A. Permasalahan dan Penerapan Tata Ruang di Indonesia Salah satu hambatan pelaksanaan tata ruang di Indonesia yaitu lemahnya koordinasi antardaerah dalam mengelola wilayah secara terpadu. Selain itu, hambatan lain dalam penerapan perencanaan tata ruang di Indonesia sebagai berikut. a. Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang belum Efektif Berbagai bentuk perencanaan tata ruang di setiap daerah masih belum dapat terselesaikan dengan baik. Bentuk perencanaan tata ruang seperti rencana zonasi dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) masih berada pada tahap proses pembuatan di daerah perencanaan. Rencana tata ruang merupakan hasil dari tahap perencanaan dalam penataan ruang. Akibatnya, proses penataan ruang selanjutnya yaitu pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan mengalami hambatan. b. Lembaga Penyelenggaran Penataan Ruang Belum Efektif Permasalahan sumber daya manusia menjadi kendala dalam penataan ruang di Indonesia baik pada tingkat nasional maupun daerah. Beberapa permasalahan tata ruang di daerah ada yang tidak dapat ditangani oleh pemerintah daerah. Permasalahan tersebut harus ditangani langsung oleh pemerintah pusat. Hal ini sangat menghambat penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia. Kualitas sumber daya manusia yang berbeda di setiap daerah juga menyebabkan tingginya variasi kualitas rencana tata ruang wilayah antardaerah. c. Sistem Informasi Penunjang Pembangunan Belum Optimal Penataan ruang harus mengintegrasi perencanaan, pemanfaatan diperlukan sistem informasi terpadu yang saling terintegrasi. Sistem informasi terpadu yang saling terintegrasi. Sistem informasi terpadu ini sebagai acuan dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang. Namun, sistem ini belum tersedia secara optimal di Indonesia sehingga monitoring dan evaluasi penataan ruang masih terhambat d. Potensi Konflik Pemanfaatan Ruang Masih Tinggi Pemanfaatan ruang di beberapa daerah di Indonesia masih mengalami kendala tata batas kawassan secara detail belum ada. Contohnya potensi konflik pemanfaatan kawasan hutan dan permukiman cukup tinggi terjadi dalam masyarakat. Beberapa daerah di Indonesia mengalami konflik pemanfaatan ruang yang belum terselesaikan dengan baik. Misalnya, reklamasi Teluk Benoa (Bali), RTRW Kota Palangkaraya karena berada di kawasan hutan lindung, rencana reklamasi waterfront city di Banten, dan pengembangan pabrik testil dan konflik kehutanan di Provinsi Riau e. Kesenjangan Antarwilayah di Indonesia Salah satu isu utama yang berkaitan dengan penataan ruang di Indonesia adalah masih adanya kesenjangan antarwilayah. Infrastuktur yang menunjang pembangunan di Indonesia masih terkonseentrasi di wilayah Sumatra,Jawa, dan Bali. Kondisi ini menjadi penyebab tingginya kesenjangan antarwilayah. Kesenjangan wilayah di Indonesia juga terjadi antara daerah perdesaan dan perkotaan B. Upaya Penanggulangan Permasalahan Tata Ruang Di Indonesia Pemerintah member bantuan teknis penataan ruang sebagai salah satu program andalan dan sebagai wujud nyata dari penyelenggaraan salah satu tugas pokok dan fungsi Ditjen Penataan Ruang yang telah memperlihatkan bentuknya yang lebih nyata dengan telah mulai diturunkannya beberapa staf andalan Ditjen Penataan Ruang ke daerah- daerah dalam menjawab kebutuhan daerah mengenai perlu adanya program pendampingan dan advisory oleh aparat Pusat ke daerah dalam upaya mereka mereview, merevisi, atau bahkan menyusun baru produk- produk rencana tata ruangnya. Yang dilakukan antara lain : a. Penasehatan dilakukan oleh Ditjen Penataan Ruang dengan mengirimkan tenaga ahli yang dibutuhkan dalam proses penataan ruang sesuai dengan kebutuhan daerah untuk memberikan arahan-arahan dan alternatif-alternatif solusi teknis secara profesional berkaitan dengan ragam permasalahan penataan ruang yang dihadapi oleh masing-masing daerah. b. Pendampingan dilakukan bila pemerintah daerah memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan dan sumber daya manusia sehingga membutuhkan bantuan tenaga ahli teknis penataan ruang dari pemerintah pusat (Ditjen Penataan Ruang) untuk membantu dan turut menyusunkan rencana tata ruang, maupun dalam proses pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang c. Kerjasama pendanaan dilakukan bila Pemerintah Daerah memiliki keterbatasan dalam hal pendanaan namun telah memiliki sumber daya manusia yang cukup di bidang penataan ruang sehingga bantuan teknis yang dibutuhkan dari Pemerintah Pusat hanyalah bantuan bagi kerja sama pendanaan. d. Penyusunan oleh pemerintah pusat adalah penyiapan dana dan tenaga ahli oleh Pemerintah Pusat dan dalam pelaksanaannya dilaksanakan dengan keterlibatan intensif dari Pemerintah Daerah, serta pelibatan aktif dari berbagai stakeholders terkait lainnya. Dengan adanya upaya-upaya di atas diharapkan Dinamika pembangunan yang terjadi baik yang didorong oleh kondisi di dalam wilayah Indonesia (fisik, sosial dan ekonomi) maupun akibat pengaruh eksternal (globalisasi, demokratisasi, good governance, dan lain lain) telah memunculkan berbagai tantangan baru bagi penataan ruang di Indonesia. Kondisi ini harus disikapi dengan perlunya perubahan cara pandang dan cara tindak karena tanpa itu penyelesaian yang dilakukan hanya akan bersifat simptomatik dan tidak menyentuk akar permasalahan yang sesungguhnya. Menyadari hal tersebut, Direktorat Jenderal Penataan Ruang telah menetapkan kerangka pengembangan strategis (strategic development framework) sebagai upaya terpadu untuk mengantisipasi/menjawab tantangan yang terjadi.