masyarakat juga pemerintah melestarikan angklung
2. Untuk mengetahui perlindungan angklung
E. Manfaat
Untuk mengetahui maksud dari makalah ini, maka perlu adanya sasaran yang akan
dicapai. Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Manfaat untuk masyarakat
Setelah memperoleh informasi dari penelitian ini, maka masyarakat dapat
menambah wawasan tentang peran mereka untuk melestarikan angklung
2. Untuk pemerintah
Membantu pemerintah dalam memberikan perlindungan untuk angklung juga
hukum-hukum terhadap angklung.
3. Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan untuk memberi pemahaman tentang budaya dan
mengajari masyarakat agar lebih menjaga dan melestarikan budaya yang ada.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan dalam
meneliti penomena yang terjadi di masyarakat yang terjadi, sehingga menambah
pengetahuan mengenai masalah yang diteliti, dengan adanya tulisan ini membuat
penulis lebih tau tentang masyarakat yang lebih mencintai adat dan budaya nya
terutama angklung
BAB II
ISI
Angklung juga pernah digunakan untuk menyambut raja dan diceritakan dalam
kitab Negarakertagama Sampai dengan awal tahun 1930-an, angklung di tengah
masyarakat masih memakai tangga nada da-mi-na-ti-la atau pentatonis Sunda.
Inovasi tangga nada diatonis seperti yang ada pada alat musik modern baru
muncul pada era Daeng Sutigna, guru kesenian yang memperkenalkan angklung
diatonis. Meskipun tidak ada keterangan pasti tentang kapan angklung mulai
dimainkan oleh masyarakat Indonesia, informasi yang tertua tentang alat musik
tradisional ini terdapat di kitab Negarakertagama. Di dalamnya diceriterakan
tentang alat-alat yang digunakan pada upacara menyambut raja. Dikisahkan
bahwa dahulu rakyat pernah memainkannya dalam penyambutan Raja Hayam
Wuruk ketika melakukan peninjauan daerah keliling Jawa tahun 1350-an.
Kemudian, masyarakat Jawa pada umumnya mulai mengenal musik tradisional
tersebut pada abad ke-17.
Pada zaman pemerintahan HIndia Belanda, hanya anak-anak saja yang boleh
memainkan angklung. Karena, angklung pernah menjadi pendorong semangat
pertempuran di era penjajahan. Karena itu, pemerintahan Hindia Belanda sempat
melarang penggunaannya. Akibat permainannya dilarang, popularitasnya sempat
menurun. Hanya kalangan anak-anak yang saat itu boleh memainkannya. Sampai
saat ini, musik tradisional ini terus mengalami perkembangan dan modifikasi. Jika
dulu sekadar dimainkan di dalam perayaan-perayaan tradisional misalnya pesta
panen, sekarang permainannya bisa di manapun dan kapanpun. Mulai dari
permainan di lingkup kecil seperti di sekolah atau komunitas lokal sampai dengan
pertunjukan internasional untuk mengiringi lagu-lagu.