Anda di halaman 1dari 5

CARA MENYENANGKAN HATI ALLAH (Upah yang Besar)

(Mazmur 19 : 8 – 15)

PENDAHULUAN:
Mazmur, Buku Pujian Yahudi Mazmur 19 syair pendidikan yang sempurna, dinyanyikan dalam penyembahan di
Tabernakel Mazmur 19:1-6 cakrawala menceritakan kemuliaan Tuhan; Mazmur 19:7-15 tanggapan manusia pada
kemuliaan dan kuasa Allah.

KALKUN: Raja Daud menyanyi tentang tiga pilihan yang harus diambil oleh setiap orang yang akan berhasil
menyenangkan hati Allah

I MEMILIKI CITA-CITA ROHANI YANG TINGGI (15)


45 pasal tentang Daud, disebut 58 kali dalam Perjanjian Baru, 75 Mazmur berjudul, “Kepada Daud.”
Raja yang bijak, berani dan “ ……… melakukan kehendak Allah pada zamannya ……… (Kisah Para Rasul 13:36)
Daud pemimpin ideal; Yerusalem disebut “Kota Daud” (Lukas 3:22) Yesus keturunan Daud (Wahyu 22:16); “Bintang
Daud.”
Apa yang paling hebat tentang Daud? Kerohaniannya!
Tuhan memilih Daud berdasarkan hatinya (I Samuel 16:7)
“ ……… seorang yang berkenan di hatiKu ……… (Kisah Para Rasul 13:22)
Mengapa? Cita-citanya tinggi!
“ ……… ucapan mulut ……… ” tak bersalah ……… sempurna (Yakub 3:2) ……… renungan hati ……… ” berkenan.

II. BERPEGANG PADA FIRMAN ALLAH (8-12)


1. 5 Sifat Firman Allah ……… Taurat ……… intan permata Israel (8-10)
1)    “Sempurna” —> “menyegarkan”
2)    “Teguh” —> “hikmat”
3)    “Tepat” —> “menyukakan hati.” Sesuatu  yang tepat selalu menyukakan hati.
4)    “Murni” —> “mata bercahaya” Menyembuhkan kebutaan jiwa ……… pelita bagi kaki (Baca dalam
Mazmur 119:105)
5)    “Benar” —> Tidak ada yang palsu di dalamnya
2.    Keunggulan Firman Allah (11)
1)    Lebih indah dari emas, banyak emas, emas tua (murni)
Lukisan: Emas dipersembahkan orang maju kepada Yesus
2)    Lebih manis dari madu tetesan (tidak campur lilin)
Lukisan: “Tanah berlimpah susu dan madu” ……… dipakai untuk masak kue
3)    Tugas Firman Tuhan (12) ……… memperingati, menerangi
Lukisan: Hidup tanpa Firman ……… stir mobil dengan mata tertutup.
4)    “Berperang” berarti “membaca” dan “menaati.”

III. BERSANDAR PADA PERTOLONGAN TUHAN (13-14)


** Pilihan cita-cita tinggi dan Firman tidak cukup
Manusia akan puas dengan dirinya sendiri kalau tidak mengetahui isi Firman Tuhan
Penyelidikan akan Firman Tuhan mendorong kita untuk mencari pertolongan Tuhan
“Bebaskanlah” ……… “makin hari makin sadar akan ‘kesesatan’ ……… hal yang tidak disadari”
Lukisan: Kesombongan penyakit aneh, disadari semua orang kecuali yang sombong
“Lindungilah ……… terhadap ……… yang kurang ajar.” Pengaruh orang lain
Lukisan: Ipar yang Kristen tetapi mulai minum sedikit-sedikit.
Lukisan: Dusty, regu baseball yang main pada hari Minggu
*** “Tak bercanda” ……… “bebas dari pelanggaran besar”

KESIMPULAN:
Tiga pilihan ini ……… menuju kepada “upah yang besar” (12) ……… menyenangkan hati Allah
MENYENANGKAN HATI ALLAH
(Mazmur 19 : 8 – 15)
Judul lain untuk “Kitab Mazmur” ialah “Buku Pujian orang Yahudi” atau “Buku Nyanyian orang Yahudi.” Seratus lima
puluh Mazmur merupakan nyanyian, dan nyanyian tanpa lagunya dapat disebut sajak atau syair. Salah satu syair
terindah dalam Kitab Mazmur ialah Mazmur 19. Mazmur ini disebut “adidactic P salm,” yaitu Mazmur yang mengajar
atau mendidik. Seperti banyak Mazmur lain Mazmur ini dikarang oleh Daud dan pada mulanya dinyanyikan dalam
penyembahan umat Israel di tabernakelnya di Yerusalem.
Sudah jelas bahwa Mazmur ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, 19:1-6 menjelaskan bagaimana
cakrawala memberitakan kemuliaan dan kebesaran Allah. Bagian kedua, yaitu 19:7-15 menekankan tanggapan atau
respons manusia terhadap kebesaran dan kemuliaan Allah itu.
Dalam respons atau tanggapan Daud dalam nyanyiannya kita melihat seseorang yang sungguh menyenangkan hati
Allah. Setiap orang Kristen, yang sungguh-sungguh mencintai Allah, tentu ingin menyenangkan hatiNya. Oleh karena itu
kita sekarang menyelidiki Mazmur ini dari segi itu. Dalam bagian nyanyiannya ini (ayat 8-15) Raja Daud menyanyi
tentang 3 pilihan yang harus diambil oleh setiap orang yang ingin berhasil menyenangkan hati Allah. Ternyata, jikalau
kita mengambil tiga pilihan ini, yaitu jikalau kita memilih apa yang dipilih Daud, kita pasti akan menyenangkan hati Allah.
Dengan demikian, marilah kita memeriksa 3 pilihan ini satu demi satu, yaitu tiga pilihan yang akan menolong kita untuk
dapat menyenangkan hati Allah. Pilihan pertama ialah:
I. MEMILIKI CITA-CITA ROHANI YANG TINGGI (15)
Alkitab Perjanjian Lama memuat 45 pasal tentang Raja Daud dan orang ini disebut 58 kali dalam Perjanjian Baru.
Malahan judul pada 73 Mazmur berbunyi, “Kepada Daud.” Ternyata Daud mempunyai peranan besar dan penting dalam
Alkitab.
Daud adalah raja yang bijak dan berani. Menurut Kisah Para Rasul 13:36 ia “……… melakukan kehendak Allah pada
zamannya ……… “ Dalam versi King James dalam bahasa Inggris kalimat itu berbunyi, “……… ia melayani umatnya
menurut kehendak Allah.”
Untuk orang Yahudi Daud adalah “Raja Ideal.” Misalnya kita membaca dalam Lukas 1:32 tentang “takhta Daud”
walaupun ada banyak raja di Israel sesudah Daud. Kota Yerusalam selalu disebut “Kota Daud” malahan sampai hari ini.
Bendera Israel sekarang ini dihiasai dengan bintang berujung enam yang disebut “The Star of David” atau “Bintang
Daud.” Mungkin penghargaan tertinggi yang diberikan kepada Daud diucapkan oleh Tuhan Yesus dalam Wahyu 22:16 di
mana kita membaca, “……… Aku adalah tunas yaitu keturunan Daud,……… “.
Apabila kita menyelidiki kehidupan Daud dan pengharuhnya pada umat Israel, apabila pada zaman kita, kita perlu
bertanya, “Apa yang paling hebat tentang Raja Daud? Apa yang menyebabkan orang ini mempunyai pengaruh yang
begitu besar? Kita dapat menjawab “Kerohaniannya.” Alkitab menjelaskan semua kesalahan dan kelemahan Daud,
namun yang paling nyata, yang paling kentara, yang paling menyolok dari kehidupan orang ini ialah kerohaniannya.
Pada waktu Samuel berusaha memilih raja sebagai pengganti Raja Saul, ia mempertimbangkan paras dan perawakan
anak-anak Isai. Allah menegur Samuel dengan mengatakan, “……… Tuhan melihat hati.” Daud dipilih menjadi raja oleh
Tuhan berdasarkan apa yang ada di dalam hatinya. Dia tidak dipilih karena ia berani atau bijak atau ganteng atau
gagah. Dia dipilih karena hatinya.
Dalam Kisah Para Rasul kita mendengar kesaksian Tuhan akan Daud yang diucapkan seribu tahun sesudah Daud
meninggal, yaitu: “Aku sudah mendapati Daud bin Isai itu seorang yang menyenangkan hatiKu (Kisah Para Rasul 13:22
dalam ‘Kabar Baik untuk Masa Kini’).”
Rupanya “menyenangkan hati Allah” adalah gol yang begitu hebat dan tinggi apalagi penting. Tetapi mengapa sampai
Daud sendiri berhasil menyenangkan hati Allah? Kami rasa karena cita-citanya tinggi sekali. Perhatikanlah ayat 15 di
mana kita melihat kerinduan Daud atau cita-citanya ……… “Mudah-mudahan engkau berkenan akan ucapan
mulutku dan renungan hatiku ya Tuhan.” Menurut hemat kami tidak mungkin ada cita-cita yang berhubungan dengan
kerohanian kita pribadi yang lebih tinggi dari ini.
Kita semua tahu bahwa sesudah kita berbuat segala sesuatu untuk berkelakuan baik, kita masih berjuang mengatasi
“ucapan mulut.” Mungkin kita berbudi pekerti tinggi, mungkin kita menjauhkan diri dari segala hawa nafsu, tidak
korupsi dan sungguh menjadi dermawan, tetapi bagaimana “ucapan mulut” kita.
Rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa kita semua bersalah dalam banyak hal, tetapi barangsiapa yang tidak salah
dalam perkataan, ialah orang sempurna (Yakub 3:2). Pada masa dulu dan malahan sekarang ada orang-orang biarawan
dan biarawati yang begitu rindu berkenan kepada hati Allah sampai mereka berbuat “nazar diam” (vows of silence) di
mana mereka tidak berbicara atau bicara sedikit saja. Tetapi Daud tidak merasa menjadi orang bisu untuk menjadikan
dia lebih berkenan kepada Tuhan. Dia mau berbicara dan merasa Tuhan ingin agar ia berbicara. Ia hanya rindu agar
semua “ucapan mulutnya” berkenan kepada Allah.
Apakah kita mempunyai cita-cita setinggi cita-cita Daud? Apakah kita memohon dalam hati kita agar “ucapan mulut”
dan “renungan hati” kita selalu berkenan kepada Tuhan? Inilah pilihan kita yang pertama yaitu kita harus memilih untuk
memiliki cita-cita yang tinggi, yaitu setinggi cita-cita Daud.
Selanjutnya, marilah kita memikirkan pilihan kedua jikalau kita hendak menyenangkan hati Allah.
II. BERPEGANG PADA FIRMAN TUHAN (8-12)
Firman Tuhan atau Hukum Taurat dalam konteks Mazmur ini mempunyai peranan besar dalam kehidupan seseorang
yang ingin berkenan kepada Allah. Orang tidak mungkin akan berkenan kepada Allah kecuali kalau ia berpegang pada
Firman Tuhan. Inilah pilihan kunci yang dinyanyikan Daud dalam syair ini.
Hukum Taurat (Firman Allah) sering disebut “Intan Permata Israel.” Sebutan itu akan makin dimengerti apabila kita
mempertimbangkan lima sifat utama Firman Allah yang dikemukakan dalam ayat 8 s/d 10.
Pertama, kita melihat bahwa Firman Tuhan adalah “sempurna” dengan akibat menyegarkan jiwa kita. Hal ini tidak
mengherankan. Misalnya, minuman yang sempurna dapat menyegarkan seseorang yang haus. Tetapi apakah orang
akan disegarkan kalau ia minum air jeruk yang busuk atau kecut? Tidak! Tetapi makin sempurna air jeruk itu, kita makin
disegarkan. Firman Tuhan sungguh sempurna. Orang yang membacanya dan merenungkannya dengan sungguh-
sungguh selalu akan disegarkan.
Kedua, kita melihat bahwa Firman Tuhanlah “teguh” dengan akibat “memberi hikmat kepada orang yang tidak
berpengalaman.” Pengalaman orang muda kurang sekali dan oleh karena itu biasanya kurang berhikmat. Jalan keluar
untuknya ialah membaca Firman Tuhan. Pemuda atau pemudi yang menguasai Firman Tuhan akan lebih berhikmat
daripada orang tua yang melalaikan Firman Tuhan. Mengapa Firman Tuhan dapat memberi hikmat kepada kita? Karena
Firman Tuhan adalah sumber hikmat yang teguh. Jikalau kita akan minta nasihat mengenai memperbaiki mobil, kita
tidak akan bertanya kepada Dr. Gigi, dan kalau kita minta tolong dalam hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan
barang pecah-belah, kita tidak akan bertanya kepada tukang parkir. Firman Allah adalah pikiran Allah di atas kertas,
yaitu nasihat dari Dia yang Maha Hikmat. Membaca Firman Tuhan pasti akan menjadikan kita orang yang berhikmat.
Sifat Firman Tuhan yang ketiga disebut dalam ayat 9, yaitu “tepat.” Dan karena Firman Tuhan itu tepat, maka Firman
Tuhan itu menyukakan hati. Perkataan, nasihat atau khotbah yang tepat selalu memuaskan dan menyukakan hati.
Firman Tuhan selalu tepat.
Kemudian Pemazmur mengatakan bahwa Firman Tuhan itu juga “murni” dan “membuat mata bercahaya.” Mungkin
mata kita bercahaya karena melihat sesuatu yang murni. Mata kita bercahaya apabila kita melihat air yang murni, pohon
yang hijau dan sehat, rumah yang bagus dan rapi apalagi mobil yang baru dan mengkilap. Demikian juga kemurnian
Firman Tuhan dapat menyebabkan mata seseorang bercahaya.
Kita juga dapat mengatakan bahwa kemurnian Firman Tuhan itu menyembuhkan kebutaan jiwa dan karena itu juga
“membuat mata bercahaya.” Mazmur 119:105 mengatakan bahwa Firman Tuhan adalah “pelita bagi kaki kita”.
Akhirnya, kita membaca bahwa Firman Tuhan itu “benar,” yaitu bahwa tidak ada sesuatu yang palsu di dalamnya.
Dunia ini begitu penuh dengan kepalsuan. Siapa dapat percaya kepada apa yang ditulis dalam surat kabar dan majalah
atau yang diucapkan manusia? Banyak orang yang begitu sering berbohong, sampai mereka tidak sadar lagi bahwa
mereka berbohong, apalagi ia mulai percaya kepada kebohongannya sendiri. Dalam dunia ini di mana orang tidak
mengerti apa artinya isilah “benar”, betapa orang terhibur oleh kenyataan bahwa Firman Tuhan itu “benar” adanya.
Sebagai akibat dari renungannya akan lima sifat tadi Daud terdorong untuk memuji keagungan Firman Tuhan (11).
Firman Tuhan itu begitu indah dan mulia, sampai dirasanya hanya dapat dibandingkan dengan emas. Tetapi sebetulnya
Firman itu tak dapat dibandingkan dengan emas, karena Firman Allah “lebih indah” dari emas. Daud masih belum puas
dengan perbandingan ini. Ia menambahkan bahwa Firman Tuhan itu lebih indah dari “banyak emas.” Masih kurang puas
dia, sampai ia mengatakan “lebih indah dari banyak emas tua” atau emas murni. Emas sangat diharga di tanah Palestina
karena tidak ditambang di sana. Namun pada zaman kuno orang yang mempunyai banyak emas dianggap orang kaya.
Persembahan emas adalah salah satu persembahan yang dibawa oleh orang Majus kepada bayi Yesus. Namun, menurut
Daud, Firman Tuhan jauh lebih indah dari banyak emas murni. Bagaimana pandangan Anda tentang Firman Tuhan?
Apakah sama dengan Raja Daud?.
Walaupun emas itu indah, emas itu kurang enak. Demikianlah Daud menambah satu kiasan lagi. Dalam perbandingan ini
ia mengingatkan bahwa Firman Tuhan itu adalah seperti madu. Hanya satu perbedaannya. Firman Tuhan “lebih manis”
dari madu. Tetapi madu yang bagaimana? Madu tetesan! Itulah madu yang paling murni karena tidak tercampur
dengan lilin sarang lebah. Bagaimana pandangan orang Yahudi akan madu? Ingatlah pada waktu Allah menggambarkan
“Tanah Perjanjian” kepada mereka? Allah mengatakan bahwa Tanah Perjanjian itu “tanah yang berlimpah dengan susu
dan madu.” Itulah keterangan yang paling meyakinkan mereka akan keunggulan tanah Palestina, tempat tujuan mereka
dari Mesir. Orang Yahudi tidak mempunyai tebu sebagai sumber gula, seperti kita di Indonesia. Jikalau mereka ingin
memasak kue yang manis, mereka sering memakai madu. Dan kue yang dimasak dengan madu itu sangat enak. Namun
madu tidak semanis Firman Tuhan. Daud sungguh percaya dan yakin akan keungggulan Firman Tuhan.
Dalam bagian ini di mana Daud mendorong kita untuk memilih Firman Tuhan, ia juga berbicara dengan terus terang
tentang tugas utama Firman ini. Dalam ayat 12 kita membaca, “……… hambamu diperingatkan oleh semuanya.” Istilah
“diperingatkan” juga dapat diterjemahkan dengan “diterangi.” Pokoknya Firman Allah itu bertujuan untuk menolong
kita melewati kehidupan ini tanpa mendapat kecelakaan rohani. Seseorang yang hidup tanpa Firman Tuhan adalah
sebagai sopir yang menyetir mobilnya di kota Surabaya dengan matanya dan telinganya tertutup. Sopir yang demikian
macam itu tidak akan mendengarkan klakson dari motor lain, ia tidak akan melihat rambu-rambu jalan atau lampu
merah. Jelas dia tidak akan sampai berjalan jauh, ia sudah mendapat kecelakaan.
Demikian juga nasib banyak orang Kristen. Mengapa banyak orang Kristen jatuh ke dalam dosa, hidup dalam keadaan
rohani yang tidak keruan? Karena mereka menutup mata dan telinga mereka terhadap Firman Tuhan. Mereka tidak mau
diterangi oleh lampu yang terbaik atau diperingati oleh Tuhan semesta alam. Anda berpeganglah pada Firman Tuhan,
dan Anda akan diselamatkan dari banyak kesusahan dan banyak air mata.
“Berpegang” pada Firman Tuhan! Bagaimana caranya? Satu-satunya cara ialah membaca dan menaatinya. Tanpa
membaca, Anda tidak akan tahu apa yang harus ditaati. Tanpa menaatinya, pembacaan Firman Tuhan tidak bermanfaat
buat Anda.
Demikianlah pilihan kedua yang harus Anda ambil, jikalau Anda hendak hidup berkenan dan menyenangkan hati Allah.
Sekarang kita akan menyelidiki pilihan ketiga, yaitu:
III. BERSANDAR PADA PERTOLONGAN TUHAN (13-14)
Yang mengherankan dalam pokok ini ialah bahwa cita-cita tinggi dan Firman Tuhan tidak cukup untuk menghasilkan
orang yang menyenangkan hati Allah. Bagaimanapun juga, untuk menang atas dosa dan hidup dalam kesucian, kita
harus bersandar pada pertolongan Tuhan.
Ini tidak berarti bahwa Firman Tuhan tidak memainkan peranan penting dalam kesucian pribadi kita. Malahan peranan
Firman Tuhan penting sekali. Pada umumnya manusia puas dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya sudah
cukup baik. Tetapi apabila ia mulai menyelidiki Firman Tuhan, baru ia mulai sadar akan kenajisannya di hadapan Allah.
Dan juga, kalau ia banyak menyelidiki Firman Tuhan, ia akan terdorong untuk mencari pertolongan Tuhan. Mengapa
demikian? Karena Firman Tuhan akan menunjukkan bahwa tidak ada harapan baginya terpisah dari campur tangan
Tuhan.
Dalam bagian ini Raja Daud pertama-tama bertanya pada dirinya sendiri, “Siapakah yang dapat mengetahui
kesesatan?” Maksudnya “kesesatannya sendiri” atau “kesalahan-kesalahannya.” Dia menyadari adanya dosa-dosa
yang masih disembunyikan dalam dirinya sendiri. Dia tidak mengetahui hatinya sendiri. Mungkin ia pernah melakukan
sesuatu yang dirasanya tak mungkin akan dilakukannya. Mungkin ia berkata dengan heran, “Masak saya berbuat
demikian atau berpikir demikian?” Setiap orang pernah melakukan sesuatu kejahatan yang sebelumnya dianggap
mustahil ia sanggup melakukannya. Jelas Daud yakin tak mungkin ia dapat membunuh seseorang, malahan hatinya
begitu lembut sampai ia tidak membunuh Saul, musuhnya yang kejam yang berusaha untuk membunuh dia. Tetapi apa
yang terjadi? Ia membunuh Uria, suami Batsyeba, tentaranya yang tulus.
Demikianlah Daud berdosa, “Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari!” Bebaskanlah kami dari dosa-dosa yang
tersembunyi dalam hati kami yang dapat menguasai kami walaupun kami tidak menyadari keberadaannya. Mungkin
Anda yakin bahwa Anda pasti tidak membunuh seperti Daud. Mungkin juga. Tetapi bagaimana tentang dosa
kesombongan? Apakah ini merupakan dosa yang tersembunyi dalam hati Anda? Kesombongan sungguh-sungguh
merupakan penyakit yang aneh sekali. Mengapa aneh? Karena semua orang menyadari bahwa ia orang sombong
kecuali dia sendiri. Malahan mungkin orang itu menganggap dirinya rendah hati. Mungkin dosa kesombongan
tersembunyi dalam hati Anda padahal kentara kepada semua orang lain. Doa Daud perlu menjadi doa kita,
“Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.”
Tetapi Daud tidak hanya waspada terhadap apa yang tidak disadarinya. Ia juga menyadari adanya bahaya dari orang-
orang sekitarnya. Sebagai raja ia dikelilingi oleh banyak orang. Tidak mungkin mereka mengaku bahwa mereka percaya
dan ikut berdoa. Tetapi hati mereka mungkin jauh dari Tuhan. Pada waktu Daud harus mengambil keputusan ia terpaksa
meminta nasihat dan pandangan dari orang-orang yang bekerja dengan dia di istana. Beberapa orang ini dicap “kurang
ajar.” Daud takut mereka akan memberi nasihat yang salah atau nasihat yang menyebabkan dia melanggar hukum Allah.
Akibatnya ia berdoa, “Lindungilah hambaMu juga, terhadap orang yang kurang ajar.”
Kita juga menghadapi orang-orang seperti itu. Ada banyak orang Kristen malahan, yang tidak mendasarkan hidupnya
pada Alkitab, dan mereka sering mempengaruhi kita. Ada orang Kristen yang menasihati kita untuk berbuat sesuatu
yang kita yakin dilarang oleh Tuhan. Misalnya pada waktu isteri saya di Amerika Serikat tahun yang lalu dia diundang
makan di sebuah rumah makan. Tahu-tahu saudaranya dan suaminya, yang juga Kristen dan ikut gereja Injili, pesan
minuman keras utnuk diminum pada waktu makan. Mereka orang baik dan isteri saya dapat dipengaruhi oleh mereka.
Mereka mempunyai beban untuk penginjilan di luar negeri malahan mereka mendukung penginjilan dengan sumbangn
yang cukup besar. Bagaimana isteri saya harus bertindak pada waktu itu? Dia yakin bahwa Tuhan tidak menginginkan ia
minum minuman keras. Dan dia tidak dipengaruhi. Tetapi banyak orang dalam keadaan semacam ini mengalah dengan
akibat mereka melanggar kehendak Allah.
Tetapi kita tidak selalu kuat dalam pendirian kita. Oleh karena itu kita harus minta perlindungan Tuhan agar kita tidak
dipengaruhi oleh orang lain sampai membuat “pelanggaran besar.” Dengan demikian kita akan menjadi “tak bercela”
dan dapat sungguh menyenangkan hati Tuhan.
Dalam dua hal ini, yaitu kesalahan-kesalahan yang tersembunyi pada kita dan pengaruh orang yang kurang ajar, kita
sungguh memerlukan pertolongan Tuhan. Cita-cita rohani yang tinggi dan pembacaan dan ketaatan akan Firman Tuhan
tidak sanggup menghasilkan orang yang menyenangkan hati Allah. Kita juga harus belajar bersandar pada pertolongan
Tuhan.
KESIMPULAN:
Dalam ayat 12 Raja Daud berbicara tentang “upah yang besar.” Mungkin upah yang dimaksudkan adalah pujian dari
Allah yang senada dengan pujian yang diberikan pada Daud, “Inilah orang yang berkenan di hatiku.” Siapa dapat
membayangkan upah yang lebih besar dari itu. Tetapi untuk mendapat pujian semacam itu, yaitu upah dari Tuhan itu,
kita harus memilih cita-cita rohani yang tinggi, kita harus memilih untuk berpegang pada Firman Tuhan, kita harus
memilih utnuk bersandar pada pertolongan Tuhan. Kalau ini sungguh merupakan tiga pilihan kita, kita juga, seperti
Daud, akan menyenangkan hati Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai