Anda di halaman 1dari 10

Permasalahan dan Penerapan Tata Ruang di

Indonesia dan Upaya Mengatasi Permasalahan


Penerapan Tata Ruang di Indonesia

Tahun Pelajaran 2019/2020


A. Permasalahan dan
Penerapan Tata Ruang
di Indonesia
Salah satu hambatan pelaksanaan tata ruang di
Indonesia yaitu lemahnya koordinasi antardaerah
dalam mengelola wilayah secara terpadu. Selain itu,
hambatan lain dalam penerapan perencanaan tata
ruang di Indonesia sebagai berikut.
a. Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang belum Efektif
Berbagai bentuk perencanaan tata ruang di setiap daerah masih belum dapat
terselesaikan dengan baik. Bentuk perencanaan tata ruang seperti rencana
zonasi dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) masih berada pada tahap
proses pembuatan di daerah perencanaan. Rencana tata ruang merupakan hasil
dari tahap perencanaan dalam penataan ruang. Akibatnya, proses penataan
ruang selanjutnya yaitu pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
mengalami hambatan.
b. Lembaga Penyelenggaran Penataan Ruang Belum Efektif
Permasalahan sumber daya manusia menjadi kendala dalam penataan ruang
di Indonesia baik pada tingkat nasional maupun daerah. Beberapa
permasalahan tata ruang di daerah ada yang tidak dapat ditangani oleh
pemerintah daerah. Permasalahan tersebut harus ditangani langsung oleh
pemerintah pusat. Hal ini sangat menghambat penyelenggaraan penataan
ruang di Indonesia. Kualitas sumber daya manusia yang berbeda di setiap
daerah juga menyebabkan tingginya variasi kualitas rencana tata ruang
wilayah antardaerah.
c. Sistem Informasi Penunjang Pembangunan Belum Optimal
Penataan ruang harus mengintegrasi perencanaan, pemanfaatan
diperlukan sistem informasi terpadu yang saling terintegrasi. Sistem
informasi terpadu yang saling terintegrasi. Sistem informasi terpadu ini
sebagai acuan dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang. Namun,
sistem ini belum tersedia secara optimal di Indonesia sehingga
monitoring dan evaluasi penataan ruang masih terhambat
d. Potensi Konflik Pemanfaatan Ruang Masih Tinggi
Pemanfaatan ruang di beberapa daerah di Indonesia masih mengalami
kendala tata batas kawassan secara detail belum ada. Contohnya potensi
konflik pemanfaatan kawasan hutan dan permukiman cukup tinggi terjadi
dalam masyarakat. Beberapa daerah di Indonesia mengalami konflik
pemanfaatan ruang yang belum terselesaikan dengan baik. Misalnya,
reklamasi Teluk Benoa (Bali), RTRW Kota Palangkaraya karena berada di
kawasan hutan lindung, rencana reklamasi waterfront city di Banten, dan
pengembangan pabrik testil dan konflik kehutanan di Provinsi Riau
e. Kesenjangan Antarwilayah di Indonesia
Salah satu isu utama yang berkaitan dengan penataan ruang di
Indonesia adalah masih adanya kesenjangan antarwilayah. Infrastuktur
yang menunjang pembangunan di Indonesia masih terkonseentrasi di
wilayah Sumatra,Jawa, dan Bali. Kondisi ini menjadi penyebab
tingginya kesenjangan antarwilayah. Kesenjangan wilayah di
Indonesia juga terjadi antara daerah perdesaan dan perkotaan
B. Upaya Penanggulangan
Permasalahan Tata Ruang
Di Indonesia
Pemerintah member bantuan teknis penataan ruang sebagai salah satu
program andalan dan sebagai wujud nyata dari penyelenggaraan salah
satu tugas pokok dan fungsi Ditjen Penataan Ruang yang telah
memperlihatkan bentuknya yang lebih nyata dengan telah mulai
diturunkannya beberapa staf andalan Ditjen Penataan Ruang ke daerah-
daerah dalam menjawab kebutuhan daerah mengenai perlu adanya
program pendampingan dan advisory oleh aparat Pusat ke daerah dalam
upaya mereka mereview, merevisi, atau bahkan menyusun baru produk-
produk rencana tata ruangnya. Yang dilakukan antara lain :
a.       Penasehatan dilakukan oleh Ditjen Penataan Ruang dengan mengirimkan
tenaga ahli yang dibutuhkan dalam proses penataan ruang sesuai dengan kebutuhan
daerah untuk memberikan arahan-arahan dan alternatif-alternatif solusi teknis secara
profesional berkaitan dengan ragam permasalahan penataan ruang yang dihadapi
oleh masing-masing daerah.
b.      Pendampingan dilakukan bila pemerintah daerah memiliki keterbatasan dalam
hal pendanaan dan sumber daya manusia sehingga membutuhkan bantuan tenaga
ahli teknis penataan ruang dari pemerintah pusat (Ditjen Penataan Ruang) untuk
membantu dan turut menyusunkan rencana tata ruang, maupun dalam proses
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
c.       Kerjasama pendanaan dilakukan bila Pemerintah Daerah memiliki
keterbatasan dalam hal pendanaan namun telah memiliki sumber daya manusia yang
cukup di bidang penataan ruang sehingga bantuan teknis yang dibutuhkan dari
Pemerintah Pusat hanyalah bantuan bagi kerja sama pendanaan.
d.      Penyusunan oleh pemerintah pusat adalah penyiapan dana dan tenaga ahli oleh
Pemerintah Pusat dan dalam pelaksanaannya dilaksanakan dengan keterlibatan
intensif dari Pemerintah Daerah, serta pelibatan aktif dari berbagai stakeholders
terkait lainnya. 
Dengan adanya upaya-upaya di atas diharapkan Dinamika
pembangunan yang terjadi baik yang didorong oleh kondisi di dalam
wilayah Indonesia (fisik, sosial dan ekonomi) maupun akibat pengaruh
eksternal (globalisasi, demokratisasi, good governance, dan lain lain)
telah memunculkan berbagai tantangan baru bagi penataan ruang di
Indonesia. Kondisi ini harus disikapi dengan perlunya perubahan cara
pandang dan cara tindak karena tanpa itu penyelesaian yang dilakukan
hanya akan bersifat simptomatik dan tidak menyentuk akar
permasalahan yang sesungguhnya. Menyadari hal tersebut, Direktorat
Jenderal Penataan Ruang telah menetapkan kerangka pengembangan
strategis (strategic development framework) sebagai upaya terpadu untuk
mengantisipasi/menjawab tantangan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai