Anda di halaman 1dari 24

Perforasi pada Penderita

Apendisitis di RSUD DR.H Abdul


Moeloek Lampung
Rheza Hastry Gita R (112019064)

Pembimbing:

dr. Suryo Adji, Sp.B

dr. Adi Purnomo, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE 18 APRIL- 26 JUNI 2022
Journal Reading
ABSTRAK
Latar Belakang: Apendisitis Perforasi -> pecahnya apendiks yang sudah
gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis umum. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, tapi tersering
menyerang usia antara 20-30 tahun. Angka kejadian di Indonesia tahun 2014
menunjukkan jumlah pasien yang dirawat di RS sebanyak 4.351 kasus.

Tujuan Penelitian: diketahui gambaran penderita perforasi apendisitis pada


penderita apendisitis akut dewasa di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2017.
ABSTRAK
Metode Penelitian: jenis penelitian kuantitatif, rancangan deskriptif. Populasi seluruh pasien penderita
apendisitis akut dewasa sebanyak 151 orang. Sampel 110 orang dengan teknik random sampling.
Pengambilan data dengan lembar observasi data rekam medik. Teknik analisis data dengan uji statistic
univariat.

Hasil penelitian:
• Distribusi frekuensi usia pasien perforasi apendisitis, sebagian besar adalah usia 20-30 tahun sebanyak
48 pasien (43,63%).
• Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien perforasi apendisitis, sebagian besar adalah laki-laki sebanyak
92 pasien (83,63%).
• Distribusi frekuensi suhu tubuh pasien perforasi apendisitis, sebagian besar dengan suhu tubuh
>37,5°C sebanyak 103 pasien (93,63%).
• Distribusi frekuensi kadar leukosit pasien perforasi apendisitis, sebagian besar dengan kadar leukosit
01
Pendahulua
n
Pendahuluan

● Apendisitis peradangan pada Apendiks


yg berbahaya jika tidak ditangani segera
dimana terjadi infeksi berat yang
menyebabkan pecahnya lumen usus.
● Apendisitis perforasi pecahnya apendiks
yg sudah gangren  pus masuk ke dalam Apendiks memiliki panjang sekitar 6-9 cm pada orang
rongga perut  peritonitis. dewasa 20-30 tahun, dasar apendiks melekat pada
sekum & ujungnya memiliki beberapa posisi seperti
● Pada dinding apendiks tampak daerah retrosekal, pelvis, antesekal, preileal, retroileal, atau
perforasi dikelilingi jaringan nekrotik.. perikolik kanan.
Pendahuluan
• Prevalensi lebih banyak pada negara maju daripada negara berkembang, disebabkan
karena negara maju kurang mengkonsumsi makanan berserat tinggi sehingga terjadi
pembentukan fase fekalit lalu obstruksi lumen penyakit apendisitis.
• Menurut Kementerian Kesehatan Survey di 15 provinsi Indonesia tahun 2014
menunjukan jumlah apendisitis yang dirawat di RS sebanyak 4.351 kasus. Jumlah ini
meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 3.236.
• Menurut penelitian, berpendapat resiko kejadian apendisitis lebih banyak pada laki-lai
(72,2%), sedangkan perempuan (27,8%). Karena laki-laki lebih banyak menghabiskan
waktu di luar rumah untuk bekerja dan cenderung makanan cepat saji, yg bisa
menimbulkan masalah pada sistem pencernaan.
Pendahuluan

• Apendisitis akut pada anamnesis dan


pemeriksaan fisik  dasar dalam
diagnosis apendisitis dengan tingkat
akurasi 76-80%.
• Kemampuan dokter dalam tegakkan
diagnosis apendisitis serta bedakan akut
dan perforasi secara klinis sangat
diperlukan, karena keduanya memiliki
penanganan berbeda.
Pendahuluan

• Gejala dan tanda yg tidak khas akan


menyulitkan dokter sehingga diperlukan
pemerikaan penunjang  pemeriksaan
hitung jumlah leukosit.
• Jumlah leukosit umumnya pada
apendisitis akut sekitar 10.000-18.000
sel/mm.
• Jika < 18.000 sel/mm3  apendisitis &
jika >18.000 sel/mm3 perforasi.
02
METODE
Metode
• Jenis penelitian yg digunakan  kuantitatif.
• Populasi seluruh pasien penderita apendisitis akut dewasa di RSUD. dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2017 sebanyak 151 orang dan sampel sebanyak 110
orang (penetapan dengan rumus slovin).
• Pengambilan sample Teknik random sampling, yaitu diambil secara acak.
• Rancangan penelitian deskriptif, suatu penelitian yg dilakukan dengan tujuan
membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif.
• Pengambilan data menggunakan lembar observasi data rekam medik. Teknik analisis
data menggunakan uji statistik univariat.
03
HASIL
Hasil
Hasil
04
PEMBAHAS
AN
Pembahasan
• Berdasarkan Tabel 1:

Diketahui usia pasien perforasi apendisitis di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Tahun 2017, sebagian besar usia 20-30 tahun 48 pasien (43,63%), usia 31-40 tahun 33

pasien (30%), usia 41-50 tahun 12 pasien (10,91%), & usia >50 th 17 pasien (15,45%)

• Berdasarkan Tabel 2:

Diketahui bahwa jenis kelamin pasien perforasi apendisitis di RSUD. dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2017, sebagian besar adalah laki- laki sebanyak 92 pasien

(83,63%).
Pembahasan
• Berdasarkan Tabel 3:
Diketahui bahwa distribusi frekuensi suhu tubuh pasien perforasi apendisitis
sebagian besar dengan hemodinamik >37,5°C sebanyak 103 pasien (93,63%).
• Berdasarkan Tabel 4:
Diketahui bahwa kadar leukosit pasien perforasi apendisitis sebagian besar dengan
kadar leukosit >18.000/mm sebanyak 84 pasien (76, 36%).

Hasil penelitian sesuai yg dikemukakan Sjamsuhidajat, 2011:


Apendisitis dapat ditemukan pada laki-laki maupun perempuan dengan risiko menderita 7-8% selama
hidupnya, insiden tertinggi pada rentang usia 20-30 th. Kasus perforasi apendiks pada apendisitis akut
berkisar antara 20-30% dan meningkat 32-72% pada usia lebih dari 60 tahun.
Pembahan
• Secara anatomi, orang dewasa memiliki bentuk lumen apendiks yg menyempit
dibagian proksimal dan melebar pada bagian distal, sedangkan bayi sebaliknya
rendahnya apendisitis akut pada bayi.
• Resiko perforasi pada anak <5 tahun  proses pendidingan kurang sempurna,
omentum belum berkembang & waktu diagnosis lama karena anak kurang dapat
menjelaskan gejala yg dirasakan.
• Pada usia dewasa lebih sering ditemukan kasus perforasi karena lumen sudah
tertutup sepenuhnya gejala apendisitis akut tidak begitu jelas  dapat
ditegakkan diagnosis setelah perforasi.
Pembahasan
• Pada laki-laki 1,4 kali lebih banyak daripada pasien perempuan. Angka tindakan
apendektomi berdasarkan jenis kelamin sebanyak 25% laki-laki dan 12%
perempuan.
• Menurut penelitian, didapatkan hasil laki-laki lebih sering terjadi apendisitis
perforasi sedangkan apendisitis akut banyak pada perempuan. (Marisa,2011)
• Hubungan insiden dengan jenis kelamin belum dapat diketahui penyebab yang
jelas karena secara anatomi bentuk apendiks laki-laki dan perempuan sama.
(Notoatmodjo,2012)
• Pada perempuan sering ditemukan positif palsu sebanyak 20% terutama pada
usia 20-30 th karena masalah ginekologis yg mirip dengan apendisitis.
Pembahasan
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik dasar dalam menegakkan diagnosis
apendisitis dengan tingkat akurasi 76-80%.
• Jumlah leukosit umumnya pada apendisitis akut sekitar 10.000-18.000
sel/mm3.
• <18.000 sel/mm3 umumnya pada apendisitis simpel dan >18.000 sel/mm3
menunjukkan perforasi.
• Diagnosis apendisitis ditegakkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan ultrasonography (USG).
• Pemeriksaan suhu tubuh termaksud dalam salah satu kriteria pada skor
Alvarado untuk menegakkan diagnosis apendisitis, suhu tubuh <37°C pasien
Pembahasaan
• Pada kasus perforasi, apendiks mengalami ruptur, pecah atau berlubang pus
yang terdapat didalam lumen appendiks akan keluar menyebar ke organ-
organ lain maupun didalam fossa apendiks vermiformis  peritonitis, serta
memungkinkan bakteri akan berkembang dan menimbulkan infeksi yang lebih
banyak.
• Keadaan ini akan merangsang respon imun tubuh dengan menghasilkan leukosit
lebih banyak berfungsi sebagai pertahan terhadap agen infeksius.
• Jumlah leukosit dalam batas normal banyak ditemukan pada pasien apendisitis
akut dapat dipengaruhi karena pemakaian antibiotic secara bebas.
05
SIMPULAN
DAN
SARAN
Pembahasan
• Hasil penelitian  usia pasien perforasi sebagian besar adalah usia 20-30tahun (48
pasien), jenis kelamin laki-laki sebanyak 92 pasien, suhu tubuh >37,5 °C sebanyak 103
pasien dan kadar leukosit >18.000/mm sebanyak 84 pasien.
• Diharapkan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam pengobatan pasien
perforasi apendik, serta bagi petugas kesehatan agar dapat memberikan informasi yang
akurat mengenai perforasi apendik melalui upaya preventif dan promotif seperti
penyuluhan kesehatan terkait tentang bahaya perforasi apendik.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai