Anda di halaman 1dari 6

Judul

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Semester Genap Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah

Semester II Tahun Akademik 2020/2021

Disusun Oleh :

Ullya Andani

10070320055

Kelas B

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TAHUN 2021 M/1442 H
10 Contoh Kasus Plagiarisme
1. Chairil Anwar (1949)

Penyair Chairil Anwar pernah dituduh menjiplak karya tulis. Tak tanggung-tanggung, yang
menuduh Hans Bague Jassin melalui tulisannya di Mimbar Indonesia berjudul Karya Asli,
Saduran, dan Plagiat membahas puisi Kerawang-Bekasi. Kritikus sastra yang juga bergelar Paus
Sastra Indonesia itu membandingkan puisi Chairil dengan The Dead Young Soldiers karya
Archibald MacLeish, penyair Amerika Serikat.

Jassin tidak menyalahkan Chairil. Menurut dia, meskipun mirip, tetap ada rasa Chairil di
dalamnya. Sedangkan sajak MacLeish, menurut Jassin, hanyalah katalisator penciptaan. Namun
tanggapan Chairil bisa berbeda, apalagi Jassin menyebut tindakan Chairil meniru sajak MacLeish
karena butuh uang untuk biaya berobat ke dokter. Ketegangan mereka sempat memuncak pada
suatu acara di Gedung Kesenian Jakarta. Chairil dan Jassin sempat berkelahi.

2. Yahya Muhaimin (1992)

Ismet Fanany, ahli pendidikan asal Batusangkar, Sumatera Barat, yang bermukim di Amerika
Serikat menerbitkan buku tentang plagiat. Buku terbitan CV Haji Masagung Jakarta itu berjudul
Plagiat-Plagiat. Isinya tentang plagiat Yahya Muhaimin. Disertasi Yahya dituduh menjiplak
tulisan beberapa ahli. The Politics of Client Businessmen, disertasi Yahya yang dipertahankan di
MIT Cambridge, Amerika Serikat, 1982, dibandingkan dengan Capitalism and The Bureaucratic
State in Indonesia: 1965-1975, judul asli tesis Robison di Universitas Sydney 1977.

Menurut Ismet, kemiripan itu baru satu sumber. Masih banyak lagi kemiripan dengan artikel lain.
Yahya sendiri kepada Tempo menjelaskan, "Mungkin dia memakai standar plagiat yang berbeda
dengan yang saya anut." Dia mengakui disertasinya mengutip banyak fakta dan pendapat
sejumlah ahli yang memang disebut Fanany. "Tapi saya mencantumkan sumbernya," kata
Yahya. Atas tudingan Fanany itu, Yahya tak berpikir menyerang balik.
3. Amir Santoso (1979)

Ia dituduh membajak karya tulis ilmiah dari berbagai kalangan, bahkan dari kalangan
mahasiswanya sendiri. Amir juga mencaplok karya intelektual pakar lain. Apa yang dilakukan
Amir Santoso itu dalam rangka mencapai gelar profesor (guru besar Universitas Indonesia).

4. I Made Kartawan (Desember 2008)

Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar, I Made Kartawan, dituduh menjiplak. Tesis Kartawan
pada 2003 yang berjudul Keragaman Laras Gong Kebyar di Bali sama persis dengan laporan
penelitian berjudul Keragaman Laras (Tuning Systems) Gambelan Gong Kebyar hasil penelitian
Prof Bandem, Prof Rai, Andrew Toth, dan Nengah Suarditha yang dilakukan pada 1999 dari
Universitas Udayana.

5. Ade Juhana (Januari 2010)

Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati itu menyelesaikan tesis doktornya dengan
membajak tesis Prof Dr H.M.A. Tihami, MA, Rektor Institut Agama Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin, Banten, dan buku Mohamad Hudaeri M.A., dosen dan Ketua Lembaga
Penelitian IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Banten. Sayangnya, ini hanya laporan surat
pembaca di harian Kompas, jadi tidak terdengar kelanjutan kasusnya.

6. Anak Agung Banyu Perwita (Februari 2010)

Anak Agung Banyu Perwita, profesor Universitas Katolik Parahyangan, dituding menjiplak
dalam artikelnya yang dimuat di harian nasional, The Jakarta Post. Harian itu menilai tulisan
Banyu telah menjiplak sebuah jurnal ilmiah di Australia yang ditulis Carl Ungerer. Rapat senat
Universitas yang berlangsung enam jam akhirnya memutuskan untuk mencopot seluruh jabatan
guru besar bidang hubungan internasional Universitas Parahyangan itu. Banyu Perwita memilih
mengundurkan diri.
7. Heri Ahmad Sukria (Juli 2010)

Dosen Institut Pertanian Bogor, Heri Ahmad Sukria, disomasi Jasmal A. Syamsu dari
Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan. Somasi dilayangkan terkait dengan dugaan
plagiarisme buku berjudul Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Buku
tersebut diterbitkan IPB Press dengan penulis Heri Ahmad dan Rantan Krisnan. Menurut sang
Profesor, terdapat tulisan dan data yang diambil dari artikelnya.

8. Siti Fadilah Supari (2004)

Menteri Kesehatan ini pernah dituduh melakukan plagiat. Ketika itu Fadilah menyajikan seminar
berjudul Cholesterol-Lowering Effect of Soluble Fibre as an adjunct to Low Calories Indonesian
Diet in Patients with Hypercholesterolamia di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, 29
Oktober 2002. Apa yang dia sajikan mirip dengan karya James W. Anderson berjudul Long-term
Cholesterol Lowering Effect of Psyllium as An Adjunct to Diet Therapy in The Treatment of
Hypercholesterolamia, yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition volume 71 tahun
2000.

"Saya tahu, kok, batasan plagiat," kata sang Menteri, berkilah. Plagiat, menurut Fadilah, terjadi
apabila makalah yang dipersoalkan dimuat di majalah atau jurnal ilmiah. "Ini kan tidak. Saya
hanya mempresentasikan di hadapan sejumlah dokter dan kalangan awam.”

https://tessy.id/news/single?slug=8-kasus-plagiat-yang-menghebohkan-indonesia

9. 3 Dosen UPI Plagiat


Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sempat gempar dua tahun lalu. Sebab, tiga dosen
perguruan tinggi dahulu dikenal dengan nama Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Bandung itu kedapatan mencontek naskah untuk promosi guna mendapatkan gelar guru besar.
Tetapi, mereka cuma mendapat sanksi berupa penurunan pangkat dan jabatan dan lolos dari
pemecatan.
Mereka adalah Cecep Darmawan, Lena Nuryati, dan Ayi Suherman. Ketua Senat Akademik UPI,
Syihabudin, saat itu mengatakan sanksi diberikan kepada ketiga doktor sesuai dengan peraturan
pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 17 tahun 2010 tentang pencegahan plagiat di perguruan tinggi.
10. Doktor dari ITB
Kisah kelam jiplak-menjiplak karya tulis juga pernah menghampiri Institut Teknologi Bandung
(ITB). Praktik plagiat di kampus yang terkenal sebagai lumbung teknokrat Indonesia itu
dilakukan oleh Mochammad Zuliansyah. Dia saat itu sedang memburu titel doktor dengan
menempuh pendidikan di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) angkatan 2003.

Guna meraih gelar doktor, Zuliansyah menulis disertasi berjudul "Model Topologi Geometri
Spasial 3 Dimensi." Sialnya, disertasi jiplakan itu malah telah disetujui pada 1 Agustus 2008, dan
dia sempat dinyatakan lulus program Doktor.

Bodohnya, Zuliansyah malah nekat mengikutsertakan disertasi hasil mencontek itu dalam acara
Konferensi Internasional Cybernetics dan Sistem Intelejensia perkumpulan Institut Insinyur
Listrik dan Elektro (Institute Electrical and Electronics Engineers-IEEE International Conference
on Cybernetics and Intelligent Systems) di Chengdu, China, pada 21 sampai 24 September 2008.
Di ajang itulah aksi tipu-tipu Zuliansyah terungkap.
Setelah dibaca dan diamati baik-baik, menurut panitia disertasi Zuliansyah terbukti menjiplak.
Bahkan kategorinya level 1 alias paling berat. Ternyata, pada 2000 tulisan Zuliansyah itu sudah
dipublikasikan oleh penulis aslinya. Ide itu tercantum dalam disertasi Dr. Siyka Zlatanova dari
Universitas Teknologi Graz, Austria, berjudul '3D GIS for Urban Development.' Siyka
mempresentasikan disertasinya pada the 11th International Workshop on Database and Expert
System application, DEXA 2000.

Menurut panitia, disertasi Zuliansyah sama persis dengan milik Siyka. Setelah kabar itu sampai
ke tanah air, maka gemparlah jagat akademisi. Masalahnya yang dihantam perkara itu adalah
ITB, yang puluhan tahun dianggap mencetak ilmuwan mumpuni. Kepercayaan itu pun seketika
sirna lantaran nila setitik.

Zuliansyah juga mesti meminta maaf kepada Siyka dan IEEE secara tertulis. Jelaslah
perbuatannya mencoreng nama Indonesia di dunia keilmuan.
Tulisan omong kosong Ipong
Karir Ipong S. Azhar sebagai kolumnis di berbagai media massa sempat menjulang. Tulisannya
cukup populer dan kerap mejeng di halaman surat kabar ternama.
Namun, gara-gara disertasinya ketahuan menjiplak, semua prestasi Ipong hilang dalam sekejap.
Disertasi Ipong guna meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada yang dibukukan dengan
judul 'Radikalisme Petani Masa Orde Baru: Kasus Sengketa Tanah Jenggawah pada pertengahan
1999,' adalah sumber masalahnya. Tak berapa lama setelah diterbitkan, kebohongan Ipong mulai
terungkap.

Seorang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bernama Mochammad Nurhasim
langsung terkejut setelah membaca bab demi bab buku itu. Dia terperanjat setelah mengetahu isi
buku Ipong sama dengan skripsinya. Merasa tidak terima, Nurchasim lantas melayangkan surat
ke Senat UGM, sekaligus mengirim salinan skripsinya. Dia juga membuat surat terbuka ke
berbagai media massa.

Dia menuduh Ipong menjiplak dan mendesak supaya gelar doktor kolumnis itu dicabut. Karena
memiliki bukti kuat, keputusan final dijatuhkan pada 25 Maret 2000 dalam Forum Rapat Senat
UGM yang dipimpin Ichlasul Amal, Rektor UGM saat itu, dan dihadiri 102 anggota senat.
Alhasil, gelar doktor Ipong pun melayang. Sebagai gantinya, Ipong pun menyandang titel
penjiplak.
https://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-plagiarisme-yang-mengguncang-dunia-
akademi.html?page=5

Anda mungkin juga menyukai