Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

Manajemen Keuangan

“Risk and Return”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan


Dosen: Dr. Wisudanto, S.E, M.M, CFP

Disusun oleh: Kelompok 7


KELAS MANAJEMEN PROYEK & INDUSTRI
(EKSEKUTIF)

1. Ali Akbar B. 6032201059


2. Suluh Panjiaryaguna 6032201060
3. Ilham Fathony A. 6032201072
4. Kadek Budiadnyana P. 09211850013008

MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Investasi merupakan penanaman uang atau aset yang dilakukan sebuah perusahaan atau
individu terhadap aset finansial lain dalam kurun waktu tertentu untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar nantinya. Potensi mendapatkan lebih banyak uang di kemudian
hari adalah alasan mendasar kenapa banyak orang berinvestasi. Investasi memiliki banyak
keuntungan yang sangat baik dimasa mendatang. Maka dari itu penting sekali untuk
berinvestasi sejak dini agar dapat memetik hasilnya dimasa depan karena ada faktor nilai waktu
uang yang akan terus bertambah dari waktu ke waktu.
Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk)
keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh
di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang
diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat
pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan
statistika.
Suatu keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan
yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada
trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan
keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan
keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur
risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang
diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang
diharapkan.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan hutang dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return bagi pemegang saham.
Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana secara baik, perusahaan
mengalami kerugian.
Capital Asset Pricing Model atau CAPM adalah hubungan sistematis antara resiko dan
perkiraan pengembalian dari aset, terutama saham. CAPM banyak digunakan dalam dunia
finansial untuk menilai saham yang beresiko dan menghitung perkiraan pengembalian dari
resiko aset tadi dan biaya modal. CAPM cukup baik untuk menilai resiko dan keuntungan dari
modal aset mulai dari satu saham, proyek investasi hingga aset portofolio sekalipun. Karena itu
penerapannya tidak hanya terbatas pada saham saja, meski pada praktiknya lebih banyak
diterapkan oleh investor pada satu saham tertentu. Sehingga dalam studi kasus ini kami akan
mengunakan metode CAMP dalam menganailisis risk and return suatu investasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Modal

Pasar modal pada hakikatnya merupakan sarana untuk bertemunya pemilik dana atau
investor dengan pengguna dana yaitu perusahaan yang telah go public. Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan bahwa pasar modal adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran
jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Bursa efek pada dasarnya adalah media yang menjembatani hubungan antara dana pemilik
modal dengan pengguna modal. Pihak yang memiliki dana untuk investasi selanjutnya disebut
investor adalah perseorangan ataupun lembaga/ badan usaha yang menyisihkan dananya untuk
usaha yang bersifat produktif, dengan investasi pembelian saham atau obligasi. Pihak yang
membutuhkan dana selanjutnya disebut emiten adalah perusahaan yang memerlukan dana atau
tambahan modal untuk keperluan usahanya. Dana atau tambahan modal ini diwujudkan dalam
bentuk surat berharga atau efek yang dapat berupa saham atau obligasi atau sertifikat atas
saham. Husnan (1994) memberikan definisi pasar modal adalah pasar untuk berbagai
instrumen keuangan atau sekuritas dengan waktu. Jenis pasar modal tersebut ada 4 macam,
sebagai berikut :

a. Pasar Perdana (Primary Market/Penawaran Umum/Initial Public Offering)


Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham atau emiten kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak
yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)


Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder merupakan pasar di
mana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui
masa penjualan di pasar perdana.

c. Pasar Ketiga (Third Market)


Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa
(over the counter market). Di Indonesia pasar ketiga ini disebut bursa paralel
yang mencakup perdagangan efek, aturan main, perdagangan yang terjadi di
luar BEI, bentuknya pasar sekunder, diatur dan diselenggarakan oleh PPUE
(Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek- efek), diawasi dan dibina oleh
Bapepam.

d. Pasar Keempat (Fourth Market)


Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau
pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainya tanpa
melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam
perdagangan ini biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar (Block Sale).

2.2. CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Menurut William F. Sharpe, CAPM atau model penentuan harga aset modal adalah
model penetapan harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa expected return atas
sekuritas tertentu adalah fungsi linier positif dari sensitifitas sekuritas terhadap perubahan
return portofolio. CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan beta (β). Beta
menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan.
Besarnya risiko perusahaan ditentukan oleh beta.

• β>1 menunjukkan harga saham perusahaan lebih mudah berubah dibandingkan indeks
pasar. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham menjadi lebih berisiko, artinya jika
saat terjadi perubahan pasar 1% maka pada saham X akan mengalami perubahan lebih
besar dari 1%.
• β<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi yang mudah berubah berdasarkan kondisi
pasar.
• β=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama dengan indeks pasar.

Rumus CAPM yaitu:

Ri= Rf +βi (Rm-Rf) , atau


Ri= Rf +(Rm-Rf) βi , atau
Ri= (1-βi) Rf + βi . Rm
Keterangan:
Ri = Return saham i
Rf = Return investasi bebas risiko (Risk Free)
βi = beta saham i (indikator risiko sistematis)
Rm = Return pasar (return market)

2.3. Pengertian Return

Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook, return merupakan
laba investasi, baik melalui bunga atau deviden. Beberapa pengertian return yang lain:

• Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih dibagi
ekuitas pemegang saham.

• Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak
kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang
diinvestasikan dan bukan distribusi deviden. Investor mengurangi biaya investasi
dengan jumlah pembayaran.
• Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan
sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan
hubungan antara investasi dan laba.

• Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan
bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.

• Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.

• Return on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham
yang dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan kekayaan bersihnya.
• Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan
efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase penjualan
bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap variable yang sama dari
periode sebelumnya.

• Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa mendatang.

• Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
tertentu.

• Return realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi


masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.

• Return ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return


ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.

2.4. Tingkat Pengembalian Investasi Saham Individu

Hasil pengembalian suatu invetasi dalam saham merupakan penjumlahan dari


keuntungan modal (capital gain) dan dividen yang diperoleh selama periode tersebut
(Jogiyanto, 2010: 207).

Di mana:
Ri = Tingkat pengembalian saham untuk periode tertentu
Pt = Harga saham periode t
Pt-1 = Harga saham periode t-1
Dt = Dividen yang diperoleh selama waktu tertentu
2.5. Tingkat Pengembalian Pasar

Menurut Anwar Ramli (2010: 1091) rumus yang digunakan, yaitu:

Keterangan:
Rm = Tingkat pengembalian pasar
IHSGt = Indeks harga saham gabungan periode t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan periode t-1

2.6. Return Bebas Risiko

Salah satu aset bebas risiko yang ada di Indonesia adalah Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Untuk menghitung return dari aset bebas risiko ini digunakan tingkat suku bungan SBI
bulanan (Anton, 2014: 4).

Keterangan:
Rf = Tingkat pengemablian bebas risiko
N = Jumlah periode

2.7. Return Ekspektasi (Expected Return)

Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang digunakan untuk


pengambilan keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis
karena return ekspektasi merupakan return yang diharapkan dari invetasi yang akan dilakukan
(Jogiyanto, 2010: 222). Investor dapat menilai hubungan antara risiko dan return tersebut
dengan menggunakan pendekatan Capital Assets Pricing Model (CAPM) untuk menilaipilihan
investasi yang layak (Yohantin, 2009: 10). Rumus untuk menghitung return ekspektasi adalah:

𝐸(𝑅𝑖)=𝑅𝑓+ 𝛽𝑖 ⌊𝐸 (𝑅𝑚)−𝑅𝑓⌋

Keterangan:
E (Ri) = Return yang diharapkan sebagai meminimu return
βi = Beta saham
Rf = Tingkat return bebas risiko rata-rata
Rm = Return pasar rata-rata

2.8. Menentukan Besarnya Tingkat Risiko Pasar (Beta Pasar)


Pemilihan suatu saham tertentu harus didasari suatupreferensi pemilik modal itu
sendiri. Tingkat risiko sistematis yang tidak dapat dihilangkan atau dihindari dalam pembelian
saham adalah risiko pasar. Risiko pasar harus tetap dipertimbangkan oleh investor dalam
pembelian saham pada perusahaan. Rumus untuk menghitung risiko sistematis adalah
(Jogiyanto, 2010:383):

Keterangan:
βi = Risiko sistematis
ϭ i M = Kovarian pendapatan saham I dengan pendapatan pasar
ϭ2 M = Varian pasar
Kriteria dari risiko yang diharapkan perusahaan < 1, sedangkan return yang diharapkan
perusahaan > 1 (Jogiyanto, 2010:376).

2.9. Hubungan Karakteristik Risk and Return

Semakin besar probabilitas berarti pengembalian aktual akan jauh di


bawahpengembalian yang diharapkan dan semakin besar stand-alone risk yang terkait dengan
aset. The average investors adalah orang yang menolak risiko, yang berarti bahwa investor
tersebut harus dikompensasi utuk melakukan aset yang berisiko. Oleh karena itu, aset yang
berisiko lebih tinggi memiliki return yang dibutuhkan daripada aset yang kurang berisiko. Aset
yang berisiko terdiri dari:

1. diversifiable risk, yang mana risiko dapat dihilangkan melalui diversifikasi, kemudian
2. market risk, yang mana risiko tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi.

Risiko yang berhubungan dengan aset individu adalah kontribusi risiko portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik yang merupakan aset market risk (risiko pasar). Karena market
risk tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, para investor harus dikompensasi untuk
menahan risiko tersebut.

Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld bahwa pada kenyataanya, seorang
investor yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan
membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin
aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi suku bunga.

Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Takut pada risiko (Risk Averse)


Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya mengindari
risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan
tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
2. Hati-hati pada risiko (Risk Indifference)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis,
mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.

3. Suka pada risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)


Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan
spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi
pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang
dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi
jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.

2.10. Risiko Return

Tipe-tipe Risiko:

1. Pure Risk (Risiko Murni): suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti
menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:

• Risiko Aset Fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu
perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.

• Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh: kecelakaan kerja yang menyebabkan
terganggunya aktivitas perusahaan.

• Risiko Legal: risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Contoh: perselisihan dengan perusahaan lain sehingga
adanya persoalan seperti penggantian kerugian.

2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif): suatu ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi.
Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:

• Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham
mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.

• Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan. Contoh: timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.

• Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh:


kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat,
menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.

• Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan
lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena
virus.

3. Static Risk (Risiko Statis): mungkin sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari masyarakat
yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh: ketidakpastian terjadinya
sambaran petir.

4. Dynamic Risk (Risiko Dinamis): mungkin sifatnya murni atau spekulatif timbul dari
perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Contoh: urbanisasi, perkembangan teknologi.

5. Subjective Risk (Risiko Subyektif): berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang
mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.

6. Objective Risk (Risiko Obyektif): probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan
sesuai dengan pengalaman.

2.11. Sumber-sumber Risiko

Menurut Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah:


• Risiko suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi
keputusan publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik
akan menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun
maka publik akan menggunakan dananya untuk membeli saham.
• Risiko pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar, krisis moneter,
dan resesi ekonomi.
• Risiko Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal daya beli
masyarakat naik.
• Risiko Bisnis.
• Risiko Finansial.
• Risiko Likuiditas.
• Risiko Nilai tukar mata uang
• Risiko Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.

2.12. Risiko Sistematis, Tidak Sistematis, dan Total

a. Systematic Risk (Resiko sistematis)


Risiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum. Resiko sistematis
adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko yang sifatnya mempengaruhi secara
menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan
banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran. Selain itu
terjadi pula pada tahun 2008 yaitu saat dunia dilanda krisis finansial yang salah satunya
disebabkan oleh kredit subrime mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008) yang sudah terlalu
tinggi, dan ternyata tidak bisa diatasi lagi.
b. Unsystematic Risk (Risiko tidak sistematis)
Unsystematic Risk disebut juga dengan resiko spesifik atau resiko yang dapat
didiversifikasikan. Resiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa dampak pada
perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami Unsystematic Risk maka
kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena perusahaan bisa
menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya. Contohnya jika harga sekuritas perusahaan
jatuh, maka perusahaan menerapkan berbagai strategi investasi.

c. Total Risk
Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan
Unsystematic Risk.
BAB III

PEMBAHASAN

Analisis Return Atas Investasi Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi yang


Diperdagangkan di BEI Pada Tahun 2017-2020

Perusahaan telekomunikasi yang dianalisis perbandingannya adalah Perusahaan


Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL),
PT Indosat Tbk (ISAT), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Analisis risk and return
dibandingkan dari sisi Return Individual (Ri), Beta (β), EPS (earnings per share), Dividend
Yield, DER (Debt-to-Equity Ratio), serta Market Capitalization. Periode yang diambil adalah
selama tiga tahun, yaitu mulai 1 November 2017 s.d. 20 Oktober 2020 untuk menyimulasikan
risk and return dari saham yang kita beli dan simpan selama periode analisis. Perlu dicatat juga
bahwa pada periode 2020, terjadi kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan
pada sebagian besar harga saham di Indonesia. Hasilnya dapat disimak pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Hasil Perhitungan Analisis Keempat Saham

TLKM EXCL ISAT FREN


Ri -23.96% -31.49% -59.57% 56.60%
Beta (5Y Monthly) 0.12 0.54 1.66 2.47
EPS 187.5 203.44 287.05 -10.73
Dividend Yield 5.77% 0.94% N/A N/A
DER 141.83% 239.46% 384.60% 201.99%
Market Cap 264.496T 22.27T 11.14T 19.91T
Syariah v v

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan rata-rata return individual (Ri) dari
perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI untuk periode 2017-2020, ditemukan bahwa
return individual tertinggi adalah saham dari PT Smartfren Telecom Tbk sebesar 56.60%.
Sedangkan return individual yang terendah adalah saham dari PT Indosat Tbk sebesar -59.57%.
Namun, jika dilihat dari nilai beta, saham FREN juga merupakan yang paling tinggi
volatilitasnya dibandingkan pergerakan IHSG karena memiliki nilai beta yang paling tinggi,
yaitu sebesar 2.47. Hal ini juga tercermin pada chart perbandingan pergerakan harga saham
FREN terhadap IHSG pada Gambar 3.1. Selain itu, jika ditinjau dari sisi EPS, FREN memiliki
nilai negatif, yaitu -10.73. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perusahaan sedang merugi.
Keadaan perusahaan sedang merugi ini juga ditunjukkan oleh fakta bahwa perusahaan tidak
membagikan dividen selama tiga tahun terakhir dan hal ini menunjukkan kecenderungan yang
besar bahwa perusahaan juga tidak akan membagikan dividen di tahun berikutnya.

Selanjutnya, analisis dilakukan untuk saham dari PT Indosat Tbk (ISAT). Memiliki
nilai beta yang lebih rendah dari FREN namun masih lebih tinggi dari satu (β>1). Hal ini
menunjukkan bahwa saham ISAT juga tergolong sebagai saham yang volatil namun tingkat
volatilitasnya masih di bawah saham FREN walaupun memiliki market cap yang lebih rendah
dibandingkan FREN. Berbeda dengan FREN, dari segi EPS, PT Indosat Tbk mampu mencetak
keuntungan yang cukup besar dalam tiga tahun belakangan bahkan melebihi TLKM dan
EXCL. Namun jika ditinjau dari DER, ISAT memiliki angka yang tertinggi dibandingkan
ketiga perusahaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun sedang mencetak
keuntungan yang besar, perusahaan juga sedang memiliki kewajiban membayar hutang yang
paling besar dibandingkan ketiga perusahaan lainnya. Kewajiban yang besar ini akan
berpengaruh kepada besarnya kecenderungan perusahaan untuk tidak membagikan dividen
hingga tahun berikutnya, karena besar kemungkinan keuntungan yang dicetak akan digunakan
untuk melunasi hutangnya terlebih dahulu.

Gambar 3.1. Pergerakan Harga Saham FREN dibandingkan dengan IHSG (JCI:IND)
(Sumber: Bloomberg)

Untuk EXCL, saham memiliki nilai beta lebih kecil dari satu (β<1), menunjukkan
bahwa sensitivitas harga saham ini lebih kecil daripada Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Dari segi EPS, perusahaan sedang mencetak keuntungan dan juga membagikan
dividen dengan yield sebesar 0.94%. Dari segi DER, EXCL memiliki kewajiban hutang yang
lebih kecil dibandingkan ISAT. Dengan adanya pembagian dividen dan DER yang lebih kecil,
perusahaan menunjukkan kecenderungan untuk tetap membagikan dividen pada tahun
berikutnya. Berdasarkan daftar JII (Jakarta Islamic Index) terbaru pada tanggal 27 Juli 2020,
EXCL merupakan saham yang tergolong syariah sehingga dapat menjadi pilihan bagi yang
memiliki preferensi untuk berinvestasi modal secara syariah.

Selanjutnya, untuk TLKM, saham memiliki nilai beta terkecil, yaitu 0.12. Nilai ini
menunjukkan bahwa saham TLKM merupakan saham yang paling rendah volatilitasnya
dibandingkan EXCL dan ISAT, terlebih lagi dengan FREN. Hal ini dapat disimak pada
Gambar 3.2 yang merupakan perbandingan pergerakan harga saham TLKM, EXCL, ISAT
yang dibandingkan dengan IHSG. Market capitalization TLKM juga merupakan yang paling
besar (Rp 264.496T) menjadi fakta pendukung bahwa pergerakan harga saham TLKM akan
cenderung lebih stabil. Jika ditinjau dari EPS, TLKM nilainya lebih kecil dibandingkan EXCL
dan ISAT. Namun dikarenakan nilai DER yang paling kecil, atau sedang memiliki kewajiban
hutang yang paling kecil dibandingkan ketiga perusahaan lainnya, serta perusahaan telah
tergolong sebagai well established company, TLKM dapat membagikan dividen yang paling
besar dibandingkan ketiga perusahaan lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai dividend yield
sebesar 5.77%, yang mana angka ini melebihi bunga pasar berdasarkan BI 7 Day Repo Rate
pada tanggal 17 September 2020 yaitu sebesar 4.00%. Berdasarkan data yang dihimpun dari
RTI Business, pembagian dividen oleh TLKM dilakukan tahunan secara rutin selama tiga
tahun belakangan. Sama seperti EXCL, berdasarkan daftar JII (Jakarta Islamic Index) terbaru
pada tanggal 27 Juli 2020, TLKM merupakan saham yang tergolong syariah sehingga dapat
menjadi pilihan bagi yang memiliki preferensi untuk berinvestasi modal secara syariah.

Gambar 3.2. Perbandingan IHSG terhadap Pergerakan Harga Saham TLKM, EXCL, dan
ISAT dalam 5 tahun terakhir (Sumber: Bloomberg)

Tabel 3.2. DPS (Dividend per Share) TLKM tahun 2017 s.d. 2019 (Sumber: RTI Business)
TLKM
Tahun 2017 2018 2019
DPS 167.66 163.82 154.07
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada keempat saham perusahaan telekomunikasi


di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.

1. Bagi calon investor yang memiliki karakter risk averse, maka sangat disarankan untuk
menginvestasikan modalnya pada saham yang volatilitasnya tergolong rendah. Dalam
kasus ini, saham TLKM merupakan pilihan yang tepat karena selain volatilitasnya yang
paling rendah, TLKM juga membagikan dividen yang menarik di angka menarik di
angka yield 5.77% dan membagikannya secara rutin tahunan selama tiga tahun
belakangan. Kewajiban hutang TLKM juga merupakan yang terkecil sehingga besar
kemungkinan pembagian dividen akan kembali dilaksanakan pada tahun berikutnya.
Sehingga, saham TLKM cocok untuk investasi jangka panjang karena selain
mendapatkan capital gain, investor juga mendapatkan return berupa dividen. TLKM
juga merupakan saham yang tergolong syariah sehingga dapat menjadi pilihan bagi
yang memiliki preferensi untuk berinvestasi modal secara syariah. Disarankan untuk
menginvestasikannya dalam jangka waktu yang panjang (>5 tahun).

2. Bagi calon investor moderat, pilihan saham EXCL, ISAT, dan FREN perlu untuk dilirik
karena nilai beta yang lebih besar menjanjikan return yang lebih besar pula. Namun
tetap disarankan untuk mendiversifikasikan investasinya antara keempat pilihan saham
dengan rasio yang besar untuk TLKM untuk jangka waktu panjang (hingga 5 tahun),
dan sisanya di antara ketiga pilihan saham lainnya untuk jangka waktu menengah (1
s.d. 3 tahun, tergantung pergerakan pasar). Diversifikasi investasi diperlukan untuk
membagi risiko kepada beberapa saham sehingga risiko dapat ditekan.

3. Bagi calon investor agresif, pilihan saham ISAT dan FREN dapat menjadi pilihan untuk
berinvestasi dalam jangka pendek (<1 tahun) atau short selling. Hal ini dikarenakan
kedua pilihan saham memiliki nilai beta yang besar dibandingkan TLKM dan EXCL
sehingga menjanjikan return yang paling besar. Walaupun tidak membagikan dividen,
kedua pilihan saham ini dapat memberikan return yang besar hanya dari capital gain
sehingga cocok bagi investor agresif yang hanya berfokus untuk memperoleh return
sebesar mungkin.

4.2. SARAN

1. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai sentimen positif dan sentimen negatif
pasar beserta pengaruhnya terhadap keempat saham di atas untuk menilai prospek
saham secara short term.

2. Perlu dilakukan analisis teknikal lebih lanjut terhadap keempat saham di atas untuk
menilai prospek trading saham secara short term.

3. Perlu dilakukan analisis fundamental lebih jauh terhadap keempat pilihan saham dari
segi laporan keuangan untuk menilai prospek saham secara long term.
DAFTAR PUSTAKA

Arianto. 2008.Pengujian Empiris Capital Assets Pricing Model (CAPM) Di EJ, (online),
(http://strategika.wordpress.com/2008/01/05/, diakses tanggal 20 Oktober 2020)

Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE

Ramli, Anwar. 2010. Risk dan Return Saham Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol 8. No. 4. Makassar: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar

Ririn, Irmadariani., dan Rendhi, Aditya. 2014. Analisis Risiko dan Return Saham dengan
Menggunakan Metode CAPM untuk Menentukan Pilihan Berinvestasi pada Saham LQ45
di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Artikel Ilmiah Mahasiswa. Jawa Timur: Fakultas Ekonomi
Universitas Jember

Safitri, Ervita dan Anton. 2014. Analisis Hubungan Return dan Risiko Saham Dengan
Menggunakan Metode CAPM pada Jakarta Islamic Index. Jurnal. Palembang: Jurusan
Manajemen STIE MDP

Yohantin, Yesica. 2009. Penggunaan Metode CAMP dalam Menilai Resiko dan Return Saham
Untuk Menentukan Pilihan Berinvestasi Pada Saham Jakarta Islamic Index Periode Januari
2004 – Desember 2008 Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Gunda Darma

Van Horne, James C. 2009. Fundamentals of Financial Management, 13th ed. Prentice Hall

www.idx.co.id diakses tanggal 20 Oktober 2020


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai