Anda di halaman 1dari 5

KORELASI KADAR LEUKOSIT SEBAGAI PREDIKTOR

PERFORASI APENDIKS PADA APPENDISITIS AKUT


(LITERATUR REVIEW)

Irene Silaban1, Harry Butar-butar 2, Hendrika A. Silitonga3


1
Mahasiswa, 2Departemen Bedah, 3Departemen Ilmu kebidanan dan kandungan

ABSTRAK

Latar belakang : Appendisitis adalah peradangan yang terjadi di appendix


vermiformis. Appendisitis merupakan penyebab tersering nyeri akut abdomen yang
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah terjadinya perforasi apendiks.
Pemeriksaan kadar leukosit merupakan salah satu parameter untuk diagnosis
appendisitis. Namun, belum diketahui dengan jelas perbedaan dari kadar leukosit antara
appendisitis akut dan appendisitis perforasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya korelasi kadar leukosit sebagai prediktor perforasi apendiks pada
appendisitis akut.

Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah Literature Review, dengan


menggunakan data sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik
dokumentasi. Jurnal penelitian yang digunakan adalah 5 jurnal dengan kriteria inklusi
tanggal publikasi 10 tahun terakhir, bahasa yang digunakan bahasa indonesia atau
bahasa inggris, dengan subjek penelitian pasien dengan diagnosis apendisitis akut dan
apendisitis perforasi dan publikasi full text.

Kesimpulan: Kadar leukosit dapat digunakan sebagai diagnosis penunjang untuk


membedakan apendisitis akut dengan apendisitis perforasi, dimana kadar leukosit pada
apendisitis perforasi lebih tinggi daripada apendisitis akut.

Kata Kunci : Appendisitis akut, appendisitis perforasi, leukosit.


PENDAHULUAN

Appendisitis akut adalah peradangan akut yang terjadi di apendiks vermiformis.


Appendisitis merupakan penyebab tersering nyeri akut abdomen dan menjadi jenis
operasi yang paling sering dilakukan dalam bidang bedah abdomen dan memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah terjadinya perforasi apendiks yang umumnya
dapat mengakibatkan 67 % kematian pada kasus-kasus appendisitis akut.
Menurut data yang dirilis Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2009 kejadian
appendisitis di Indonesia sebesar 596.132 orang dengan persentase 3.36% dan
meningkat pada tahun 2010 menjadi 621.435 orang dengan persentase 3.53%
Permasalahan yang sering terjadi pada kasus appendisitis akut adalah adanya
komplikasi seperti perforasi dengan prevalensi sekitar 30-70% dari kasus appendisitis
akut. Terjadinya komplikasi perforasi pada kasus appendisitis meningkatkan severitas
dan mortalitas.
Pemeriksaan jumlah leukosit darah merupakan pemeriksaan yang cepat dan
murah untuk diagnosis appendisitis akut dan appendisitis perforasi. Terjadinya perforasi
apendiks sering dihubungkan dengan tingginya leukosit darah saat diagnosa ditegakkan,
lamanya penanganan, dan gejala demam tinggi lebih dari 38,50C. Jumlah leukosit
umumnya meningkat pada appendisitis akut yaitu sekitar 10.000-18.000 sel/mm 3 dan
jumlah leukosit > 18.000 sel/mm 3 menandakan kemungkinan telah terjadi perforasi
apendiks. Pemeriksaan leukosit penting karena dapat membantu menegakkan diagnosis
appendisitis akut dan memprediksi prognosisnya sehingga memudahkan dokter untuk
menangani pasien dengan baik

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah Literature Review, dengan menggunakan data
sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi. Jurnal
penelitian yang digunakan adalah 5 jurnal dengan kriteria inklusi tanggal publikasi 10
tahun terakhir, bahasa yang digunakan bahasa indonesia atau bahasa inggris, dengan
subjek penelitian pasien dengan diagnosis apendisitis akut dan apendisitis perforasi dan
publikasi full text.

PEMBAHASAN

No Nama/ Hasil
Tahun
1 Andi baso, Distribusi frekuensi jenis appendisitis menurut jenis
(2015) kelamin diperoleh hasil appendisitis perforasi maupun
appendisitis akut lebih sering ditemukan pada laki-laki yaitu
sebesar 58,3% dan 54,8%.
Jumlah lekosit antara 10.000 –18.000 paling banyak
ditemukan pada kasus appendisitis akut(75,7%) sedangkan
pada appendisitis perforasi jumlah lekosit >18.000 paling
banyak ditemukan yaitu (90,7%).

2 (Cokorda dan Risiko Relatif (RR) dari TLC


Tangking, 2017) (>18.000/ml:≤18.000/ml)adalah 2,9 (1,2–6,7) dan SD
(>24jam:≤24jam) adalah 2,3 (1,1 – 4,9). PPV/NPV dari
TLC, SD dan kombinasi TLC dan SD adalah 59,4/93,8;
52,9/91,9; dan 82,4/88,4 secara berurutan.
3 (Marisa, 2012) Batas angka lekosit antara appendisitis akut dan
appendisitis perforasi di RSUD Tugurejo berada pada cut
off point 15050/mm3 dengan sensitivitas 90%; spesifisitas
89,4%; nilai prediksi positif 87,5%; dan nilai prediksi
negatif 91,6%. Cut off point 132 pasien dewasa 14765/mm3
dengan sensitivitas 89,7%; spesifisitas 89,2%; nilai prediksi
positif 86,7%; dan nilai prediksi negatif 91,7%. Cut off
point 23 pasien anak 15300/mm3 dengan sensitivitas
91,7%; spesifisitas 90,9%; nilai prediksi positif 91,7%; dan
nilai prediksi negatif 90,9%. Hasil Independent T-test
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata angka
lekosit antara appendisitis perforasi dengan appendisitis
akut dengan nilai p=0,000.

4 (Wahyu, 2020) Jumlah leukosit kelompok apendisitis akut adalah 10223


mm3 dengan standar deviasi 3864.59 mm3, sedangkan rata-
rata jumlah leukosit kelompok appendisitis perforasi adalah
15056 dengan standar deviasi 4942.44 mm3, serta
didapatkan nilai p-value = 0.000 lebih kecil dari 0.05 (0.000
< 0.05).

5 (Windy, 2016) Suhu tubuh rata-rata pada appendisitis perforasi sebesar


37,8°C, sedangkan rata-rata suhu tubuh appendisitis akut
masih dalam batas normal yaitu 37°C dengan nilai P 0,000
(P<0,05). Kadar leukosit rata-rata pada appendisitis akut
sebesar 11.191 sel/mm3, sedangkan pada kasus perforasi
sebesar 17.875 sel/mm3 dengan nilai P 0,000 (P<0,05).
Nilai rata-rata PDW pada kedua kelompok kasus tidak
begitu jauh berbeda yaitu 10,9% pada kasus akut dan 11,2%
pada kasus perforasi dengan
nilai P 0,262 (P>0,05).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian Literature review dengan judul korelasi kadar leukosit sebagai

prediktor perforasi apendiks pada appendisitis akut dapat disimpulkan Terdapat

perbedan yang signifikan antara jumlah leukosit pada penderita appendisitis akut dan

appendisitis perforasi, dimana jumlah leukosit pada appendisitis perforasi lebih


meningkat daripada appendisitis akut. Sehingga, jumlah leukosit dapat dijadikan

sebagai faktor prediktor terhadap kejadian appendisitis perforasi.

REFERENSI

1. Widarsa T, Padmi CI. Akurasi Total Hitung Leukosit dan Durasi Simtom

sebagai Prediktor Perforasi Apendisitis pada Penderita Apendisitis Akut. WMJ

(Warmadewa Med Journal). 2018 Jan;2:71.

2. Endra AB, Sampetoding S, Patellongi I. Analisis jumlah leukosit pada


apendisitis akut dan apendisitis perforasi yang menjalani operasi di RSUP
Dokter Wahidin Sudirohusodo Makasar periode januari 2012 hingga desember
2014. 2014;1–12
3. Junaedi HI, Setiawan MR, Marisa. Batas angka lekosit antara appendisitis akut
dan appendisitis perforasi di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
selama januari 2009 - juli 2011. J Kedokt Muhammadiyah [Internet].
2012;1(2):1–8
4. Windy CS, Sabir M. Perbandingan Antara Suhu Tubuh, Kadar Leukosit, dan
Platelet Distribution Width (PDW) Pada Apendisitis Akut dan Perforasi.
Jurnal Kesehat Tadulako. 2016;2(2):24–32.
5. Eranto M, Alfarisi R. Perbandingan Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien
Appendisitis Akut Dengan Appendisitis Perforasi Pendahuluan.
2020;11(1):341–6

Anda mungkin juga menyukai