Chapter II
Chapter II
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan
aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala
langkah APN ditambah dengan tindakan resusitasi. Tahun 2004 APN ditambah
pemberian tetes mata profilaksis, pemberian vitamin K1 dan imunisasi HBo. Langkah
APN pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan, namun pada tahun 2008 langkah
bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
dengan intervensi yang minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
10
11
upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan
patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali
pusat terkendali.
4. Partus Lama (persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida
partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan
b. Dukungan suami atau kerabat diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan
klien.
a. Memantau secara baik dan teratur denyut jantung janin selama proses
persalinan.
b. Mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah
c. Tehnik meneran dan bernafas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi
Obstetri Ginekologi Indonesia), IBI, JNPK-KR dengan bantuan teknis dari JHPIEGO
kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi
cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai
bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan proses dekontaminasi serta sterilisasi
atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan paling tepat dan memadai.
c. Memberikan asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan
masa nifas, termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarga tentang
proses persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota
d. Merencanakan persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi
ibu di setiap tahapan persalinan dan tahapan baru bagi bayi baru lahir.
e. Menghindar berbagai tindakan yang tidak perlu dan atau berbahaya seperti
misalnya kateterisasi urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi
persalinan.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan
h. Memberikan asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan
kesehatan, keamanan dan kenyamanan ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara
15
dini gejala dan tanda bahaya komplikasi pasca persalinan/bayi baru lahir dan
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya
Tahapan asuhan persalinan normal terdiri dari 58 langkah (JNPK-KR 2013) adalah:
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya.
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk bayi
asfiksia persiapkan: tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus
3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yg mengalir dan mengeringkan tangan dengan
4. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
lengkap.
a. Bila selaput ketuban belum pecah, dan pembukaan sudah lengkap, maka
lakukan amniotomi.
17
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
serta bantu ibu berada dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) serta
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2 jam meneran
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat & bahan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat & ambil tindakan yang sesuai jika
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat, dan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental, anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau mengap-mengap lakukan langkah
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
b. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas
perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
21
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
22
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau anggota keluarga untuk
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial).
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
39. Segera setelah plasenta & selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
IX.Menilai perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi pastikan selaput ketuban
lengkap & utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan per
vaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
24
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka lakukan asuhan yang sesuai
47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
49. Memeriksa nadi ibu & keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan.
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
2.2 Persalinan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
26
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan
keluarga. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
bercampur darah (bloody show) melalui vagina, penipisan dan pembukaan serviks
terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)
Tanda dan gejala inpartu adalah adanya penipisan dan pembukaan serviks,
kali dalam 10 menit) serta keluarnya cairan lendir bercampur darah (“show”) melauli
b. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan di
2) Periode dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari
4 cm menjadi 9 cm.
Pada fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4
perjam (multipara). Pada fase aktif terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Hal-hal pokok yang diperlukan dalam persalinan dan kelahiran bayi yaitu:
1) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terdapat air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat terjadi saat yang menyakitkan
dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan
1) Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang,
3) Waspadai gejala dan tanda penyakit selama proses persalinan dan lakukan
e) Pencegahan infeksi
Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran bayi, yang dimulai dari
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
(JNPK-KR, 2013). Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam
yang terjadi pada saat lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri dan
kepala sudah di dasar panggul). Setelah terjadi pembukaan lengkap apabila selaput
ketuban belum pecah maka perlu dilakukan tindakan amniotomi pada persalinan.
Pada penatalaksanaan fisiologis kala dua. ibu memegang kendali dan mengatur saat
meneran. Penolong hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif
dan benar. Ibu dilarang untuk meneran jika pembukaan belum lengkap (10 cm),
Jika ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
Bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah
yang terjadi. Anjurkan keluarga untuk membantu dan mendukung usahanya. Pantau
kondisi ibu dan bayi, beri cukup minum dan pantau denyut jantung janin setiap 15
a. Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan
Anjurkan ibu mengubah posisi secara teratur, tawarkan untuk minum dan
31
pantau denyut jantung janin setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi puting susu
b. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit pada multipara dan 120 menit pada
Robekan spontan pada vagina dan perineum dapat terjadi saat kepala baru
dilahirkan. Kejadian robekan akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan
sebelumnya episiotomi dinjurkan secara rutin yang tujuannya adalah untuk mencegah
robekan berlebihan pada perineum terutama pada ibu primigravida, membuat tepi
luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada
kepala dan infeksi, tetapi hal tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah.
Hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, tetapi
karena indikasi tertentu maka harus dilakukan episiotomi pada saat kelahiran bayi
bila didapatkan:
persalinan.
32
6. Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering
yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu dan siapkan handuk bersih di atas perut ibu
(untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu
tangan di bawah dengan kain bersih dan kering, ibu jari pada salah sisi perineum dan
4 jari tangan pada sisi yang lain, sedangkan tangan yang lain pada belakang kepala
bayi.
Tekan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum. Setelah kepala bayi lahir, minta ibu
untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali
pusat. Jika ada lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut
dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat
7. Melahirkan bahu
a. Setelah memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga putaran paksi
Minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi
c. Setelah bahu depan lahir gerakan kepala ke atas dan leteral tubuh bayi sehingga
a. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan
b. Tangan (bawah posterior menopang samping leteral tubuh bayi saat lahir).
c. Tangan atas (anterior) untuk menelurusi dan memegang bahu, siku dan lengan
bagian anterior.
dan kaki.
e. Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut ibu dan
f. Lakukan penjepitan tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari pangkal pusat bayi,
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat
jepitan pertama. Satu tangan menjadi landasan tali pusat melindungi bayi,
1. Penilaian
berfungsi sempurna, oleh karena itu segera dilakukan pencegahan kehilangan panas
tubuh pada bayi baru lahir agar tidak mengalami hipotermi. Hipotermi mudah terjadi
pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya dengan cara-cara berikut:
a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat
terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi jika bayi ditempatkan di
c. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI adalah sedini mungkin dan ekslusif. Bayi baru lahir harus
mendapat ASI dalam satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya
Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah bayi
menyusu.
Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotik
tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis
infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.
kiri sesegera mungkin. Tujuannya untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta, karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah maka plasenta akan berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau ke dalam vagina.
Menurut Prawihardjo (2008), kala III adalah kala Uri yaitu dimulai segera
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak boleh lebih dari
Tujuan manajemen kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
penatalaksanaan fisiologis.
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama adalah:
2. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah kondisi miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini
terjadi maka darah yang keluar dari bekas melekat plasenta menjadi tidak terkendali.
50%, dan merupakan alasan paling sering untuk dilakukan histerektomi peripartum.
terjadinya atonia uteri yaitu pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus
sebanyak 500-800 ml/menit. Jika uterus tidak berkontraksi atau kontraksi tidak
terkoordinasi segera setelah plasenta keluar, maka miometrium tidak dapat menjepit
terkendali. Bila uterus tidak berkontraksi maka ibu bisa kehilangan darah 350-500
ml/menit.
Berdasarkan patofisiogis ini maka penerapan manajemen aktif kala tiga harus
sesuai standar. Penerapan manajemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik dan
Menurut Sumarah, dkk (2009), kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Setyorini (2013), menyatakan bahwa
kala empat merupakan masa 1-2 jam setelah melahirkan. Ibu masih tetap harus ada di
38
dalam kamar bersalin dan tidak boleh dipindahkan ke ruang nifas agar dapat diawasi
dengan baik.
bercampur dengan cairan atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah
menampung semua darah tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah
kehilangan satu liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol ibu kehilangan
250 ml darah. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
1) Derajat satu
2) Derajat dua
Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan
otot perineum.
39
3) Derajat tiga
Terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
4) Derajat empat
Terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
jahitan pertama kurang lebih 1 cm dari ujung laserasi bagian atas dalam vagina
Arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk
untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan lainnya, sehingga mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.
prinsip-prinsip berikut :
40
a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
c. Permukaan benda yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit
yang tidak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi,
d. Jika ragu dengan peralatan atau benda lainnya yang telah diproses dengan baik
e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga
a. Cuci tangan
infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang di lingkungan yang lembab dan air tidak
a) Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci
b) Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir.
dengan 2 ml gliserin.
Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,
terkontaminasi.
Tehnik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru
wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup dan celemek plastik, untuk mencegah
2) Antisepsis.
kulit. Larutan antiseptik berikut bisa diterima adalah: alkohol 60-90% : etil
isopropyl atau metel spiritus, savlon, hibiserub, dettol, iodine 1-3% dan betadine.
bisa diterima adalah: klorin pemutih 0,5% untuk dekontaminasi permukaan dan
peralatan, klorin pemutih 0,1% untuk DTT kimiawi dan gluturaldehida 2% untuk
direkomendasikan dalam upaya pencegahan infeksi terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1) Dekontaminasi.
Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Daya kerja larutan
klorin, cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24
digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif
43
dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu
dan kimiawi.
Perebusan dalam air merupakan cara yang efektif dan praktis untuk dapat DTT alat-
alat dan semua alat yang lainnya. Walaupun perebusan dalam air selama 20 menit
akan membunuh semua bakteri vegatatif, virus, ragi dan jamur, namun tidak
termasuk endospora.
dalam klorin 0,1% selama 20 menit dan membilas kateter dengan air DTT. Kateter
2.2.7 Partograf
Menurut JNPK-KR (2013), semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu
dan bayi harus dicatat. Jika tidak dicatat dianggap asuhan tidak dilakukan.
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena
dikumpulkan sehingga lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat
pencatatan selama persalinan. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
1. Bagian-bagian partograf
45
a. Kemajuan persalinan
1) Pembukaan serviks
3) Kontraksi uterus
b. Kondisi janin
c. Kondisi ibu
b) Volume urine
Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih dalam fase
laten, maka hasil observasi ditulis dilembar observasi bukan pada partograf.
a. Identifikasi ibu
Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara teliti.
Partograf diisi pada saat mulai asuhan persalinan yang meliputi nama, umur,
gravida, para, abortus, nama rekam medis/nomor klinik , tanggal dan waktu mulai
b. kondisi janin
Kolom lajur dan skala angka pada partograf bagian atas adalah untuk
pencatatan.
DJJ dinilai setiap 30 menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka
180 dan 100, nilai normal sekitar 120 s/d 160. Apabila ditemukan DJJ
Warna air ketuban dinilai setiap kali melakukan periksa dalam dan jika
selaput ketuban pecah. Semua temuan dicatat dalam kotak bawah lajur DJJ.
dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Gunakan
dipalpasi.
dipisahkan.
c. Kemajuan Persalinan
a) Dilatasi serviks
Pada kolom dan lajur kedua dari partograf adalah untuk percatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada tepi kolom kiri adalah
sebesar 1 cm. Pada saat pertama kali menulis pembesaran dilatasi serviks
Cara pencatatan dengan memberi tanda silang (x) pada garis waspada
sesuai hasil periksa dalam. Hasil pemeriksaan dihubungkan dengan garis lurus
untuk dirujuk.
Garis tidak terputus dari 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri ke atas
tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks dengan tulisan
48
janin ke dalam panggul yang diberi tanda “O” dengan penilaian mulai 5/5 s/d
0/5. Hubungkan tanda ”O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus. Bagian bawah lajur kotak dilatasi serviks dan penurunan kepala
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan fase aktif dimulai, setiap kotak
menunjukkan 30 menit.
c) Kontraksi uterus/his
Bagian bawah lajur waktu pada partograf terdapat lima kotak dengan
tulisan “kontraksi” tiap 10 menit di sebelah luar kolom. Setiap kotak untuk
satu kali kontraksi. Jumlah kotak yang di isi ke arah atas menunjukkan
/// Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk kontraksi yang lamanya 20-
40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk kontraksi yang lamanya lebih
dari 40 detik.
49
d. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf terdapat
a) Nadi ibu dinilai dan dicatat setiap 30 menit selama fase persalinan, dengan
b) Temperatur tubuh ibu dinilai dan dicatat pada kolom waktu yang sesuai.
Produksi urin ibu diukur dan dicatat jumlahnya, minimal setiap 2 jam (setiap
2.2.8 Rujukan
Menurut JNPK-KR (2013), bahwa rujukan dalam kondisi optimal dan tepat
waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap,
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normal. Sekitar 10-15% ibu bersalin
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi
sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Kesiapan untuk merujuk ibu
dan atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika
penyulit terjadi) menjadi syarat bagi upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan
2.3 Bidan
disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Secara lengkap pengertian bidan
adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara
serta memperoleh kualifikasi dan diberi ijin untuk menjalankan praktek kebidanan di
negeri itu. Bidan harus mampu memberikan supervise atau kunjungan berkala,
asuhan kebidanan dan nasehat yang dibutuhkan perempuan selama masa hamil,
Pengertian bidan menurut ICM yang ke 27 pada bulan Juli tahun 2005, telah
pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk di daftar (register) dan atau memiliki izin yang sah
bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
kualifikasi untuk registrasi, sertifikasi atau secara syah mendapat lisensi untuk
Bidan bisa berpraktek di rumah sakit, klnik unit kesehatan, rumah perawat
atau tempat pelayanan lain. Demikian luas dan dalamnya profesi bidan, maka dapat
dikatakan bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian
dengan persyaratan yang berlaku. Jika melakukan praktek yang bersangkutan harus
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas,
adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas. Bidan
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan pada bayi
mulai baru lahir. Asuhan yang diberikan mencakup upaya pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau
(Wahyuningsih, 2009).
2.4 Perilaku
perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organism terhadap lingkungannya.
Hal ini berarti bahwa prilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
Misalnya, bidan berusaha melakukan stimulasi puting susu terlebih dahulu jika pada
kala satu, kala dua atau kala tiga ibu kehilangan kontraksi uterus sesuai standar APN.
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung, yaitu
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku seseorang
menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap:
1. Perubahan Pengetahuan
terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Bidan akan melakukan masase pada uterus dan penilaian kontraksi uterus kala empat
dengan teliti, jika bidan tahu apa tujuannya/dampak negatif jika tidak dilakukan. Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
2. Perubahan Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau
stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus
atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator sikap kesehatan sejalan
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
motivasi dalam bekerja, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Dalam hal ini misalnya perilaku bidan dalam
motivasi bidan tentang tujuan asuhan persalinan normal sehingga perilaku bidan
infeksi, alat partus, alat penanganan asfiksia, tabung O2, infuse set dan lain-lain).
Bidan yang menolong persalinan sesuai standar asuhan persalinan normal tidak hanya
karena tahu dan sadar tentang asuhan persalinan normal tapi juga memiliki fasilitas
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma). Tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk
daerah, yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-
kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja
Hasil penelitian Otto dkk (2012), dengan judul hubungan pelatihan APN
APN dengan keterampilan bidan dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05), hal ini
berarti bahwa pelatihan APN mampu meningkatkan keterampilan bidan dalam APN.
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
terhadap objek.
1. Tahu (Know)
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah dapat menyebutkan, menguraikan,
2. Memahami (Comprehension)
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut.
Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan,
Misalnya dapat menjelaskan mengapa ibu bersalin tidak boleh tidur terlentang lama.
58
3. Aplikasi (Aplication)
pada situasi yang sebenarnya atau penggunaan hukum, rumus, metode dan prinsip.
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu stuktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata
5. Sintesa (Synthesis)
merencanakan, dapat meringkaskan dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
6. Evaluasi (Evaluation)
materi atau objek. Penilaia ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
59
atau kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menilai kondisi janin normal atau gawat
janin.
1. Umur
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang
berkurang. Menurut Harlock (2002), umur dibagi 3 kelompok yaitu usia dewasa
muda (20-30 tahun), dewasa tengah (31 – 45 tahun) dan usia dewasa tua (46 – 60
tahun).
2. Intelegensi
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar dan
merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara
3. Pendidikan
perilaku akan bertahan lama (long lasting) dan menetap karena didasari oleh
4. Informasi
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia memperoleh informasi yang
baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat
5. Sosial budaya
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
6 Pengalaman
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
61
7. Lingkungan
dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang buruk tergantung pada sifat
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
kompetensi asuhan persalinan normal (APN) dengan pengetahuan dan sikap bidan
Timur. Hasil analisis hubungan penguasaan kompetensi bidan dalam APN dengan
pengetahuan memiliki korelasi positif yang sangat bermakna yaitu (p < 0,005).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
62
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
psikologis sosial, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap masih
1. Menerima (Receiving)
Misalnya sikap orang terhadap asuhan persalinan normal (APN) dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap materi-materi yang berkaitan tentang
APN.
2. Merespon (Responding)
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
63
3. Menghargai (Valuing)
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang bidan yang mengajak bidan
yang lain, untuk mengadakan pertemuan tentang kasus persalinan yang ditemukan di
lahan praktek dan mendiskusikan tentang tindakan penanganan sesuai APN. Hal ini
menunjukkan suatu bukti bahwa bidan tersebut telah memiliki sikap positif terhadap
APN.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya bidan berusaha menguasai APN
dan menerapkan pada ibu bersalin yang kadangkala tidak mau dilakukan tindakan tsb.
1. Pengalaman Pribadi
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafilasi dan keinginan untuk menghindari konflik
3. Pengaruh Kebudayaan
asuhannya.
4. Media Massa
konsumennya.
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
sikap.
6. Faktor Emosional
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
suatu objek. Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert dan
kompetensi asuhan persalinan normal (APN) dengan pengetahuan dan sikap bidan
Timur. Hasil analisis hubungan penguasaan kompetensi bidan pasca APN dengan
sikap bidan memiliki korelasi positif yang sangat bermakna yaitu (p value <0,01).
2.7 Motivasi
Menurut Fahmi (2013), Motivasi adalah aktivitas perilaku yang bekerja dalam
bahwa motivasi adalah suatu set atau kumpulan perilaku yang memberikan landasan
bagi seseorang untuk bertindak dalam suatu cara yang diarahkan kepada tujuan
spesifik tertentu.
Menurut Gibson (1996), secara umum teori motivasi mengacu pada 2 (dua)
kategori :
a. Teori harapan
c. Teori keadilan
berikut :
Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah
disebabkan adanya kebutuhan yang relatif tidak terpenuhi yang disebabkan adanya
faktor keterbatasan manusia itu sendiri, untuk memenuhi kebutuhannya itu manusia
bekerja sama dengan orang lain dengan memasuki suatu organisasi. Hal ini yang
menjadi dasar bagi Maslow dengan mengemukakan teori hirarki kebutuhan sebagai
salah satu sebab timbulnya motivasi pegawai. Maslow mengemukan bahwa manusia
persahabatan.
Pada dasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun,
tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat
(Mangkunegara, 2002).
karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow,
(2005), terdiri dari faktor intrinsik dan ekstrinsik, yang disebut faktor intrinsik
meliputi :
68
Setiap orang ingin diikutsertakan dan ngin diakui sebagai orang yang berpotensi,
dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap memikul
Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan
Pekerjaan itu sendiri merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma
tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan perasaan telah mencapai sesuatu,
tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai,
dan berkembang sesuai dengan rencana karirnya yang akan mendorongnya lebih
6) Kemajuan (Advancement)
menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih baik.
menurut Herzberg dalam Luthans (2003), dihubungkan oleh faktor ekstrinsik antara
lain :
1). Gaji
Tidak ada satu organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada
kompensasi yang realistis dan gaji bila digunakan dengan benar akan memotivasi
pegawai.
Dengan kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh
peralatan yang memadai, karyawan akan merasa betah dan produktif dalam
bekerja sehari-hari.
70
suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun
evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh
6). Status
Merupakan posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan
kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain Status pekerja
yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja yang dapat menunjukkan
statusnya.
Menurut teori ERG dari Clayton Alderfer ini ada 3 (tiga) kebutuhan pokok
manusia yaitu:
pada tiga kebutuhan. Hal-hal yang memotivasi seseorang menurut Mc.Clelland dalam
disekitarnya.
72
orang lain, perasaan dihormati, perasaan maju dan tidak gagal, dan perasaan
ikut serta.
Pencetus pertama dari teori dari harapan ini adalah Victor H. Vroom dan
merupakan teori motivasi kerja yang relatif baru. Teori ini berpendapat bahwa orang-
orang atau petugas akan termotivasi untuk bekerja atau melakukan hal-hal tertentu
jika mereka yakin bahwa dari prestasinya itu mereka akan mendapatkan imbalan
besar.
suatu imbalan, misalnya kenaikan gaji dan kenaikan pangkat, ini yang menjadi
Teori ini berasumsi bahwa prilaku pegawai dapat dibentuk dan diarahkan
yang akan datang dapat diperkirakan dan dipelajari, berdasarkan pengalaman di masa
lalu.
kejadian atau situasi masa lalu. Apabila konsekuensi perilaku tersebut positif, maka
pegawai akan memberikan tanggapan yang sama terhadap situasi lama, tetapi apabila
Menurut Davis (2004), keadilan adalah suatu keadaan yang muncul dalam
pikiran seseorang jika orang tersebut merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan
adalah seimbang. Teori motivasi keadilan ini didasarkan pada asumsi bahwa pegawai
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap
persalinan, hipotermi serta asfiksia bayi baru lahir. Kemampuan bidan dalam
keputusan yang aman dalam menolong persalinan. Bidan juga diharapkan memiliki
sikap dan motivasi yang baik tentang asuhan persalinan normal sehingga mampu
menganalisa dan mendeteksi setiap situasi yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut para bidan harus cerdas membaca situasi
faktor pengetahuan, sikap dan motivasi. Dalam hal ini termasuk perilaku bidan dalam
pelaksanaan APN juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan motivasi bidan
tentang APN. JNPK-KR (2013), menyatakan bahwa asuhan persalinan normal yang
terampil, tepat waktu dan aman, akan menghindarkan terjadinya penyulit sehingga
ibu dan bayi yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka
butuhkan.
75
Faktor predisposisi:
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Motivasi
d. Kepercayaan
e. Keyakinan
f. Nilai-nilai
Faktor penguat
a. Dukungan petugas
kesehatan lain
b. Dukungan Toma
c. Dukungan Toga
perilaku menurut teori Lawrence Green, maka peneliti merumuskan kerangka konsep
Faktor predisposisi
a. Pengetahuan Pelaksanaan Asuhan
b. Sikap Persalinan Normal
c. Motivasi
sikap dan motivasi bidan memengaruhi variabel dependen yaitu pelaksanaan asuhan
persalinan normal.