Naskah ISOTERM 2021 - Andjani Widya Hemasita - Institut Teknologi Bandung
Naskah ISOTERM 2021 - Andjani Widya Hemasita - Institut Teknologi Bandung
2021
Disusun oleh:
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
i
LEMBAR ORISINALITAS KARYA TULIS
Dengan ini menyatakan bahwa seluruh dokumen karya ilmiah dengan judul
“ANALISIS LAPISAN BIOSENSOR PADA SURFACE PLASMON
RESONANCE UNTUK DETEKSI COVID-19” yang kami ikut sertakan dalam
lomba ISOTERM (Indonesia’s Innovative Research Competition) 2021 yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA” Institut Teknologi
Bandung ini adalah ASLI karya kami dan bukan merupakan plagiarisme dari
karya orang lain. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh panitia ISOTERM 2021 berupa
diskualifikasi dari kompetisi.
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Batasan Masalah 1
1.4 Tujuan 1
1.5 Manfaat 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Introduksi Biosensor 3
2.2 Surface Plasmonic Resonance 4
METODE PENELITIAN 6
3.1 Metode Penelitian 6
3.2 Teknik Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
4.1 Aspek Biosensor Ideal pada SPR 7
4.2 Aspek yang Terpengaruh oleh lapisan biosensor pada SPR 8
4.3 Analisis Keseluruhan 10
KESIMPULAN DAN SARAN 12
5.1 Kesimpulan 12
5.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 14
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing 15
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
ABSTRAK
Sampai saat ini, deteksi pasien terinfeksi COVID-19 di Indonesia paling efektif
adalah menggunakan metode PCR (polymerase chain reaction) . Namun, metode
tersebut masih memiliki beberapa kekurangan seperti dibutuhkan petugas
laboratorium yang terlatih, reagen yang banyak untuk pengujian massal, serta
waktu yang lama untuk proses pemurnian sampel. Untuk menghindari kekurangan
tersebut, digunakan alternatif lain yaitu metode SPR (surface plasmon resonance) .
SPR adalah metode deteksi label-free yang dapat digunakan untuk menganalisis
interaksi molekuler pada permukaan sensor. Pada permukaan tersebut, terdapat
lapisan yang dapat mempengaruhi sensitivitas dari pendeteksian COVID-19.
Untuk menemukan lapisan biosensor yang paling baik, lapisan Au, hibrida
Au-MoS2-Graphene, lembaran tipis MoS2, dan graphene dilapisi perak dengan
kromium, akan ditinjau berdasarkan sebelas aspek biosensor ideal untuk
mendeteksi COVID-19. Aspek tersebut adalah sensitivitas tinggi, selektivitas
tinggi, respon cepat, dapat mengirimkan banyak informasi sekaligus dan memiliki
banyak sensing nodes, sekali pakai, waktu penyimpanan yang lama, mudah
digunakan, harganya murah, dapat diproduksi massal, dapat bekerja sendiri, dan
QF (quality factor). Dengan membandingkan lapisan-lapisan tersebut dari data
yang sudah ada, didapat bahwa Au-MoS2-Graphene u nggul di dua aspek dari
lima aspek yang dinilai. Sehingga didapatkan kesimpulan Au-MoS2-Graphene
merupakan lapisan biosensor paling efektif untuk mendeteksi COVID-19.
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. mengetahui performa SPR sebagai biosensor untuk COVID-19; dan
b. mengetahui performa lapisan biosensor sebagai biosensor untuk
mendeteksi SARS-COV2.
1.5 Manfaat
Penelitian ini dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan
alat deteksi terbaik bagi pengembang alat deteksi COVID-19. Teknologi
pendeteksian COVID-19 yang semakin berkembang diharapkan dapat mendukung
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan angka penderita
COVID-19. Penggunaan SPR dalam mendeteksi COVID-19 diharapkan dapat
menutupi kekurangan-kekurangan pada teknologi yang digunakan sebelumnya, di
antaranya terkait akurasi serta dapat menurunkan biaya operasi karena sensor
reusable. Selain itu, peneliti SPR dapat mengetahui keunggulan masing-masing
lapisan biosensor yang dibahas pada penelitian ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu biosensor yang banyak dikembangkan saat ini adalah biosensor
optik terutama yang didasarkan pada prinsip plasmonik. Biosensor optik seperti
Surface Plasmonic Resonance ( SPR) tersedia secara komersial sejak awal
1990-an, dan telah banyak digunakan untuk mendeteksi strain virus seperti yang
terkait dengan H1N1, SARS, MERS, dan influenza. Sedangkan teknik plasmonik
banyak dikembangkan karena memberikan sensitivitas tinggi, selektivitas, dan
waktu respons yang cepat untuk mendeteksi strain virus (Bhalla, 2020).
Susunan lapisan yang terdapat pada SPR dapat diubah-ubah sesuai lapisan
film yang ingin digunakan. Terdapat dua konfigurasi umum yang digunakan oleh
SPR yaitu konfigurasi Kretschmann dan konfigurasi Otto. Pada konfigurasi Otto,
dielektrik terletak antara prisma dan lapisan logam. Pada konfigurasi
Kretschmann, lapisan logam diletakkan antara dielektrik dan prisma. Penggunaan
konfigurasi Kretschmann lebih umum digunakan karena cahaya yang dipantulkan
lebih banyak dibandingkan dengan konfigurasi Otto (Homola et al., 1999).
dibutuhkan suatu reagen yang dapat berikatan dengan analit (Gnedenko et al.,
2015).
7
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari sebelas aspek biosensor ideal, kami membagi aspek tersebut menjadi
dua bagian yaitu aspek yang dipengaruhi oleh SPR dan aspek yang dipengaruhi
oleh lapisan penyusun biosensor.
Pada proses deteksi suatu penyakit, deteksi dini terkadang sulit dilakukan
karena keterbatasan alat berbeda-beda. Terdapat alat yang sanggup mendeteksi
penyakit dengan jumlah sampel yang sedikit, namun terdapat pula alat yang hanya
dapat mendeteksi penyakit jika jumlah sampel memadai. Padahal deteksi dini
sangat penting untuk mencegah penularan lebih lanjut, terutama pada suatu
pandemi seperti COVID-19. Untuk meningkatkan akurasi alat dalam proses
deteksi dini, SPR dapat memanfaatkan sifat multiplexing yang dapat mengirimkan
banyak informasi sekaligus sehingga memungkinkan untuk mendeteksi penyakit
secara cepat dan akurat. Multiplexing d apat dicapai dengan mengisolasi secara
fisik berbagai area permukaan sensor, yaitu setiap area terisolasi bertindak sebagai
sensor yang berdiri sendiri (Geißler et al., 2010).
9
mengisolasi diri, yang akan memastikan bahwa penularan penyakit dapat dibatasi
dari sumbernya.
SPR kurang memenuhi parameter ini karena yang bisa menggunakan SPR
ialah tenaga ahli. Namun dibanding biosensor lain, SPR masih tergolong mudah
digunakan karena proses preparasi chip sensor tidak seluruhnya dilakukan di
laboratorium BSL3 (biosafety level 3) atau laboratorium dengan keamanan tinggi
sehingga memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan pengujian (Huynh et
al., 2020).
untuk mendorong proses eksitasi dari transfer muatan yang efisien antara
graphene dan lapisan logam.
MoS2 memiliki band gap dan efisiensi yang lebih besar dibandingkan
graphene. MoS2 bersifat hidrofobik dan menunjukkan afinitas tinggi terhadap
adsorpsi protein. Luas permukaan yang besar dan keberadaan atom belerang
bebas adalah fitur khas MoS2, yang menjadikannya bahan potensial untuk
dikembangkan menjadi biosensing interface ( Kaushik et al., 2019). Ketika lapisan
MoS2 diendapkan pada lapisan logam tipis, kopling yang kuat dapat diinduksi
pada permukaan MoS2. Karena transfer muatan terjadi dengan efektif dan
terdapat peningkatan medan listrik yang besar, sensitivitas SPR meningkat. Pada
percobaan yang dilakukan dengan membandingkan kinerja sebuah logam Ag dan
Ag/MoS2, MoS2 terbukti meningkatkan stabilitas dan sensitivitas SPR hingga
125%. (Nurrohman et al., 2020).
Gambar 3 (a) Proses pembuatan lapisan Au-MoS2 (b) Proses pembuatan lapisan
Au-MoS2-Graphene
Berikut merupakan hasil analisis dari 4.1 dan 4.2 secara ringkas disajikan
pada tabel 3 yaitu ringkasan performa SPR maupun masing-masing lapisan
terhadap setiap aspek biosensor ideal.
17
Jenis lapisan
Aspek
Au hibrida MoS2 Graphene
Au-MoS2-Gra dilapisi perak
phene dengan
kromium
harga lapisan. Menurut Verma et al. dan Bhalla, et al., aspek terpenting dari suatu
biosensor adalah sensitivitas. Sensitivitas sangat penting dibandingkan
aspek-aspek lain karena jika biosensor tidak sensitif, akurasi deteksi akan
berkurang. Jika hasil yang didapatkan salah, bisa terjadi kasus false negative.
Kejadian ini dapat mengancam kesehatan masyarakat luas karena orang yang
sudah melakukan tes deteksi penyakit akan berperilaku sesuai hasil yang didapat
dari tes. Jika seseorang menderita COVID-19, tapi ia mendapat hasil negatif
karena alat deteksi yang digunakan kurang sensitif, orang tersebut akan merasa
aman karena ia tidak merasa membawa virus dan masih bisa berkeliaran padahal
seharusnya ia melakukan isolasi mandiri. Jika kesalahan deteksi terjadi dalam
skala besar, pemerintah dapat mengambil kesalahan besar seperti membuka PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) padahal masih banyak orang sakit yang
penyakitnya tidak terdeteksi dengan benar. Karena sensitivitas
Au-MoS2-Graphene lebih tinggi dibandingkan yang lapisan lain, dapat
disimpulkan bahwa Au-MoS2-Graphene merupakan lapisan biosensor terbaik.
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan:
1) Surface Plasmon Resonance m emiliki performa yang baik sebagai
biosensor untuk pandemi terutama COVID-19 karena memenuhi aspek
respon cepat, dapat mengirimkan banyak informasi sekaligus dan memiliki
banyak sensing nodes, sekali pakai, dan waktu penyimpanan yang lama.
Akan tetapi, tidak memenuhi aspek mudah digunakan, dapat bekerja
sendiri, dan sambungan ke sistem healthcare.
2) Karena sensitivitas dan QF Au-MoS2-Graphene lebih tinggi dibandingkan
yang lapisan lain, dapat disimpulkan bahwa Au-MoS2-Graphene
merupakan lapisan biosensor SPR terbaik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang didapat, penelitian ini masih dapat dikembangkan
lebih lanjut dengan mempertimbangkan:
1) Ketebalan lapisan, sangat disarankan untuk meneliti mengenai pengaruh
ketebalan lapisan pada sensitivitas.
2) Jurnal SPR yang didapat untuk analisis lapisan biosensor tidak ditujukan
untuk COVID-19 sehingga masih dibutuhkan penelitian SPR yang khusus
untuk COVID-19.
3) Penelitian ini hanya studi literatur, karena itu dibutuhkan pengujian
langsung terhadap teori yang sudah didapat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bhalla, N., Pan, Y., Yang, Z., & Payam, A. F. (2020). Opportunities and
challenges for biosensors and nanoscale analytical tools for pandemics:
COVID-19. ACS nano, 14(7), 7783-7807.Barua, S., Dutta, H. S., Gogoi,
S., Devi, R., & Khan, R. (2017). Nanostructured MoS2-based advanced
biosensors: a review. ACS Applied Nano Materials, 1( 1), 2-25.
Homola, J., Yee, S. S., & Gauglitz, G. (1999). Surface plasmon resonance
sensors. Sensors and actuators B: Chemical, 54(1-2), 3-15.
Hossain, M., & Rana, M. (2016). Graphene coated high sensitive surface plasmon
resonance biosensor for sensing DNA hybridization. Sensor Letters, 14(2),
145-152.
Huynh, H. T., Gotthard, G., Terras, J., Aboudharam, G., Drancourt, M., &
Chabrière, E. (2015). Surface plasmon resonance imaging of pathogens:
the Yersinia pestis paradigm. BMC research notes, 8(1), 1-8.
Jonsson, U., Fagerstam, L., Ivarsson, B., Johnsson, B., Karlsson, R., Lundh, K., ...
& Sjolander, S. (1991). Real-time biospecific interaction analysis using
surface plasmon resonance and a sensor chip technology. Biotechniques,
11(5), 620-627.
Kaur, H., Bhosale, A., & Shrivastav, S. (2018). Biosensors: Classification,
Fundamental Characterization and New Trends: A Review. International
Journal of Health Sciences and Research, 8( 6), 315-333.
Madriz, L., & Vargas, R. (2018). Key aspects of surface plasmon resonance
spectroscopy for analytical chemistry applications. Journal of Analytical
& Pharmaceutical Research, 7( 4).
Mehrotra, P. (2016). Biosensors and their applications–A review. Journal of oral
biology and craniofacial research, 6(2), 153-159.
Murphy, Donald W.; Interrante, Leonard V.; Kaner; Mansuktto (1995).
Metathetical Precursor Route to Molybdenum Disulfide. Inorganic
Syntheses. 30. pp. 33–37. doi:10.1002/9780470132616.ch8
Nair, R. R., Blake, P., Grigorenko, A. N., Novoselov, K. S., Booth, T. J., Stauber,
T., ... & Geim, A. K. (2008). Fine structure constant defines visual
transparency of graphene. Science, 320(5881), 1308-1308.
Obando, L. A., Gentleman, D. J., Holloway, J. R., & Booksh, K. S. (2004).
Manufacture of robust surface plasmon resonance fiber optic based
dip-probes. Sensors and Actuators B: Chemical, 100(3), 439-449.
Piliarik, M., Vala, M., Tichý, I., & Homola, J. (2009). Compact and low-cost
biosensor based on novel approach to spectroscopy of surface plasmons.
Biosensors and Bioelectronics, 24(12), 3430-3435.
Rahman, M. S., Anower, M. S., Hasan, M. R., Hossain, M. B., & Haque, M. I.
(2017). Design and numerical analysis of highly sensitive
Au-MoS2-graphene based hybrid surface plasmon resonance biosensor.
Optics Communications, 396, 36-43.
Song, L., Ci, L., Gao, W., & Ajayan, P. M. (2009). Transfer printing of graphene
using gold film. ACS nano, 3(6), 1353-1356.
22
Wang, B., Barahona, M., & Buck, M. (2013). A modular cell-based biosensor
using engineered genetic logic circuits to detect and integrate multiple
environmental signals. Biosensors and Bioelectronics, 40(1), 368-376.
Wintterlin, J., & Bocquet, M. L. (2009). Graphene on metal surfaces. Surface
Science, 603(10-12), 1841-1852.
Wu, L., Chu, H. S., Koh, W. S., & Li, E. P. (2010). Highly sensitive graphene
biosensors based on surface plasmon resonance. Optics express, 18(14),
14395-14400.
Wulandari, C. (2019). PERFORMA SENSOR BERBASIS SURFACE PLASMON
RESONANCE (SPR) KONFIGURASI KRETSCHMANN DENGAN FILM
TIPIS EMAS UNTUK DETEKSI GULA DARAH (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia)
Verma, A., Prakash, A., & Tripathi, R. (2015). Sensitivity enhancement of surface
plasmon resonance biosensor using graphene and air gap. Optics
communications, 357, 106-112.
Xu, S., Zhan, J., Man, B., Jiang, S., Yue, W., Gao, S., ... & Zhou, Y. (2017).
Real-time reliable determination of binding kinetics of DNA hybridization
using a multi-channel graphene biosensor. Nature communications, 8,
14902.
Yu, H., Chong, Y., Zhang, P., Ma, J., & Li, D. (2020). A D-shaped fiber SPR
sensor with a composite nanostructure of MoS2-graphene for glucose
detection. Talanta, 219, 121324.
Zeng, S., Hu, S., Xia, J., Anderson, T., Dinh, X. Q., Meng, X. M., ... & Yong, K.
T. (2015). Graphene–MoS2 hybrid nanostructures enhanced surface
plasmon resonance biosensors. Sensors and Actuators B: Chemical, 207,
801-810.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri Ketua
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ISOTERM 2021.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ISOTERM 2021.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ISOTERM 2021.
B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana Magister Doktoral
Nama Institusi ITB ITB
Jurusan/Prodi Teknik Elektro Teknik Elektro
Tahun Masuk-Lulus 2004 2006
C.2. Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
Validasi Sistem Machine Learning
1 Berskala Besar untuk Diagnosis ITB 2020
Berbantukan Komputer
Pengembangan Prototip Sistem
Machine Learning Berskala Besar
2 ITB 2019
untuk Diagnosis Berbantukan
Komputer
Pengembangan Prototip Sistem
Machine Learning Berskala Besar
3 ITB 2018
untuk Diagnosis Berbantukan
Komputer
27
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ISOTERM 2021.