Anda di halaman 1dari 48

Gary Dessler

tenth edition

Chapter 9 Part 3 Training and Development

Manajemen dan Penilaian Kinerja

© 2005 Prentice Hall Inc. PowerPoint Presentation by Charlie Cook


All rights reserved. The University of West Alabama
Setelah mempelajari bab ini,
Anda diharapkan mampu untuk:
1. Mendeskripsikan proses penilaian.
2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menerapkan paling
tidak empat alat penilaian kinerja.
3. Menjelaskan dan mengilustrasikan permasalahan yang
harus dihindari dalam menilai kinerja.
4. Mendaftar dan mendiskusikan keunggulan dan kelemahan
dari enam metode penilaian.
5. Melakukan wawancara penilaian yang efektif.
6. Mendiskusikan keunggulan dan kelemahan dalam
menggunakan pemeringkat yang berbeda untuk menilai
kinerja seseorang.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–2


Membandingkan Penilaian Kinerja dan
Manajemen Kinerja
 Penilaian kinerja
– Mengevaluasi kinerja karyawan di masa sekarang
dan/ atau di masa lalu secara relatif terhadap
standar kinerjanya.
 Manajemen kinerja
– Proses yang digunakan pemberi kerja untuk
memastikan karyawan bekerja sesuai dengan
tujuan organisasi.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–3


Kenapa Manajemen Kinerja?
 Peningkatan penggunaan manajemen kinerja
oleh pemberi kerja mencerminkan:
– Popularitas konsep Manajemen Mutu Total/ Total
Quality Management (TQM).
– Kepercayaan akan penilaian kinerja tradisional
seringkali tidak hanya tak berguna tetapi juga
mengurangi produktivitas.
– Kebutuhan dalam lingkungan industri yang
kompetitif secara global agar setiap usaha
karyawan fokus terhadap pencapaian tujuan
strategis perusahaan.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–4


Pengenalan Penilaian Kinerja

 Mengapa kita harus menilai kinerja?


– Penilaian memainkan peranan integral dalam
proses manajemen kinerja pemberi kerja.
– Penilaian membantu dalam perencanaan untuk
mengoreksi adanya defisiensi, dan untuk
menguatkan kekuatan bawahan.
– Penilaian, dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan karyawan, berguna untuk perencanaan
karir.
– Penilaian mempengaruhi keputusan kenaikan gaji
yang diambil oleh pemberi kerja.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–5


Penilaian
Pembelajaran
Kelas oleh
mahasiswa

Source: Richard I. Miller, Evaluating Faculty


for Promotional and Tenure (San Francisco:
Jossey-Bass Publishers, 1987), pp. 164–165.
Copyright © 1987, Jossey-Bass Inc.,
Publishers. All rights reserved. Reprinted with
permission.
Figure 9–1
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–6
Penilaian Realistik
 Motivasi untuk penilaian lunak (kurang terus terang)
– Ketakutan untuk harus mempekerjakan dan melatih orang
baru
– Reaksi tidak menyenangkan dari orang yang dinilai
– Proses penilaian perusahaan yang tidak kondusif untuk
keterbukaan
 Bahaya memberikan penilaian lunak
– Karyawan kehilangan kesempatan untuk meningkat sebelum
dipaksa berganti pekerjaan.
– Tuntutan dapat muncul dari pemberhentian karyawan yang
melibatkan penilaian kinerja tidak akurat.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–7


Perbaikan Berkelanjutan
 Sebuah filosofi manajemen yang mengharuskan
pemberi kerja untuk terus menetapkan dan tanpa
henti memenuhi sasaran kualitas, biaya,
pengiriman, dan ketersediaan yang semakin tinggi
dengan:
– Menghilangkan tujuh pemborosan:
• Kelebihan produksi, produk cacat, serta downtime,
transportasi, biaya proses, pergerakan dan persediaan yang
tidak diperlukan.
– Membutuhkan setiap karyawan untuk meningkatkan
kinerja personal mereka secara berkelanjutan, dari
satu periode penilaian ke periode selanjutnya.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–8


Komponen Proses Manajemen Kinerja
yang Efektif
 Berbagi arah
 Klarifikasi peran
 Penyelarasan tujuan
 Penetapan tujuan perkembangan
 Pemantauan kinerja berkelanjutan
 Proses umpan balik berkelanjutan
 Pelatihan dan dukungan
 Penilaian kinerja
 Imbalan, pengakuan, dan kompensasi
 Alur kerja dan kendali proses dan pengembalian
Figure 9–2
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–9
Mendefinisikan Sasaran dan Standar Kinerja
 Panduan untuk sasaran yang efektif
– Menetapkan sasaran yang spesifik
– Menetapkan sasaran yang dapat diukur
– Menetapkan sasaran yang menantang tapi dapat dilakukan
– Mendorong partisipasi
 Sasaran yang pintar (SMART) adalah:
– Specific (Spesifik), dan dengan jelas menyatakan hasil yang
ingin dicapai.
– Measurable (Terukur) dalam menjawab pertanyaan ―berapa
banyak‖.
– Attainable (Dapat Dicapai), dan tidak terlalu sulit atau
terlalu mudah.
– Relevant (Relevan) terhadap apa yang ingin dicapai.
– Timely (Tepat Waktu) dengan tenggat waktu dan tahap-
tahapan pencapaian.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–10
Peran Penilaian Kinerja
 Supervisor
– Biasanya melakukan penilaian secara aktual.
– Harus terbiasa dengan teknik penilaian dasar.
– Harus memahami dan menghindari masalah yang
dapat merusak penilaian.
– Harus mengetahui cara melakukan penilaian yang
adil.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–11


Peran Penilaian Kinerja (lanjutan)
 Departemen SDM
– Berperan sebagai pembuatan kebijakan dan
penasihat.
– Memberikan saran dan bantuan terkait alat penilaian
yang akan digunakan.
– Mempersiapkan formulir dan prosedur serta meminta
agar semua departemen menggunakannya.
– Bertanggung jawab melatih supervisor untuk
meningkatkan keterampilan penilaian mereka.
– Bertanggung jawab memantau sistem untuk
memastikan bahwa format dan kriteria penilaian
mematuhi undang-undang tenaga kerja dan mutakhir.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–12


Langkah-Langkah dalam Menilai Kinerja
 Mendefinisikan pekerjaan
– Pastikan bahwa Anda dan bawahan Anda setuju
dengan tugas dan standar pekerjaan mereka.
 Menilai kinerja
– Membandingkan kinerja aktual bawahan Anda
dengan standar yang telah ditetapkan; ini
biasanya melibatkan beberapa jenis formulir
penilaian.
 Memberikan umpan balik
– Membahas kinerja dan kemajuan bawahan, dan
membuat rencana untuk pengembangan yang
diperlukan.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–13
Merancang Alat Penilaian
 Apa yang akan diukur?
– Output kerja (kualitas dan kuantitas)
– Kompetensi personal
– Sasaran (tujuan) pencapaian
 Bagaimana mengukurnya?
– Skala penilaian grafis
– Metode Peringkat Alternasi
– Manajemen Berdasarkan Sasaran/ Management
By Objective (MBO)

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–14


Metode-Metode Penilaian Kinerja
 Skala penilaian grafis
– Skala yang menyebutkan sejumlah ciri dan kisaran
kinerja untuk masing-masingnya untuk
mengidentifikasi nilai yang paling mendeskripsikan
tingkat kinerja karyawan untuk setiap ciri.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–15


Skala
Penilaian
Grafis
dengan
Ruang
untuk
Komentar

Figure 9–3
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–16
Sebagian dari Sebuah Contoh Formulir
Penilaian Kinerja Sekretaris Administrasi

Source: James Buford Jr., Bettye Burkhalter, and Grover Jacobs, “Link Job Description
to Performance Appraisals,” Personnel Journal, June 1988, pp. 135–136.
Figure 9–4
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–17
Garis Besar
Manajemen Kinerja

Source: www.cwru.edu.
Figure 9–5a
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–18
Garis Besar
Manajemen
Kinerja
(lanjutan)

Figure 9–5b
Source: www.cwru.edu.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–19
Garis Besar
Manajemen
Kinerja
(lanjutan)

Figure 9–5c
Source: www.cwru.edu.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–20
Metode-Metode Penilaian Kinerja
(lanjutan)
 Metode peringkat alternasi
– Memeringkat karyawan dari yang terbaik hingga
yang terburuk berdasarkan ciri tertentu, memilih
yang tertinggi, kemudian yang terendah, hingga
semua diperingkat.
 Metode perbandingan berpasangan
– Memeringkat karyawan dengan membuat bagan
dari semua kemungkinan pasangan karyawan
untuk setiap ciri dan mengindikasikan mana
karyawan yang lebih baik dari pasangan tersebut.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–21


Skala Peringkat Alternasi

Figure 9–6
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–22
Memeringkat Karyawan dengan
Metode Perbandingan Berpasangan

Catt: + berarti “lebih baik dari.” − berarti “lebih buruk dari.” Untuk setiap bagan,
tambahkan nomor 1 dalam setiap kolom untuk memperoleh karyawan peringkat tertinggi.
Figure 9–7
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–23
Metode-Metode Penilaian Kinerja
(lanjutan)
 Metode distribusi paksa
– Serupa denga menilai pada sebuah kurva;
persentase karyawan yang akan dinilai yang telah
ditentukan sebelumnya ditempatkan dalam
berbagai kategori kinerja.
– Contoh:
• 15% kinerja tinggi
• 20% Kinerja rata-rata tinggi
• 30% kinerja rata-rata
• 20% kinerja rata-rata rendah
• 15% kinerja rendah
 Formulir Naratif
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–24
Metode-Metode Penilaian Kinerja
(lanjutan)
 Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku/
Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
– Sebuah metode penilaian yang menggunakan
skala kuantitatif dengan contoh naratif spesifik
dari kinerja baik dan buruk.
 Pengembangan BARS:
– Tulis insiden kritis
– Kembangkan dimensi kinerja
– Realokasi insiden
– Berikan skala untuk insiden tersebut
– Kembangkan instrumen akhir
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–25
Metode-Metode Penilaian Kinerja
(lanjutan)
 Keunggulan menggunakan BARS
– Pengukur yang lebih akurat
– Standar yang lebih jelas
– Umpan-balik
– Dimensi-dimensi independen
– Konsistensi

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–26


Lembar
Kerja
Penilaian-
Pelatihan

Source: Reprinted with permission of


the publisher, HRnext.com; copyright
HRnext.com, 2003.
Figure 9–8
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–27
Contoh-Contoh Insiden Kritis untuk
Asisten Manajer Pabrik

Table 9–1
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–28
Contoh dari sebuah
Skala Penilaian
Berdasarkan
Perilaku untuk
dimensi
Keterampilan
Salesman

Source:Walter C. Borman, “Behavior


Based Rating,” in Ronald A. Berk (ed.),
Performance Assessment: Methods and
Applications (Baltimore, MD: Johns
Hopkins University Press, 1986), p. 103.
Figure 9–9
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–29
Manajemen Berdasarkan Sasaran/
Management by Objectives (MBO)
 Melibatkan penetapan sasaran spesifik
terukur pada setiap karyawan dan kemudian
meninjau secara berkala perkembangan
yang terjadi.
1. Menetapkan sasaran organisasi.
2. Menetapkan sasaran departemen.
3. Mendiskusikan sasaran departemen.
4. Mendefinisikan hasil yang diharapkan
(menetapkan sasaran individual).
5. Melakukan tinjauan kinerja.
6. Memberikan umpan-balik.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–30
Penilaian Kinerja Terkomputerisasi dan
Berbasis Web
 Program software penilaian kinerja
– Menjaga catatan mengenai bawahan sepanjang tahun.
– Memeringkat karyawan secara elektronik berdasarkan
serangkaian ciri-ciri kinerja.
– Menulis teks untuk mendukung setiap bagian penilaian.
 Pemantauan Kinerja Elektronik/ Electronic
Performance Monitoring (EPM)
– Memungkinkan penyelia untuk memantau secara elektronik
jumlah data terkomputerisasi yang diproses karyawan per
hari, dan demikian juga dengan kinerjanya.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–31


Potensi Masalah dalam Penilaian
 Standar yang tidak jelas
– Penilaian yang terlalu terbuka terhadap
interpretasi.
 Efek Halo
– Masalah yang terjadi dalam penilaian kinerja
ketika penilaian penyelia terhadap bawahan pada
satu ciri membiaskan penilaian orang tersebut
pada ciri lain.
 Tendensi sentral
– Kecenderungan untuk menilai semua karyawan
dengan cara yang sama, seperti menilai mereka
semua secara rata-rata.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–32
Skala Penilaian Grafis dengan
Standar yang Tidak Jelas

Catatan: Sebagai contoh, apa sebenarnya yang


dimaksud dengan “good,” “quantity of work,” dsb?

Table 9–2
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–33
Potensi Masalah dalam Penilaian
(lanjutan)
 Kekakuan/ kelonggaran
– Masalah yang terjadi ketika penyelia mempunyai
kecenderungan untuk memeringkat semua
bawahan tinggi atau rendah.
 Bias
– Kecenderungan yang membiarkan perbedaan
individual seperti: umur, ras dan gender
mempengaruhi hasil pemeringkatan karyawan.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–34


Bagaimana Menghindari Permasalahan
Penilaian
 Pelajari dan pahami setiap permasalahan
potensial, dan solusi untuk masing-masingnya.
 Gunakan alat penilaian yang tepat. Setiap alat
memiliki keunggulan dan kelemahan.
 Latih penyelia untuk mengurangi kesalahan
memeringkat seperti halo, kelonggaran, dan
tendensi sentral.
 Buat pemeringkat menyusun insiden positif
dan negatif pada saat hal tersebut terjadi.
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–35
Siapa yang Harus Melakukan Penilaian?

 Penyelia langsung
 Rekan sebaya
 Komisi penilaian
 Penilaian diri
 Bawahan
 Umpan-balik 360 derajat

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–36


Keunggulan dan Kelemahan Alat-Alat Penilaian

Table 9–3
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–37
Wawancara Penilaian
 Tipe-tipe wawancara penilaian
– Memuaskan—Dapat dipromosikan
– Memuaskan—Tidak dapat dipromosikan
– Tidak memuaskan—Dapat dikoreksi
– Tidak memuaskan—Tidak dapat dikoreksi
 Bagaimana melakukan wawancara penilaian
– Berbicara mengenai data kerja objektif.
– Jangan bersifat pribadi.
– Dorong orang tersebut untuk berbicara.
– Dapatkan kesepakatan.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–38


Kontrak
Kinerja

Source: David Antonion, “Improving the


Performance Management Process Before
Discontinuing Performance Appraisals,”
Compensation and Benefits Review May–
June 1994, p. 33, 34.
Figure 9–10
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–39
Contoh
Daftar Cek
Pada Saat
Wawancara
Penilaian

Source: Reprinted with permission of


the publisher, HRnext.com. Copyright
HRnext.com, 2003.
Figure 9–11
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–40
Wawancara Penilaian (lanjutan)
 Bagaimana menangani bawahan yang
defensif
– Pahami bahwa perilaku defensif adalah normal.
– Jangan pernah menyerang pertahanan seseorang.
– Tundalah tindakan.
– Kenali batasan Anda.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–41


Wawancara Penilaian (lanjutan)
 Bagaimana mengkritik bawahan
– Lakukan dengan cara yang membiarkan orang
tersebut mempertahankan harga dirinya.
– Kritik secara pribadi dan konstruktif.
– Hindari sekali setahun ―berondongan kritis‖
dengan memberikan umpan-balik secara berkala,
sehingga tinjauan formal tidak berisi kejutan.
– Jangan pernah mengatakan bahwa orang tersebut
―selalu‖ salah
– Kritik haruslah objektif dan bebas dari bias pribadi.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–42


Wawancara Penilaian (lanjutan)
 Bagaimana memastikan wawancara
mengarah pada peningkatan kinerja
– Jangan membuat bawahan merasa terancam pada
saat wawancara.
– Berikan kesempatan pada bawahan untuk
memberikan ide dan perasaannya serta untuk
mempengaruhi jalannya wawancara.
– Tunjuk penyelia yang mau membantu dan
konstruktif untuk melaksanakan wawancara.
– Tawarkan bawahan dukungan yang diperlukan
untuk pengembangan dan perubahan.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–43


Wawancara Penilaian (lanjutan)
 Bagaimana menangani peringatan formal tertulis
– Tujuan peringatan tertulis
• Untuk mengguncang karyawan agar keluar dari kebiasaan
buruknya.
• Membantu Anda mempertahankan penilaian Anda kepada
atasanAnda sendiri dan (jika diperlukan) ke pengadilan.
– Peringatan tertulis seharusnya:
• Identifikasi standar yang digunakan untuk menilai karyawan.
• Menyatakan dengan jelas bahwa karyawan menyadari adanya
standar tersebut.
• Menspesifikasi adanya kekurangan relatif terhadap standar.
• Mengindikasikan karyawan memiliki kesempatan untuk
mengoreksi kinerja sebelumnya.

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–44


Menciptakan Proses Manajemen
Kinerja Total
 “Apa strategi kita dan apa sasaran kita?”
 “Apa maksud dari sasaran yang kita tetapkan
untuk karyawan kita, dan untuk bagaimana
kita melatih, menilai, mempromosikan, dan
memberikan imbalan kepada mereka?”
 Apa saja yang akan menjadi kebutuhan bagi
dukungan teknologi?

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–45


Informasi yang Dibutuhkan untuk Sistem
Manajemen Kinerja Berbasis Web TRW

Source: D. Bradford Neary,“Creating a Company-Wide, Online, Performance Management System:


A Case Study at TRW, Inc.,” Human Resource Management 41, no 4 (Winter 2002), p. 495.
Figure 9–12
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–46
HR Scorecard
untuk Hotel Paris
International
Corporation*

Note: *(An abbreviated example showing selected


HR practices and outcomes aimed at implementing
the competitive strategy, “To use superior guest
services to differentiate the Hotel Paris properties
and thus increase the length of stays and the return
rate of guests and thus boost revenues and
profitability”)

Figure –13
© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–47
Key Terms

performance appraisal management by objectives


(MBO)
performance management
electronic performance
graphic rating scale
monitoring (EPM)
alternation ranking method
unclear standards
paired comparison method
halo effect
forced distribution method
central tendency
critical incident method
strictness/leniency
behaviorally anchored rating
bias
scale (BARS)
appraisal interview

© 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 9–48

Anda mungkin juga menyukai