Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MAKALAH MEKANIKA TANAH

“Masalah Geologi”
Dosen:

Fauzy Lebang, ST. MT.

Novriyanto Bambo’

4519041075

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2019

i
Kata pengantar
Segala puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena izinNya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masalah Geologi” dengan baik dan tepat waktu.
Saya juga berterima kasih kepada dosen dan semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyusun makalah ini

Sebagai penulis saya sangat berharap agar makalah ini bukan hanya sebagai pemenuhan tugas
kuliah saja, tetapi juga bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Saya juga sangat menyadari akan kekurangan saya dalam menulis makalah ini, makalah yang
masih jauh dari kata sempurna ini. Oleh karena itu, jika ada salah kata ataupun informasi yang
saya berikan mohon dimaafkan, sekian dari saya terima kasih.

Makassar ,21 Desember 2020

ii
Daftar isi
Kata pengantar............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1. Latar belakang.................................................................................................................................2
2. Rumusan masalah............................................................................................................................3
3. Tujuan..............................................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
1. Pengertian dan prinsip dasar geologi teknik....................................................................................4
2. Proses denudasi...............................................................................................................................7
3. Aspek geologis air dalam tanah.....................................................................................................12
4. Sifat-sifat fisik material geologis......................................................................................................18
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................................26
1. Kesimpulan....................................................................................................................................26

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Geologi teknik merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mana di luar negeri
dipelajari secara khusus pada jurusan tersendiri. Bidang ilmu ini awalnya dikembangkan
oleh seorang insanyur sipil yang ahli geodesi berkebangsaan Inggris bemama William
Smith (1763-1839). Beliau melakukan dua langkah maju dalam bidang ilmu rekayasa
yaitu (1) menyusun peta geologis wilayah Inggris (1815, dan menyusun daftar material
geologis yang tepat digunakan untuk bangunan sipil.

Akan tetapi pelembagaan bidang studi geologi teknik baruh dkembangkan pada
pertengahan abad 20 lalu, yang dimotivasi banyaknya kegagalan yarg terjadi pada
bangunan sipil berskala raksasa, aktat tidak adanya perhatian perencana terhadap
fenomerna geologis yang terjadi baik yang diakibatkan oleh Keberadaan bangunan
tersebut maupun akibat bersifat alami, seperti adanya patahan, sesar, dan lain-lain.
Bencana besar pada bangunan yang menjadi pendorong berkembangnya bidang gelogig
teknin ini, antara lain: ambruknya bendungan St. Francis di California Selatan (1928),
Longsornya bendungan do Vaiont di Italia (1963), dan beberapa bangunan lain yang
kesemunya diakibatkan tidak diperhitungkannya faktor goologi di dalam perencanaan.

Berdasarkan definisi yang dberikan oleh AGI, bahwa Goelogi Teknik adalah ilmu
geologi yang drerapkan dalam praktik rekayasa sipil, dangan tujuan agar foktor-faktor
geologis yang mompengaruhi lokasi kontruksi, pongoperasian dan pemeliharaan
bangunan-bangunan sipil dapat dikenali dan dipertimbangkan.

Disamping bidang geologi tenkik, juga dikenal bidang GEOTEKNIK, yang sampai
dewasa ini masih merupakan sub bdang dari Tekrik Sipil. Goeteknik adalah sub bidang
ilmu teknik sipil yang secara spesifik mempelajari tentang penggunaan material
geologi dan perekayasaan elemen bangunan bawah tanah (underground), baik yang
menopang elemen super struktur (pondasi), maupun bangunan yang utuh ditempatkan
dipermukaan tanah (bangunan terowong, power house dan lain-lain).

Seorang ahli geedesi teknik harus mampu mergeksploitasi sifat sfat fisis dan mekanis
dari material kulit bumi (air tanah dan batuan) yang disesuaikan dengan kebutuhan
perekayasaan berbagai macam bangunan sipil. Semua bangunan sipil harus saat masi
berdri di atas lapisan kulit bumi. Olen Karena perilaku dan perbahan yang teradi pada
Lingkunga kutit bumi recara langsung akan memberikan dampak kepada bangunan sipil
di atasnya. Misalnya bendungan yang hamparan tanggulnya metntasi garis patahan,
maka pada saat teriadi Pergerakan patahan akan mengakibatkan instatabilitas pada
tubuh bendungan, bahkan bisa terjadi keruntuhan total bila terjadi perperakan yang
besar.

2
Sedangkan seorang ahli geoteknik, disamping mampu mengeksploitasi parameter teknis
lapisan kulit bumi, juga harus mampu merekayasa bentuk, dimensi, potensi, dan
penempatan bangunan sub struktur di dalam lapisan kulit bumi tersebut. Demikian pula
bila dibutuhan perkuatan (stengthening) pada lapisan geologis yang dieksplorasi, maka
tugas ahli geoteknik untuk merekayasa sistim perkuatan yang efektif untuk dterapkan.

2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan prinsip dasar Geologi teknik
2. Bagaiamana proses denudasi
3. Bagaimana aspek geologis air dalam tanah
4. Bagaimana sifat-sifat fisik material geologis

3. Tujuan
5. Mengetahui pengertian dan prinsip dasar geologi teknik
6. Memahami proses denudasi
7. Memahami aspek geologis air dalam tanah
8. Memahami sifat-sifat fisik material geologis

3
BAB 2 PEMBAHASAN

1. Pengertian dan prinsip dasar geologi teknik

a. Pengertian Geologi Teknik dan Geoteknik


Geologi teknik merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mana di luar
negeri dipelajari secara khusus pada jurusan tersendiri. Bidang ilmu ini awalnya
dikembangkan oleh seorang insanyur sipil yang ahli geodesi berkebangsaan
Inggris bemama William Smith (1763-1839). Beliau melakukan dua langkah maju
dalam bidang ilmu rekayasa yaitu (1) menyusun peta geologis wilayah Inggris
(1815, dan menyusun daftar material geologis yang tepat digunakan untuk
bangunan sipil.
Akan tetapi pelembagaan bidang studi geologi teknik baruh dkembangkan
pada pertengahan abad 20 lalu, yang dimotivasi banyaknya kegagalan yarg terjadi
pada bangunan sipil berskala raksasa, aktat tidak adanya perhatian perencana
terhadap fenomerna geologis yang terjadi baik yang diakibatkan oleh Keberadaan
bangunan tersebut maupun akibat bersifat alami, seperti adanya patahan, sesar,
dan lain-lain. Bencana besar pada bangunan yang menjadi pendorong
berkembangnya bidang gelogig teknin ini, antara lain: ambruknya bendungan St.
Francis di California Selatan (1928), Longsornya bendungan do Vaiont di Italia
(1963), dan beberapa bangunan lain yang kesemunya diakibatkan tidak
diperhitungkannya faktor goologi di dalam perencanaan.
Berdasarkan definisi yang dberikan oleh AGI, bahwa Goelogi Teknik adalah ilmu
geologi yang drerapkan dalam praktik rekayasa sipil, dangan tujuan agar foktor-
faktor geologis yang mompengaruhi lokasi kontruksi, pongoperasian dan
pemeliharaan bangunan-bangunan sipil dapat dikenali dan dipertimbangkan.
Disamping bidang geologi tenkik, juga dikenal bidang GEOTEKNIK, yang
sampai dewasa ini masih merupakan sub bdang dari Tekrik Sipil. Goeteknik

4
adalah sub bidang ilmu teknik sipil yang secara spesifik mempelajari tentang
penggunaan material geologi dan perekayasaan elemen bangunan bawah tanah
(underground), baik yang menopang elemen super struktur (pondasi), maupun
bangunan yang utuh ditempatkan dipermukaan tanah (bangunan terowong, power
house dan lain-lain).
Seorang ahli geedesi teknik harus mampu mergeksploitasi sifat sfat fisis dan
mekanis dari material kulit bumi (air tanah dan batuan) yang disesuaikan dengan
kebutuhan perekayasaan berbagai macam bangunan sipil. Semua bangunan sipil
harus saat masi berdri di atas lapisan kulit bumi. Olen Karena perilaku dan
perbahan yang teradi pada Lingkunga kutit bumi recara langsung akan
memberikan dampak kepada bangunan sipil di atasnya. Misalnya bendungan yang
hamparan tanggulnya metntasi garis patahan, maka pada saat teriadi Pergerakan
patahan akan mengakibatkan instatabilitas pada tubuh bendungan, bahkan bisa
terjadi keruntuhan total bila terjadi perperakan yang besar.
Sedangkan seorang ahli geoteknik, disamping mampu mengeksploitasi parameter
teknis lapisan kulit bumi, juga harus mampu merekayasa bentuk, dimensi, potensi,
dan penempatan bangunan sub struktur di dalam lapisan kulit bumi tersebut.
Demikian pula bila dibutuhan perkuatan (stengthening) pada lapisan geologis
yang dieksplorasi, maka tugas ahli geoteknik untuk merekayasa sistim perkuatan
yang efektif untuk dterapkan.

b. Prinsip Dasar Geologi Teknik


c. Prinsip dasar eksistensi bidang geologi teknik adalah memberikan pertimbangan
tentang korelasi antara bangunan sipil yang akan didirikan (tindahan geoteknik),
dengan kondisi geologis awal dan prediksi perubahan kondisi geologis setetah
bangunan berdiri. Prrsip dasar ini dapat digambarkan dengan sebagai benkut:

d. SIFAT MATERIAL + STRUKTUR MASSA TANAH SIFAT MASSA TANAH


e. SIFAT MASSA TANAH + LINGKUNGAN SEKITAR=SITUASI TEKNIS
GEOLOGIS
SITUASI TEKNIK GEOLOGIS
f. =¿PERILAKU TAMPAK
PERUBAHAN AKIBAT TINDAKAN GEOTEKNIS
MASSA TANAH
g. Penjelasan

5
h. Material; yaitu pembentuk kulit bumi yang terdiri atas batuan, tanah dan zat Cair
i. Sitat Material; yang dimaksudkan adalah sifat-sifat geoteknis material (uji
laboratorium).
j. Struktur massa tanah; strukar geologis dari lahan bangunan, misalnya sistim
lapisan, lipatan, patahan, sesar, dan perlemahan lainnya yang melintasi lahan
bangunan.
k. Sifat massa tanah; adalah sifat geoteknis yang dimiliki massa tanah (uji
lapangan). Lingkungan sekitar; adalah faktor kondisi setempat yang dapat
berpengaruh terhadap bangunan dan/atau dipengaruhi oleh keberadaan bangunan
nantinya. Contoh faktor lingkungan seperti iklim, air, gempa, vulkunisme, salju
dan lain-lain. Kesemua ini dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh eksistersi
bangunan sipil di lingkungan tersebut.
l. Situasi tekni geologis; yaitu kondisi geologis yang akan terjadi setelah bangunan
berdiri. Dapat berupa perlemahan ataupun perkuatan faktor geologis.
m. Tindakan geoteknis; adalah semua perlakuan teknis yang dilakukan dalam
rangka pembangunan di atas lahan seperti penggalian, penimbunan,
penambangan, pemompaan air tanah, panggenangan dan Penenmpatan bangunan
di dalam tanah. Perilaku tampak pada massa tanah; yaitu keberadaan reknis
pada lapisan kerak bumi setelah bangunan berdiri dan difungsikan. Kondisi ini
harus mampu dikalkulasi oleh perencana bangunan, untuk menghasikan suatu
bangunan yang efekif, yang bermakna okonomis biayanya dan aman
penggunaannya dalam jangka panjang. Gambaf berikut ini menggambanan
bentuk-bentuk tindakan geoteknis yang dilakukan oleh manusia pada lapisan
kulit bumi, yang harus mendapat perhatian untuk memprediksi perilaku yang
tampak pada massa tanah setelah bangunan berdiri dan berfungsi.

6
Gambar 1.1 Berbagai bentuk “Tindakar Geoteknis" pada Lapisan Kulit Bumi

2. Proses denudasi
A. Jenis-jenis batuan
Definisi batuan dari sudut pandang ahli geologi berbeda dari sudut pandang ahli
geoteknik. Menurut ahli geologi tahwa Batuan adalah susunan muterial dan bahan
organis yang bersatu membentuk kulit bumi, termasuk fluida di dalamnya.
Sedangkan menurut ahi geoteknik bahwa Batuan; adalah suatu muterial yang keras dan
koheren (yang telah terkonsolidasi) dan tidak dapat digali secara (misalnya cangkul).
Sebanyak 98,5% dari kulit bumi ini pada dasamya terdin atas 8 unsur pckok,yakni:
1. oksigen (o) sebanyak 46,6%.
2. Saca (si) sebanyak 27,7%.
3. Aluminium (Al) sebanyak 8.1
4. Besi (Fe) sebanyak 5.0%,
5. Calcium (Ca) sebanyak 3.0%
6. Natrium (Na) sebanyak 2,8%
7. Magnesium (Mg) sebanyak 2.6%.
8. Hidrogen (H) tebanyak 2.1%
Unsur-unsur kimiawi lain bila semua digabungkan prosentasenya hanya 1,5%. Kedelapan
unsur pokok tersebut terikat dalam senyawa yang kompossi dan prosentase volumenya di
kulit bumi sebagai berikut:
1. Senyawa Sio2 sebanyak 59,3%
2. Senyawa Al2O3, cebanyak 15,4%

7
3. Senyawa Fe2O3 + FeO sebanyak
4. Senyawa CaO sebanyak 5.1%
5. Senyawa Na2O sebanyak 38%
6. Senyawa K2O sebanyak 3,1%
7. Senyawa MgO sebanyak 3.5%
8. Senyawa H2O sebanyak 1.3 %
Pembagian jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya secara besar terdiri atas tiga
macam yakni:
1. Batuan Beku, yaitu batuan yang terbentuk oleh bermacam-macam kristal terbentuk
sejak dari fasa cair dan strukturnya tidak berlapis. Selanjutnya bisa dilihat dari letak
batuan beku dapat lagii dibedakan atas 3 jenis, yakni:
a. Batuan dalam (plutoni), yaitu batuan yang terbentuk dari kristal-kristal besar yang
terbentuk secara perlahan di kedalaman lapisan kulit bumi, dan baru akan tampak
dipermukaan setelah terangkat dan atau terjadi erosi. Bentuk batuan ini biasa berupa
granit, batolit, latolit dan lain sebagaimya.
b. Batuan gang, yaitu batuan yang membeku di dalam celah pada saat perjalanan menuju
permukaan, terbentuk jauh di kedalaman tetapi ikut berangkat bersamaam dengan
terangkatna celah tersebut. Bentuk batuan gang bisa berupa porfir, lakolit atau pelat pelat
intrusi, dan lain sebagainya.
c. Batuan ofusif atau batuan lelehan, yaitu batuan yang terbentak dari kristal halus dan
cepat mendingin. Batuan jenis ini banyak terbentuk dari hasil proses vulkanik, dan di
alam dapat berupa; basalt, kristalin, obsidian (kaca) dan lain-lain. Jenis batuan yang
dominan ditemukan di lapisan kulit bumi adalah berupa GRANIT dan BASSALT.
2. Batuan sedimen; adalah batuan yang terbentuk dari endapan butiran halus hingga
butian kasar yang terekat satu sama lain (matriks). Proses terekatya butiran batuan seperti
itu disebut “dagenesis". Untuk defenisi geologi maka butiran yang tidak terekatpun
dianggap batuan sedimen seperti pasir lepas (sand). Selanjutnya bila dibedakan atas
susunan dan pembentukannya, maka batuan sedimen dapat dibagi atas:
a.Batuan sedimen silica klastik, misalnya kuarsa, lempung, wake. gay, dan lain-lain.
b.Batuan karbonat, misatnya napal, dolomino {CaMg(CO3)2}, kapur (CaCO3), dan lain
sebagainya.
c. Batuan evaporit, yaitu batuan nasil penguapan seperti garam batu, garam kali, garam
anhidrit, gips, dan lain sebagainya.
d. Batuan sedimen organik yaitu batuan yang terbentuk sisa sat-sat hidup seperti batu
bara, gambut minyak bumi, aspal, dan lan-lain.
e. Batuan sedimen wulkanik, misalnya tuf debu vulkanik, dan lain sebagainya
f. Batuan sedimen yang lain seperti fosport, dan lain-lain.
3. Batuan Matamorf yaitu batuan yang terbentuk akibat pengaruh temperatur (T) dan
tekanan (P) yang tinggi, sehingga terjadi proses kristalisasi lanjutan. Di dalam proses
kristalisasi lanjutan ini sering terjadi penambahan zat ataupun penghiangan zat. Proses
metamorfosis dapat dibedakan atas:
8
a. Motamorfosis kontak, tejadi pada kontak sebuah intrusi magma, sehingga batuan yang
ada disebelah magma akan terbakar (tinggi, P rendah). Contoh batuannya seperti “horn”
yang butirannya cenderung sama besar tetapi arah belahannya tak beraturan.
b.Metamorfosis dinamo, terjadi pada deformasi lokal yang intensif, dimulai dengan
breksi patahan kemudian melonit ( T rendah, P rendah). Contoh batuan metamorf
melalui proses ini seperti “sabak” yang berbutir halus dan belahan sempuma.
c. Motamorfass regional, teriadi akibat deformasi dan oregenesis dengan skala yang luas,
serta hubungan yang kompleks antara tekanan dan temperatur ( T rendah hingga T tinggi;
P rendah hingga P tinggi). Beberapa contoh batuan yang terbentuk dari proses
metamorphosis regional, yakni :
•Prylit (T tinggi, P tinggi): butiran relatif halus, bidang belahan searah dan mengkilap,
contoh "mika
•Skis (T rendah-tinggi, P tinggi) : bidang belahan baik tapi bergelombang, sering mineral
tertentu terlihat langsung, contoh “grafit” dan “granat”.
•Gneis ( T tinggi, P tinggi) butiran kasar dan lapisan berselang-seling antara kuarsa dan
feldspar, serta permukaan lapisannya mengandung zat mengkilap.
•Migmatit (T sangat tinggi, P sangat tinggi) : yaitu proses ultra motamorphosis yang
sudah mendekati proses pembentukan granit.

b. Proses pelapukan
Pelapukan batuan dapat terjadi dengan dua cara yakni:
1. Petapukan fisis atau mekanis
2. Petapukan timari,
Petapukan fisis atau mekanis dapat diakibatan oleh tiga hal. Yakni:
a. Pembekua, yang mana air yang membeku volumenya akan mengembang 9% dani
dapat mengakibatkan penghancuran batuan.
b. Perubahan suhu, yang akan mengakibatkan panyusutan atau pengembangan pada
batuan.
c. Akar tumbuhan, lumut, cacing, dan binatang lain yang dapat mengakbatkan
pembesaran retakan pada batuan.
Pada pelapunan kimiawi ada dua faktor yang paling dominan sebagai penyebaran yakni:
a. Air hujan
Air hujan dapat mengganggu atau merubah komposisi mineral pada batuan. Adanya zat
asam yang dibawa oleh air hujan akan menjadi reaktan pada proses kimiawi dalam massa
batuan, sehingga dalam derajat dan frekuensi tertenrtu akan mengakibatkan teriadinya
pelarutan, oksidasi, hidrasi, dan pembentukan karbonat.
Pelarutan, akan terjadi karena sebagian besar senyawa silikat akan larut pada PH rendah
(asam), dan residu terlepas yang tidak ikut melaut akan tertinggal merjadi butian halus
sehingga tebentuk mineral lempung.
Pembentukan karbonat, dapat dijelaskan sebagai berikut :
9
CO2 + H2O → H+ (HCO3)
Akibat adanya (HCO3) maka akan terbentuk senyawa bikarbonat seperti Fe(HCO3)2 atau
Ca (HCO3)2 atau karbonat lian.
Oksidasi, senyawa besi yang dapat larut Fe(HCO3)2 akan beroksidasi dan membentuk
hidroksid besi yang tidak dapat larut sehingga residunya akan membentuk butiran yang
biasanya berwarna coklat sampai wana merah. Contoh senyawa yang dihasilkan antara
lain Limonit 2Fe2O3.3H2O.
Hidrasi biasa juga diistilakan hidrolis. proses penyerapan air cleh mineral-mineral asal
sehingga mengakibatkan lepasnya partikel mineral tersebut.
2KAISi3O8 + 2H2O + CO2 → AI2Si2O3(OH)4 + 4SiO2 + K2CO3
Ortoklas Mineral Lempung Asam Kersik

b. Air Tanah
Tanah akan naik ke permukaan secara kapiler akibat suhu permukaan yang tinggi, dan
selanjutnya akan menguap ke udara dengan meninggalkan berbagai jenis garam yang
agresif. Ketika garam agresif tersebut terkena embun di malam hari akan memuai dan
dapat mcmecahkan batuan. Proses semacam ini pating besar kontribusinya di dalam
proses pelapukan batuan, karena berangsung secara kontinu di seluruh permukaan kulit
bumi.

c. Pembentukan lapisan dasar

Bidang pengetahuan yang mempelajari tentang lapisan dasar disebut “pedologi” Yang
mana ada dua faktor yang paung mempengaruhi penyusunan lapisan dasar, yaitu iklim
dan proses biologis yang pernah terjadi di masa lampau.
Ada empat kondisi Iklim yang mempengaruhi susunan lapisan dasar, yakni:
a.Iklim sedang, sejuh, dan lembab; pada umumnya lapisan berwama abu-abu dan bersifat
asam, yang biasanya tersusun dan permukaan ke bawah berturut-turut terdiri atas; Humus
- Lapisan dasar pelapukan (lempung, pasir campur humus) - horison aluviasi Mg,K,Ca) -
horizon iluviasi (hidroksid Fe) - batuan sementara melapuk - batuan yang tidak melapuk.

10
Gambar Zone Lapaan Dasar

b. Iklim kering ; pada umumnya menghasilkan lapisan dasar yang berbentuk kerak, kapur
kerak garam, atau gurun pasir. Massa ion-ion lapisan dasar tersebut tidak akan hanyut
oleh air hujan dengan intensitas rendah, namun dapat berubah komposisinya dalam
terpaan intensitas hujan yang tinggi.
c. Iklim tropis, panas dan lembab ; pada umumnya menghasikan lapisan dasar berbentuk
Latrit yaitu residu dari oksid alluminium dan hidroksid besi.
d. Iklim kutub, tundra, atau muskeg ; pada umumnya lapisan dasarnya berbentuk
Pemafrost, yaitu lapisan dasar yang terbentuk dengan tekanan udara yang terus menerus
membeku.

d. Denudasi

Jika material telah mengalami pelapukan, maka material lepasan akan mengalami
pergerakan akibat gaya beratnya sendiri atau dengan bantuan aliran air. Pergerakan
sermacam ini dikenal dengan istlah “Denudasi”. Pada umumnya denudasi berangsung
secara perlahan-lahan, tapi dapat pula berlangsung lebih cepat bila lepasan teradi pada
kemiringan, bahkan dapat berupa bencana alam seperi longsoran akibat pelembekan
massa batuan yang terjadi akibat turunnya hujan secara terus merenus ataupun akibat
gempa bumi. Beberapa denudasi yang dikenal, yakni:
a.Lereng puing (slope), yaitu batuan yang terlepas dan jatuh dari dinding gunung batu,
kemudian membentuk lereng puing di bawah kaki gunung (lihat gambar).

11
Gambar Lereng Puing

B .Lereng Puing (rockfaal), yaitu massa batuan yang lepas dari tempatnya melalui celah
perlemahan atau bidang lapisan (lihat gambar)

Gbr. Longscran Bukit


c.Longsoran tanah (landslide), yaitu pcrgeseran secara keseluruhan melalui satu bidang
gelincir (lihat gambar).

Gbr Longsoran Tanah

d.Geseran tanah (earth flow) yaitu porgeseraan dengan permukaan yang tidak beraturan
(biasa berbentuk lidah). Pergeseran semacam ini biasa diakibatkan air yang mengalir, dan

12
dalam jangka panjang dapat stabil kembali, tetapi bilu lapisannya masih aktif akan sangat
berpengaruh terhadap bangunan sipil.

Gbr Geseran Tanah


e.Aliran lumpur (mud flow), yaitu aliran akibat suspensi lumpur yang membawa serta
batu-batu besar hingga bongkahan. Contoh pada aliran lumpur yang vulkanik yang
membawa batuan besar.
f.Rayapan (soil creep), adalah pergerakan pertahan dari lapasan pelapukan yang
diakibatkan perubahan fisis pada lapisan tersebut, seperti peristiwa pembengkakan
(swelling) atau penyusutan (sheringkage) pada material lempung penyembulan butiran
dalam keadaan udara membeku, penggelnciran pada saat hujan turun dan kejadian fisis
lainnya.
g.Pelelehan (soilfiuksi), yaitu pelelehan lapisan atas pada lereng yang landai di atas
lapisan dasar yang membeku, sehingga peristiwa ini disebut gejala peringlasial

3. Aspek geologis air dalam tanah

Keberadaan air di dalam lapisan tanah atau batuan sangat penting dan sangat banyak
fungsinya. Selain berperan aktif dalam Proses pelapukan batuan dan Pembentukan
lempung, bahkan pada kasus longsoran bukit. Muka air tanah juga sangat bermanfaat
pada pekerjaan eksplorasi minyak dan gas bumi, baik untuk proses pengumpulan
maupun pemindahan minyak dan gas didalam lapisan batuan atau tanah.
Air di dalam tanah juga kadang menjadi material galian, yang dpergunakan sebagai
salah satu sumber air untuk Kepertingan manusia.
Di dalam massa tanah atau batuan elemen air mengisi pori-pori tanah/batuan. Oleh
karena itu potensi air mangat tergantung pada kondsi dan volume pori yang ditunjukan
dengan angka porositas tanah/batuan.
Beberapa hal yang pertu senantiasa diperhatikan menyangkut keberadaan air dalam
tanah, sehingga para pengguna potens air tanah dapat memanfaatkannya secara efisien
dan aman, terutama untuk keberlangsungan dan keseimbangan alam umum, dan untuk
stuabilitas pada lapisan tarah/batuan secara khusus. Hal-hal yang penting itu antara lain :
Jenis dan bantuk air tanah, muka air tanah, aliran air tanah dan pemanfaatan air
tanah.
1.1. Jenis-jenis air tanah
Jenis-jenis air tanah dapat dbedakan berdasanan proses terbentuknya, yakni:
a. Air meteorik, yaitu air hujan yang meresap dalam dasar tanah, bahkan ada berupa fosit
yang tertinggal di lapisan tanah tua di bawah permukaan bumi tua (diskordansi).
b. Air formasi, yaitu air yang tersekap di dalam lapisan tanah yang dalam, yang dapat
berupa sisa air laut atau air yang dikeluarkan batuan saat mengalami proses

13
metamorfosis. Jenis air ini hampir selalu asin bahkan ada yang mencapai kadar garam
sampai 20% jauh di atas kadar garam air laut (3,5%).
c. Air muda, yaitu air yang berasal dari aktivitas vulkanik akibat keluarnya uap air dari
magma dan lava yang ditimbulkan oleh gunung berapi. Jenis air ini kadang bersuhu dan
membawa mineral residu seperti belerang dan lan-lain.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keberadaan air di dalam tanah atau batuan adalah
mengisi pori-pori yang ada dalam tanah/bauan. Bila dilihat dari skala volume poristas di
dalam tanah atau batuan, maka porositas dapat dibagi atas 2 macam yakni :
a. Porositas Primer, yaitu angka porositas yang terdapat dalam tanah sedimen lepas atau
sedimen yang sebagian tetah mengeras, dan dinyatakan dalam satuan % dan jumlah
volume massa batuan. Volume pori pori di dalam lapisan tanah ditentukan oleh 4 faktor
yaitu:
1) Susunan butir, kesatuan butiran, dan pemadatan
2) Bentuk butir tanah (pipih, butat atau bersudut)
3) Kombinasi ukuran butir, makin seragam ukaran butir makin kecil voume pori)
4) Persenyawaan mineral, makin kuat perekatan mineral makin kecil volume pori di
dalam batuan.
b. Porositas sekunder, yaitu pori yang terdapat pada batuan “padat” yang tidak memiliki
pori-pori tetap terdapat patahan, sesar, dan bidang perlemahan lainnya, sehingga
simpanan air terdapat pada bidang-bidang periemahan tersebut.

1.2. Permukaan air tanah


Permukaan air tanah (water tables), biasa pula disebut "permukaan freatik” atau
“permukaan pizometrik" adalah permukaan teoritis yang akan dicapai air di dalam sumur
yang banyaknya tak terhingga. Lapisan tanah di atas permukaan air tanah ini temukan
pula “vedose water” yang terdiri dari tiga macam zone air, yang berturut-turut dari atas
bawah sebagai berikut :
a. Zone air perduter atau air menggantung.
b. Zone air funikuler atuu air bergerak
c. Zone air kapiler
Ilustrasi keadaan air tanah di dalam tanah di lihat dari lubang sumur dapat digambarkun
sebagai berkut :

14
Gbr. Susunan Zone Air Tanah
1.3. Aliran air tanah
Aliran air di dalam tanah ataa batuan dapat dipangaruhi oleh iga faktor yaitu :
a. Permeabilitas
b. Porositas
c. Tekanan

Ad'a. Permeabilitas adalah kemampuan massa tanah/batuan untuk meluluskan zat cair
dengan viskositas 1 centpoise pada tekanan 1 atm/cm dengan kecepatan 1 cm/detik.
Satuan permeabilitas digunakan darcy atau milidarcy. Aliran air tanah akan terjadi
apabila permukaan pizometrik mempunyai kemiringan, dan bila permukaan pizometrik
rata maka au tanah tidak mengalir. Kemiringan aliran akan semakin curam apabila
permeablitas tanah semakin kecil, dan dengan kemiringan yang cukup curam, aliran air
tanah mengair dengan cepat. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar penampang sungai
berikut

Aab. Porositas adalah perbandingan volume pori terhadap volume total dalam massa
tanah/batuan. Dengan demikian Jelaslah bahwa makin besar porositas tanah atau batuan
berarti volume air tanan semakin besar sehingga debit air yang dapat diproduksi akan
lebih besar pula.
Ad’c. Tekanan ; semakin inggi tekanan fluida yang bekerja terhadap kumpulan air tanah
akan semakin besar pula pengailiran air tanah.
Aliran air tanah dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :
1. Air Artesis ; yaitu air yang mengalir pada akuifer di bawah lapisan berbentuk cekung
yang tidak tembus air (impemeable).

15
Gbr. Ar Tarah Anesis WTOs)

2. Air Tenggak (perched water) ; yaitu air tanah setempat yang tidak dapat menembus
lapisan yang lebih dalam disebabkan karena lapisan impermeable teretak lebih tinggi dari
pada permukaan air tanah normal (permukaan pizometrik).

3. Air Mengapung (floating water) ; yaitu air tanah tawar yang mengapung pasa air tanah
asin, yang diakibatkan oleh infiltrasi dari vegetasi dan atau gunung Pasir.

3.4. Pemanfaatan air tanah


Air tanah selalu berpindah-pindah di dalam tanah, tergantung pada tekanan terjadi dalam
lapis kulit bumi, bahkan perpindahan air dalam akuifer dapat menempuh jarak yang
cukup jauh, seperti yang ada di Afrika Utara pada penggunaan Atlas (Maroko) yang
menempuh jarak perpindahan air tanah dalam akuifer ratusan kilometer.
Ada bebrapa macam penfaatan air tanah utnuk kepentingan manusia, antara lain:
1. Untuk membantu di dalam ekploitasi minyak atau gas bahwa dengan mengunakan
desakan air tanah, maka tekanan yang dialami minyak bumi atau gas dapat lebih mudah
naik ke permukaan buml.

16
2. Untuk keperluan air pengairan pada lahan pertarnian; yang mana air tanah dipompa ke
permukaan untuk mengari lahan pertanian. Pemanfaatan semacam ini sangat banyak
dilakukan secara tradisional oleh petani di wilayah yang mana letak mula air anah akup
dangkal, dan hal ini amat sangat berbahaya terhadap sustainabiltas air tawar di datam
tanah. Bila produksi air tawar dari dalam tanah melampaui volume air meteorik tahunan,
maka akan tenaji intrusi air laut ke dalam tanah yang pada akhirya akan membuat air
tanah di wilayah tersebut akan menadi air asin.
3. Untuk keperluan air bersih ; yang mana manusia memerlukan air tawar sebagai sumber
air minum yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dengan jumlah yang amat
hanyak.
4. Untuk keperluan lain-lain guna menunjang kepentingan dan kegiatan manusia, seperti
pada pertambangan logam atau berbagai macam industri lainnya.
Satu hal yang perlu dipahami bahwa sumber ar tawar selalu berasal dari air meteorik
(hujan). Oleh karena itu maka perlu dipahami bahwa untuk kegiatan produksi air tawar
tidak boleh melampui volume kiriman air hujan rata-rata didaerah simpanan air. Karena
bila terjadi kekeringan pada daerah simpanan, akan terajadi parubahan total pada perilaku
lapisan impermeable di dalam tanah, sehingga kelangsungan aliran air tanan secara
otomatis akan terancam. Hal ini sudah terjadi di Belanda yang mana daerah gunung pasir
(duin) mengering dikarenakan produksi air tawar dari sumber floating water dengan
volume produksi tersalu besar dan melampaui kiriman air hujan.
Selain pemahaman manusia tentang pengendalian volume produksi air tanah ada
beberapa hal pula yang perlu diketahui datam pemanfaatan air tanah, antara lain:
1. Formasi lapisan perutup ; bila lapisan penutup (impremeble) formasinya baik, maka
produksi air tanah dapat menghindarkan teradinya kontaminasi sehingga kualitas air
produksi akan lebih baik pula. Demikian pula bila lapisan penutup kurang baik maka
perlu dilakukan antisipasi terhadap kemungkinan tercemarnya air produksi. Jenis
material impermeable yang baik harus memiki kepadatan dan kerapatan yang tinggi
dan biasanya material tersebut berupa : lempung, napal. gamping dan sebagainya.
Keburukan material pada lapisan penutup ini juga sering menimbukan pergeseran titik
artesis, terutama bila mata air dibendung untuk meninggikan permukaannya, maka
aliran air akan mencari celah yang lemah urtukjalur pengaliran alr Yang baru.
2. Patahan ; pada umumnya material pengisi pada berbagai jenis patahan bersfat
meluluskan air (porous), dan bila lintasan akuifer sejajar dengan patahan maka air
tanah akan mengkuti arah patahan tensebut. Hal inaah meriadi penyebab seringnya
artesis menghilang pasca gempa bumi, yang diakibatkan berpindahnya lever dan arah
parlemahan setelah kulit bumi mengalami tumbukan.
Berbagai dampak yang dapat diakibatkan oleh pemanfaatan air tanah secara berlebihan
kasus :
1. Penurunan Tanah Dasar yang mana akibat pemompaan air tanah ke mengakibatan
kekosongan pori tanah, sehingga secara atami akan terjadi distorsi struktur butiran tanah
yang mengakibatkan termampatkan volume tanah. Proses distorsi butran ini akan diikuti
17
dengan “penurunan permuaan tanah”. Kasus semacam ini sudah terjadi di Santa Clara
Valley (San Fransisco), yang mana penurunan permukaan tanah mencapai 150 cm, dan
penurunan baru berhenti ketika pelarangan pemompaan air dan dalam tanah
diberlakukan. Kejadian semacam ini tdak mungkin lagi dapat menaikkan permukaan
tanah dasar, kecuali dilakukan raklamasi. Kasus deformasi tanah dasar semacam ini juga
tenadi d Lagunillas (Venezuela) dan Long Beach (Los Angeles).
2. Penggantian Air Tawar dengan Air Asin ; kejadian semacam ini paling sering teriadi di
zone pantai, karena mudahnya air laut mengintrusi ke dalam lapisan tanah, sehingga
pemompaan air tawar yang melampaui suplai air meteorik akan mengakibatkan bebasnya
laut mengalir masuk ke dalam lapisan tanah. Dengan demikan maka air tanah akan
menjadi asin, dan hanya dapat diperbaiki melalui kegiatan dengan biaya besar dengan
mengganti air asin dengan air tawar ke dalam lapisan tanah. Kasus semacam ini pernah
terjadi di Belanda, dikarenakan over produksi air tanah di zone dun, sehingga air laut
mengalir masuk ke lensa air mengapung yang tertetak dibawah duin. Kerusakan ini
diperbaiki dengan mengairkan air sungai dalam lensa air mengapung sampai kondisi air
tanah pulih seperti semula.
Untuk menjaga kosinambungan air tawar guna menunjang kebutuhan hidupnya maka
sejak dahulu kala manusi telah mengembangkan intuisinya untuk menampung air
meteorik dipermukaan tanah. Hal ini dibuktikan dengan dibangunya bendungan (dam)
oleh bangsa Romawi, Mesir, dan Yaman sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Penampungan air meteorik di dalam genangan bendungan dengan sendirinya akan
menaikkan permukaan freatik air tanah, yang selanjutnya dari air tanah tersebut munusia
dapat memanfaatkannya baik untuk air bersih (sumur) maupun untuk kebutuhan
pertanian berupa aliran air permukaan.
Seiring dengan perkembangan teknologi pompa, maka dewasa ini juga dapat dilakukan
penampungan penyimpanan air tawar di dalam tanah, dengan jalan memompa material
air tawar ke dalam formasi-formasi tanah yang permeable, untuk kemudian diprodusi bila
sudah diperlukan. Hal semacam ini sering pula dilakukan pada lapisan bekas
penambangan minyak dan/atau gas bumi. Namun bila terdapat zat-zat berbahaya yang
merupakan residu minyak/gas, maka sebelum di konsumsi harus dilakukan pengolahan
kimiawi terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Salah satu kegiatan yang sering diakuran oleh insinyur sipil terhadap air tanah pada saat
pelaksanaan bangunan underground adalah pekerjan DEWATERNG. Dewatering
dilakukan untuk menurunkan permukaan freatik air tanah untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan sipil di dalam tanah. Apabila pekerjaan semacam in akan
dilakukan maka sebelumnya perlu dianalisis jarak pengaruh penurunan air tanah yang
akan terjadi pada saat pemompaan berlangsung. Hal ini dimaksutkan untuk
menghindarkan penurunan permukaan tanah dasar pada bangunan yang telah ada.

18
Proses Perubahan Muka Air Tanah Akibat Dewatering

4. Sifat-sifat fisik material geologis

sifat sifat yang dimiliki oleh material goologis ditentukan oleh sifat yang dimiliki oleh
mineral penyusunnya, dan cara material tersebut tersusun (pembentukannya). Di dalam
praktik Teknik Sipli material geologis ini dibagi atas dua kelompok utama, yakni :
1. Material Geologis tersedimertasi disebut BATUAN.
2. Material Geologis tidak tersedimentasi disebut TANAH
Untuk keperluan rekayasa Teknik Sipil, biasanya perlu dketahui beberapa sifat-sitat
material geologis, berupa :
a. Distribusi ukuran butiran material pembentuk
b. Kerapatan butran.
c. Permeablitas dan porositas
d. Kekuatan (strengtry)
e. Deformasi atau perubahan bentuk
Untuk mengetahui sifat-sifat tersebut di atas, perlu dilakukan pengukuran di lapangan
dan/atau di Laboratorium. Biasanya hasil pengukuran lapangan akan memberikan
gambaran yang lebih akurat, namun dengan simulasi yang teliti hasil pengujian
laboratorium juga cukup memadai digunakan oleh para insinyur yang berpengalaman.
4.1. MateriL geologIs
Yang dimaksud dengan material geologis adalah semua material yang yang dapat berupa
batuan, tanah air, minyak bumi, gas bum, es, dan lain turi, sebagainya.
Bentuk dari material GeologIs di alam terujuT dalam tiga bentuk, yakni ; material padat,
material cair, dan material gas, dan mempunyai sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimia
yang cukup rumit. Namun yang menjadi perhatian di dalam rekayasa Teknik SIpil pada
umumnya adalah material padat.
Sifa-sifat fisis dari material padat ditentukan oleh dua factor, yakni :
1. Sitat sifat dasar dari material pembentuknya.

19
2. Sifat-sifat massa yang menjadi sifat kesatuan dari volume material.
Di dalam imu geologi semua material padat seperti batuan, tanah, dan es dsebut "batuan”.
Namun di dalam ilmu teknik sipil material batuan dibedakan dengan material tanah,
yang mana material tanah dianggap tidak mampu menahan “secara bebas” beean makanis
yang dkenakan terhadapnya, kecuali tanah dijadkan lapis pondasi yang menerima tekanan
vertikal yang bersifat memampatkannya
4.2. sifat-sifat marsa material geologis
Sifat-sifat massa dari material geologis adalan sifat-sifat dan keseluruhan volume yang
dimiliki oleh materil geologis itu. Sifat-sifat massa ini ditentukan oheh sifat sejumlah
mineral yang membentuk massa tarsebut, seperti bentuk butirarnya, rongga atau pori di
antara butiran mineral dan lain sebagainya.
Susunan mineral pembentuk batuan atau tanah, sangat menentukan sifat-sifat fisis
dan makanis dan material geologis yang berbentuk padat. Semakin bervarasi usukan butir
material penyusun, maka semakin besar peluang terisinya rongga secara rapat, karena
butiran terkecil masuk ke dalam dan mengisi rongga yang volumenya kecil pula,
sehingga tumpukan butir akan semakin rapat. Semakin tinggi kerapatan material batuan
atau tanah akan semakin tinggi kekuatan gaya gesernya dan semakin rendah
permeabilitasnya.
Beberapa sifat-sifat massa material geologis yang penting diketahui di dalam melakukan
rekayasa teknik sipil, antara lain :
a. Gradasii butiran ; perlu diketahui untuk mengklasifikasikan material geologis
sehingga identifikasi jenis tanah/batuan dapat dketahui, yang selanjutnya dapat
dilakukan rekayasa dengan formula-formula yang sesuai dengan karakteristik
material geologis tersebut.
b. Permeabilitas ; perlu diketahui guna menganalisis kemampuan meluluskan aliran zat
cair. Formulasi yang biasa digunakan untuk menganalisis permeabilitas lapisan tanah
atau batuan adalah Metode Darcy yang digambarkan sebagai berkut :

Gambar 1 perguian Permeabilitas (Percobaan Darcy)

v=K.I.A …………………….(4.1)
yang mana

20
v = kecepatan airan alr i kehilangan tinggi tekanan per panjang satuan Δh/i
A = Luas penampang aliran
K = Koefisien permeabilitas

Sehingga dapat dituliskan formulasi untuk menghitung koefisien permeabilitas sebagai


berikut :
V
K= …………………….(4.2)
i.A

Bila luas penampang aliran distandarisasi sehingga dapat diabaikan,maka koefisien


permeabititas dapat ditutiskan sebagai berikut :
V
K= (cm/detik atau m/hari) …………………….(4.3)
i
Koefisien permeabilitas (K) menunjukkan kemampuan material meuluskan aliran zat
cair, yang oleh Terzaghi & Peck, dirumuskan dalam tabel pendekatan berkut :

Sifat Permeabilitas K (m/det) Deskripsi Material

Sangat permeable >10-3 Kerikil kasar, batuan


dengan diaklas
terbuka

Cukup permeable 10-3 – 10-5 Pasir, pasir halus

Kuran permeable 10-5 – 10-7 Pasir berlanau, pasir


kotor

Sangat kurang 10-7 – 10-9 Lanau, batu pasir


permeable dengan butir halus

impremeabel <10-9 Lempung, batu


lumpur tanpa diaklas

c. Tegangan (Strees) ; bila material geologi baik berupa batuan atau tanah mengalami
tekanan dari beban, maka material tersebut akan mengalami perubahan volume akibat
rongga berkurang dan kejadian ini disebut “Deformasi (regangan)”. Dengan
berkurangnya rongga maka bidang kontak antar butiran penyusun material geologis
akan semakin besar, dan reaksi dari gaya-gaya pada bidang kontak butiran terhadap
beban eksternal yang bekerja memunculkan kekuatan di dalam tanah yang disebut
“Kuat Geser (shear strength) sedangkan jumlah gaya eksternal yang bekerja pada

21
suatu penampang material geologis akan mengakibatkan timbulnya “Tegangan
(stress)” didalam massa material tersebut yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

P
σ= …………………….(4.4)
A
yang mana :
σ = tegangan total
P = gaya eksternal yang bekena
A = luas penampang yang menerima gaya ekstermal.
Ketiga parameter di atas muncul secara beriringan bahkan bersamaan. dan bertambah
puta secara bersamaan seiring dengan perambahan beban eystema yang bekerja
terhadapnya.
Dengan berat sendiri lapisan material tersebut di alam, sebenarnya telah ada tegangan
yang muncul di dalam massa tanah yang berjarak Z dan permukaan. Artirnya bahwa
makin dalam suatu massa di bawah permukaan, semakin besar pula menerima tegangan
alami yang disebut "overburden pressure”
σ = γt . Z …………………….(4.5)
yana mana :
σ = Ovorburden pressure
γt = berat jenis material (material jenuh γsat)
Z = Kedalaman titik yang ditinjau terhadap permukaan
Tegangan pada material goologis sangat tergantung pada kondisi kejenuhannya, karena
tegangan total yang bekerja merupakan akumulasi dari perlawanan gaya antar butir
ditambah dengan porlawanan air pori.
σ’ = σ’ + u …………………….(4.6)
Yang mana :
σ = tegangan total
σ" = tegangan efektf butiran perlawanan
u = perlawanan air pori
Perlawanan air pori (tekanan pori) tergantung pada berat jenis massanya, dan kedalam
titik yang ditinjau terhadap permukaan freatik air tanah. Tekanan pori ini dapat dihitung
sebagai berikut:
u = γw . Z …………………….(4.7)
Yang mana :
u = tekanan pori
γw = berat jenis air
z = kedalaman titik yang ditinjau
Dengan demikian maka tegangan antar butiran dalam material yang biasa disebut
“tegangan efektif”, dapat dituliskan sebagai berikut :
σ' = σ – u …………………….(4.8)
selanjutnya tegangan efektif dapat dijabarkan sebagai berikut :

22
σ' = γt.Z – γw.Z
= (γw – γw). Z = γ’ . Z …………………….(4.9)
Yang mana: γ’ = berat volume apung material = berat jenis efektif.

n air pati tei anan pori) trrgantung pada berat ienis massamia, kedalaman usk y damgau
terhadap permukaan freatik ar tanah. Tekanan pori ri dapat dihitung sebagai berkut (47)
yang mana ur tekanan pori Y- berat Kenis ait z Kedatsman titik yang disnjau terhadap
permukaan Dengan demikian maka an antar butiran dalam materat yang basa disatu
Tegangan elektr. dapat dituskan sebagai berkut (4.8) Selanjutnya tegangan efektif dapat
dijabarkan ze bagai berkut (490 yang mana berat volume apung material terat ienia
efektif d

d. Kekuatan (strength) ; Kekuatan geser yang muncul dalam massa material sebagal
akibat meningkatnya gaya bidang kontak antar butiran untuk melawan tebal eksternal
yang bekerja, sangat pertu untuk diketahui oleh perencana. Hal ini diperluan oleh
setiap rekayasawan dalam analsis berbagai hal seperti :
- Analisis kapasitas daya durung
- Stablitas lereng dan/atau konstruksi dinding penahan
- Stabilitas terowong dan lain sebagainya
Hubungan fungsi antara tegangan normal dengan kuat geser pada bidang runtuhnya
dinyatakan oleh persamaan :
τ =f .(σ ) …………………….(4.10)
yang mana :
τ = kuat geser pada saat terjadi keruntuhan (falture)
σ =Tegangan normal pada terjadi failture
Untuk menjabarkan hubungan fungsi tersebut oleh Mohr menggambarkan sebagai berikut
:

Berdasarkan penggambaran hubungan fungsi seperti di atas, maka Mohr merumauskan


kuat geser sebagai berikut :
τ =c +σ . tanϕ …………………….(4.11)
yang mana :
τ = Kuat geser (kN/m²)

23
C = kohesi (kN/m²)
σ = tegangan nomal pada bidang runtuh (KN/m²)
ϕ = sudut dalam (derajat)
Selanjutnya di dalam perkembangannya formula Mohr di atas disempumakan oleh
Terzaghi dengan anggapan bahwa kuat geser sangat dipenganhi oleh tekanan pori
sehingga Terzaghl mengajukan formula sebagai berikut :
τ =c ' +( σ−u) .tanϕ ' …………………….(4.12)
τ =c ' +σ ' . tanϕ '
yang mana :
u = Tekanan air pori (kN/m²)
c’ = Kohesi efektif (kN/m²)
σ’ = tegangan normal efektif (kN/m²)
ϕ’ = sudut geser dalam efektif (derajat)
Formula ini dianjurkan oleh Terzaghi karena dan pengujian laboratorium yang dilakukan
parameter kohesi dan sudut geser dalam yang dihasikan lebih mendekati kondisi efektif.
Hal ini disebabkan karena pada pengujian laboratorium air pori memiki kesempatan yang
ruang untuk berdisipasi keluar dari massa material uji, sehingga parameter yang
dihasilkan cenderung hanya menggambarkan perlawanan dari butir-butir materialnya.
e. Deformasi ; Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa material geologis
berupa batuan atau tanah mengalami tekanan dari beban, akan mengalami perubahan
volume akibat rongga berkurang, perubahan semacam ini disebut “Deformasi”
Beban yang bekerja secara kontinu terhadap material geologis pada awalnya akan
perlawanan dari tegangan dalam pada material tersebut, dan pada tingkat tertentu ketika
kemampuan tegangan dalam material telah mencapai kondisi optimum dan kemudian
terlampaui, maka material mengalami keruntuhan (failure), sehinggn deformasi akan
berjalan lebih cepat di bawah tekanan beban.
Berdasarkan fenomena mekanis seperti di atas, sehingga dapat dikatakan bahwa korelasi
antara tegangan dengan deformasi adalah merupakan hubungan dengan yang lainnya.
Kondisi semacam ini digambarkan dengan hubungan fungsi sepeti yang ditunjukan
dibawah ini :

24
Deformasi adalah perubahan bentuk dari bentuk material sebelum dkenal beban ke
bentuk material setetah dikenai beban. Hubungan ini dapat dturskan dengan formula
sebagai berikut :
∆H
ε …………………….(4.13)
H
yang mana :
ε =¿regangan bidang
ΔH= Perubahan tinggi materiil setelah diuji
H = tinggi awal ma enal uji
Deformasi material juga bisa dianalisis dalam tiga dimensi sehingga d deformasi volume
material yang dinumuskan sebagai benkut ;
∆V
εv …………………….(4.14)
V
yang mana :
ε =¿regangan votum (deformas)
ΔV = Perubahan rotuma material sesetah diuji
V = volume awal material uji
Perilaku deformasi material biasanya digambarkan dengan kurva tegangan- tegangan.
Oleh sebab itu biasa disebut deformasi biasa disebut “stress-strain behavior" atau periaku
tegangan-tegangan. Perilaku deformasi pada material batuan dibedakan atas 4 macam
yakni :
1. Perilaku elastis ; saat pembebanan berlangsung batuan tak terdeformasi secara elastis, dan
tidak mengalami pemadatan, sampai pada titik optimum ketahanan material akan hilang
secaraa tiba-tiba. Batuan secaman ini bersifat isotrop.
2. Perilaku Plasto-Elastis ; saat pembebanan berlangsung batuan tak deformasi sekaligus
mengalami pemandatan karena pori-pori batuan sebagian terisi dengan patahan mikro
yang terjadi akibat material pecah, sampai pada kondisi tertentu material tiba-tiba
mengalami kehilangan ketahanan.

25
3. Perilaku Elasto-Plastis ; saat pembebanan berlangsung batuan terdeformasi tanpa
mengalami pemadatan, tetapi porses hilangannya ketahanan material akan didahului
dengan fasa ductile (liat), sebelum ketahanan material hilang.
4. Perilaku Plasto-Elasto-Plastis ; saat pembebanan berlangsung batuan terdeformasi dan
mengalami pemadatan, hingga tercapainya kondisi tertentu material akan menunujkan
fasa ductile sebelum ketahan material hilang.
Untuk lebih menjelaskan perilaku deformasi batuan ini dalam kurva tegangan-regangan
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Sitat sifat volume material geologis


Yang dianggap sebagai sifat volume dari suatu material geologis adalah keadaan
homogenitas material yang dianalsis/diuji. Sifat homogenitas material ini sangat
diperlukan untuk membanbantu manklasifikasi formula yang sesuai untuk dipergunakan
di dalam analisis teknis, yang biasa pula dikaikan dangan kondisi material apakah
”isotrop” atau “anisotropy”.
Material homogen ada yang isotrop dan ada pulu yang anisotrop. Pada material isotrop
sifat-sifat materialnya tidak tergantung pada arah pengukuran yang dilakukan. Sedangkan
material anisotrop akan bervariasi sifat-sifat materialnya sesuai arah pengukuran yang
dilakukan. Contoh sifat anisotrop pada material geologis antara lain sifat permeabilitas,
kekuatan, deformasi dan lain-lain.

26
BAB 3 PENUTUP

1. Kesimpulan
Geologi teknik merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mana di luar negeri dipelajari
secara khusus pada jurusan tersendiri. Bidang ilmu ini awalnya dikembangkan oleh seorang
insanyur sipil yang ahli geodesi berkebangsaan Inggris bemama William Smith (1763-1839).
Beliau melakukan dua langkah maju dalam bidang ilmu rekayasa yaitu (1) menyusun peta
geologis wilayah Inggris (1815, dan menyusun daftar material geologis yang tepat digunakan
untuk bangunan sipil

Definisi batuan dari sudut pandang ahli geologi berbeda dari sudut pandang ahli geoteknik.
Menurut ahli geologi tahwa Batuan adalah susunan muterial dan bahan organis yang bersatu
membentuk kulit bumi, termasuk fluida di dalamnya

Bidang pengetahuan yang mempelajari tentang lapisan dasar disebut “pedologi” Yang mana ada
dua faktor yang paung mempengaruhi penyusunan lapisan dasar, yaitu iklim dan proses biologis
yang pernah terjadi di masa lampau.

27

Anda mungkin juga menyukai