Anda di halaman 1dari 8

PEMIKIRAN POLITIK SAYYID QUTHB

Febie Nur Arief Aeni

Hubungan Internasional UNIDA Gontor

Email: ariefaenifebie@gmail.com

ABSTRAK

Studi ini membahas pemikiran politik Sayyid Quthb, dengan tujuan mempelajari pemikiran
politik Sayyid Quthb yang merupakan tokoh pemikir politik islam pada periode pembaharuan
(purifikasi). Studi ini menarik karena Sayyid Quthb merupakan salah satu tokoh konservatif yang
berdasarkan pada agama islam yang merupakan agama sempurna dan universal. Bahkan
karyanya seperti Al-Adalah al-Ijtima'iyyah fi al-Islam, Ma'rakah al-Islam wa ar-Ra'sumaliyyah,
Nahw al-Mujtma 'Islami, dan Tafsir fi Zilal al-Qur’an berbicara banyak tentang politik. Studi ini
merupakan studi kualitatif berbasis perpustakaan (library research). Hasil studi ini menunjukkan
bahwa pemikiran politik Sayyid Quthb terdiri dari pemerintahan supranasional, tiga prinsip dasar
politik pemerintahan islam, dan politik pemerintahan dalam islam.

Kata Kunci: Pemikiran Politik, Sayyid Quthb, dan Pemerintahan Supranasional.

PENDAHULUAN

Pemikiran di bidang politik sebagai cikal bakal diskursus konsep politik islam baru
muncul pada periode dinasti Abbasiyah. Karya-karya intelektual muslim sebelumnya lebih
terfokus pada persoalan fiqh, kalam, dan hadis. Hal ini terjadi karena meskipun faktor yang
menyebabkan munculnya kelompok-kelompok atau aliran-aliran dalam islam adalah persoalan
politik, tetapi wacana intelektual yang mengemuka lebih awal adalah masalah teologi yang
kemudian diikuti masalah hukum. Para pemikir politik islam pada periode pembaharuan
(purifikasi) dapat dikategorikan dalam tiga varian besar, yaitu: kelompok konservatif, kelompok
modernis, dan kelompok liberal.
Sayyid Quthb merupakan salah satu tokoh pemikir politik islam pada periode
pembaharuan kategori kelompok konservatif. Kelompok konservatif ini memiliki ciri yaitu
adanya aksioma ideologis yang dibangun berdasarkan ajaran islam bahwa, islam adalah agama
yang sempurna, lengkap, komperhensif, dan berlaku universal untuk seluruh umat manusia di
seluruh tempat dan waktu. Di era sekarang, banyak kalangan yang telah melupakan prinsip-
prinsip dasar pemikiran politik islam.

Tulisan berikut akan mengkaji pemikiran politik Sayyid Quthb sebagai salah satu
intelektual Islam terpenting abad ke-20. Walaupun Sayyid Quthb lebih dilihat sebagai salah satu
tokoh fundamentalis yang memimpin Gerakan Ikhwanul Muslimin untuk menumbangkan
kediktatoran rezim Gamal Abdul Nasher dan pemikiran-pemikirannya banyak menginspirasi
pemuda-pemuda di seluruh dunia muslim khususnya. 1

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pemikiran Politik Islam

Islam adalah agama yang membawa misi rahmatan lil alamin. Islam memberikan konsep
kepada manusia mengenai persoalan yang terkait dengan urusan duniawi seperti bagaimana
mengatur system perekonomian, penegakan hukum, dan sebagainya, termasuk tentang konsep
politik.2 Salah satu bukti tercatat dalam sejarah, Ketika Nabi hijrah ke kota Madinah beliau
mampu menyatukan masyarakat yang majemuk, terdiri dari berbagai agama dan peradaban yang
berbeda dalam satu tatanan masyarakat madani. Dan perjanjian yang beliau deklarasikan dengan
orang-orang Yahudi adalah satu cerminan terbentuknya negara yang berciri demokrasi.
Perjanjian itu mengandung kebijaksanaan politik Nabi untuk menciptakan kestabilan bernegara. 3

Politik menurut Ramlan Surbakti dimaknai sebagai upaya manusia meraih


kesempurnaannya atau menuju kemaslahatan. Atau dalam bahasa Aristoteles mengajarkan
bagaimana bertindak tepat dan hidup bahagia. Dengan pemahaman ini, politik bernilai luhur,

1
Juandi, Pemekiran Politik Sayyid Quthb: Melacak Genelogi "kekerasan". STIH Pertiba Pangkalpinang.
2
Amin Rais, Pengantar Buku Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, dalam Utsman Abdul Mu’iz Ruslan,
Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif terhadap Proses Pendidikan Politik “Ikhwan”
untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat Mesir Umumnya, dari Tahun 19828 hingga 1954, (terj.),
Salafuddin Abu Sayyid, Hawin Murtadho (Solo: Era Intermedia: 2000), h. 2.
3
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan,
Kemanusiaan, dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 195.
sacral dan tidak bertentangan dengan agama. Setiap manusia yang Bergama niscaya berpolitik.
Karena itu berpolitik merupakan sesuatu yang inheren dengan kemanusiaan.4 Masalah politik
merupakan urusan duniawi yang bersifat umum, karena itu ia termasuk ijtihad umat Islam.
Mereka harus berusaha untuk menjadikan al-Qur’an sebagai system yang konkrit supaya dapat
diterjemahkan dalam pemerintahan sepanjang zaman. 5

Pemikiran politik islam merupakan gagasan mengenai politik untuk menciptakan


kesejahteraan dunia akhirat dengan berdasarkan al-Qur’an dan sunnah, serta praktik-praktik
khulafaur rasyidin. Pemikiran politik islam menggunakan pendekatan sesuai pemikiran politik
islam dan tidak hanya bersifat empiris tetapi harus berlandaskan al-Qur’an dan sunnah. Sumber
kajian pemikiran politik islam yaitu, al-Qur’an, sunnah Rasulullah SAW, kebijakan khulafaur
rasyidin, dan fiqh siyasah. Fungsi pemerintahan dalam islam yaitu sebagai sarana dalam
merealisasikan misi dan tujuan mulia jangka pendek (dunia) dan jangka Panjang (akhirat).
Otoritas kekuasaan dalam politik islam yaitu untuk merealisasikan al-maslahah ammah yang
berorientasi dunia akhirat berdasarkan etika politik islam.

Prinsip-prinsip dasar politik islam yaitu sebagi berikut:

1. Amanah (al-mabda’ al-amanah)


2. Musyawarah (al-mabda’ al-syura)
3. Persamaan (al-mabda’ al-musawa)
4. Keadilah (al-mabda’ al-adalah)
5. Kemajemukan

Sayyid Quthb merupakan salah satu tokoh pemikir politik islam konservatif. Menurutnya,
kehidupan adalah ciptaan Allah, ditentukan oleh takdir-Nya6

B. Sayyid Quthb
Nama lengkap Sayyid Quthb adalah Sayyid Quthb Ibrahim Husain. Beliau lahir pada
tanggal 9 Oktober 1906 di Kampung Mausyah, salah satu provinsi Asyuth, di dataran tinggi

4
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grafindo, 1992), h. 2.
5
Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran Politik dalam al-Qur’an, (terj.) Abdul Hayyie al-Kartani (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001), h. vii.
6
Fuad Luthfi, Konsep Politik Islam Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
Mesir.7 Beliau dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang menitikberatkan ajaran islam dan
mencintai al-Qur’an. Sayyid Quthb adalah seorang mujahid dan pemburu islam terkemuka.
Pemikiran-pemikirannya yang tajam dan kritis sudah tersebar dalam berbagai karya besar
yang menjadi rujukan berbagai Gerakan islam.8 Sejak kecil, beliau sudah menghafal al-
Qur’an. Beliau pindah ke Kairo dan mengenyam Pendidikan Barat antara tahun 1929 dan
1933, sebelum mulai karirnya sebagai seorang guru di Ministry of {ublic Instruction. Pada
pertengahan karirnya, Sayyid Quthn memfokuskan dirinya pada tulisan sebagai pengarang
dan pengkritik, menulis sejumlah novel seperti Ashwak.9
Sayyid Quthb lebih dikenal dengan karya teoritiknya dalam mendefinisikan islam
fundamentalis dalam perubahan social dan politik, secara spesifik terdapat karyanya
“Keadilan Sosial” dan Milestone (petunjuk jalan. Pada tahun 1955, Sayyid Quthb termasuk
salah seorang pemimpin ikhwanul muslimin yang ditahan setelah organisasi itu dilarang oleh
presiden Naseer dengan tuduhan berkomplotan untuk menjatuhkan pemerintahan. Pada
tanggal 13 Juli 1955, pengadilan rakyat menjatuhkan hukuman 15 tahun kerja keras padanya.
Ia ditahan di beberapa penjara Mesir hungga pertengahan tahun 1964. Pada tahun itu pula,
beliau dibebaskan atas permintaan Abdul Salam Arif, presiden Irak yang mengadakan
kunjungan ke Mesir. Setahun kemudian, beliau ditangkap lagi Bersama saudara-saudaranya
dan 20 ribu orang, termasuk diantaranya 700 wanita.
Pada tanggal 12 April 1966, Sayyid Quthb diadili oleh pengadilan Militer dengan
tuduhan berupaya menumbangkan pemerintahan Mesir dengan kekerasan lewat karya
Ma’alim fi at-thariq nya. Pada tanggal 21 Agustus 1966, beliau Bersama Abdul Fatah Islail
dan Muhammad Yusuf Hawwasy dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Kemudian beliau
Bersama dua orang temannya dihukum gantung pada tanggal 29 Agustus 1966.
Meninggalnya Sayyid Quthb secara fisik tidak berarti hilangnya ide-ide pemikirannya
tentang islam dan politik. Banyak karyanya yang sampai sekarang masih memberikan
pengaruh yang kuat bagi para pejuang muslim fundamentalis.

7
Anwar Sanusi, Konsep Negara Menurut Pemikiran Kontemporer Sayyid Quthb. Tamaddun, Vol. 2, No.
02, Desember 2013. Hlm. 164.
8
K. Salim Bahnasawi, Butir-butir Pemikirannya Sayyid Quthb Menuju Pembaruan Gerakan Islam,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 1.
9
Adib Hasan. Kontradiksi Dalam Konsep Politik Politik Islamm Eksklusif Sayyid Quthb. Episteme, Vol.
11m No.1, Juni 2016. H. 4.
C. Pemikiran Politik Sayyid Quthb

Menurut Sayyid Quthb, islam adalah agama yang universal yang meliputi seluruh unsur
kehidupan.10 Islam dating dengan membawa ajaran politik untuk membahagiakan umatnya di
dunia maupun akhirat. Dengan umat memiliki system politik yang mengaturnya, maka akan
memperoleh kebahagiaan dalam lingkungan mereka sendiri. Sayyid Quthb mengatakan Islam
itu agama yang lengkap, tidak hanya diatur tuntutan moral dan peribadatan tetapi juga
petunjuk-petunjuk mengenai cara mengatur segala aspek kehidupan, termasuk kehidupan
politik (negara), ekonomi, dan social. Oleh sebab itu, untuk memperoleh kejayaan untuk
memperoleh kejayaan dan kemakmuran Islam harus Kembali kepada ajaran islam yang
sebenarnya. Konsep negara dan kaitannya dengan agama dalam hal ini merupakan agama
islam menurut pemikiran Sayyid Quthb dapat terlihat berdasarkan pemikiran-pemikirannya
yakni terdiri dari pemerintahan supranasional, tiga dasar politik pemerintahan islam, dan
politik pemerintahan dalam islam.11

a. Konsep Negara Islam

Sayyid Quthb mencanangkan negara islam sebagai pokok pemikirannya. Sayyid Quthb
berpendapat bahwa negara tidak bisa dilepaskan dari agama dan agam pun tidak dapat berdiri
tanpa hukum dan system. Menurut Sayyid Quthb, negara islam itu dimulai semenjak kaum
muslimin berupa sekumpulan kecil manusia, yang sanggup mempertahankan diri terhadarp
permusuhan, dan sanggup pula memelihara diri terhadap godaan untuk menyeleweng dari
agama Allah swt, dan bahwa mereka berkumpul dalam sebidang tanah yang dilindungi oleh
bendera islam.

b. Konsep Pemerintahan Supranasional

Sayyid Quthb menginginkan bentuk pemerintahan supranasional (kesatuan seluruh dunia


islam) yang sentralis, tetapi daerah tidak sebagai jajahan, mempersamakan pemeluk agama,
dan sisirikan atas tiga prinsip: keadilan, penguasa, ketaatan rakyat karena hasil pilihannya

10
Sarif, Hubungan Agama dan Negara dalam Perspektif Pemikiran Sayyid Quthb. Manthiq, Vol. 1, No. 1,
Mei 2016. Hlm. 149.
11
Nur Rumaisya, 2018. Relasi Negara dan Agama (Islam) Menurut Pemikiran Sayyid Quthb. Universitas
Sumatera Utara.
dan permusyawarahan antara penguasa dan rakyat. Gagasan tentang pemerintahan yang
bersifat supranasional ini merupakan kekuatan yang melebihi kesetiaan ikatan darah dan
kesukuan bangsa Arab.

Sayyid Quthb sangat yakin bahwa diwahyukannya syariat islam oleh Allah di dunia
semata-mata tidak hanya untuk membimbing spritualitas saja, akan tetapi juga membimbing
manusia untuk menegakkan kerajaan Allah di bumi. Konsep supranasional ini menurut
pandangan Sayyid Quthb sangat berbeda dengan konsep imperalisme. Ilmperalisme didasari
pada semangat untuk mengeksploitasi atas yang lain, sedangkan supranasional berusaha
untuk membebaskan dari segala belenggu penindasan dan memberi otonomi baik kepada
dzimmi maupun pihak yang berada di daerah-daerah.

c. Tiga Prinsip Dasar Politik Pemerintahan Islam


 Keadilan Penguasa

Menurut Sayyid Quthb, asas-asas Islam dalam menegakkan keadilan social ada tiga, yaitu:

- Kebebasan jiwa yang mutlak (at-taharrur al-wijdani al-mutlaq)


- Persamaan manusia (al-Musawah al-insaniyah)
- Jaminan social (at-takaful al-ijtima’i)
 Ketaatan Rakyat

Ketaatan kepada pemegang kekuasaan atau pemerintah merupakan kelanjutan dari


ketaatan terhadap Allah swt dan rasulnya, sebab menaati waliul amri dalam islam bukanlah
karena jabatan mereka, melainkan karena mereka melaksanakan syariat Allah dan rasulnya.

 Musyawarah antara Penguasa dengan Masyarakat

Musyawarah merupakan salah satu prinsip pemerintahan islam, sedangkan teknis


pelaksanaannya secara khusus tidak diterapkan. Musyawarah juga meruoakan system dan
lembaga tertinggi yang telah ditetapkan oleh islam. Tujuan musyawarah adalah agar
penguasa mengetahui apakah keputusan dan kebijakannya sudah sesuai dengan kondisi dan
dapat diterima oleh masyarakat secara keseluruhan sehingga bukan hanya bagi kepentingan
tertentu.
 Politik Pemerintahan dalam Islam

System politik islam dibangun atas dua konsep, yaitu konsep manusia dalam jenis, watak,
dan pertumbuhan; dan konsep bahwa islam adalah system yang universal yang abadi bagi
masa depan kehidupan manusia. Politik pemerintahan dalam islam dibangun atas asas
syariat. Politik pemerintahan islam dibangun asas bahwa Allah swt itu selalu hadir dalam
setiap saat di sisi para penguasa dan rakyat mengawasi segala sesuatunya. Pemimpin dan
kepemimpinan membutuhkan bimbingan Allah salam semua segi pelaksanaannya dan takut
kepada Allah merupakan jaminan terakhir bagi terealisasinya keadilan.

KESIMPULAN

Sayyid Quthb mengatakan bahwa islam itu agama yang lengkap yang mengatur segala aspek
kehidupan, termasuk kehidupan politik, ekonomi, dan social. Sayyid berpendapat bahwa negara
tidak bisa dilepaskan dari agama dan agama pun tidak bisa berdiri tanpa hukum dan system.
Sayyid Qutb memiliki pemikiran yang terdiri dari pemerintahan supranasional, tiga dasar politik
pemerintahan Islam, dan politik pemerintahan Islam.

Pemerintahan Supranasional yaitu dimana Sayyid Quthb menginginkan bentuk


pemerintahan yang sentralistis. Tiga dasar politik pemerintahan islam yang menjelaskan tentang
konsep keadilan penguasa, ketaatan rakyat, dan musyawarah antara peguasa dengan masyarakat.
Politik pemerintahan islam yang memaparkan bahwa pemerintahan pada hakekatnya adalah
pemegang amanat rakyat untuk menjalankan syari’ah. Pada akhirnya, pemikiran politik Sayyid
Quthb ini berakhir dengan mengedepankan al-Qur’an sebagai konstitusi tertinggi dalam
pemerintahan islam.

REFERENCES

Adib Hasan. Kontradiksi Dalam Konsep Politik Politik Islamm Eksklusif Sayyid Quthb.
Episteme, Vol.11m No.1, Juni 2016. H. 4.

Amin Rais, Pengantar Buku Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, dalam Utsman Abdul Mu’iz
Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin; Studi Analisis Evaluatif terhadap Proses
Pendidikan Politik “Ikhwan” untuk Para Anggota Khususnya, dan Seluruh Masyarakat
Mesir Umumnya, dari Tahun 19828 hingga 1954, (terj.), Salafuddin Abu Sayyid, Hawin
Murtadho (Solo: Era Intermedia: 2000), h. 2.

Anwar Sanusi, Konsep Negara Menurut Pemikiran Kontemporer Sayyid Quthb. Tamaddun, Vol.
2, No. 02, Desember 2013. Hlm. 164.

Fuad Luthfi, Konsep Politik Islam Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilal al-Qur'an. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grafindo, 1992), h. 2.

Tijani Abd. Qadir Hamid, Pemikiran Politik dalam al-Qur’an, (terj.) Abdul Hayyie al-Kartani
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. vii.

Juandi, Pemekiran Politik Sayyid Quthb: Melacak Genelogi "kekerasan". STIH Pertiba
Pangkalpinang.

K. Salim Bahnasawi, Butir-butir Pemikirannya Sayyid Quthb Menuju Pembaruan Gerakan


Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 1.

Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), h. 195

Nur Rumaisya, 2018. Relasi Negara dan Agama (Islam) Menurut Pemikiran Sayyid Quthb.
Universitas Sumatera Utara.

Sarif, Hubungan Agama dan Negara dalam Perspektif Pemikiran Sayyid Quthb. Manthiq, Vol. 1,
No. 1, Mei 2016. Hlm. 149.

Anda mungkin juga menyukai