KAJIAN PUSTAKA
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukannya (Robert Ang, 2001). Dalam teori pasar modal,
tingkat pengembalian yang diterima oleh seorang investor dari saham yang
dengan return. Dalam pasar saham tidak selalu menjanjikan suatu return yang
capital gain.
Komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan
lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income adalah
bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan dengan cepat. Misalnya
kupon bunga obligasi yang membayar bungan dalam bentuk giro/cek, yang
tinggal diuangkan, demikian juga dividend saham, yaitu dibayarkan dalam bentuk
saham, yang dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang
Adapun komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang
diterima karena adanya selisih harga jual dengan harga beli suatu instrumen
15
investasi. Tentunya tidak semua instrumen investasi memberikan komponen
return berupa capital gain atau capital loss. Capital gain sangat tergantung dari
harga pasar instrumen investasi yang bersangkutan, yang berarti bahwa instrumen
Investasi yang dapat memberikan capital gain seperti obligasi dan saham,
sedangkan yang tidak memberikan komponen return capital gain seperti sertifikat
Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi
yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return
realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi dan hitung
berdasarkan data histori dan return realisasi itu penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan sebagai dasar penentu return
sesungguhnya (Ri,t) diperoleh dari harga saham harian sekuritas i pada waktu ke-t
(Pi,t) dikurangi harga saham harian sekuritas i pada waktu ke t-1 (Pi,t-1), dibagi
harga saham harian sekuritas i pada waktu t-1 (Pi,t-1) atau dengan rumus:
................... ................................................................................(1)
16
Resiko terdiri dari bermacam-macam sebab, antara lain adalah resiko suku bunga,
resiko pasar, resiko inflasi, resiko bisnis, resiko finansial, resiko likuiditas, resiko
nilai tukar mata uang. Adapun resiko dibagi manjadi jenis resiko, yaitu resiko
umum (general risk) yang merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan
yang terjadi di pasar secara keseluruhan serta resiko spesifik (resiko perusahaan)
adalah resiko yang tidak berkaitan dengan perubahan pasar secara keseluruhan.
pendekatan :
Expected return diukur dengan mempertimbangkan return pasar dan suku bunga
bebas risiko. Model CAPM yang digunakan sebagai dasar perhitungan expected
Dimana :
Rm adalah return pasar yang dalam hal ini digunakan return indeks saham sektor
dengan menggunakan data return saham sektor usaha perdagangan besar dan
eceran (Husnan, 1998). Return saham perdagangan besar dan eceran dan return
17
tradisional, yaitu prosentase selisih dari nilai periode t terhadap nilai periode t-1
dibagi nilai periode t-1 dan hasilnya dikalikan dengan seratus persen.
diharapkan dari suatu saham di masa datang, yang sesuai dengan tingkat resiko
Mencari besarnya koefisien nilai alfa dan beta untuk masing-masing saham
dengan cara meregresikan Ri,t sebagai variabel tergantung dengan Rmt sebagai
variabel bebas selama periode yang diteliti. Menghitung normal return dengan
menggunakan nilai alfa dan beta yang dihitung sebelumnya, sedangkan market
return yang digunakan adalah market return selama periode penelitian. Dihitung
E(Ri,t) = αi + βi * Rmt..........................................................................................(3)
Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan
dengan return yang didapatkan. Selisih return akan positif jika return yang
didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung.
Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return
yang diharapkan atau return yang dihitung. Abnormal return dapat terjadi karena
adanya kejadian – kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, awal bulan, awal
tahan, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-kejadian yang luar biasa,
stock split, penawaran perdana saham, dan lain-lain. Studi peristiwa menganalisis
return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi di
18
sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return
normal.
berikut:
Dimana :
RTN i,t = abnormal return sekuritas ke-I pada periode peristiwa ke-t.
R i,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode,
peristiwa ke-t.
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
Dalam kaitan untuk menghasilkan tingkat return yang sesuai maka investor
tersebut meliputi kondisi negara, kondisi ekonomi, politik dan finansial. Dalam
risk, finansial risk dan economic risk (Claude et.all : 1996) dalam Pancawati
19
(2001). Economic risk (resiko ekonomi) terdiri dari 6 faktor yaitu, tingkat inflasi,
utang jasa yang dikukur dari prosentase ekspor barang dan jasa, rasio likuiditas
dikukur dari prosentase barang dan jasa dan indikator nilai tukar. Dari enam faktor
diatas yang telah diatas terdapat dua faktor yang sangat fundamental dan
inflasi dan nilai tukar rupiah terdapat uang asing khususnya Dolar.
menerus, yang dikur dengan menggunakan indeks harga : consumer price index,
wholesaler price index, dan GNP deflaktor. Indonesia sebagai negara berkembang
saat ini cenderung mengalami masalah terkait dengan inflasi. Inflasi Indonesia
ke bursa saham. Tekanan ini akan mengakibatkan harga saham turun sehingga
return saham menjadi negatif. Exchange rate (nilai tukar mata uang) atau disebut
juga kurs merupakan salah satu variabel yang penting dalam perekomomian yang
terbuka. Pengaruh kurs yang besar terhadap neraca transaksi berjalan maupun
didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap
penawaran uang. Menurut Andi Sururi et.all (1998) nilai tukar rupiah akan sangat
tolok ukur perkembangan pasar modal antara lain: nilai kapitalisasi pasar,
perkembangan emisi saham, emisi obligasi, right issue, pergerakan Indeks Harga
20
saham Gabungan (ISHG) dan kinerja perdagangan. Melihat perkembangan pasar
modal yang didasarkan beberapa variabel tolok ukur diatas, Ainun Na’im (1997)
kelompok Emerging Capital Market (EMC). EMC atau Emerging Capital Market
adalah sebutan untuk pasar modal di negara berkembang atau negara industri
baru. EMC adalah pengertian untuk pasar modal yang baru berkembang, dinama
EMC mempunyai ciri khas yang berbeda dengan pasar modal yang sudah
berkembang atau maju seperti New York Stock Exchange (NYSE), London Stock
Exchange (LSE) dan bursa-bursa saham di negara-negara maju. Kondisi yang ada
regulasi ekonomi pada pasar modal emerging market. Banyak faktor yang
dipertegas oleh pendapat Eichengreen dan Mody (1998) yang menyatakan bahwa
portfolio pada pasar modal berkembang dipengaruhi oleh sentiman pasar. Untuk
itu sangatlah penting melakukan analisa resiko atau analisis beta saham untuk
mendapatkan gambaran yang tepat berapa return saham yang akan didapat dari
Resiko sistematik atau beta saham merupakan hal penting yang dipertimbangkan
mengenai resiko sistematik adalah hal yang penting karena merupakan dasar
21
investor dapat memperkirakan besarnya resiko sistematik dimasa depan. Oleh
karena itu secara implisit dapat dikatakan bawa beta saham merupakan parameter
mengalami delisting dari bursa maka investor akan menjadi pihak yang paling
dirugikan. Dengan kata lain akan timbul kerugian akibat salah investasi.
Menurut Suad Husnan (1998) resiko keseluruhan (total risk) dari pemilikan suatu
saham terdiri dari dua bagian yaitu resiko yang sistematik dan resiko yang tidak
dan tidak bisa dihilangkan dengan investasi pada berbagai jenis saham. Resiko ini
harga saham. Sedangkan resiko yang tidak sistematik merupakan resiko yang
dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Karena resiko ini untuk suatu perusahaan,
yaitu hal yang buruk terjadi dalam suatu perusahaan dapat diimbangi dengan hal
terhadap return pasar. Semakin besar fluktuasi return saham terhadap return pasar
maka semakin besar pula beta saham tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin
kecil fluktuasi return saham terhadap return pasar, semakin kecil pula beta saham
tersebut.
22
Oleh karena itu, bagi seorang investor resiko tersebut menjadi lebih relevan untuk
atau diharapkan (expected return) terhadap suatu saham, maka harus dikaitkan
dengan resiko sistematik (yang tidak terhindarkan) dari saham yang bersangkutan
hubungan antara resiko sistematik dengan tingkat keuntungan dapat dilihat dari
Expected Return
Saham
Garis Pasar
Rf Garis Risk
Resiko
Gambar 2.1
Hubungan Resiko dan Return
yang diharapkan disebut garis pasar modal. Dari gambar diatas, keuntungan yang
(risk free rate / RF). Garis pasar modal menunjukkan bahwa semakin besar resiko
resiko (risk averse). Semakin curam kemiringan garis pasar modalnya, berarti
23
bahwa seorang investor semakin tidak menyukai resiko. Dari uraian diatas jelas
Seperti yang sudah dikemukakan diatas, beta merupakan suatu pengukur return
portofolio terhadap return pasar. Jika fluktuasi return-return suatu sekuritas atau
portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka beta
a = P [ r – E (r) ]2 .................................................................................................(5)
Dimana :
Resiko tidak hanya tergantung pada standar deviasi dan hasil yang diharapkan
seperti pada rumus tersebut di atas, tetapi juga tergantung kepada hubungan antara
hasil suatu sekuritas portofolio yang diukur dari hubungan antara tiap-tiap
Formulasi resiko standar deviasi ditentukan oleh standar deviasi untuk setiap
24
sekuritas, hubungan antara sepasang sekuritas dan jumlah investasi dalam setiap
sekuritas.
dihitung dari penjumlahan semua resiko aset-aset yang ada dalam portofolio,
tetapi harus dihitung dari kontribusi resiko aset tersebut terhadap resiko
yang menunjukkan sejauh mana return dari dua sekuritas dalam portofolio
indeks tunggal. Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap aset pada return
indeks pasar secara matematis, model indeks tunggal adalah sebagai berikut :
................................................................................................(6)
Dimana :
Ri = return sekuritas i
ei = kesalahan residual
25
penggunaan matriks hubungan varians-kovarians yang memerlukan perhitungan
ke dalam dua komponen yaitu : resiko pasar dan resiko keunikan perusahaan
secara matematis, resiko dalam model indeks ini bisa digambarkan sebagai
berikut :
...................................................................................................(7)
..................................................................................................(8)
indeks tunggal (Tandelilin, 2001) . Untuk menghitung beta, pada penelitian ini
.............................................................................................(9)
Dimana :
26
βi = beta untuk masing-masing perusahaan ke-i
εit = kesalahan residu untuk setiap persamaan regresi tiap-tiap perusahaan ke-i
hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari
hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Myers (1984)
menyatakan bahwa struktur modal merupakan suatu teka-teki yang belum bisa
dijawab sebab tidak dapat diketahui bagaimana perusahaan memilih debt, equity
dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber dana
internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba yang ditahan yang berasal dari
kegiatan perusahaan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari pemilik
yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang berasal dari para
Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat
konstan dengan kata lain jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri
dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah. Tetapi kalau
dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan
27
diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang
dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan
yang berbeda.
merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi
pemilihan struktur modal tersebut akan mempengaruhi juga tingkat biaya modal
yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus
modal yang optimal suatu perusahaan harus berada pada keseimbangan antara
Houston, 2001). Menurut Home dan Wachowich (1998), struktur modal yang
yang lebih tinggi dari ekuitas. Beberapa konsep struktur modal yang dikemukakan
oleh para ahli, antara lain pendekatan tradisional, pendekatan laba operasi, teori
trade-off, agency theory dan pecking order theory, dengan penjelasan sebagai
berikut :
1) Pendekatan Tradisional
berpendapat bahwa kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai
28
perusahaan (atau biaya modal perusahaan) bisa dirubah dengan cara merubah
struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an.
3) Teori Trade-Off
Teori trade-off dari struktur modal menunjukkan bahwa hutang bermanfaat bagi
kebangkrutan yang aktual dan potensial. Struktur modal yang optimal berada pada
keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan. Hal ini disebut juga dengan balance theory, dimana perusahaan
Trade off theory sebagai penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, hutang akan
besar, maka hutang tidak boleh lagi ditambah (Husnan, 2000). Myers (1984)
mengatakan bahwa secara garis besar dapat disimpulkan bahwa balance theory
29
4) Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961 sedangkan
penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984) dalam Husnan
cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal
profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan disebabkan
karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang rendah, tapi karena
kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena
dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih
Asimetri informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor-faktor yang
mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau
ekuitas, dengan menerbitkan sekuritas yang berisiko paling kecil. Pecking order
cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko Menurut Myers dan
Majiluf (1984), Myers (1984), an Brealy dan Myers (1991) dalam Husnan (2000)
30
a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi).
secara drastis.
c) Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai untuk fluktuasi
e) Dalam teori pecking order, tidak ada satu target debt to equity ratio, karena
ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri
berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang
Ada dua alasan mengapa dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang
daripada modal sendiri. Pertama, adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi
obligasi akan lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer
khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh
para pemodal dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara
31
lain oleh kemungkinan adanya asimetri informasi antara pihak manajer dengan
pihak modal.
5) Agency Theory
Teori biaya keagenan (agency cost) diawali dengan masalah keagenan (agency
problem) yang terjadi di dalam suatu perusahaan. Teori ini dikemukakan oleh
Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Home dan
saham dan pemegang saham sebagai prinsipal atau pemilik perusahaan. Para
pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga
dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai.
keagenan.
Menurut Home dan Wachowich (1998), biaya keagenan adalah biaya-biaya yang
dengan kreditur dan pemegang saham. Salah satu pendapat dalam teori agensi
adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti
Semakin besar peluang timbulnya pengawasan, semakin tinggi tingkat bunga dan
32
semakin rendah nilai perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan
yang besar. Jumlah pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan
Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat
modal pada dasarnya dibangun dari hubungan antara keputusan dalam pemilihan
sumber dana (financing decision) dengan jenis investasi yang harus dipilih oleh
yang tercermin dari nilai perusahaan (value of firm) atau nilai pasar dari harga
Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi menjadi dua kategori yaitu
dari sumber laba ditahan dan depresiasi, sedangkan pendanaan eksternal dapat
diperoleh dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang
berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang.
Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya
bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen.
Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya di antara
berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Proporsi atau bauran dari
33
penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana
return yang diperoleh dari hasil operasional tersebut lebih besar daripada biaya
modal (cost of capital), dimana biaya modal ini merupakan rata-rata tertimbang
dari biaya pendanaan (cost of funds) yang terdiri dari biaya (bunga) pinjaman dan
biaya modal sendiri. Biaya modal sendiri terdiri dari dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa dan dividen kepada pemegang saham preferen,
sedangkan biaya pinjaman merupakan biaya bunga bersih (setelah dikurangi tarif
pajak).
Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat
jangka panjangnya yang dapat diukur melalui Debt ratio (DR) dan Debt to equity
ratio (DER). Debt ratio (DR) adalah proporsi antara kewajiban yang dimiliki
dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. Debt to equity ratio (DER) adalah
Debt to equity ratio (DER) dapat menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan,
dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi risiko suatu perusahaan
karena pendanaan perusahaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal
34
sendiri (equity). Tingginya pendanaan dari unsur hutang membuat perusahaan
harus menanggung biaya atau beban modal yang besar, risiko yang ditanggung
cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu
karena jika lebih dari satu menunjukkan risiko perusahaan yang semakin
meningkat. Dalam penelitian ini, Debt to equity ratio digunakan sebagai tolak
ukur kebijakan struktur modal perusahaan. Rumus Debt to equity ratio adalah
sebagai berikut:
....................................................................................(10)
Resiko yang tinggi akibat dari fluktuasi keuntungan yang besar ini bukanlah tanpa
dibayarkan perusahaan kepada investor juga akan fluktuatif. Berarti dividen yang
dibayarkan perusahaan kepada investor juga akan fluktuatif. Kondisi seperti ini
signifikan beta saham terhadap return saham. Dalam penelitiannya Elly dan Nur
Indrianto (1999) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara beta
saham terhadap tingkat return saham. Pendapat lain tentang pengaruh beta saham
terhadap return disampaikan oleh Ali Argun Karabacay (2002) yang menyatakan
bahwa: terdapat pengaruh kondisional antara return dan beta saham yang dapat
di pasar modal serta saham yang berada pasar saham positif memiliki tingkat
35
return yang tinggi sehingga akan mempengaruhi tingkat beta saham menjadi
tinggi juga sedangkan pada pasar negatif akan mengalami penurunan beta saham
Struktur Modal atau Debt to equity ratio (DER) yang tinggi menunjukkan
komposisi total hutang semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal
sendiri dalam kebijakan struktur modal perusahaan, sehingga hal ini akan
berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal
(para kreditur). Penggunaan dana dari pihak luar akan dapat menimbulkan dua
pengelolaan dana, serta dampak buruk dengan munculnya biaya keagenan dan
yang positif terhadap harga saham. Maka semakin besar hutang, harga saham
cenderung akan bergerak naik yang pada akhirnya akan meningkatkan return
bahwa faktor Debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap return
mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham, yang memberi arti
36
bahwa kebijakan struktur modal perusahaan lebih banyak menggunakan hutang
maka akan terjadi penurunan harga saham. Suharli (2005) dan Nathaniel (2008),
menemukan bahwa Debt to equity ratio tidak mempengaruhi return saham secara
signifikan.
37