1.7 Full Text Kompres 1510503032 Tiorivaldi
1.7 Full Text Kompres 1510503032 Tiorivaldi
Universitas Tidar
Disusun oleh:
TIORIVALDI
NPM: 1510503032
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2020
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Untuk bapak dan ibu saya tercinta yang telah memberikan do’a, semangat,
finansial, serta kebaikan seluruhnya yang tidak dapat terhitung. Saya ucapkan
hingga dapat sampai sejauh ini. Tanpa adanya dukung dari kalian, sangat tidak
mungkin diri bisa melangkah sejauh ini dengan segala kekurangan yang selalu
menghinggapi.
2. Untuk Dosen Pembimbing I, Ir. Dwi Sat Agus Yuwana, M.T., terima kasih atas
segala panduan, ilmu, dedikasi, dorongan dan kesabaran yang telah diberikan
selama ini hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan
3. Untuk Dosen Pembimbing II, Arrizka Yanuar Adipradana, S.T., M.T., terima
kasih atas segala panduan, ilmu, dedikasi, dorongan dan kesabaran yang juga
telah diberikan selama ini hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan
tempat dan daerah di seluruh Indonesia, terima kasih karena telah banyak
mengubah pandangan hidup saya. Hingga saya bisa lebih semangat untuk
iv
v
6. Untuk teman-teman Teknik Sipil 2015, terima kasih karena telah bersama-
kuliah dan saling mendukung untuk proses belajar mengajar selama ini.
Jika uang seribu dilipat-lipat, diinjak, disobek dan dikotori tetap bernilai seribu.
Kenapa kamu merasa dirimu tidak bernilai hanya karena diperlakukan sama
(Al-Hadits)
“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi
vi
KATA PENGANTAR
karunia dan nikmatnya sehingga skripsi ini dapat penyusun selesaikan yang diberi
judul “Stabilisasi Tanah Lempung dengan Bahan Tambah Limbah Marmer dan
menyelesaikan jenjang pendidikan Program Strata Satu (S-1), Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Tidar. Ada pun laporan ini disusun berdasarkan
penelitian dan analisis data serta dilengkapi dengan teori-teori dari berbagai sumber
yang tersedia.
Skripsi ini tidak akan dapat disusun dan diselesaikan tanpa adanya
dukungan moral dan fisik dari pihak-pihak yang telah membantu. Maka dari itu
1. Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc., selaku Rektor Universitas Tidar
Universitas Tidar
7. Kedua Orang Tua yang selalu sabar dalam menunggu dan berdo’a demi selesai
vii
viii
9. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan skripsi ini
dapat berguna serta bermanfaat bagi semua pengembangan ilmu dibidang teknik
sipil.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
INTISARI........................................................................................................... xviii
ix
x
4.1.5. Hasil Pengujian Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah ........ 65
Gambar 2.5 Kurva Hubungan Kadar Air dan Berat Volume Kering .................... 24
Gambar 3.15 Alat Uji Penetrasi CBR Laboratorium (Foto Lapangan) ................ 41
xii
xiii
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Berat Jenis Tanah Lempung Terhadap Penambahan
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Jumlah Ketukan dan Kadar Air ............................ 63
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Batas Cair Penambahan Limbah Marmer dan
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Batas Plastis Penambahan Limbah Marmer dan
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Indeks Plastisitas Penambahan Limbah Marmer dan
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Beban dan Penetrasi CBR3 65 Tumbukan ......... 76
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Nilai CBR dengan Kepadatan Kering ................ 77
Gambar 4.12 Grafik Hubungan nilai CBR dengan Variasi Penambahan Limbah
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Variasi Penambahan Limbah Marmer dan Bubuk
Tabel 2.1 Hasil Uji Unsur Kimia Bubuk Arang Kayu .......................................... 16
xiv
xv
Tabel 4.17 Nilai Kadar Air untuk Sampel Uji CBR3 ........................................... 74
Tabel 4.18 Nilai Volume Kepadatan Basah untuk Sampel Uji CBR3 .................. 74
Tabel 4.19 Nilai Volume Kepadatan Kering Untuk Sampel Uji CBR3 ............... 75
Tabel 4.21 Nilai CBR3 pada penetrasi 0,1” dan 0,2” ........................................... 77
Tabel 4.22 Hasil CBR Maksimum dan Kepadatan Kering Pada sampel Uji CBR3
............................................................................................................................... 77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
INTISARI
Tanah lempung memiliki daya dukung yang rendah pada kondisi muka air
yang tinggi, sifat kembang susut (swelling) yang besar dan plastisitas yang tinggi.
Hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada struktur bangunan di atas tanah seperti
jalan bergelombang, retak, dan penurunan. Dikarenakan kerugian dari akibat
kembang susut tanah, maka diperlukan stabilisasi untuk mengurangi kembang susut
dan meningkatkan daya dukung tanah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh tanah lempung terhadap limbah marmer dan bubuk arang kayu.
Hasil dari pengujian ini didapatkan nilai CBR desain dengan tanah asli
(tanpa bahan tambah) dengan tanah asli dicampur 15% limbah marmer dan 5%,
10% dan 15% bubuk arang kayu dengan hasil sebesar 9,5%; 15,3%; 16,9%; 19,1;
dan 21,2%. Hasil optimum yang diperoleh pada penelitian ini adalah pada
persentase tanah asli ditambah 15% limbah marmer dan 15% bubuk arang kayu
dengan kenaikan nilai CBR desain sebesar 123,16% (dari nilai CBR tanah asli 9,5%
menjadi 21,2%). Dapat diperoleh kesimpulan bahwa pengujian tanah lempung
dengan bahan tambah limbah marmer dan bubuk arang kayu dapat meningkatkan
kemampuan tanah menuju keadaan yang lebih stabil ditandai dengan meningkatnya
nilai CBR.
xviii
ABSTRACT
Soil is a very important material, which soil will take affect to the
construction above it. Clay soil has a weak carrying capacity on high water level,
large swelling and high plasticity. It results damage on building structures above
ground such as bumpy road, cracked road and reduction. Because of losses of soil
shrinkage effect, so it is needed the stabilization to reduce shrinkage and increasing
soil bearing capacity. The purpose of this research to find out the effect of clay on
marble waste material and wood charcoal powder.
The results of this tests found the design value of CBR with original clay
(without added material) and original clay mixed with 15% marble waste and 5%,
10% and 15% wood charcoal powder with result 9,5%; 15,3%; 16,9%; 19,1% and
21,2%. The optimum results obtained from this research are the percentage of
originalclay plus 15% marble waste and 15% wood charcoal powder with an
increase in the CBR design value is 123,16% (from the CBR value of original clay
9,5% to 21,2%). It can be concluded that testing clay soil with added material of
marble waste and wood charcoal can improve the ability of the soil to more stable.
It is signed by increasing CBR values.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
tempat dimana struktur akan didirikan. Pelapukan tanah akibat reaksi kimia
butiran lebih kecil dari 0,002 mm, yang disebut mineral lempung. Partikel lempung
Tanah lempung memiliki daya dukung tanah yang rendah pada kondisi
muka air yang tinggi, sifat kembang susut (swelling) yang besar dan plastisitas yang
kerusakan seperti jalan bergelombang, plat lantai retak, penurunan pada pondasi.
Dengan kerugian dari akibat kembang susut tanah, maka diperlukan stabilisasi
untuk mengurangi kembang susut dan meningkatkan daya dukung tanah. (Minata
dkk., 2017)
tanah lempung merupakan tanah yang secara fisik dan teknis banyak yang kurang
1
2
akan mengakibatkan perkerasan tersebut harus tebal supaya tegangan yang bekerja
Cara yang dapat digunakan untuk menangani tanah lempung adalah dengan
stabilisasi tanah. Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu
metode yang digunakan dalam penelitian ini secara kimiawi yaitu dengan tambahan
persentase 15% limbah marmer dan variasi campuran bubuk arang kayu yaitu 0%,
salah satu material alam yang digunakan sebagai bahan additive pada metode
stabilisasi tanah. Limbah marmer dapat berfungsi sebagai bahan stabilisasi yang
dapat memberikan pengaruh perubahan pada sifat sifat fisik dan mekaniknya
Penelitian ini menggunakan bahan tambah bubuk arang kayu sebagai bahan
tambah campuran dalam menstabilkan tanah. Hal ini karena bubuk arang kayu
dapat memperbaiki sirkulasi air dan udara, serta dapat mengikat karbon, dan juga
dapat mengurangi kembang susut pada tanah karena mempunyai sifat mereduksi
2. Berapa variasi kadar limbah marmer dan bubuk arang kayu untuk mencapai
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini antara lain sebagai berikut:
2. Mengetahui proporsi kadar limbah marmer dan bubuk arang kayu untuk
mencapai nilai CBR optimum yang dapat dipakai sebagai stabilisasi tanah.
penambahan limbah marmer dan bubuk arang kayu terhadap tanah lempung.
Tidar dan Laboratorium PT. Armada Hada Graha. Agar tidak menyimpang dan
Magelang
2. Bubuk arang kayu yang digunakan merupakan arang kayu yang biasa
4. Tidak menguji kandungan kimia yang terdapat pada bubuk arang kayu
6. Metode pengujian yang akan dilakukan yaitu uji tanah laboratorium seperti
kadar air, berat jenis tanah, analisis saringan, batas atterberg, kepadatan
7. Stabilitas tanah pada penelitian ini didesain untuk lapisan subgrade jalan.
8. Menggunakan langkah dan metode yang baik dan benar serta peralatan alat
1.6. Hipotesis
marmer dan bubuk arang kayu dapat mempengaruhi tanah lempung dalam
mengurangi nilai kembang susut (swelling) serta meningkatkan nilai CBR dari
menjadi bahan referensi dalam isi penulis. Yang menjadi perbedaan pada penelitian
terdahulu adalah dalam hal bahan tambah yang digunakan, jumlah variabel
Mauludi dan Asyifia (2019) dalam hal kajiannya berkaitan dengan pengaruh
penambahan bahan tambah dalam stabilisasi tanah. Hal itu pun sama seperti
penelitian yang dilakukan oleh Sengeoris (2016) dan Harianto dan Misri (2016).
Akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusdiansyah (2018)
karakteristik tanah dan pengujian kuat geser tanah. Sehingga hanya memiliki
persamaan dalam metode mengetahui karakteristik tanahnya, yaitu kadar air, berat
jenis, batas cair, batas plastis dan indeks plastisitas. Hal itu pun sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Karaseran dan Balamba (2015), hanya memiliki
kesamaan dalam hal kadar air, berat jenis, batas cair, batas plastis dan indeks
plastisitas.
dan Asyifia (2019) adalah material bahan tambah yang digunakan, lokasi tanah asli,
metode dan variabel penambahan bahan tambah dalam tanah asli. Pada penelitian
Mauludi dan Asyifia menggunakan batas susut sebagai salah satu metode
6
susut. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Sengeoris (2016) dan Harianto
dan Misri (2016) dalam hal perbedaannya. Berbeda dalam material bahan tambah,
lokasi, metode dan variabel penambahan bahan tambah yang dicampur dalam tanah
lempung asli dan penggunaan batas plastis dalam metode penelitian. Akan tetapi,
Rusdiansyah tidak melakukan uji CBR sebagai metode penelitian terakhir yang
Karaseran dan Balamba (2015) juga cukup signifikan perbedaannya, karena juga
konsolidasi sekunder.
BAB II
pembanding terhadap penelitian ini. Selain itu, dapat juga untuk melihat
Wonokromo, Kec. Alian, Kab. Kebumen, Jawa Tengah). Mauludi dan Asyifia
melakukan penelitian tentang pengaruh limbah genteng sokka dan limbah marmer
terhadap nilai CBR dan pengembangan (swelling) pada stabilisasi tanah lempung
Program Studi Teknik Sipil Universitas Teknologi Yogyakarta. Tanah yang diteliti
adalah tanah yang berada di wilayah Kebumen, khususnya Desa Wonokromo, Kec.
Alian yang mempunyai potensi pengembangan dan penyusutan yang tingi. Tanah
konstruksi di atasnya apabila perubahan kadar air yang tinggi. Objek penelitian ini
7
8
adalah pengujian kadar air, berat jenis, batas atterberg, kepadatan tanah, dan
penelitian ini adalah 9 % limbah marmer dan 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% limbah
genteng sokka. Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai berat jenis, batas plastis,
batas susut, kepadatan kering maksimal (MDD), dan nilai CBR mengalami
kenaikan, sedangkan batas cair, indeks plastisitas, kadar air optimum (OMC), dan
CBR dari persentase bahan yang digunakan yaitu pada proporsi 12 % limbah
genteng sokka ditambah 9 % limbah marmer dengan nilai CBR desain sebesar
tanah lempung lunak dengan menggunakan bahan tambah limbah. Bahan tambah
limbah yang digunakan adalah limbah marmer dengan kadar 25%. Pengujian ini
tidak menggunakan uji CBR melainkan hanya mencari hasil fisik dan mekanik
tanah yang di teliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik dan
mengalami penurunan lebih dari 20%, dan kuat geser mengalami peningkatan 75%
9
terhadap kondisi inisial. Berdasarkan hasil uji SEM menunjukkan bahwa semakin
banyak kadar arang kayu yang diberikan maka semakin rapat celah porositas antar
Dukung Tanah Lempung Sukodono Dengan Variasi Perawatan (Studi Kasus Tanah
tanah lempung menggunakan bubuk arang kayu. Sampel tanah diambil dari
perawatan 0, 3, dan 7 hari untuk mengetahui besarnya pengaruh yang terjadi pada
tanah terhadap nilai sifat fisis dan mekanis tanah. Uji sifat fisis tanah campuran nilai
kadar air dan batas plastis mengalami peningkatan sedangkan nilai berat jenis, batas
cair, batas susut, indeks plastisitas, dan lolos saringan No. 200 mengalami
berat volume kering maksimum mengalami penurunan sedangkan nilai kadar air
optimum mengalami kenaikan. Nilai berat volume kering maksimum terkecil dan
kadar air optimum terbesar terdapat pada tanah persentase campuran 7,5% dengan
lama perawatan 7 hari sebesar 1,213 gr/cm3dan 33,10%. Sedangkan nilai berat
volume kering maksimum terbesar terdapat pada tanah asli sebesar 1,265
10
campuran dan lama perawatan. Nilai CBR terbesar terdapat pada tanah
campuran 7,5% dengan lama perawatan 7 hari sebesar 27% sedangkan nilai
CBR terkecil sebesar 12% pada tanah campuran 5% dengan lama perawatan
0 hari.
pengaruh limbah marmer terhadap kekuatan dan daya dukung tanah kembang
susut dibuktikan dengan pengujian Unconfined Compression Test dan uji CBR.
Sampel tanah diambil dari jalan nasional yang melintasi Kabupaten Sidrap dan
Wajo, Sulawesi Selatan dengan variasi penambahan 5%, 10%, 15% , 20%, 25%
dan 30%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanah kembang susut yang
distabilisasi dengan limbah marmer dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik
tanah serta menghasilkan kenaikan nilai CBR pada setiap variasi penambahan
limbah marmer. Dari nilai awal 2,83%, pada penambahan 5% marmer nilai CBR
menjadi 3,88%, 10% marmer menjadi 4,96%, 15% marmer 5,93%, 20% marmer
6,31%, 25% marmer menjadi 6,82% dan dengan penambahan 30% marmer nilai
kadar marmer yang sebagai bahan stabilisasi memberikan pengaruh yang semakin
(swelling) dari tanah karena mereduksi indeks plastis tanah. Pengujian yang
dilakukan antara lain, yaitu pengujian batas-batas atterberg, berat jenis, pemadatan
tanah, dan konsolidasi. Pengujian tidak menggunakan CBR sebagai hasil akhir
Penelitian ini menggunakan variasi kadar arang tempurung 4%, 6%, 8%, dan 10%
pada tanah lempung ekspansif. Pengaruh yang diperoleh dari hasil penambahan
1. Dari hasil uji pemadatan dengan proctor standart didapatkan nilai γdmax =
variasi 4%, 6%, 8%, dan 10% telah meningkatkan γdmax masing-masing
menjadi 1,222 kg/cm3, 1,236 kg/cm3, 1,256 kg/cm3, dan 1,257 kg/cm3 dengan
nilai Cc, maka penurunan akibat konsolidasi primer yang terjadi semakin
kecil
konsolidasi primer yang dapat terjadi. Semakin kecil nilai Cα, maka
Landasan teori ini menjadi dasar teori dan konsep yang digunakan dalam
penelitian ini
butiran lebih kecil dari 0,002 mm, yang disebut mineral lempung. Partikel lempung
(Hardiyatmo, 2012).
Menurut Weisley (2012) jenis mineral lempung yang sangat terkenal adalah
(active) karena butir ini dapat mengembang atau menyusut akibat air masuk atau
13
keluar. Pada keadaan “Aktivitas” (activity) ketiga jenis mineral lempung adalah
sebagai berikut:
Klasifikasi Pengembangan
Montmorillionite Tinggi
Illite Sedang
Kaolinite Rendah
Official). Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi tanah USCS (Unified Soil
kedua. Lalu pada tahun 1969 sistem ini diadopsi oleh ASTM (American Society for
Testing and Materials) sebagai metode klasifikasi tanah (ASTM D 2487). Pada
dimana tanah diklasifikasi berbutir kasar (pasir dan kerikil) jika 50% tertahan pada
saringan nomor 200 tanah dan berbutir halus (lanau dan lempung) jika 50% lolos
saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikasi dalam sejumlah kelompok dan
14
sub kelompok. Berdasarkan nilai batas cair dan batas plastis maka akan diperoleh
hubungan antara batas cair dan indeks plastisitas untuk menentukan jenis tanahnya.
Untuk selengkapnya dilihat pada Gambar 2.1 Sistem Klasifikasi tanah Unified
tanah dengan tanah lain untuk memperoleh gradasi yang diinginkan, atau
pencampuran tanah dengan bahan buatan pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah
menjadi lebih baik. Stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi dua yaitu stabilisasi
a. Stabilisasi Mekanis
mencampur atau mengaduk dua macam tanah atau lebih dengan gradasi yang
(Hardiyatmo, 2013).
Bahan tambah (additives) adalah bahan hasil olahan pabrik yang bila
portland, abu terbang (fly ash), aspal (bitumen), stabilia dan lain-lain (Hardiyatmo,
2013).
kimiawi bertujuan untuk memperbaiki sifat teknis tanah dengan cara mencampur
c. Limbah Marmer
PT. Industri Marmer Indonesia. Hasil pemotongan tersebut tidak bisa di daur ulang
kembali, sehingga setiap hari semakin banyak dan tidak dimanfaatkan. Secara fisik
limbah marmer berwarna putih terang dan mempunyai berat jenis 2,79 gr/cm3.
Limbah marmer mempunyai ukuran butir yang halus dengan 100% butirannya lolos
ayakan Nomor 200 berdimensi 0,08 mm. Limbah marmer memiliki unsur dominan
yang sama dengan kapur akan tetapi bangun kristal marmer tidak sama dengan
Bubuk arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu dan
sudah dihancurkan hingga menjadi halus. Bahan kayu yang digunakan adalah kayu
yang masih sehat dalam hal ini kayu yang belum membusuk. Hasil uji unsur kimia
bubuk arang kayu dilihat pada Tabel 2.1 Hasil Uji Unsur Kimia Bubuk Arang Kayu
Pada Tabel 2.1 Hasil Uji Unsur Kimia Bubuk Arang Kayu di atas dapat
dilihat bahwa unsur kimia C (karbon) pada bubuk arang kayu sangat tinggi sehingga
diharapkan, penambahan bubuk arang kayu dapat menambah kekuatan dari tanah
lempung dan menghasilkan sifat fisik dan sifat mekanis tanah menjadi lebih baik
(Rusdiansyah, 2018).
Tanah dasar (subgrade) adalah tanah dasar di bagian paling bawah lapis
perkerasan. Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi.
b. Kerikil / Pasir 20 - 60
b. Pasir Halus 6 - 25
lempung
(tanah Organik
Kadar air adalah perbandingan dari berat air yang terkandung pada tanah
dengan berat tanah itu sendiri. Kadar air dihitung dengan persamaan 2.1
𝑊2−𝑊3
ω= 𝑋 100% (2.1)
𝑊3−𝑊1
Berat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara berat butir tanah
dan berat air suling pada suhu dan volume yang sama. Berat jenis umumnya
dilihat pada Tabel 2.3 Nilai Berat Jenis/Specific Gravity (Gs) Tanah
Kerikil 2,65-2,68
Pasir 2,65-2,68
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
persamaan 2.2.
𝑊𝑡
G = 𝑊𝑡+𝑊4(𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑥)−𝑊3 (2.2)
Keterangan:
𝑊₄(𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑥) = berat piknometer dan air pada temperatur Tx, gram.
Tx
Keterangan:
𝑊₄(𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑥) = berat piknometer dan air pada temperatur Tx, gram.
𝑊₄(𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑥) = berat piknometer dan air pada temperatur Ti, gram.
Pada umumnya kerapatan air sangat dipengaruhi oleh suhu pada air tersebut
sehingga hubungan antara kerapatan relatif dalam air dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Pada kondisi batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas
antara keadaan cair dan keadaan plastis. Batas cair biasanya ditentukan dari uji
Cassagrande. Skema alat uji yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Untuk menentukan nilai batas cair tanah ditentukan dengan data hubungan
antara kadar air tanah dan jumlah pukulan yang merupakan satu titik dalam grafik,
dengan jumlah pukulan sebagai absis (dengan skala log) dan kadar air sebagai
ordinat (dalam persen dan skala biasa). Tarik garis lurus penghubung terbaik dari
titik-titik yang diperoleh, batas cair tanah adalah kadar air yang diperoleh pada
perpotongan garis penghubung tersebut dengan garis vertikal 25 pukulan. Batas cair
dilaporkan sebagai bilangan bulat terdekat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Batas Plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan
Batas susut (SL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah semi padat, yaitu persentase kadar air dimana pengurangan kadar air
Indeks Plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih
bersifat plastis, karena itu indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah.
Tanah memiliki IP tinggi, maka tanah banyak mengandung butiran lempung, jika
PI rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi
kering. Indeks plastisitas tanah ditentukan sebagai selisih antara batas cair dengan
Indeks plastisitas (PI) = Batas Cair (LL) – Batas Plastis (PL) (2.4)
2.2.8. Pemadatan
pemadat tertentu. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk
menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.
(𝐵2−𝐵1)
⍴= (2.5)
𝑉
Keterangan:
Pada setiap percobaan setiap besarnya kadar air dalam tanah yang
⍴
⍴d = (100+ 𝜔 ) 𝑥 100% (2.6)
Keterangan:
ω = kadar air, %
kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian gambarkan kurva
yang halus yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dari kurva yang telah
digambarkan, tentukan kepadatan kering maksimum pada puncak kurva dan kadar
air optimum.
Gambar 2.5 Kurva Hubungan Kadar Air dan Berat Volume Kering
Sumber: SNI 1743-2008
timbunan struktural, misal pada pembangunan jalan atau waduk. Dengan demikian
a. Meningkatkan kekuatan.
25
ringan dan pemadatan berat adalah sama. Perbedaannya terletak pada penggunaan
jenis penumbuk dan jumlah lapis dalam satu cetakan. Lebih detailnya ketentuan
untuk melakukan uji kepadatan dapat dijelaskan pada Tabel 2.6 Cara Uji Kepadatan
Tingan untuk Tanah dan Tabel 2.7 Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah
Jumlah lapis 3 3 3 3
Sumber: SNI-1742-2008
26
Jumlah lapis 5 5 5 5
contoh tanah), kg
tanah), kg
Sumber: SNI-1743-2008
penetrasi suatu jenis material dan beban standar pada kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Setelah dilakukan pembebanan pada benda uji CBR kemudian
dilakukan perhitungan dan pembuatan grafik guna mendapatkan nilai CBR sebagai
berikut:
27
a. Beban penetrasi
P = a.k (2.7)
Keterangan:
Gambarkan grafik hubungan antara beban dan penetrasi setiap benda uji
dengan penetrasi sebagai absis dan beban penetrasi sebagai ordinat. Ada
kemungkinan grafik yang diperoleh, pada bagian awalnya tidak berupa garis lurus,
c. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji pada
penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5,08 mm (0,20 inch). Nilai CBR dinyatakan
dalam persen, diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.8 untuk CBR 0,1” dan
𝑃2
CBR 0,2 = 𝑃𝑠2 𝑥 100 (2.9)
Keterangan:
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch). Jika CBR pada
penetrasi 5,08 mm (0,20 inch) lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 mm (0,10
inch), pengujian CBR harus diulang. Jika setelah diulang, tetap memberikan hasil
yang serupa, CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inch) harus digunakan.
d. CBR desain
Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk grafik
Alat uji CBR dapat digunakan untuk mengukur pengembangan pada tanah
ℎ₁−ℎ₀
∆h = . 100 (2.10)
ℎ₀
Keterangan:
∆h = Pengembangan %
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Persiapan Alat
29
30
Hasil
OMC dan
MDD dapat ditentukan
Analisis
Hasil dan
Pembahasan
Selesai
pengembangan tanah.
kayu.
f. Melakukan pengujian sifat fisik tanah yaitu pengujian kadar air tanah, berat
selama 24 jam.
nilai CBR pada penetrasi 0,2 inch lebih besar dari 0,1 inch. Menurut SNI
32
1744:2012 maka nilai CBR pada penetrasi 0,2 inch yang digunakan sehingga
pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.2 Lokasi Sampel Tanah
diperoleh dari pembuatan arang rumahan di Giyono Sendang Sari, Pengasih, Kulon
Kota Magelang
proses penulisan. “hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2005).
yang telah dilakukan. Data-data dari variasi yang berbeda tersebut nantinya akan
dibandingkan sehingga akan diketahui nilai-nilai dari setiap variasi pengujian. Pada
data primer akan diperoleh dari melakukan pengujian secara langsung berupa kadar
air, berat jenis, batas atterberg, kepadatan dan CBR. Sedangkan, data sekunder
berupa pustaka yang menjadi acuan pada penelitian ini seperti jurnal ilmiah dan
SNI.
yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam
34
Studi Teknik Sipil dengan beberapa pengujian diantaranya pengujian kadar air,
berat jenis, batas atterberg kepadatan dan CBR, dibutuhkan rancangan penelitian
a. Saringan
Untuk menentukan gradasi butiran tanah pada tanah yang akan diuji. Maka
b. Cetakan
Cetakan harus dari logam berdinding teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran
dan kapasitas yang sesuai. Dilengkapi dengan leher sambung yang dibuat dari
bahan yang sama dengan cetakan, dengan tinggi kurang lebih 60 mm. Cetakan dan
leher sambung harus dipasang kuat-kuat pada keping alas yang dibuat dari bahan
35
yang sama dan dapat dilepaskan. Cetakan yang dipakai dapat dilihat pada Gambar
3.4 Cetakan
c. Penumbuk
benda uji dengan berat maksimum 200 gram (termasuk berat cawan tempat benda
36
uji) dan timbangan yang memiliki ketelitian 0,1 gram diperlukan untuk benda uji
dengan berat lebih dari 200 gram. Timbangan yang dipakai dapat dilihat pada
e. Cawan
Cawan yang sesuai terbuat dari material tahan karat dan tahan terhadap
dengan pH bervariasi dan juga bersih. Cawan yang dipakai dapat dilihat pada
f. Oven Pengering
pengering. Oven pengering dapat dilihat pada Gambar 3.8 Oven Pengering
g. Alat Cassagrande
rancangan dan dimensi yang ditunjukan pada Gambar 3.9 Alat Cassagrande
h. Piknometer
i. Jangka Sorong
dalam’ suatu objek dengan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik. Hasil
pengukuran dari ketiga fungsi alat tersebut dibaca dengan cara yang sama. Jangka
j. Cetok
Untuk mengambil sampel tanah atau obyek lain dari suatu tempat. Cetok
yang dipakai pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.12 Cetok
k. Sieve Shaker
Alat ini digunakan untuk memberikan getaran kepada saringan yang telah
menempati saringan sesuai dengan besar butiran tanahnya. Sieve Shaker yang
l. Dial Gauge
pada tanah ketika dilakukan perendaman di dalam air. Alat ini termasuk
benda uji tanah selama 4 hari. Alat ini dipasang pada benda uji tersebut sehingga
diperoleh nilai pengembangan pada tanah uji. Untuk alatnya dapat dilihat pada
Uji CBR itu adalah pengujian pada tanah yang dilakukan dengan cara
lapangan. Namun, pada penelitian yang akan dilakukan ini akan menggunakan alat
benda uji, umumnya tergantung pada kadar air pemadatan dan densitas kering yang
ingin dicapai. Secara umum pengujian CBR Laboratorium ini (sesuai tahapannya)
penentuan massa basah dan kadar air benda uji, perendaman, uji penetrasi,
penggambaran kurva hubungan antara beban dan penetrasi, dan penentuan nilai
CBR. CBR desain juga dapat ditentukan melalui pengujian CBR ini, yaitu dengan
menggunakan kurva hubungan antara CBR dan densitas kering dari setiap benda
uji. Untuk alat uji penetrasi CBR Laboratorium yang dipakai dapat dilihat pada
a. Tanah
Bahan yang paling utama pada pengujian ini berupa tanah lempung. Setelah
tanah tersebut diuji dan diperoleh adalah tanah lempung maka pengujian dapat
bahkan banyak masyarakat yang menjadikan tanah lempung yang berada di daerah
ini sebagai sumber penghasilan lewat pembuatan batu bata dari tanah lempung
tersebut. Tanah yang akan menjadi bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.16
Tanah
b. Limbah Marmer
Salah satu bahan yang digunakan sebagai stabilisasi dalam penelitian ini
adalah limbah marmer yang diperoleh dari Kota Tulungagung, Jawa Timur. Limbah
marmer yang akan digunakan sebagai bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar
Bubuk arang kayu bahan tambah yang diperoleh dari pembuatan arang
rumahan di Giyono Sendang Sari, Pengasih, Kulon Progo. Untuk bubuk arang kayu
yang digunakan sebagai bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.18 Bubuk
Arang Kayu
Penelitian dilakukan pada kondisi tanah asli serta kondisi tanah dicampur
dengan bahan tambah berupa limbah marmer dan bubuk arang kayu. Pada proporsi
penambahan pada limbah marmer sebanyak 15% terhadap berat kering tanah,
sedangkan proporsi penambahan bubuk arang kayu dibuat dalam bentuk variatif
sebanyak 0%, 5%, 10% dan 15%. Hal tersebeut dimaksudkan untuk menentukan
proporsi terbaik pada penambahan bubuk arang kayu. Komposisi variasi campuran
benda uji pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 Komposisi Variasi
Campuran
44
Variasi Keterangan
tanah, berat jenis tanah, batas-batas atterberg, pemadatan tanah, dan uji CBR
masing, dimana satu sama lain saling mendukung pengujian berikutnya. Maka dari
Pengujian ini merupakan pengujian awal untuk mengetahui kondisi air yang
terdapat di dalam tanah. Pengujian kadar air untuk tanah dimaksudkan untuk
memeriksa kadar air pada suatu contoh tanah pada masing-masing benda uji. Berat
minimum material basah yang dipilih untuk mewakili contoh uji total, harus sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada Tabel 3.2 Berat Minimum Benda Uji
Kadar Air
45
37,5 mm 1 ½ in 10 kg 1 kg
75,0 mm 3 in 50 kg 5 kg
Sumber: SNI 1965-2008
Pelaksanaan
a. Menimbang dan mencatat berat cawan kering yang kosong tempat benda uji
b. Memilih benda uji yang mewakili sesuai Tabel 3.2. Berat minimum benda uji
berat jenis
c. Memasukkan benda uji dalam cawan dan memasang tutupnya hingga rapat,
d. Membuka tutupnya dan memasukkan cawan yang berisi benda uji basah ke
dalam oven pengering. Lalu mengeringkan benda uji hingga beratnya konstan.
e. Setelah benda uji dikeringkan hingga beratnya konstan, cawan dikeluarkan dari
dalam oven (dan ditutup kembali). Lalu masukkan ke dalam desikator agar
benda uji dan cawannya menjadi dingin pada temperatur ruangan atau sampai
Pengujian berat jenis dilakukan dengan sistem ganda (duplo) dan hasilnya
dirata-ratakan. Pada penelitian ini terdapat lima variasi benda uji dengan
penambahan limbah marmer dan bubuk arang kayu. Variasi penambahan limbah
marmer dan bubuk arang kayu terhadap benda uji dapat dilihat pada Tabel 3.3
No Kode Keterangan
Pelaksanaan
a. Mengeringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C selama 12-
kemudian ditimbang.
e. Piknometer yang berisi rendaman benda uji direbus dengan hati-hati selama 10
menit atau lebih sehingga udara dalam benda uji ke luar seluruhnya. Kemudian
kemudian diisi penuh dengan air destilasi, ditutup dan bagian luar
Pengujian batas cair tanah dimaksudkan untuk menentukan batas cair suatu
tanah. Pada penelitian ini, pengujian batas cair tanah dilakukan sejumlah sesuai
48
dengan variasi campuran bahan stabilisasi yang digunakan. Variasi sampel tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.4 Variasi Sampel Pengujian Batas Cair Tanah
No Kode Keterangan
Pelaksanaan
a. Menempatkan benda uji di atas mangkok porselen dan diaduk sampai rata
b. Jika air diberikan telah cukup untuk mencampur tanah hingga merata dan tanah
kedalaman maksimum.
c. Menggores tanah yang berada dalam mangkuk kuningan secara membagi dua
garis tengahnya, sehingga alur terlihat jelas. Untuk menghindari terjadinya alur
49
yang tidak baik atau tergesernya tanah dalam mangkuk, barutlah dengan
gerakan maju dan mundur beberapa kali dengan setiap kali sedikit lebih dalam.
alasnya dengan kecepatan 2 putaran per detik, sampai kedua bagian tanah
diperlukan tersebut.
tambahan lagi dari benda uji yang telah ditambah air secukupnya, hingga tanah
pada kondisinya lebih lunak. Tujuan dari cara ini adalah untuk mendapatkan
yang akan diambil untuk setiap rentang pukulan pada 25 sampai 35; 20 sampai
minimal 10 pukulan.
kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis, dan angka indeks plastisitas suatu
tanah. Angka indeks plastisitas tanah didapat setelah pengujian batas cair dan batas
plastis selesai dilakukan. Pada penelitian ini, pengujian batas plastis tanah
digunakan. Variasi sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5 Variasi Sampel
No Kode Keterangan
Pelaksanaan
a. Meletakkan tanah kering ke dalam cawan dan campur dengan air destilasi,
plastis untuk dibentuk menjadi bola serta tidak lengket di jari ketika diremas.
dilakukan pengujian.
retakan, maka tanah gulungan dibagi menjadi enam atau delapan potongan.
Menyatukan dan meremas semua potongan dengan kedua tangan dan gulung
d. Tanah gulungan sebagaimana tahap (c), digulung sampai terjadi retakan atau
f. Mengulangi prosedur yang telah diuraikan pada (a) hingga (e), sampai benda
uji 8 gram seluruhnya diuji. Menentukan kadar air tanah yang didapatkan dan
catat hasilnya.
nilai kadar air optimum (ωopt) dan kepadatan kering maksimum (ϒdmaks) apabila
pemadatan tanah menggunakan kepadatan tanah cara berat yang berdasarkan dari
SNI 1743-2008 tentang Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah. Pengujian
dilakukan berdasarkan variasi campuran bahan stabilisasi yang dapat dilihat pada
No Kode Keterangan
Pelaksanaan
a. Membersihkan cetakan dan menimbang berat cetakan dan keping alas dengan
ketelitian 1 gram (B₁) serta ukur diameter dalam dan tingginya dengan
b. Memasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
menempatkan pada landasan dari beton dengan berat tidak kurang dari 100 kg
c. Mengambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam loyang dan
e. Untuk lapis pertama, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang
sedikit melebihi 1/5 dari ketebalan padat total, menyebarkan secara merata dan
ditekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar merata,
memadatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di dalam
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 457 mm di atas permukaan contoh uji
g. Melepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan
h. Menimbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
i. Membuka keping alas dan mengeluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder), membelah benda uji secara
yang mewakili dari salah satu bagian untuk pengujian kadar air.
menentukan nilai CBR contoh material tanah, agregat atau campuran tanah dan
CBR laboratorium tergantung pada kadar air pemadatan dan kepadatan kering yang
ingin dicapai. Secara umum pengujian CBR laboratorium ini mencakup penyiapan
peralatan, contoh material dan contoh uji, pemdatan, penentuan massa basah dan
kadar air benda uji, perendaman, uji penetrasi, penggambaran kurva hubungan
antara beban dan penetrasi, dan penentuan nilai CBR. CBR (California Bearing
Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu jenis material dan beban
standar pada kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. CBR desain juga dapat
ditentukan melalui pengujian CBR ini, yaitu dengan menggunakan kurva hubungan
antara CBR dan kepadatan kering dari setiap benda uji. Variasi sampel dapat dilihat
Pelaksanaan
a. Memasang keping cetakan CBR pada keping alas, mengunci dan menimbang.
Masukan keping pemisah ke dalam cetakan dan pasang kertas filter kasar pada
diratakan.
d. Mengeluarkan keping pemisah dan kertas saring dari dalam cetakan, balikan
dan pasang kembali cetakan berisi contoh pada alas, kemudian ditimbang.
berikut:
atas benda uji dalam cetakan dan pasang keping beban minimum 4,54 kg.
3. Memasukkan cetakan berisi benda uji ke dalam air dan biarkan air meresap
atau masuk secara bebas dari permukaan dan dasar benda uji. Selama
dari bak perendam, tuangkan air dari permukaan benda uji dan biarkan
56
f. Memasang kembali keping beban di atas benda uji, meletakkan contoh tanah
seragam pada 1,27 mm/menit. Catat beban apabila penetrasi menunjukkan 0,32
(0,075 inch); 2,54 mm (0,10 inch); 3,81 mm (0,15 inch); 5,08 mm (0,20 inch);
7,62 mm (0,30 inch); 10,16 mm (0,40 inch); dan 12,70 mm (0,50 inch).
Laboratorium Teknik Sipil Universitas Tidar dan Laboratorium PT. Armada Hada
Graha.
cair, batas plastis, dan indeks plastisitas tanah yang dapat dilihat pada Tabel 4.1
yang berarti lebih besar dari 50%, selain itu nilai batas cair 46,50% (lebih kecil dari
50%), maka dengan merujuk pada Gambar 2.1 harus digunakan kolom bawah yaitu
57
58
menempati zona OL. Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada Gambar 2.1
Sistem Klasifikasi tanah Unified tanah lempung asli termasuk CL (tanah dengan
Hasil yang digunakan pada perhitungan ini variasi 3 yaitu tanah asli
ditambah 15% limbah marmer ditambah 5% bubuk arang kayu. Hasil tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Sampel W3
marmer 15% ditambah 5% bubuk arang kayu, didapat kadar air sebesar 15,728%.
59
Hasil pengujian kadar air pada masing-masing variasi persentase dapat dilihat pada
Terlihat pada hasil tersebut bahwa penambahan limbah marmer dan bubuk
arang kayu memberikan penurunan nilai kadar air dari tanah lempung. Untuk hasil
20,00
17,852
18,00
Kadar Air, %
15,728
16,00
14,745
14,392
14,00
12,214
12,00
10,00
W1 W2 W3 W4 W5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengujian Kadar Air
60
Perbedaan nilai kadar air dengan variasi satu dengan yang lain disebabkan
oleh pengaruh suhu atau keadaan sekeliling dan tidak homogennya kadar air tanah.
Kadar air mengalami penurunan ketika hanya dicampur dengan bahan tambah
limbah marmer. Dengan penambahan bubuk arang kayu, campuran tanah akan
bertambahnya proporsi campuran. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
Hasil pengujian berat jenis pada variasi ketiga yaitu penambahan 15%
limbah marmer dan 5% bubuk arang kayu dilihat pada Tabel 4.4 Hasil Pengujian
Berdasarkan perhitungan pada variasi ketiga yaitu tanah asli ditambah 15%
limbah marmer ditambah 5% bubuk arang kayu didapat berat jenis tanah sebesar
2,246. Untuk hasil variasi sampel berat jenis selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
dilihat pada Gambar 4.2 Grafik Hubungan Berat Jenis Tanah Lempung Terhadap
2,500 2,474
2,400
Berat jenis
2,313
2,300
2,246
2,200 2,188
2,151
2,100
GS1 GS2 GS3 GS4 GS5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Berat Jenis Tanah Lempung Terhadap Penambahan
Limbah Marmer dan Bubuk Arang Kayu
62
Setiap penambahan variasi limbah marmer dan bubuk arang kayu nilai berat
jenis tanah mengalami penurunan. Penurunan nilai berat jenis pada setiap
penambahan persentase campuran disebabkan oleh nilai berat jenis limbah marmer
dan bubuk arang kayu lebih rendah dari pada nilai berat jenis tanah asli. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Sengeoris (2016) dan Rusdiansyah
kadar air bervariasi. Untuk hasil pengujian pada penambahan 15% limbah marmer
dan 5% bubuk arang kayu dapat dilihat pada Tabel 4.6 Hasil Pengujian Batas Cair
Sampel LL3
Hubungan dari kadar air dan jumlah pukulan yang dihasilkan, digambarkan
dalam sebuah grafik semi logaritmik. Untuk menentukan nilai batas cair diperoleh
dari memotong pada 25 pukulan. Grafik penentuan batas cair dengan tanah asli
ditambah 15% limbah marmer ditambah 5% bubuk arang kayu disajikan pada
45,0
40,0
Kadar Air (w), %
35,0
30,0
25,0
20,0
10 15 20 25 30 35 40
Jumlah Pukulan (N)
Berdasarkan grafik tersebut pada nilai kadar air pada 3 pukulan yang telah
dilakukan, maka didapat nilai batas cair yang diperoleh pada pukulan 25, yaitu
43,10 %. Untuk nilai batas cair secara keseluruhan dapat dilihat Tabel 4.7 Hasil
Grafik yang menunjukkan perbandingan hasil batas cair dari setiap variasi
pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.4 Grafik Hubungan Batas Cair Penambahan
55,000
50,100
50,000
Batas cair, %
45,000
43,100 42,900
42,200
41,200
40,000
35,000
LL1 LL2 LL3 LL4 LL5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Batas Cair Penambahan Limbah Marmer dan
Bubuk Arang Kayu
cairnya. Namun semakin besar penambahan bubuk arang kayu, batas cairnya
mengalami kenaikan kembali. Batas cair tanah asli sebesar 50,10% sedangkan nilai
65
batas cair terendah pada penambahan limbah marmer tanpa bubuk arang kayu
sebesar 41,20%. Hasil penelitian Mauludi dan Asyifa (2019) menunjukkan bahwa
penelitian Sengeoris (2016) dan Rusdiansyah (2018) terhadap bubuk arang kayu
memperoleh penurunan nilai. Hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh penulis
pada penelitian ini. Hasil pengujian batas cair tanah selengkapnya dapat dilihat pada
Nilai batas plastis diperoleh pada kadar air dari hasil pengujian. Pada
pengujian batas plastis dengan benda uji tanah asli ditambah 15% limbah marmer
ditambah 5% bubuk arang kayu di dapat nilai seperti pada Tabel 4.8 Hasil Pengujian
Data hasil perhitungan batas plastis untuk persentase yang lain dapat dilihat
40,0
34,82
35,0
Batas plastis, %
29,92
30,0
25,56 25,67
25,0
22,95
20,0
LL1 LL2 LL3 LL4 LL5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Batas Plastis Penambahan Limbah Marmer dan
Bubuk Arang Kayu
Berdasarkan hasil pengujian tanah campuran dengan limbah marmer dan bubuk
arang kayu nilai batas plastis mengalami penurunan dan kenaikan. Penurunan nilai
batas plastis cukup signifikan pada penambahan limbah marmer. Dan mengalami
67
kenaikan kembali seiring dengan penambahan variasi campuran bubuk arang kayu.
Nilai batas plastis terkecil di dapat sebesar 22,95 pada penambahan campuran 15%
limbah marmer tanpa bubuk arang kayu. Bertambahnya daya tarik antar partikel
yang menyebabkan penurunan nilai batas plastis, sehingga ikatan antar butiran
tanah semakin sulit lepas seiring dengan banyaknya penambahan variasi campuran.
Namun, berbeda dengan penelitian terdahulu dari Mauludi dan Asyifa (2019) yang
memperoleh kenaikan nilai dari campuran limbah marmer dan genteng sokka.
Sengeoris (2016) memperoleh nilai menurun terhadap campuran arang kayu tetapi
indeks plastisitas pada masing-masing variasi dapat dilihat pada Tabel 4.10 Nilai
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 Hasil Pengujian Batas Plastis dan
60,0
50,100
50,0
43,100 42,900
Hasil Pemeriksaan, %
41,200 42,200
40,0 Batas Cair
34,82
29,92 Batas Plastis
30,0 22,95
25,56 25,67 Indeks Plastisitas
0,0
1 2 3 4 5
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Indeks Plastisitas Penambahan Limbah Marmer dan
Bubuk Arang Kayu
Nilai indeks plastisitas merupakan selisih antara nilai batas cair dengan
batas plastis. Penambahan persentase limbah marmer dan bubuk arang kayu
menyebabkan nilai batas cair dan batas plastis mengalami penurunan dan kenaikan.
Hal ini menyebabkan nilai indeks plastisitas (IP) mengalami kenaikan dan
penurunan. Penelitian dari Mauludi dan Asyifa (2019) terkait dengan limbah
marmer mengalami penurunan nilai. Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada
Sengeoris (2016) dan Rusdiansyah (2018) terkait dengan arang kayu mengalami
kenaikan nilai. Sama dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini.
69
Berdasarkan perhitungan nilai IP tanah asli didapat nilai sebesar 15,28%, melihat
tabel di atas maka tanah asli tergolong tanah dengan potensi pengembangan yang
rendah. Setelah dilakukan pencampuran dengan limbah marmer dan bubuk arang
kayu nilai IP mengalami kenaikan dan penurunan, dengan nilai IP terkecil terbesar
Contoh hasil pengujian kepadatan tanah yang diambil dengan benda uji
tanah asli ditambah 15% limbah marmer dan 5% bubuk arang kayu. Untuk hasil
untuk nilai OMC (Optimum Moisture Content) dan MDD (Maximum Dry Density)
didapat dari grafik kepadatan atau hubungan antara kepadatan dengan kadar air.
1,2
1,1
13,000 18,000 23,000 28,000 33,000 38,000
Kadar Air, ω (%)
Berdasarkan Gambar 4.7 diketahui nilai OMC sebesar 35,1 % dan nilai
MDD sebesar 1,27 gr/cm³. Nilai tersebut diperoleh dari puncak garis kurva dari
lima benda uji dengan masing-masing kadar air yang telah ditentukan. Nilai OMC
dan MDD variasi yang lain disajikan dalam Tabel 4.14 Nilai OMC dan MDD
40,0
39,0
38,0 37,3
37,0
OMC, %
36,0
35,1
35,0 34,6
33,8
34,0
33,0
32,0
31,0 30,4
30,0
1 2 3 4 5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
1,5
1,5
1,420
MDD, gr/cm³
1,4
1,4 1,327
1,3
1,268
1,247
1,3 1,232
1,2
1 2 3 4 5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Nilai kadar air optimum tanah asli sebesar 37,3% dan nilai kadar air
optimum pada penambahan variasi 15% limbah marmer tanpa bubuk arang kayu
sebesar 30,4%. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya rongga karena semakin
berkurangnya pori-pori tanah yang dapat diisi air. Dan pada bubuk arang kayu tidak
mengalami pengaruh yang cukup signifikan. Sehingga nilai kadar air optimum yang
variasi 15% limbah marmer tanpa bubuk arang kayu sebesar 1,42 gr/cm3. Kenaikan
nilai volume kering maksimum disebabkan karena limbah marmer mengisi rongga
pori tanah. Nilai volume kering maksimum mengalami penurunan pada persentase
variasi 15% limbah marmer ditambah 5% bubuk arang kayu. Penurunan nilai
volume kering maksimum dikarenakan butiran yang dihasilkan menjadi lebih besar
Harianto dan Misri (2016) menghasilkan kadar air optimum yang semakin menurun
dan kepadatan kering maksimum yang semakin menaik. Sehingga hal tersebut sama
Penelitian terdahulu tentang arang kayu yang dilaksanakan oleh Sengeoris (2016)
menghasilkan kadar air optimum yang semakin menaik dan kepadatan kering yang
pengujian dengan bahan tambah 15% limbah marmer dan 5% bubuk arang kayu
sebagai sampel CBR3. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
Cetakan yang digunakan pada pengujian CBR ada tiga, setiap cetakan yang
dipakai memiliki volume yang berbeda. Hasil perhitungan volume cetakan (mould)
untuk benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.15 Nilai Volume Mould untuk Sampel
Uji CBR3
10 tumbukan/lapis 2319,71
30 tumbukan/lapis 2314,17
65 tumbukan/lapis 2328,84
Pengujian kadar air pada variasi ketiga yaitu CBR3 tanah menggunakan
persamaan 2.1 kemudian hasil tersebut dirata-ratakan. Untuk hasil kadar air untuk
setiap metode pemadatan dapat dilihat pada Tabel 4.16 Nilai Kadar Air untuk
yang juga digunakan pada pengujian kepadatan tanah. Untuk hasil perhitungan pada
CBR3 dapat dilihat pada Tabel 4.17 Nilai Volume Kepadatan Basah Untuk Sampel
Uji CBR3
Tabel 4.18 Nilai Volume Kepadatan Basah untuk Sampel Uji CBR3
Metode Pemadatan Kepadatan Basah (gr/cm³)
10 tumbukan/lapis 1,558
30 tumbukan/lapis 1,700
65 tumbukan/lapis 1,854
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
perhitungan pada kepadatan kering sampel CBR3 dapat dilihat pada Tabel 4.18
Tabel 4.19 Nilai Volume Kepadatan Kering Untuk Sampel Uji CBR3
Metode Pemadatan Kepadatan Kering (gr/cm³)
10 tumbukan/lapis 1,153
30 tumbukan/lapis 1,257
65 tumbukan/lapis 1,371
5. Beban Penetrasi
penetrasi masing-masing waktu dan metode tumbukan yang lain disajikan dalam
Menit mm Inch kN kN kN
0 0 0 0 0 0
0,25 0,32 0,0125 0,23 0,56 0,66
0,50 0,64 0,0250 0,46 1,02 1,18
1 1,27 0,0500 0,79 1,64 1,94
1,50 1,91 0,0750 1,22 2,23 2,66
2 2,54 0,1000 1,64 2,69 3,15
3 3,81 0,1500 2,04 3,15 3,88
4 5,08 0,2000 2,50 3,55 4,44
6 7,62 0,3000 2,92 3,88 4,73
8 10,16 0,4000 3,12 4,11 4,83
10 12,70 0,5000 3,22 4,21 4,86
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
76
6. Nilai CBR
beban dan penetrasi setiap benda uji, setelah grafik dibuat kemudian mencari nilai
terkoreksi pada penetrasi 0,1” (P1) dan nilai terkoreksi pada penetrasi 0,2” (P2).
Kemudian diambil nilai terbesar dari penetrasi 0,1 dan 0,2 untuk ditentukan nilai
CBR yang didapatkan. Grafik hubungan penetrasi sampel uji CBR3 untuk metode
65 tumbukan dapat dilihat pada Gambar 4.10 Grafik Hubungan Beban dan
5,00
4,50
4,00
3,50
3,00
Beban (kN)
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0,0 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0
Penetrasi (mm)
Nilai CBR dihitung menggunakan persamaan 2.8 untuk CBR 0,1” dan 2.9
Setelah nilai CBR semua metode tumbukan didapat nilai CBR, maka
selanjutnya digambarkan dalam bentuk grafik hubungan nilai CBR terbesar dengan
Tabel 4.22 Hasil CBR Maksimum dan Kepadatan Kering Pada sampel Uji CBR3
Jumlah Tumbukan 10 30 65
22,0
CBR soaked (%)
20,0
18,0
16,0
14,0
12,0
1,100 1,200 1,300 1,400
Kepadatan kering (gr/cm³)
maksimum pada persentase ±95%, sehingga didapatkan nilai CBR desain pada
sampel uji CBR3 sebesar 16,9%. Nilai CBR desain untuk persentase lainnya dapat
1 CBR1 9,8
2 CBR2 15,6
3 CBR3 16,7
4 CBR4 19,3
5 CBR5 20,9
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
25,0
20,9
R² = 0,9198
19,3
20,0
CBR desain, %
16,7
15,6
15,0
9,8
10,0
5,0
1 2 3 4 5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Gambar 4.12 Grafik Hubungan nilai CBR dengan Variasi Penambahan Limbah
Marmer dan Bubuk Arang Kayu
Dari grafik tersebut, semakin nilai R2 mendekati angka 1, maka semakin
kuat pengaruh variasi terhadap perubahan nilai CBR Optimum. Nilai CBR optimum
79
yang diperoleh pada penelitian ini yaitu pada penambahan 15% limbah marmer dan
15% bubuk arang kayu dengan kenaikan nilai CBR sebesar 113,26% (dari 9,8%
menjadi 20,9%). Nilai CBR tersebut terus meningkat seiring dengan ditambahnya
bahan tambah limbah marmer dan bubuk arang kayu. Maka penggunaan bahan
tambah limbah marmer dan bubuk arang kayu terbukti keduanya dapat menaikkan
nilai CBR.
dilaksanakan oleh Mauludi dan Asyifa (2019), memperoleh kenaikan nilai CBR
seiring bertambahnya proporsi campuran. Sehingga hal tersebut sesuai dengan hasil
proporsi campuran. Sehingga hal tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian ini.
pengembangannya dari hasil rendaman selama 4 hari. Hasil dari arloji pembacaan
1 14 Div
2 16 Div
3 17 Div
4 18 Div
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
80
penumbukan dapat dilihat pada Tabel 4.24 Nilai Pengembangan Sampel Uji CBR3,
kemudian dari tiga metode pemadatan tersebut diambil nilai persentase terbesar
10 tumbukan/lapis 0,20
30 tumbukan/lapis 0,17
65 tumbukan/lapis 0,14
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
Hasil pengembangan yang didapat pada sampel uji untuk setiap variasi
penambahan limbah marmer dan bubuk arang kayu dapat dilihat pada Tabel 4.25
Hasil Pengembangan
0,40
0,35
0,30
0,25
Swelling, %
0,25
0,20
0,200,18
0,16
0,15
R² = 0,5 0,11
0,10
0,05
0,00
1 2 3 4 5
Variasi penambahan limbah marmer + bubuk arang kayu
Gambar 4.13 Grafik Hubungan Variasi Penambahan Limbah Marmer dan Bubuk
Arang Kayu Terhadap Nilai Pengembangan
kayu dapat menurunkan nilai pengembangan yang tidak begitu signifikan sebesar
38,89% (dari tanah asli sebesar 0,18% menjadi 0,11% pada variasi terakhir).
sebesar 28% (dari tanah asli sebesar 0,18% menjadi 0,25% pada variasi 15% limbah
marmer tanpa bubuk arang kayu). Hal tersebut berbeda dengan penelitian dari
Mauludi dan Asyifa (2019) terkait penambahan limbah marmer dan genteng sokka
5.1. Kesimpulan
penambahan limbah marmer dan bubuk arang kayu sebagai bahan stabilisasi tanah
1. Tanah asli yang diberi bahan tambah limbah marmer dan bubuk arang kayu
marmer dapat menurunkan nilai kadar air, berat jenis, batas cair, batas plastis
dan OMC tanah serta dapat menaikkan nilai MDD dan CBR tanah. Sedangkan,
pada penambahan bubuk arang kayu dapat menurunkan nilai kadar air, berat
jenis, batas cair, OMC dan MDD tanah serta dapat menaikkan nilai batas plastis
2. Proporsi kadar limbah marmer dan bubuk arang kayu yang dibutuhkan untuk
mencapai nilai CBR yang optimum adalah pada penambahan 15% limbah
marmer ditambah 15% bubuk arang kayu. Pada proporsi tersebut nilai CBR
desain mengalami peningkatan sebesar 123,16% (dari tanah asli 9,5% menjadi
21,2%), dengan demikian penambahan limbah marmer dan bubuk arang kayu
82
83
5.2. Saran
3. Perlu dilakukan pembandingan pengujian arang kayu aktif dengan arang kayu
biasa
4. Pastikan tanah benar-benar dalam keadaan kering udara agar data yang
Badan Standardisasi Nasional. (2008). SNI 1964-2008: Cara Uji Berat Jenis Tanah.
Badan Standardisasi Nasional. (2008). SNI 1965-2008: Cara Uji Penentuan Kadar
Badan Standardisasi Nasional. (2008). SNI 1966-2008: Cara Uji Batas Plastis dan
Badan Standardisasi Nasional. (2008) SNI 1967-2008: Cara Uji Penentuan Batas
Cair Tanah.
Badan Standardisasi Nasional. (2008). SNI 1743-2008: Cara Uji Kepadatan Berat
untuk Tanah.
Laboratorium.
Harianto, T., dan Misri, A. (2016). Karakteristik Mekanis Tanah Kembang Susut
https://publikasiilmiah.ums.ac.id
84
85
dengan Bahan Tambah Limbah Genteng Sokka dan Limbah Marmer. 10. 1-4.
1-12. http://eprints.ums.ac.id
Soedarsono, D.,U. (1993). Konstruksi Jalan Raya (edisi keempat). Yayasan Badan
Wardana, I.,G.,N. (2009). Kelakuan Tanah dengan Sifat Kembang Susut uang
Tinggi pada Stabilisasi Tanah dengan Bahan Tambah Serbuk Marmer dan
Zardi, M., dan Meliyana. (2017). Pemanfaatan Limbah Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (Pltu) Nagan Raya Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Ekspansif. 3. 1-10.