Anda di halaman 1dari 22

Kode Etik Guru

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Guru adalah seorang yang menjadi pedoman bagi peserta didik dalam menjalani proses
pendidikan. Guru juga seorang yang berperan dalam prroses mentransfer ilmu dan kepribadian
kepada seluruh peserta didik. Guru adalah seorang yang menjadi tombak perubahan bangsa dalam
pendidikan. Jika seorang guru dapat menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya maka, para
penerus bangsa ini juga akan menjadi peneruh yang dapat berbakti bagi bangsa dan negara.

Untuk dapat menjadi seorang pedoman atau contoh bagi para peserta didik, guru harus dapat
menerapkan etika yang patut juga di contoh oleh peserta didik. Etika dari guru ini memiliki
landasan yang dapat membentuk dan mewujudkan moral dari seluruh guru. Seluruh guru harus
menaati dan menjalankan apa yang telah menjadi kesepakatan tentang kode etik guru yang
sedang berlaku.

Kode etik guru adalah pedoman perilaku guru Indonesia dalam menjalankan tugas
keprofesionalitasannya. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian Pasal 28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai
pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan”. Dalam penjelasan
Undang-undang tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku,
dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Di dalam makalah ini akan membahas lebih dalam lagi tentang kode etik guru, fungsi dari kode
etik guru, kode etik guru di Indonesia, dan sanksi dari pelanggaran kode etik guru.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kode etik guru?
2. Bagaimana fungsi dari kode etik guru?
3. Bagaimana kode etik guru di Indonesia?
4. Apa tujuan penertapan kode etik guru?
5. Apa saja sanksi terhadap pelanggaran kode etik guru?
3. Tujuan Makalah
1. Mengetahui arti dari kode etik guru.
2. Mengetahui fungsi dari kode etik guru.
3. Mengetahui kode etik guru di Indonesia.
4. Mengetahui penetapan kode etik guru.
5. Mengetahui sanksi terhadap pelanggaran kode etik guru.
4. Manfaat Makalah

Makalah ini dapat menjadi rujukan untuk mengembangkan penelitian atau pembahasan yang
lebih lanjut tentang kode etik guru yang ada di Indonesia. Makalah ini juga dapat menjadi bahan
ajar dalam mempelajari kode etik guru.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika Profesi

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia pasti bergaul dengan manusia lain, sehingga
diperlukan suatu sistem untuk mengatur dan membimbing tentang bagaimana manusia
seharusnya bergaul. Sistem tersebut bertujuan sebagai pedoman untuk menjaga kepentingan dan
keharmonisan agar satu sama lainnya merasa senang, tenteram, terlindungi, saling menghormati,
tidak merugikan orang lain dan tidak melakukan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
hak asasi manusia. Dari hal tersebut munculah etika dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa etika ialah ilmu tentang baik dan buruknya
perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-nilai yang berkaitan dengan akhlak;
nilai mengenai benar atau salahnya perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat. Sedangkan
dalam Kamus Istilah Pendidikan dan Umum yang dikutip oleh Zulhimma, mendefenisikan etika
sebagai bagian dari filsafat yang mengajarkan keluruhan budi (baik dan buruk). Etika dapat
diartikan sebagai pedoman atau nilai yang diterima dan disepakati oleh masyarakat yang
menentukan tentang nilai dan norma manusia dengan lingkungannya sehingga manusia dapat
membedakan antara perilaku yang baik dan buruk sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Drajat berpendapat bahwa etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan


manusia. Etika memberikan pedoman bagaimana manusia mengambil sikap dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari secara tepat. Etika pada akhirnya membantu manusia untuk mengambil
keputusan tentang tindakan yang dilakukan.  Hal yang perlu dipahami bersama yaitu  bahwa etika
dapat diterapkam dalam segala aspek kehidupan agar tercipta kehidupan yang harmonis.

Sedangkan pengertian profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang ditekuni seseorang. Menurut
Drajat, profesi merupakan pekerjaan yang tidak sembarang orang dapat melakukannya karena
harus memiliki syarat-syarat tertentu untuk menjalaninya. Suatu profesi dapat dikatakan sebagai
suatu pekerjaan jika bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan didorong dengan
adanya motivasi dari dalam jiwa untu memberikan yang terbaik atas pekerjaannnya itu. Dengan
adanya pengertian profesi tersebut makan profesi memiliki makna yang berbeda dengan
pekerjaan lain karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam
melaksakan profesinya itu.

Berdasarkan pengertian diatas, etika profesi adalah keterampilan dan kemampuan seseorang
dalam menjalankan pekerjaannya yang diperoleh melalui jalur pendidikan atau pengalaman dan
dilaksanakan secara terus menerus yang merupakan sumber utama mencari nafkah. Etika profesi
merupakan standar moral untuk dapat dikatakan profssional yaitu mampu memberikan keputusan
secara objektif, berani bertanggung jawab atas semua tindkan dan keputusan yang telah diambil,
dan memiliki keahlian serta kemampuan (Drajat, 2014: 102-2013).

2. Kode Etik Profesi

Sorotan masyarakat semakin tajam ketika ada sebagian anggota profesi yang tidak berperilaku
sesuai dengan etika atau nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama. Sebagai contohnya
adalah pada profesi pendidikan dengan banyaknya jumlah guru yang tidak dibarengi dengan
budaya kerja untuk memberikan contoh atau tauladan kepada peserta didiknya. Sehingga untuk
mengatur dan menjaga dari pelanggaran etik yang dapat merugikan profesinya tersebut, maka
diperlukan pedoman sebagai kontrol sosial bagi masyarakat  dalam menjalankan profesinya
sehingga timbul yang namanya kode etik profesi.

Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi cenderung lebih
memperjelas, mempertegas, dan memperinci norma-norma ke dalam bentuk yang lebih eklusif
meskipun norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian menurut
Drajat kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang norm-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di masyarakat, norma-norma tersebut berisi
petunjuk bagi para anggota profesi bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-
larangan yaitu ketentuan tentang apa saja yang tidak boleh dilaksanakan oleh mereka serta kode
etik juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari
dalam masyarakat.

Keberadaan kode etik profesi akan memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang ada, juga mampu mencegah campur tangan pihak luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. sehingga kode etik profesi sangatlah
penting bagi suatu organisasi profesi dalam menjalankan aktivitasnya utuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Menurut Istanto dalam Drajat tujuan-tujuan tersebut antara lain:

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat
3. Etika Profesi Guru

Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Definisi guru menurut Keputusan Kongres XXI Persatuan
Guru Republik Indonesia yaitu jabatan profesi yang mulia dimana guru harus senantiasa terjaga
karena martabat dan kemuliaan sebagai unsur dasar moralitas guru itu terletak pada keunggulan
perilaku, akal budi, dan pengabdiannya. Sedangkan guru berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.

Guru juga dapat diartikan sebagai orang yang mendidik peserta didik dari yang tidak tahu
menjadi tahu. Bukan hanya sekedar memberi materi tetapi juga senantiasa menuntun peserta
didik menjadi manusia mandiri. Menurut Sanjaya (2006:18-19) bahwa sebagai suatu profesi
terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik antara lain:

1. Kompetensi pribadi yaitu guru dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal
bagi para peserta didik. Karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan
yang harus ditiru.
2. Kompetensi professional adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian
tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting,sebab
langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.
3. Kompetensi sosial kemasyarakatan yang berarti kemampuan guru untuk berinteraksi
sebagai makhluk sosial dan sebagai anggota masyakarat.

Guru sebagai tenaga profesional perlu meningkatkan kompetensinya dalam menyesuaikan


perkembangan zaman yang terjadi. Drajat berpendapat bahwa etika profesi guru merupakan
tingkah laku guru dalam mendidik perserta didiknya, yang mana seorang guru harus terampil
terhadap peserta didiknya, karena bagaimanapun juga mendidik mrupakan pekerjaan yang tidak
mudah, karena mendidik peserta didik memberikan yang terbaik utuk peserta didiknya. Seorang
guru dalam menyikapi suatu masalah harus baik dan tepat karena etika seorang guru sangat
berperan dalam profesinya sebagai pendidik dan menjadi contoh bagi perserta didiknya. Guru
merupakan panutan bagi peserta didiknya maka sudah seharusnya guru memberikan contoh sikap
dan tingkah laku yang baik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman pada peserta didik.

Guru dalam melaksanakan profesinya selain memerlukan faktor-faktor pengetahuan, kecakapan


dan keterampilan sebenarnya masih memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental yang
menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpanggil hati nuraninya untuk
menjadi seorang pendidik atau guru. Guru yang professional benar-benar melaksanakan tugas dan
peranannya sehingga bukan hanya sekedar memberikan ilmu tetapi juga mendidik peserta didik
menjadi manusia mandiri.

4. Kode Etik Profesi Guru

Sama seperti profesi lainnya, guru juga mempunyai kode etiknya sendiri. Dengan kode etik
tersebut, profesi guru menetapkan aturan yang bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai moral
yang dianggapnya hakiki dan hal ini tidak dapat dipaksakan dari luar. Etika profesi dirumuskan
atas kesepakatan anggota profesi yang bersangkutan dengan mengacu pada sumber-sumber dasar
nilai dan moral. Rumusan etika profesi yang teah disepakati bersama itulah yang disebut kode
etik. Kode etik akan menjadi acuan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melaksanakan tugas-
tugas pekerjaan dsn mengontrol  etika para angota profesi. Semua anggota harus menghormati,
menghayati, mentaati dan menjalankan isi dari kode etik yang telah disepakati bersama. Dengan
demikian setiap anggota akan merasa aman dan tenteram dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Menurut Sardiman yang dikutip oleh Zulhimma, kode etik berarti sumber etik. Jadi kode etik di
artikan aturan tata susila keguruan. Kode etik guru menurut Keputusan Kongres XXI Persatuan
Guru Republik Indonesia adalah pedoman perilaku guru Indonesia dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian Pasal
28 menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku perbuatan di dalam dan di luar kedinasan”. Dalam penjelasan Undang-undang
tersebut dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur Negara,
Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup
sehari-hari.

Kode Etik Guru Indonesia dirumuskan melalui himpunan nilai dan norma profesi guruyang
tersusun secara sistematik. Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman untuk membentuk
sikap professional para anggota profesi keguruan. Yang ditaati bagi seluruh guru di Indonesia.
Dikutip dari Zulhimma, adapun kode etik guru di Indonesia dirumuskan dalam kongres PGRI ke
XIII pada tanggal, 21-25 November 1973 di Jakarta:

1. Guru berbakti “membimbing” anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia


pembangunan yang berpancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan
mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarknan
lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi
guru profesional sebagai sarana pengembangannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupkan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
Kemudian Rumusan Kode Etik Guru Indonesia ini disempurnakan dalam kongres PGRI XVI
tahun 1989 di Jakarta, menjadi sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peranserta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat pofesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

Menurut Firman Muin, Kode Etik Guru yang pertama mengandung pengertian bahwa perhatian
utama seorang guru adalah peserta didik. Perhatiannya itu semata-mata dicurahkan untuk peserta
didik, yakni mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan terciptanya
proses pembelajaran yang edukatif. Melalui proses inilah diharapkan peserta didik menjelma
sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Manusia utuh  yang dimaksud adalah
manusia seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohaninya. Bukan saja sehat secara fisik ,
namun juga secara psikis. Manusia yang berjiwa Pancasila artinya manusia yang dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara selalu mengindahkan dan mengaplikasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Kode Etik Guru kedua mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan tugas
profesi yang sesuai dengan kemampuannya, ia tidak menunjukkan sikap arogansi professional.
Manakala menghadapi masalah yang ia sendiri tidak mampu mengatasinya, ia mengaku dengan
jujur bahwa masalah itu di luar kemampuannya, sambil terus berupaya meningkatkan
kemampuan yang dimilikinya.

Kode Etik Guru ketiga menunjukkan pentingnya seorang guru mendapat informasi tentang
peserta didik selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat, bakat, motivasi,
kawan-kawannya, dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada perkembangan peserta didik
dan mempermudah guru dalam membimbing dan membina peserta didik tersebut.

Kode Etik Guru keempat mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana yang aman,
nyaman, dan membuat peserta didik betah belajar. Yang perlu dibangun antara lain iklim
komunikasi yang demokratis hangat, dan penuh dengan rasa kekeluargaan , tetapi menjauhkan
diri dari kolusi dan nepotisme.

Kode Etik Guru kelima mengingat pentingnya peran serta orang tua siswa dan masyarakat
sekitarnya untuk ikut andil dalam proses pendidikan di sekolah/madrasah. Peran serta mereka
akan terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan peserta didik, dan ini harus
diupayakan sekuat tenaga oleh seorang guru.

Kode Etik Guru keenam Guru diharuskan untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu
dan martabat profesinya. Ini dapat dilakukan secara pribadi dan dapat juga secara berkelompok.
Agar Terjalin kekuatan profesi, guru hendaknya selalu menjalin hubungan baik dengan rekan
seprofesi, memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

Kode Etik Guru ketujuh intinya bagaimana menjalin kerjasama yang mutualistis dengan rekan
seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan biasanya mengikat para guru untuk bersatu
menyatukan visi dan misinya.

Kode Etik Guru kedelapan “Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian”. Jika memang benar bahwa PGRI
merupakan sarana dan wadah yang menampung aspirasi guru, sarana perjuangan dan pengabdian
guru, maka guru sudah seharusnya dalam melaksanakan tugas selalu berusaha meningkatkan
mutu organisasi PGRI.

Kode Etik Guru kesembilan “Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan”. Kode etik ini didasari oleh dua asumsi, pertama karena guru sebagai unsur aparatur
Negara (sepanjang mereka itu PNS), kedua karena guru orang yang ahli dalam bidang pendidikan
, oleh karena itu sudah sewajarnya guru melaksanakan semua kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan, selagi sesuai dengna kemampuan guru itu dan tidak melecehkan harkat dan
martabat guru itu sendiri.

Etika diperlukan di dunia profesi sebagai pedoman acuan dalam berperilaku agar tercipta kualitas
kerja dan kualitas pribadi yang efektif dan efisien. Dalam dunia pendidikan, guru juga memiliki
kode etik yang berguna sebagai landasan guru dalam menjalankan tugasnya sehingga setiap orang
saling menghormati, menghayati, dan mengamalkan isi dari semua kode etik yang telah
disepakati bersama. Dengan demikian akan tercipta lingkungan kerja yang harmonis dan kondusif
serta semua anggota (pekerja) akan merasakan adanya perlindungan dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.

Dengan kode etik, guru tidak hanya sekedar member materi tetapi dituntut untuk mengerti akan
kewajiban maupun haknya sebagai pendidik. Dewasa ini banyak sekali guru yang hanya sekedar
masuk kelas lalu duduk dan memberikan ceramah. Guru tersebut tidak peduli apakah peserta
didik mengerti atau tidak, yang terpenting adalah guru tersebut sudah memenuhi tugasnya untuk
mengajar. Padahal guru merupakan jabatan profesional sekaligus mulia, bukan hanya mendidik
tetapi juga ikut memajukan kecerdasan bangsa dan menghasilkan sumberdaya manusia yang
berkualitas pula. Maka dengan adanya kode etik, guru dituntut untuk mematuhi kode etik guru
dan melaksanakan tugasnya sebagai pendidik agar tercipta guru yang profesional dan berkualitas
untuk menghasilkan pendidikan dan peserta didik yang juga berkualitas.

5. Fungsi Kode Etik Guru

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa guru dapat dikatakan merupakan pendidik
untuk membuat peserta didik menjadi manusia mandiri. Dalam melaksanakan tugasnya tentu saja
guru berhubungan dengan banyak pihak seperti peserta didik, wali murid, rekan sesame guru atau
teman sejawat, kepala sekolah serta masyarakat. Untuk menghindari masalah-masalah yang tidak
di inginkan maka sangat diperlukan kode etik guru yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam
melaksakan tugasnya sehingga dapat meminimalisir perbedaan.  Danim mengemukakan bahwa
sebagai pedoman guru dalam bersikap dan berperilaku, Kode Etik berfungsi menempatkan guru
sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang

Menurut Marno dan Idris (2014: 47-50), dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara
professional, guru dituntut untuk memiliki kesadaran sebagai berikut:

1. Dalam PBM, peran guru diperlukan untuk membimbing pelajaran yang bersifat aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
2. Untuk menghindari penyalahgunaan wewenang dan kekuasan, profesi guru diikat oleh
kode etik, yaitu serangkaian aturan atau norm yan dijadikan pedoman perilaku dalam
melayani orang lain.

Menurut Bertnes di dalam Marno dan Idris, kode etik sangat menekankan pengabdian kepada
masyarakat, profesinya, dan menolak penyalahgunaan keterampilan professional untuk
kepentingan pribadi. Dalam mengembangkan karier sebagai guru, jendaknya tugas professional
dilaksanakan sesuai dengan kode etik yang berlaku
Fungsi kode etik menurut Mulyasa yaitu (1) Menjunjung tinggi martabat profesi, (2) Menjaga dan
memelihara kesejahteraan para anggotanya, (3) Sebagai pedoman berperilaku, (4) Meningkatkan
pengabdian para anggota profesi, (5) Meningkatkan mutu profesi dan (6) Meningkatkan mutu
organisasi profesi.

Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi yang dikutip oleh Yohanes
Suharso adalah sebagai rambu-rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat
kegiatan pembelajaran karena guru harus bertanggungjawab dengan profesi maupun hasil dari
pengajaran yang ia berikan kepada siswa. Menurut Drajat, secara umum kode etik profesi guru
diperlukan dengan beberapa alasa, antara lain:

1. Untuk melindungi profesi guru sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
2. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari pelaksanaan profesi,
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas profesi.
3. Melindungi guru di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus penyimpangan
tindakan.
4. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku dalam profesi tersebut.

Adapun dikutip dari Zulhamma dari jurnalnya, fungsi kode etik bagi guru terkait dengan
beberapa pihak yaitu:

1. Etika Guru terhadap Profesi.


                Etika berkaitan dengan mental pribadi
 Ikhlas dalam mengajar

Guru dalam mengajar harus mempunyai niat tulus dan ikhlas (tidak terpaksa) dalam memberkan
ilmunya kepada peserta didik untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa.  Dengan perasaan
ikhlas maka guru akan nyaman melaksakan tugasnya, begitu juga dengan peserta didik yang
merasa nyaman jika diajar oleh guru yang menyenagkan. Jika sudah ada unsur keterpaksaan guru
dalam mengajar  maka hal itu akan membuatnya kurang memikirkan cara terbaik untuk mencari
informasi, pengetahuan, dan penyajian materi – materi pelajaran kepada anak didiknya dengan
cara yang sesuai.

 Guru harus berwibawa, tenang, khusyu’ dan menunjukkan vitalitas serta keuletan agar
para anak didik tidak merasa malas dan bosan.
 Guru harus memiliki kesiapan alami ( fitrah) untuk menjalani profesi mengajar, seperti
pemikiran yang lurus, bashirah yang jernih, tidak melamun, berpandangan jauh ke depan,
cepat tanggap dan dapat mengambil tindakan yang tepat pada saat-saat kritis agar guru
berhasil menjalankan tugasnya serta mempunyai kemauan yang kuat
   Etika ketika persiapan mengajar

Sebelum memasuki pelajaran, guru harus siap secara mental, fisik, waktu dan ilmu (materi).
Kesiapan mental adalah tidak mengajar dalam keadaan malas, lapar, atau tidak siap karena faktor
udara yang sangat panas atau dingin. Guru yang malas biasanya hanya masuk kelas lalu
memberikan catatan untuk dirangkum. Padahal peserta didik butuh penjelasan bukan hanya
rangkuman. Kesiapan waktu adalah guru mengisi pelajaran itu dengan jiwa tenang, tidak
menghitung tiap detik yang berlalu, tidak menunggu – nunggu bel berbunyi atau tidak menyuruh
siswa membaca sendiri tanpa diterangkan maksudnya, atau menghabiskan jam pelajaran dengan
hal-hal yang tidak ada gunanya bagi siswa.Sedangkan kesiapan ilmu adalah Guru menyiapkan
materi pelajaran sebelum masuk, menyiapkan apa yang akan disampaikannya, sebisa mungkin
menghindari spontanitas dalam mengajar jika tidak menguasasi materi.

 Etika Ketika Interaksi Belajar Mengajar


 Menguasai materi pelajaran dengan baik melebihi murid – muridnya dan mampu
memberikan pemahaman kepada mereka dengan baik.
 Guru harus menguasai metode mengajar . Guru harus menelaah buku-buku yang
berkaitan dengan pelajaran, studi-studi pendidikan, riset-riset psikologi dan sosial yang
berbicara mengenai anak, remaja, perubahan-perubahan fisik dan mental yang dilalui masing-
masing, agar guru sanggup menyampaikan informasi ( ilmu) dengan cara terbaik, selama
situasi pengajaran dan pendidikan.
2. Etika Guru Terhadap Anak Didik

Kode etik Guru terhadap anak didiknya adalah:

1. Guru dalam mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah untuk menyebarkan ilmu,
menghidupkan hukum Islam, menegakkan kebenaran, dan melenyapkan kebatilan serta
memelihara kemaslahatan umat.
2. Guru hendaknya mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri.Artinya, seorang
guru hendaknya menganggap bahwa muridnya itu adalah merupakan bagian dari dirinya
sendiri ( bukan orang lain).
3. Guru memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin.
4. Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri teladan bagi anak
didiknya.
5. Didalam melaksanakan tugas harus dijiwai dengan kasih sayang, adil serta
menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab.
6. Guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap anak didik.
7. Guru seyogyanya mencegah usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan yang dapat
menurunkan martabatnya.
8. Setiap guru dalam bergaul dengan anak didiknya tidak boleh mengaitkan persoalan
politik dan ideologi yang dianutnya baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Etika Guru Terhadap Teman Sejawat
A. Dalam bergaul dengan sesama guru hendaknya bersifat terus terang, jujur dan
terbuka.
B. Diantara sesama guru hendaknya selalu ada kesediaan untuk saling memberi
saran, nasehat dalam rangka melaksanakan jabatan masing-masing.
C. Di dalam menunaikan tugas dan memecahkan persoalan bersama hendaknya
saling tolong menolong dan penuh toleransi.
D. Guru hendaknya tidak saling menggunjing sesama guru.
4. Etika Guru Terhadap Atasan
A. Guru melaksanakan perintah dan kebijaksanaan atasannya.
B. Guru wajib menghormati hirarki jabatan yang ada di sekolah.
C. Setiap saran dan kritik kepada atasan dilakukan melalui prosedur dan forum yang
semestinya.
D. Hubungan guru dengan atasan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan
pelayanan pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.
5. Etika Guru Terhadap Pegawai Administrasi

Administrasi dapat diartikan sebagai kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani,
mengarahkan atau mengatur smua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.Administrasi
pendidikan adalah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personal,
spritual maupun materi, yang bersangkut paut dengan pencapaian suatu tujuan.

Etika berperan sebagai pedoman untuk berperilaku yang baik dan benar, karena tidak dipungkiri
kalau manusia mempunyai kehendak dan ego masing- masing. Dalam melaksanakan tugasnya,
guru merupakan bahagian dari suatu lingkungan sosial di sekolah, selain harus berhadapan
dengan siswa, atasan, teman sejawat, mereka juga berhubungan dengan pegawai yang mengelola
administrasi sekolah. Dalam hal ini ada beberapa akhlak atau etika guru terhadap pegawai
administrasi adalah:

1. Menjalin hubungan baik, sehingga tercipta kekompakan dan rasa kekeluargaan.


2. Keterbukaan, kesopanan, demi tercapainya suatu keinginan .
3. Melakukan pendekatan-pendekatan, demi tercapainya keinginan kita sebagai guru,
misalnya dalam masalah pengetikan soal, keterlambatan administrasi anak, dan lain-lain.
4. Sering melakukan sharing ( tukar pendapat).
5. Menunjukkan sikap peduli terhadap pegawai administrasi atau tata usaha.
6. Menjaga hubungan baik.
7. Saling menghargai profesi masing-masing.
8. Saling mendukung.
9. Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat korsp dan meningkatkan
rasa kekeluargaan dengan pegawai tata usaha dan mencegah hal – hal yang dapat
mengganggu martabat masing-masing.
10. Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan yang
timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama.
11. Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hendaknya merupakan ikatan moral
dan bersikap kooperatif edukatif.
6. Etika Guru Terhadap Orangtua Siswa

Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga
yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya. Untuk
mempersiapkan anak agar hidup dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam
masyarakat yang modern, yang telah tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini, anak-anak tidak
cukup hanya menerima pendidikan dan pengajaran dari keluarga saja, maka dari itulah masyrakat
atau negara mendirikan sekolah-sekolah.

Sekolah dalam melaksanakan pendidikan kepada anak-anak harus mengadakan kerjasama dengan
orangtua mereka. Dengan adanya kerjasama, oarngtua akan memperoleh pengetahuan dan
pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya, sebaliknya para guru dapat pula
memperoleh keterangan-keterangan dari orangtua tentang kehidupan dan sifat-sifat anak-
anaknya. Keterangan – keterangan orangtua itu sangat besar gunanya bagi guru dalam
memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap siswanya, juga merupakan informasi bagi guru
tentang keadaan alam sekitar tempat siswa-siswanya dibesarkan.Demikian pula halnya orangtua
mengetahui kesulitan – kesulitan yang sering dihadapi anaknya disekolah, orangtua tahu apakah
anaknya rajin, malas, bodoh, suka mengantuk atau pandai. Adapun hubungan guru dengan
orangtua sebagai berikut:

1. Guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orangtua / wali siswa,
dalam rangka kerjasama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan pribadi anak.
2. Segala kesalah pahaman yang terjadi antara guru dan orangtua / wali siswa hendaknya
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.

7. Etika Guru terhadap Masyarakat

Sekolah berada ditengah-tengah masyarakat berfungsi menjaga kelestarian nilai-nilai yang positif
yang ada dalam masyarakat, agar perwarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung dengan baik
dan sekolah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi itu sesuai dengan
kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan oleh sebab itu diperlukan saling
pemahaman antara sekolah dan masyarakat. Adapun etika guru terhadap masyarakat adalah:

1. Guru hendaknya selalu berusaha berpartisipasi terhadap lembaga serta organisasi –


organisasi di dalam masyarakat yang berhubungan dengan usaha pendidikan , sebab pada
hakekatnya pendidikan itu merupakan tugas pembangunan masyarakat dan kemanusiaan.
2. Guru hendaknya melayani dan membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul
dalam masyarakat sesuai fungsi dan kemampuannya.
3. Guru hendaknya menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan masyarakat
dengan sikap membangun.

Sedangkan menurut Keputusan Kongres XXI Persatuan Republik Guru Indonesia Nomor:
VI/Kongres/XXI/PGRI/2013, sebagai pedoman perilaku guru Indonesia dalam menjalankan tugas
keprofesionalan perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia yang berfungsi antara lain:

                      A. Kewajiban Guru Terhadap Peserta Didik:


1. Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta
2. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individual serta tahapan
tumbuh kembang kejiwaan peserta
3. Mengembangkan suasana            pembelajaran   yang    aktif, kreatif, efektif dan
4. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan
objekti
5. Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu perkembangan,
proses belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta
6. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang dibenarkan
berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan, kesehatan, dan
7. Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak memanfaatkan untuk
keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma
B. Kewajiban Guru terhadap Orangtua/Wali Peserta Didik:
8. Menghormati hak orang tua/wali peserta didik untuk berkonsultasi dan memberikan
informasi secara jujur dan objektif mengenai kondisi dan perkembangan belajar peserta didik.
9. Membina hubungan   kerja   sama   dengan     orang   tua/wali peserta   didik dalam
melaksanakan proses pendidikan untuk peningkatan mutu
10. Menjaga hubungan profesional dengan orang tua/wali peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan
B. Kewajiban Guru terhadap Masyarakat:
4. Menjalin komunikasi yang efektif dan kerjasama yang harmonis dengan masyarakat
untuk memajukan dan mengembangkan
5. Mengakomodasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan dan
peningkatan kualitas pendidikan.
6. Bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan
mengindahkan norma dan sistem nilai yang
7. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan sekolah
yang
8. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat, serta menjadi panutan bagi
B. Kewajiban Guru terhadap Teman Sejawat:
5. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas, dan saling menghormati antarteman
sejawat di dalam maupun di luar satuan
6. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan, dan pengalaman,  serta
saling memotivasi untuk meningkatkan profesionalitas dan martabat
7. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat.
8. Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik antarteman
B. Kewajiban Guru terhadap Profesi:
6. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai
7. Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan  sesuai kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu
8. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat
profesi.
9. Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tugas
10. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
B. Kewajiban Guru terhadap Organisasi Profesi:
7. Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan program organisasi
8. Mengembangkan dan memajukan organisasi
9. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadi pusat peningkatan profesionalitas guru
dan pusat informasi tentang pengembangan pendidikan.
10. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi
11. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat
B. Kewajiban Guru terhadap Pemerintah:
8. Berperan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam wadah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD
9. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan
10. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan

Jadi guru bukan hanya bertugas mendidik peserta didik tetapi juga harus memelihara hubungan
baik dengan segala pihak agar tercipta pendidikan yang berkualitas dan meminimalisir perbedaan
yang dapat menganggu proses pendidikan. Selain itu sebagai guru professional, guru harus
menjalankan tugas sesuai kode etik yang telah diatur serta menjaga nama baik guru sebagai
jabatan profession

6. Kode Etik Guru Indonesia

Seperti yang telah dijelaskan, Kode etik guru Indonesia merupakan pedoman untuk membentuk
sikap profesional para anggota profesi keguruan. Menurut UU tentang Kode Etik Guru Indonesia
Bagian 1 pasal 1 (1), kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru – guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan
tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga negara. Dalam hal ini, guru harus
dapat membedakan mana sikap dan perilaku yang baik dan buruk sesuai dengan norma dan nilai
yang berlaku, guru juga harus mengetahui dan memahami mana yang boleh dan tidak boleh
dilaksanakan dalam mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, mengevaluasi dan lain
sebagainya. Guru harus dapat memberikan contoh yang baik dan benar kepada peserta didiknya.

Guru Indonesia merupakan sosok yang perlu dijadikan contoh atau perlu ditiru dalam
berkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan benegara dengan bepegang teguh pada prinsip yang
telah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “ing ngarso sing tuladha, ing madya mangun
karsa lan tut wuri handayani”, jadi seorang guru itu layak untuk dijadikan contoh, ditiru oleh
peserta didik dan memberikan dorongan kepada kepada peserta didik sesuai dengan nilai yang
berlaku.

Dalam menjalankan tugas pofesional sebagai guru, guru Indonesia harus memahami kode etik
guru yang berlaku, dimana kode etik tersebut sebagai pegangan dan pedoman seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya untuk membentuk peserta didik yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Menurut Giya Afdila (2016) dalam penelitian pengaruh implementasi kode etik profesi terhadap
profesionalisme guru di sekolah, kode etik guru diatur pada Permenneg PAN dan RB No. 16
Tahun 2009 dalam Pasal 8 dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada ayat (1)
berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berbagai profesinya harus sesuai dengan kode
etik profesi guru.

Menurut Kode Etik Guru Indonesia pasal 5, Kode etik guru Indoesia bersumber atau berasal dari
adanya:

1. Nilai – nilai agama dan Pancasila


2. Nilai – niali kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi pofesional.
3. Nilai – nilai jati diri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial dan spiitual.

Dari sumber – sumber diatas, kita dapat ketahui bersama bahwa kode etik guru haruslah
berlandaskan dengan nilai – nilai tersebut. Nilai agama dan pancasila, guru harus senantiasa
berpedoman pada nilai – nilai agama dan berpegang teguh pada nilai pancasila, sehingga ketika
bertindak guru akan lebih berhati – hati dan disesuaikan dengan nilai tersebut. Sedangkan nilai
yang kedua yaitu nilai yang mencakup kompetensi guru, seorang guru hauslah memiliki dan
menguasai empat kompetensi guru dalam menjalankan tugas profesionalnya, dengan hal tersebut
guru tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja tetapi juga karakter dan kepribadian dai peserta
didik. Nilai yang ketiga, guru memliki kesehatan jasamani dan rohani yang sehat sehingga
mampu mengajar, mendidik, mengarahan dan lain sebagainya dengan semnagat yang tinggi dan
baik serta tepat. Antara nilai satu sampai dnegan nilai yang lainnya saling berhubugan erat dan
saling melengkapi satu sama lainnya.

7. Hubungan Guru dalam Kode Etik Guru Indonesia

A. Hubungan Guru dengan Peserta Didik, di antaranya yaitu:

1. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar,


membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-
hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
3. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan
masing-masingnya berhak atas layanan
4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk
kepentingan proses
5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan
sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta
B. Hubungan Guru dengan Orangtua/ Wali Murid:
6. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses
7. Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta
8. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
9. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas
10. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
B. Hubungan Guru dengan masyarakat.
4. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
5. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan meningkatkan
kualitas pendidikan dan
6. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
7. Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat
8. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan
aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya
8. Tujuan ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia

Menurut Direktorat Jendral Peningktan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia
(PB PGRI) Tahun 2008 menyatakan bahwa tujuan ditetapkannya kode etik guru Indonesia adalah
sebagai pedoman sikap dan perilaku serta menempatkan guru sebagai profesi yang terhormat,
mulia dan bermartabat.

1. Deskripsi Kode Etik Guru Indonesia


Kode etik guru Indonesia dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Dalam Jurnal
Pendidikan Agama Islam yang ditulis oleh Akhmad Zacky AR, menyatakan bahwa Guru harus
memiliki jati diri yang menggambarkan cinta terhadap tanah air Indonesia. Artinya segenap pola
pikir, sikap dan tindakannya senantiasa bertumpu pada sendisendi dan realitas kehidupan bangsa.
Guru Indonesia senantiasa berpegang teguh pada jati diri, termasuk di dalam menjawab tantangan
globalisasi dan laju arus reformasi. Mengingat tugasnya guru Indonesia semakin lama semakin
berat dan semakin kompleks, untuk itu guru Indonesia dituntut berpegang teguh pada jati diri
yang telah dimilikinya. Jati diri tersebut merupakan kode etik dan sekaligus sebagai pedoman
bagi setiap guru Indonesia yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan baik dalam
kegiatan pribadi maupun organisasi.

Oleh karena itu, guru Indonesia berpegang teguh pada nilai nilai pancasila. Ada 9 kode etik atau
dasar – dasar guru dalam bertindak dan beperilaku, diantaranya:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila. Artinya guru tidak hanya memberikan atau mentransfer ilmu saja,
melainkan guru juga harus dapat membimbing peseta didik terutama dalam mengembangkan
kemampuan dan potensi peserta didik. Selain itu peserta didik harus dapat menjadi warga
negara yang berjiwa Pancasila yang mampu mengaplikasiakn nilai – nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari – hari.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. Artinya, guru hanya sanggup
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya. Apabila guru tidak sanggup
melaksanakannya, maka dengan jujur guru harus mengakuinya dan berusaha untuk
meningkatkan segala kemampuannya.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan. Artinya guru harus dapat mendapatkan nformasi yang akurat dan
terpercaya. Informasi tersebut berisi tentang informasi kemampuan peseta didik, minat bakat
peserta didik dan lain – lain, sehingga dengan mempeoleh informasi tersbut, guru dapat lebih
mudah dalam melaksanakan bimbingan dan pembinaaan terhadp peserta didik.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik – baiknya yang menunjang berhasilnya proses
pembelajaran. Artinya guru harus menciptakan suasana yang membuat peserta didik nyaman,
aman, kondusif saat proses pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak merasa bsan dan penat
seta peserta didik dapat mencapai prestasi yang maksimal.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Artinya guru
haus menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang tua/ wali murif peserta didik agar
dapat memudahkan guru dalam melakukan bimbingan atau mengkontrol peserta didik.
6. Guru secara pribadi dan bersama – sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya. Atinya baik itu secara pribadi maupun kelompok, guru dituntut untuk
saling meningatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
Artinya guru menciptakan dan memelihara hubungan dengan sesama guru serta membangun
semangat kekeluargaan di dalam lingkungan keja.
8. Guru secara bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdia Artinya, guru secara bersama -sama berpatisipasi
dalam memelihara , membina dan meningkatkan mutu organisiasi PGRI dalan rangka
mewujudkan cita – cita, visi dam misi PGRI.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Artinya Guru
haus mengetahui kebijakan – kebijakan pemerintah dalm bidng pendidikan, sehingga dapat
melaksanakan semua kebijaksanaan tersebut selagi masih sesuai dengan kemampuan guru
dan tidak melecehkan harkat dan martabat.
9. Implementasi Kode Etik Guru Indonesia

Mengutip dari Zacky dalam jurnal pendidikan agama islam, penelitian yang dilakukan di MA
Darul Amin Pemekasan menyatakn bahwa pengembangan kode etik di MA Darul Amin
dilakukan agar kode etik yag telah ditetapkan semakin membuat guru memiliki dedikasi dan
profesionalitas dalam proses pendidikan. Dengan adanya pengembangan ini maka kode etik guru
yang ada akan lebih substansial dan aplikatif. Sehingga tujuan pendidika  secara umum dapat
tercapai. Dalam hal ini seperti rekrutmen guru, dan upaya peningkatan mutu serta profesionalitas
melalui kode etik guru maupun berbagai macam kegiatan fomal da non formal menjadi strategi
yang harus diperhatikan oelh MA Darul Amin.

Afdila (2016) menyatakan bahwa Implementasi kode etik profesi terhadap profesionalisme guru
di sekolah laboratorium percontohan Universitas Pendidikan Indonesia dapat dikatakan positif
dan signifikan. Implementasi kode etik profesi memberikan pengaruh terhadap profesionalisme
guru, dan dipengaruhi oleh faktor – faktor lain seperti kurikulum, tenaga pendidik, sarana dan
prasarana dan metodologi. Oleh karena itu, pemantapan dalam implementasi kode etik harus
mendapatkan perhatian khusus karena dapat meningkatkan profesionalisme guru.

10. Sanksi Terhadap Pelanggaran Kode Etik Guru


1. Pelanggaran
2. Pelanggaran adalah perilaku mrenyimpang danatau tidak melaksanakan kode etik guru
Indonesia dan ketentuan perundanganyang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.
3. Guru yang melanggar Kode Etik guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
4. Jenis pelanggaran merliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
5. Sanksi
6. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang merlakukan pelanggaran terhadap
kode etik guru Indonesia merupakan wewenang Dewan kehormatan Guru Indonesia.
7. Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
point a. harus objektif.
8. Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada point a.
wajib dilaksanakanoleh organisasi profesi guru.
9. Sanksi sebagaimana dimaksud pada point c. merupakan upaya pembinaan kepada guru
yang melakukan pelanggaran danuntuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
10. Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat
yang berwenang.
11. Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri denga/atau tanpa bantuan organisasi
profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan
dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan

Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi cenderung lebih
memperjelas, mempertegas, dan memperinci norma-norma ke dalam bentuk yang lebih eklusif
meskipun norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Kode etik akan menjadi acuan
untuk mewujudkan perilaku etika dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan dsn mengontrol 
etika para angota profesi. Semua anggota harus menghormati, menghayati, mentaati dan
menjalankan isi dari kode etik yang telah disepakati bersama.

Fungsi kode etik bagi guru terkait dengan beberapa pihak yaitu: (1) Etika guru terhadap profesi,
(2) Etika guru terhadap peserta didik, (3) Etika guru terhadap sejawat, (4) Etika guru terhadap
atasan, (5) Etika guru terhadap pegawai administrasi, (6) Etika guru terhadap masyarakat.
Sedangkan menurut Keputusan Kongres XXI Persatuan Republik Guru Indonesia Nomor:
VI/Kongres/XXI/PGRI/2013, sebagai pedoman perilaku guru Indonesia dalam menjalankan tugas
keprofesionalan perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia yang berfungsi antara lain: (1)
Kewajiban terhadap peserta didik, (2) Kewajiban terhadap orang tua/wali peserta didik, (3)
Kewajiban terhadap masyarakat, (4) Kewajiban terhadap sejawat, (5) Kewajiban terhadap profesi,
(6) Kewajiban terhadap oraganisasi profesi, (7) Kewajiban terhadap pemerintah.

Hubungan guru dalam kode etik guru di Indonesia antara lain: (1) Hubungan guru dan peserta
didik, (2) Hubungan guru dengan orangtua/wali, (3) Hubungan guru dengan masyarakat.

Di dalam organisasi profesi guru terdapat aturan yang jika di langgar akan mendapatkan sanksi
yang sesuai yang di keluarkan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

1. Saran

Makalah ini masih dalam pengembangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu dalam
pengembangannya dibutuhkan saran dan kritik untuk perkembangan makalah ini agar dapat
bermanfaat bagi orang lain khususnya dan masyarakat luar umumnya.

Anda mungkin juga menyukai