Tata Ruang Kota Makassar
Tata Ruang Kota Makassar
TATA RUANG KOTA MAKASSAR
DI SUSUN OLEH:
DEWI FADHILA PUTRI
D051181523
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasa aman adalah hak semua makhluk hidup. Rasa aman sangat bisa ditafsirkan
sebagai pengelolaan ruang sesuai dengan fungsinya.Pada awalnya manusia memang yang
mengatur, menyusun serangkaian batu kemudian menjadi gedung-gedung yang memadati
kota. Tapi, jika tanpa regulasi yang tepat, bangunan tersebut akan mengatur pola hidup dan
bahkan memengaruhi karakter kehidupan masyarakat di perkotaan.
Tata ruang khususnya kota Makassar menjadi sesuatu yang paling disorot karena
rentetan bencana banjir, longsor, dan macet yang dihadapi setiap tahunnya.Pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai fungsi menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan dari sebuah
habitat tempat kita hidup sehingga peran yang diemban masing-masing peruntukan lahan,
saling menegasikan dan mematikan yang lainnya. Efek dari ketidakseimbangan lingkungan
menyebabkan apa yang kita sebut sebagai “bencana”.
B. Rumusan Masalah
1. Permasalahan bangunan-bangunan ruko di kota Makassar
2. Apa penyebab permasalahan tata ruang di kota Makassar & solusinya.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan serta kepustakaan
untuk penelitian lanjutan terkait dengan tema dan topik dalam penelitian ini. Selain itu, juga
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalah tata kota yang ada.
2. Secara Praktis
b. Bagi pemerintah
Penelitian ini sebagai bahan dan referensi bagi Pemerintah Kota Makassar tentang
penyelesaian permasalahan pada tata ruang di kota Makassar.
c. Bagi masyarakat
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ruang adalah wadah tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya, secara hakikat harus mampu menjadi tameng
terhadap gangguan yang dirasakan masyarakat sebagai penghuni ruang sehingga ruang yang
nyaman dan aman dapat tewujud.
Penataan ruang yang baik bisa diukur melalui dampak positifnya terhadap demografi,
budaya, ekonomi, tata guna lahan, aksesbilitas yang mampu mendukung pertumbuhan dan
mengarah pada peningkatan taraf hidup masyarakat.
Ruang sendiri sebenarnya merupakan sebuah entitas yang dinamis yang setiap saat
bisa ditentukan arah pengembangan dan pembangunannya oleh pemegang kepentingan
tergantung dari pencitraan dari sebuah ruang yang akan dibentuk tanpa peduli efek negatif
setelahnya.
Ruko
Kota Makassar makin identik dengan sebutan kota ruko (rumah-toko). Bangunan
yang merupakan rumah-sekaligus-toko atau toko-sekaligus-rumah ini, tersebar di seantero
kota. Tembok beton persegi empat yang berbentuk kotak dengan lebar empat hingga lima
meter dan panjang yang bervariasi, telah mendominasi tampilan fisik Makassar. Jika pada
masa awal booming ruko, biasanya bangunan didirikan berlantai dua saja, kini sudah banyak
yang berlantai tiga hingga lima.
Pada awalnya manusia memang yang mengatur, menyusun batu bata kemudian
menjadi gedung yang memenuhi kota. Tapi jika tanpa pengaturan yang baik bangunan
tersebut kemudian akan mengatur pola hidup dan bahkan mempengaruhi karakter kehidupan
manusia di perkotaan. Dengan kehadiran bangunan-bangunan Ruko yang mulanya
dikembangkan di China dan kini menjadi model di Indonesia termasuk di Kota Makassar,
misalnya, akan membuat penghuninya cenderung untuk berpikir pragmatis. Makanya, tanpa
visi kebudayaan pembangunan sebuah kota akan terus saja menimbulkan problem –
persoalan lama dan persoalan baru akan bertumpuk terhadap penghuninya. Kota tidak pernah
menjadi lokasi hunian warga yang nyaman dan aman.
Hampir semua kawasan kota tak luput dari bangunan ruko. Mulai dari Kecamatan
Mamajang khususnya Jalan Veteran, Kecamatan Ujungpandang (daerah Sombaopu, Pecinan
dan sekitarnya), Kecamatan Bontoala (Jl. Mesjid Raya dan Jl. Urip Sumihardjo), Kecamatan
Panakukang (Jl. Boulevard, Pengayoman dan Jl. Pettarani, Jl. Adiyaksa), Kecamatan
Rappocini (Jl. Rappocini), Kecamatan Tamalate (Tanjung Bunga), Kecamatan Tamalanrea (Jl
Perintis Kemerdekaan) dan berbagai tempat lainnya.
Dahulu Kota Daeng memiliki pola pembangunan kota linier. Yaitu, pola kota yang
mengikuti garis pantai. Tetapi karena adanya pembangunan secara terus menerus, polanya
berubah menjadi multiform/poliform dengan pola atau struktur tata ruang kota yang lebih dari
satu. Pembangunan ruko secara massal dengan bentuk homogen menyebabkan view kota
menjadi terbatas dan monoton. Pembangunan ruko yang menjadi semakin tidak terkendali
tersebut hanya menekankan aspek ekonomi saja, tanpa memerhatikan harmonisasi dengan
sekitar baik dalam penataan fasade, penempatan iklan, garis listplank hingga mengaburkan
identitas bangunan di wilayah sekitarnya.
Ruko yang ada di Kota Makassar umumnya kurang menerapkan sistem bangunan
alamiah. Bagian fasad bangunan dibuat flat tanpa kanopi sehingga langsung diterpa panas
matahari. Hal ini dapat berakibat lebih cepatnya kulit bangunan menjadi panas. Dinding bata
setebal 15 cm, atau dinding kaca yang tanpa insulasi dengan cepat mengalirkan panas ini ke
dalam bangunan, sehingga meningkatkan kebutuhan AC yang boros energi.
Ruko Ekologis
Kondisi seperti ini sebenarnya dapat diminimalkan jika saja setiap ruko yang
dibangun mengacu kepada konsep bangunan ekologis, yaitu suatu pendekatan desain yang
menempatkan arsitektur (termasuk bangunan dan lingkungannya) sebagai bagian dari
ekosistem yang tanggap dan bekerja sama dengan komponen ekosistem lainnya, baik
manusia, iklim, maupun flora dan fauna.
Ruang–ruang yang direncanakan harus dapat memberi tempat yang nyaman bagi
manusia, tanggap dan bekerja sama dengan iklim. Hal ini dapat dilakukan dengan
membiarkan ruang terbuka yang dapat mempertahankan fungsi ekologis tanah, dan
pengintegrasian tanaman pada ruang arsitektur.
Lanskap horizontal dilakukan dengan memanfaatkan halaman ruko yang tidak luas
sebagai ruang terbuka hijau. Belum adanya regulasi yang mengatur secara rinci penggunaan
sisa lahan ini, berakibat pemilik bebas menutup muka tanah miliknya dengan perkerasan.
Masih lebih baik jika material yang dipilih tetap memungkinkan penyerapan air, seperti grass
block yang tampak dari beberapa ruko baru yang terdapat di Tamalanrea.
Kota Makassar sendiri adalah salah satu kota dengan pembangunan infrastruktur yang
pesat dan dijuluki sebagai kota dunia, akan tetapi masih banyak pembangunan infrastruktur
yang tidak sesuai dengan fungsinya yang menyebabkan tata ruang Makassar kini menjadi
semakin tidak karuan.
Misalnya Makassar Town Square (mall Mtos) yang berada di kawasan pendidikan
terpadu dan posisinya berada di jalan Arteri. Jika dilihat dari fungsi ruangnya, MTOS telah
melanggar aturan RTRW kota Makassar karena berada di kawasan pendidikan bukan
kawasan industri.
Adapun pengembangan wilayah baru seperti di timur dan selatan kota, pembangunan
fisiknya justru lebih parah lagi karena banyak dilakukan dengan mengabaikan Rencana Tata
Ruang Kota yang sudah dibuat. Sebagai contoh di wilayah Panakkukang yang tadinya
dititikberatkan sebagai pengembangan wilayah pemukiman dan perkantoran, justru kini dapat
dijadikan sebagai pusat bisnis dan perdagangan. Bahkan terakhir ini tampak menjadi kawasan
perhotelan dengan pembangunan banyak hotel berkelas.
Warga Kota Makassar yang kini lebih dari 1,3 juta jiwa sebagian besar bermukim di
wilayah utara Kota Makassar. Tapi jika lihat, sampdiai sekarang sangat minim bahkan sama
sekali belum tersedia fasilitas pelayanan umum seperti rumah sakit refresentatif maupun
semacam pusat perbelanjaan untuk pelayanan warga di wilayah utara Kota Makassar ini.
Jadikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dijabarkan secara terperinci
dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai "panglima”. Menyusun RDTR (Rencana
Detail Tata Ruang) untuk seluruh kecamatan. RDTR ini vital karena mengatur zonasi
pembangunan di setiap persil lahan agar tidak dikonversi sembarangan
Prinsip-prinsip perencanaan dan perancangan perlu menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan lingkungan strategis perkotaan
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penataan ruang yang baik bisa diukur melalui dampak positifnya terhadap demografi,
budaya, ekonomi, tata guna lahan, aksesbilitas yang mampu mendukung pertumbuhan dan
mengarah pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Ruang wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi,
dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan
makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila. Dalam Undang-Undang
tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa negara menyelenggarakan penataan ruang, yang
pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap
menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://syahriartato.wordpress.com/2010/02/22/masalah-tataruang-makassar/
https://www.qureta.com/post/tata-ruang-kota-makassar-permasalahannya
https://www.kompasiana.com/mahajinoesa/5500b916a33311c271511890/kontrol-legi
slatif-lemah-tata-ruang-kota-makassar-amburadul
http://rangkumanabadi.blogspot.com/2018/08/upaya-mengatasi-permasalahan-tata-ruang.htm
l
https://properti.kompas.com/read/2014/03/07/1919581/Nih.Lima.Solusi.untuk.Ridwan.Kamil
.Benahi.Kota.Bandung.
9.miu-14-no-2-darto.pdf (unikom.ac.id)