Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611

Volume 3 Nomor 1 Halaman 209-213 April 2018 e-ISSN 2623-1980

KEANEKARAGAMAN GENUS TUMBUHAN DARI FAMILI FABACEAE DI


KAWASAN HUTAN PANTAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN
SELATAN

Adelita Indria Putri *, Dharmono **


Program Studi Magister Pendidikan Biologi Fkip Unlam, Banjarmasin, Indonesia
Surel: * adelitaip29@gmail.com; ** dharmonoputra@yahoo.com

Abstrak
Famili Fabaceae merupakan Famili yang memiliki 1800 jenis dan 630 marga yang tersebar di seluruh dunia dan famili
ini merupakan famili terbanyak ketiga di dunia. Hutan Pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu
hutan pantai yang ada di Kalimantan Selatan. Hutan ini terdapat berbagai macam tumbuhan, mulai dari tumbuhan
tingkat rendah hingga tumbuhan tingkat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman genus dari
famili Fabaceae yang tumbuh di kawasan Hutan Pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut. Metode yang digunakan
adalah deskriptif dengan teknik jelajah pada kawasan tepian hutan pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut seluas 1500
m x 100 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan ini memiliki beragam genus tumbuhan dari famili Fabaceae
diantaranya adalah genus Adenanthera, yakni terdapat 1 jenis tumbuhan yaitu Saga pohon (Adenanthera pavonina).
Caesalpinia terdapat 3 jenis tumbuhan yakni Biji Gorek (Caesalpinia bonduc), Kembang Merak (Caesalpinia
pulcherrima), dan Sibipiruna (Caesalpinia pluviosa.) , Cassia terdapat 2 jenis tumbuhan yakni Gulinggang (Cassia alata
L) dan Kasingat Cassia occidentalis), Mimosa terdapat 1 jenis tumbuhan yakni Putri Malu (Mimosa pudica), Leucaena
terdapat 1 jenis tumbuhan yakni Lamtoro (Leucaena glauca dan Clitoria 1 jenis tumbuhan yakni kembang telang
(Clitoria ternatea L)

Kata Kunci: keanekaragaman, Fabaceae, hutan pantai

1. PENDAHULUAN pariwisata pantai serta penemuan produk


biochemical (Mahfudz, 2012).
Kekayaan keanekaragaman hayati di Hutan Pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut
Indonesia mempunyai peranan penting bagi merupakan salah satu hutan yang ada di pesisir
kehidupan manusia, baik ditinjau dari segi ekonomi, pantai di Kalimantan Selatan, hutan pantai Tabanio
kebudayaan dan ekologi. Keanekaragaman adalah sangat berpotensi sebagai sumber belajar, karena
sebagai keseluruhan jumlah makhluk hidup. hutan ini ini terdapat berbagai macam hewan dan
Keanekaragaman sendiri dapat dilihat dalam tumbuhan, mulai dari tumbuhan tingkat rendah
berbagai tingkatan yaitu jenis, gen dan ekosistem hingga tumbuhan tingkat tinggi. Salah satu
(Soemarwoto, 1991). Indonesia memiliki berbagai tumbuhan yang terdapat di hutn pantai ini adalah
bentuk ekosistem dataran rendah, salah satunya tumbuhan dari famili Fabaceae. Selain sebagai
adalah hutan pantai. sumber belajar kawasan ini juga berpotensi sebagai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan objek wisata.
antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena Famili Fabaceae merupakan salah satu
hempasan gelombang dan hembusan angin maka kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia.
pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah Menurut Irsyam (2016) Famili Fabaceae merupakan
darat. Setelah terbentuknya gundukan pasir itu anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan
biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan buah bertipe polong. Memiliki perawakan yang
pantai. Secara umum, hutan ini terletak di tepi beragam, mulai dari herba, perdu, liana hingga
pantai, tumbuh pada tanah kering berpasir dan pohon. Sebagian besar anggotanya yang
berbatu dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berperawakan pohon dan liana memiliki bunga yang
berada di atas garis pasang tertinggi. Hutan pantai bentuk dan warna-nya indah, seperti Cassia sp.,
merupakan bagian dari ekosistem pesisir dan laut Erythrinasp., Mucunano voguineensis Scheff., dan
yang menyediakan sumberdaya alam yang produktif Strongy lodonmacrobotrys A.Gray. Oleh sebab itu,
baik sebagai sumber pangan, penghasil obat- jenis-jenis tersebut banyak ditanam sebagai
obatan yang bernilai ekonomi tinggi, tambang penghias taman. Hasil penelitian yang dilakukan
mineral dan energi, maupun kawasan rekreasi atau oleh Danarto (2013) Tentang Keragaman Dan

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


209
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 209-213 April 2018 e-ISSN 2623-1980

Potensi Koleksi Polong-Polongan (Fabaceae) Di sifat dan karakteristik pada bunganya


Kebun Raya Purwodadi, menunjukkan bahwa pada (Tjitrosoepomo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk
kawasan tersebut terdapat 45 jenis polong-polongan mengetahui keanekaragaman genus dari famili
(Fabaceae) yang diketahui tumbuhan-tumbuhan Fabaceae yang tumbuh di kawasan Hutan Pantai
tersebut memiliki potensi dengan 9 kategori potensi Tabanio, Kabupaten Tanah Laut.
antara lain sebagai obat, tumbuhan hias, bahan
bangunan,penghasil tanin dan resin, konsumsi, 2. METODE PENELITIAN
bahan bangunan, makanan ternak, bahan mebel,
dan pewarna alami. Penelitian lain juga dilakukan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan
oleh Priyanti dkk, (2017) tentang Suku Fabaceae Di penelusuran pustaka. Data dikumpulkan melalui
Kampus Universitas Islam Negeri Syarif idayatullah, observasi langsung di lapangan, tepatnya pada
Jakarta, Bagian 2: Tumbuhan Polong Berperawakan kawasan tepian hutan pantai Tabanio Kabupaten
Terna, penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tanah Laut pada area 1.500 m x 100 m. Sampelnya
Sebanyak 3 jenis tumbuhan polong berperawakan adalah semua genus dari Fabaceae. Hasil
terna telah didapatkan di lingkungan kampus, yaitu pendataan lapangan dilengkapi dengan
Arachis pintoi Krapov. & W. C. Greg., Mimosa pembahasan yang pada dasarnya merupakan hasil
diplotricha C. Wright ex Sauvalle, dan M. pudica L. penelusuran pustaka.
Jenis-jenis tersebut termasuk ke dalam 2 anak suku
(Faboideae, Mimosoideae) dan 2 puak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Aeschynomeneae, Mimoseae). Jenis-jenis tersebut
tumbuh di lokasi yang berbeda-beda. Ditemukan 6 genus yang terdiri atas 9 spesies di
Famili Fabaceae mempunyai distribusi yang kawasan hutan pantai Tabonio, Kabupaten Tanah
luas di kawasan tropis salah satunya Indonesia dan Laut, Kalimantan Selatan. Keenam genus tersebut
famili tersebut mempunyai banyak manfaat bagi secara lengkap sebagai berikut.
kehidupan manusia antara lain sebagai bahan
pangan, tumbuhan penghijauan, penghasil pakan 3.1 Genus Adenanthera
ternak, tumbuhan penghasil tanin, tumbuhan
berkasiat obat, dan sebagainya namun Salah satu tumbuhan dengan genus ini yang
pemanfaatannya belum optimal. (aquatic). (Lewis et ditemukan di kawasan hutan pantai Tabanio, yakni
al., 2005). Fabaceae dibagi menjadi 3 subfamili saga pohon (Adenanthera pavonina). Tumbuhan
yaitu Mimosoideae, Caesalpinoideae dan yang bijinya berwarna merah ini mampu tumbuh
Papilionoideae. Papilionoideae dan Mimosoideae hingga 15 meter. Daun biasanya menyirip genap.
termasuk dalam kelompok monophyletic sedangkan Habitusnya adalah pohon. Tumbuhan pada genus
Caesalpinoideae adalah kelompok polyphyletic. ini merupakan tumbuhan serbaguna, semua bagian
Subfamili yang paling tinggi yang terdapat adalah tumbuhan bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit
Papilionoidae. Salah satu spesies yang terdapat batang dan daunnya. Saga pohon mampu
pada sumbfamili ini adalah tumbuhan kacang- memproduksi biji kaya protein serta tidak
kacangan yaitu Pisum sativum (kedelai) dan Aracis memerlukan lahan khusus untuk penanaman
hypogea (kacang tanah). Salah satu manfaat dari karena bisa tumbuh di lahan kritis, tidak perlu
tumbuhan uni adalah untuk bahan makanan dengan dipupuk atau perawatan intensif. Saga pohon
kandungan protein yang tinggi. Di bidang pertanian, termasuk tumbuhan deciduous atau berganti daun
tumbuhan kacang-kacangan sering digunakan setiap tahun. Tumbuhan ini berbentuk pohon besar
sebagai tumbuhan peralihan (antara musim tanam yang tingginya dapat mencapai 10 sampai 15 meter
padi yang satu dengan musim tnaman padi yang merupakan pohon yang buahnya menyerupai petai
lain karena kemampuannya untuk menangkap (tipe polong) dengan biji kecil berwarna merah.
nitrogen yang bebas di udara ke dalam tanah Daun majemuk menyirip genap, tumbuh berseling,
dengan bantuan bakteri Rhizobium.) (Danarto, 2013) jumlah anak daun bertangkai 2-6 pasang, helaian
Fabaceae merupakan salah satu famili dari daun 6-12 pasang, panjang tangkaimya mencapai
tumbuhan berbunga (Antophyta) yang banyak 25 cm, daun berwarna hijau muda. Bunga kecil-
dijumpai di lingkungan sekitar. Fabaceae bersifat kecilberwarna kekuning-kuningan, korola 4-5 helai,
kosmopolitan karena dapat dijumpai dari daerah benang sari berjumlah 8-10. Polong berwarna hijau,
yang bersuhu dingin sekali sampai hangat, sub panjangnya mencapai 15 sampai 20 cm, polong
tropis dan tropis. (Indriyanto, 2008). Famili ini yang tua akan kering dan pecah dengan sendirinya,
sangat mudah diamati karena memiliki ciri khas, berwarna coklat kehitaman. Setiap polong berisi 10-
yaitu dengan tipe buah polong dengan adanya sifat- 12 butir biji. Biji dengan garis tengah 5-6 mm,

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


210
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 209-213 April 2018 e-ISSN 2623-1980

berbentuk segitiga tumpul, keras dan berwarna 50, lepas atau bersatu, biasanya sebagian tidak
merah mengkilap. Berdasarkan hasil pengamatan sempurna; kepala sari beruang dua. Bakal buah
dan Suita (2013) tumbuhan dengan ciri-ciri di atas menumpang, beruang 1. Kepala putik di ujung atau
adalah saga Pohon (Adenanthera pavonina). di bawah ujung tangkai putik. Polongan tidak
membuka. Memilki biji yang banyak.
3.2 Genus Caesalpinia Menurut Steenis (2013), kembang merak
(Caesalpinia pulcherrima) adalah tumbuhan
Menurut Steenis (2013) genus Caesalpinia memiliki berkayu dengan habitus berbentuk
ciri-ciri yakni, habitus pohon, perdu atau semak perdu, tingginya mencapai 2-4 meter. Mempunyai
daun berseling atau tersebar, kerap kali menyirip sistem perkarana tungang (radix primaria) dengan
atau menyirip rangkap, kadang-kadang tunggal. berbentuk bulat berwana kemeerahan. Batang
Memiliki daun penumpu, kerapkali cepat rontok. bercabang cabang dengan arah
Memiliki bunga yang berkelamin 2. Dalam tandan, percabanga monopodial batang berbentuk bilat
malai rata atau malai, jarang berdiri sendiri, (teres), permukaan batang rata (laevis), berwarna
baiasanya zygomorph. Kelopak berdaun lekat, coklat keputihan dan pada kulit batang terdapat duri.
bergigi atau bertaju 4-5. Daun mahkota lepas, Merupakan daun menyirip rangkap dua
biasanya ada 5, kerapkali sebagian tidak ada atau (bippinnatus), tiap anak daun pada tangkai ibu daun
rudimenter. Benang sari 1-50, lepas atau bersatu, terdapat 10 pasang, daun berbentuk bulat telur
biasanya sebagian tidak sempurna; kepala sari (ovatus), ujung daun retusus,pangkal daun tumpul
beruang dua. Bakal buah menumpang, beruang 1. (obtusus), tepi daun rata (integer), tulang daun
Kepala putik di ujung atau di bawah ujung tangkai menyirip (penninervis), tata letak daun daun
putik. Polongan membuka atau tidak membuka. berhadapan (folia opposita). Daun berwarna hijau.
Memilki biji 1 atau banyak. Merupakan bunga majemuk dengan karangan
Genus Caesalpinia yang ditemukan di bunga berbentuk tandan (racemus) terletak pada
kawasan hutan pantai Tabanio terdiri atas biji gorek ujung batang, termasuk ke dalam
(Caesalpinia bonduc), sibipiruna (Caesalpinia bunga bisexualis, simetris bunga zygomorph,
pluviosa), dan kembang merak (Caesalpinia perhiasan bunga merupakan corolla dan calyx.
pulcherrima). Karakteristik ketiga spesies itu Corolla terdiri atas 5 petal yang saling lepas,
sebagai berikut. calyx terdiri atas 5 sepal lepas satu sama lain
Biji gorek (Caesalpinia bonduc) merupakan ukurannya tidak sama. Kelamin bunga terdiri atas
tumbuhan merambat berbentuk semak yang sangat benang sari 10 termasuk ke dalam diadelphus terdiri
berduri, cabang berwarna abu-abu berbulu halus atas 9 besatu sedangkan 1 lepas, letak anthera
dilengkapi dengan duri berwarna kuning yang keras, versatilis. Putik berjumlah satu dengan
tinggi rata-rata 10-20 m, batang berdiameter sampai letak ovarium superum, terdiri atas
5 cm (Steenis 2013). Biasanya terdapat beberapa 1 loculus, 1 carpellum dan ovolum banyak dengan
duri pada batangnya. Daunnya lebar berwarna hijau, letaknya parietalis. Bijinya kecil berwarna coklat
Buahnya memiliki kulit yang dilengkapi dengan duri- kehitaman.
duri yang kaku, berisi 1-2 biji. Biji berkulit keras
berwarna abu-abu kehijauan, terdapat garis-garis 3.3 Genus Cassia
sirkuler di permukaan kulit luar biji, kulit luar biji
terdiri atas tiga lapisan, inti biji mengandung dua Menurut Steenis (2013) genus Cassia memiliki ciri-
kotiledon, berbentuk sirkuler atau oval, diameter ciri sebagai berikut, benang sari tidak melekat.
1,23 -1,75 cm, rasanya sangat pahit, berbau tidak Kebanyakan bunganya berwarna kuning, menurut
enak dan membuat mual. Tumbuhan ini terdistribusi Kusmaningtyas (2017) genus Cassia merupakan
banyak di beberapa negara seperti India, Sri Lanka, tumbuhan tropis, yang termasuk famili Fabaceae
Myanmar dan Indonesia. (Leguminosae) dengan penyebaran yang sangat
Sibipiruna (Caesalpinia pluviosa) mampu luas. Di Indonesia, kelompok tumbuhan ini dikenal
tumbuh setinggi 8 - 16 meter. batang yang biasanya sebagai polong-polongan. Masyarakat Indonesia
bengkok bisa berdiameter 30 - 40cm dengan kulit sering memanfaatkan tumbuhan ini untuk bahan
kayu pengelupas. Steenis (2013) menyebut ciri bangunan, alat rumah tangga, obat tradisional,
lengkap Caesalpinia pluviosa. Daunnya berwarna pupuk hijau, dan untuk reklamasi tanah. Pada survei
hijau. Daun majemuk menyirip. Bunga berwarna awal kawasan hutan pantai Tabanio, Kabupaten
kuning. Kelopak berdaun lekat, bertaju 4-5. Daun Tanah Laut ditemukan tumbuhan genus Cassia,
mahkota tidak melekat, biasanya ada 5, kerapkali yaitu Cassia alata L (gulinggang) dan Cassia
sebagian tidak ada atau rudimenter. Benang sari 1- occidentalis (kasingat).

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


211
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 209-213 April 2018 e-ISSN 2623-1980

Menurut Kandowangko et al. (2011) yang arahnya miring ke bawah dan terdapat duri
gulinggang sangat cepat tumbuh dengan sinar yang menempel pada batangnya. Berbentuk
matahari di berbagai jenis tanah. Tumbuhan ini silindris, berkayu. Batang ada yang berwarna hijau
merupakan tumbuhan perdu besar dengan daun dan ada pula, yang berwarna coklat kemerahan.
berukuran besar. Daun berbentuk bulat telur, letak Permukaan batang tertutup oleh bulu-bulu halus
berhadapan, dan terurai melalui ranting daun berwarna putih. Pada batang juga terdapat duri,
(bersirip genap). Bunganya memiliki mahkota tepatnya tumbuh pada bagian bawah dari pangkal
berwarna kuning di bagian bawah dan berujung daun majemuk. Daun penumpunya berbentuk lanset,
kuncup berwarna cokelat muda. Buah polong, panjangnya 1 cm. Apabila daun disentuh maka dia
berbentuk pipih, bersayap dan berwarna hitam. akan menguncupkan diri, dan daunya menyirip.
Sedangkan menurut Steenis (2013), tumbuhan Setiap anak daun terdapat 5-26 pasang, dan pada
Gulinggang berhabitus perdu. Akar tunggang. tepi daun biasanya berwarna ungu. Buahnya bertipe
Batang berkayu, bulat, berwarna cokelat. Tinggi 1 - polong dan pipih. Bunganya bertipe bongkol, pada
5 m. Daun penumpu pangkal lebar, ujung tangkainya terdapat duri. Memiliki kelopak yang
meruncing, seperti kulit, warna merah cokelat. sangat kecil, benang sarinya ada 4 dan tidak
Bentuk daun memanjang sampai bulat telur terbalik. melekat. Bunganya berwarna ungu. Tumbuhan ini
Tandan tidak bercabang, daun pelindung pendek, mampu hidup pada ketinggian 1-1200 mdpl. Dan
warna oranye. Daun mahkota berwarna kuning biasanya tumbuh di negara tropis. Dan bisa tumbuh
cerah. Polongan berwarna hitam, berbiji. Menurut pada tanah yang kering.
Murni (2014) Tumbuhan Gulinggang merupakan
tumbuhan perdu yang tingginya sampai 3 meter. 3.5 Genus Leucaena
Tumbuh liar di ladang-ladang atau di tempat-tempat
lain yang permukaan tanahnya agak lembab, Genus Leucaena yang ditemukan di kawasan hutan
sampai setinggi kira-kira 1.400 meter di atas pantai Tabanio, Kabupaten Tanah Laut adalah
permukaan laut. Daun ketepeng sebagai obat kudis lamtoro (Lucaena glauca). Menurut Steenis (2013)
dan obat malaria. tumbuhan ini memiliki ciri-ciri habitus perdu atau
Kasingat (Cassia occidentalis) termasuk pohon, tingginya mencapai 2-10 m. Memiliki ranting
tumbuhan perdu setahun yang tumbuh tegak bulat silindris, pada ujungnya terdapat rambut rapat.
dengan tinggi 1-2 meter, pada pangkal cabang Daunnya menyirip rangkap. Memiliki sirip 3-10
tumbuhan berkayu. Tumbuhan banyak mengasilkan pasang, pada anak daun tiap sirip terdapat 5-29
biji, berdaun majemuk, menyirip genap dengan 5 pasang, bentuk garis lanset, runcing atau dengan
pasang anak daun yang berbentuk bulat telur bagian ujung yang runcing, dengan pangkal yang
dengan panjang 2-6 cm dan lebar 1-2 cm, ujung tidak sama berambut rapat. Dalam satu tangkai
daun runcing, pangkal daun membulat dengan terdapat 5 bunga. Memiliki tipe bunga bongkol
warna hijau tua. Ukuran anak daun dibagian ujung bertangkai panjang. Tabung kelopak berbentuk
lebih besar daripada anak daun dibagian pangkal lonceng, dan bergerigi pendek, tingginya 3 mm.
tangkai daun, dengan tangkai daun pendek. Batang Daun mahkota tidak melekat dan berbentuk solet,
tumbuhan bersegi, warna hijau dengan alur panjangnya 5 mm. Memiliki benang sari 10 buah
berwarna merah tengguli, dipenuhi rambut halus. dengan panjang mencapai 1cm. Memiliki tipe buah
Bunga majemuk, berwarna kuning terletak di ketiak polong yang bentuknya seperti pita, pipih dan tipis.
daun atau diujung ranting. Buah berupa buah Memiliki buah yang panjangnya 10-18 cm dengan
polong. Biji gepeng, lonjong, tengahnya agak lebar 2 cm. Terdapat sekat-sekat diantar biji-biji.
cekung. Berdasarkan hasil pengamatan dan Steenis Memiliki biji 15-30 didalam buahnya. Dengan bentuk
(2013) tumbuhan dengan ciri-ciri diatas adalah biji bulat telur, berwarna coklat tua.
Kasingat (Cassia occidentalis).
3.6 Genus Clitoria
3.4 Genus Mimosa
Genus Clitoria yang ditemukan di kawasan hutan
Genus Mimosa yang ditemukan di kawasan hutan pantai Tabanio, Kabupaten Tanah Laut adalah
pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut adalah putri kembang telang (Clitoria ternatea L). Tumbuhan
malu (Mimosa pudica. L). Menurut Steenis (2013) berhabitus herba ini memiliki tipe batang
tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yakni, habitusnya herbaceous. Bentuk batang bulat dan pada
herba memanjat atau berbaring atau setengah permukaannya memiliki rambut-rambut kecil. Arah
perdu, tingginya sekitar 0,3-1,5 m. Memiliki akar tumbuhnya membelit ke kiri (sinistrorsum volubilis)
pena yang kuat. Pada batang terdapat bulu sikat karena arah belitan yang berlawanan arah putaran

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


212
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 209-213 April 2018 e-ISSN 2623-1980

jarum. Batang tumbuhan ini naik ke atas dengan benang sari. Putik pada bunga ini berbentuk
menggunakan cabang pembelit dan meliliti lembaran pipih seperti daun. Kelopak bunga
penunjangnya yang jika kita ikuti jalannya batang berjumlah 5 buah yang berdekatan dengan dua
yang membelit itu, maka penunjang akan selalu lingkaran sedangka mahkota bunga berjumlah 3
berada di sebelah kiri kita. Cabang-cabangnya buah dan berlekatan.
merupakan pendukung daun-daun dan mempunyai
ruas-ruas yang cukup panjang atau bersifat sirung 4. SIMPULAN
panjang. Percabangan pada pisang adalah
monopodial. Cara percabangan monopodial yaitu Enam genus dari Fabaceae yang ditemukan di
jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih kawasan hutan Pantai Tabanio Kabupaten Tanah
besar dan lebih panjang (lebih cepat Laut adalah Adenanthera, Caesalpinia, Cassia,
pertumbuhannya) daripada cabang- Mimosa, Leucaena, dan Clitoria.
cabangnya. Pada pengamatan didapat juga bagian-
bagian kembang telang, yaitu batang, daun, bunga, 5. DAFTAR PUSTAKA
buku-buku batang, dan ruas-ruas batang.
Menurut Tjitrosoepomo (1985), arah tumbuh Danarto SA. 2013. Keragaman Dan Potensi Koleksi
batang kembang telang adalah membelit ke kiri Polong-Polongan (Fabaceae) Di Kebun Raya
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan anual, yaitu Purwodadi. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
tumbuhan yang berumur pendek, yakni umurnya Raya Purwodadi, Malang.
kurang dari 1 tahun. Kembang telang adalah Indriyanto. 2012. Ekologi Hutan. Sinar Grafika Offset,
tumbuhan merambat yang biasa ditemukan di Jakarta.
Irsyam, Dwipa AS, Priyanti. 2016. Suku Fabaceae Di
pekarangan atau tepi hutan. Tumbuhan anggota
Kampus Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif
polong-polongan ini berasal dari Asia tropis, namun Hidayatullah, Jakarta, Bagian 1: Tumbuhan Polong
sekarang telah menyebar ke seluruh daerah tropika. Berperawakan Pohon. Program Studi Biologi
Bunga telang merupakan tipe bunga majemuk Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
berbatas dengan bentuk bunga majemuknya yaitu Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
anak payung menggarpu. Pada bunga Kandowangko et al.. 2011. Kajian Etnobotani Tanaman
telang mahkotanya berwarna ungu yang Obat oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango
mempunyai ciri khas yaitu putik dan benang sari Provinsi Gorontal. FMIPA Universitas Negeri
yang tersembunyi atau tidak nampak dari Gorontalo, Gorontalo.
luar. Pada mahkota bunganya ada beberapa Lewis EG, Schrire B, Mackinder B. 2005. Legume Of The
World. Kew Publishing, London.
mahkota bunga yang terletak di tengah mengalami
Murni. 2014. Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Ketepeng
modifikasi sehingga menjadi sebuah mahkota (Cassia Alata L.) dan Ketepeng Kecil (Cassia Tora
pelindung, dan apabila mahkota tersebut kita buka L.) terhadap Plasmodium Falciparum Secara in
maka di dalamnya terdapat semacam tangkai atau Vitro. Balai Litbang P2B2 Donggala.
yang disebut stilus, stilus ini terdapat membengkok NRCS. 2011. Invasive Species Fact Sheet Pacific Islands
di dalam mahkota pelindung dan apabila diluruskan Area Invasive Species Fact.
maka akan terlihat benang-benang sari yang Steenis VCCTGI. 2013. Flora. Paradya Pratama, Jakarta.
menempel pada stilus tersebut dan di puncak stilus Suita E. 2013. Seri Teknologi Perbenihan Tanaman
terdapat satu buah kepala putik. Pada bunga ini Hutan. Kementerian Kehutanan, Bogor.
benang sarinya berjumlah 10 buah, tersusun atas Tjitrosoepomo G. 1993. Taksonomi Umum. Gajah Mada
University, Yogyakarta.
dua berkas, berkas pertama tersusun dari 7 benang
sari sedangkan berkas kedua tersusun atas 3

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


213

Anda mungkin juga menyukai