Anda di halaman 1dari 5

UJIAN SISIPAN 2 (USIP 2) T.A..

2020/2021
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
Hari, tanggal : Selasa, 24 Novembaer 2020
Pukul : 19.00-20.30 WIB
Sifat Ujian : On line, individual
Dosen : Dr. H. Herry Maridjo, M.Si
NIM : 202222104
NAMA : Fransiska Shasa Yolanda

Case 1:
Guaranteeing Fair Treatment
Being in the laundry and cleaning business, the Carters feel strongly about not allowing
employees to smoke, eat, or drink in their stores. Jennifer was therefore surprised to walk into a
store and find two employees eating lunch at the front counter. There was a large pizza in its
box, and the two of them were sipping colas and eating slices of pizza and submarine
sandwiches off paper plates. Not only did it look messy, but there were grease and soda spills
on the counter, and the store smelled from onions and pepperoni, even with the exhaust fan
pulling air out through the roof. In addition to being a turnoff to customers, the mess on the
counter meant that a customer’s order might actually become soiled in the store.
Although this was a serious matter, Jennifer didn’t feel that what the counter people were doing
was grounds for dismissal (partly because the store manager had apparently condoned their
actions). It seemed to her that the matter called for more than just a warning but less than
dismissal.
Questions:
1. What would you do if you were Jennifer, and why?
Jawab:
Sumber penyelewengan tersebut sepertinya berasal dari kebiasaan lingkungan kerja
yang sudah biasa memberikan toleransi untuk merokok, makan, atau minum di toko oleh
manajer toko. Manajer toko memaklumkan hal tersebut tanpa mempertimbangkan
dampaknya bagi respon pelanggan ke tokonya. Sehingga sebagai Jennifer, saya akan mulai
menyelaraskan kebijakan di seluruh toko terkait upaya meningkatkan kenyamanan
konsumen melalui pendisiplinan dan etika karyawan. Hal ini bisa dilakukan dengan
mengkomunikasikan perilaku apa saja yang tingkatkan kenyamanan konsumen dan
sebaliknya. Poin-poin tersebut dirangkum dalam sebuah pedoman berikut dengan
keterangan sanksinya dan dikomunikasikan ke para manajer untuk kemudian
dikomunikasikan ke karyawan masing-masing toko. Alasan penting untuk melakukan hal
ini karena dalam bisnis, kepuasan konsumen harus dicapai. Kepuasan konsumen ini salah
satu indikatornya adalah mereka merasa nyaman dan memiliki kesan positif dengan suatu
bisnis. Sehingga bila karyawan melakukan kegiatan-kegiatan yang “terlihat” oleh konsumen
adalah kegiatan yang positif dan baik, maka konsumen akan merasa bahwa ia diperlakukan
dengan baik. Ujungnya adalah bahwa mereka puas dan mungkin untuk loyal terhadap suatu
bisnis.
Pertama-tama tentu dengan mengkomunikasikannya kepada manajer di setiap toko.
Ketika sistem disiplin atau kebijakan baru sudah selesai dibuat, sebagai Jennifer saya akan
mengkomunikasikannya ke setiap manajer di setiap toko untuk dapat
mengimplementasikannya dengan baik dan benar. Manajer harus bertanggung jawab untuk
memastikan kebijakan baru dipahami oleh semua karyawan. Manajer juga harus
bertanggung jawab untuk menegakkan kebijakan perusahaan untuk mencegah pelanggaran
di masa mendatang. Mereka juga harus ditempatkan pada sistem disiplin yang sama dengan
karyawan ketika aturan, kebijakan, dan pedoman perusahaan tidak diikuti.
2. Should a disciplinary system be established at Carter Cleaning?
Jawab:
Sistem disiplin tentu harus dibuat di Carter Cleaning. Karena jika tidak, maka
karyawan akan sesuka hati dalam bertindak sehingga bila tindakan tersebut negatif maka
akan merusak citra Carter Cleaning bagi pelanggan. Bisa saja pelanggan pergi dan tidak lagi
menjadikan Carter Cleaning sebagai tujuan mereka dengan kata lain lambat laun perusahaan
akan mengalami penurunan. Perilaku karyawan harus diatur dan diawasi sedemikian rupa
sehingga mereka mencerminkan etika yang baik dan disiplin yang tinggi. Tidak hanya
penting bagi perusahaan, sistem disiplin yang dibuat juga berguna bagi karyawan itu untuk
memulai menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam kehidupannya di dalam maupun
di luar perusahaan. Selain itu, sistem disiplin penting karena untuk mendorong karyawan
berperilaku bijaksana di tempat kerja (di mana bijaksana berarti mematuhi aturan dan
peraturan) dan agar tidak merusak hubungan positif antara karyawan dan perusahaan.

3. If so, what should it cover? How would you suggest it deal with a situation such as the one
with the errant counter people?
Sistem disiplin yang diterapkan mencakup apa saja perilaku yang diharapkan dan
perilaku professional dari semua karyawan. Di dalam sistem disiplin juga mencakup
sanksi atau tindakan disipliner yang akan diterima karyawan bila mereka tidak mengikuti
aturan, kebijakan, dan pedoman perilaku perusahaan. Sanksi ini dapat berupa sesuai
urutannya adalah peringatan lisan, peringatan tertulis, dan bila sudah tidak bisa diperbaiki
lagi karena terjadi pengulangan pelanggaran maka terakhir pemutusan hubungan kerja.
Bila sudah terjadi seperti yang dikatakan dalam kasus, maka Jennifer dapat
memberikan peringatan lisan kepada orang tersebut. Namun terkait hal ini Jennifer perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
- Pastikan bukti mendukung tuduhan kesalahan karyawan.
- Beri peringatan yang memadai kepada karyawan tentang konsekuensi disipliner dari
dugaan kesalahannya.
- Aturan yang diduga dilanggar harus “terkait secara wajar” dengan pengoperasian
fasilitas yang efisien dan aman.
- Menerapkan aturan, perintah, atau hukuman yang berlaku tanpa diskriminasi.
- Jangan merampas martabat karyawan, misalnya dengan mendisiplinkan di depan
umum.
- Dengarkan apa yang orang tersebut katakan
- Dapatkan faktanya. Jangan mendasarkan keputusan pada bukti desas-desus atau
kesan umum.

Case 2
The New Pay Plan
Carter Cleaning Centers does not have a formal wage structure nor does it have rate ranges or
use compensable factors. Wage rates are based mostly on those prevailing in the surrounding
community and are tempered with an attempt on the part of Jack Carter to maintain some
semblance of equity between what workers with different responsibilities in the stores are paid.
Carter does not make any formal surveys when determining what his company should pay. He
peruses the want ads almost every day and conducts informal surveys among his friends in the
local chapter of the laundry and cleaners trade association. While Jack has taken a “seat-of-the-
pants” approach to paying employees, his salary schedule has been guided by several basic pay
policies.
Although many of his colleagues adhere to a policy of paying minimum rates, Jack has always
followed a policy of paying his employees about 10% above what he feels are the prevailing
rates, a policy that he believes reduces turnover while fostering employee loyalty. Of somewhat
more concern to Jennifer is her father’s informal policy of paying men about 20% more than
women for the same job. Her father’s explanation is, “They’re stronger and can work harder for
longer hours, and besides they all have families to support.”
Questions
1. Is the company at the point where it should be setting up a formal salary structure based on
a complete job evaluation? Why?
Jawab:
Ya. Perusahaan ada dalam titik yang harus menetapkan struktur gaji formal
berdasarkan evaluasi pekerjaan yang lengkap. Evaluasi pekerjaan dimaknai sebagai
perbandingan pekerjaan yang formal dan sistematis untuk menentukan nilai pekerjaan.
Evaluasi pekerjaan bertujuan untuk menentukan nilai relatif suatu pekerjaan. Evaluasi
pekerjaan pada akhirnya menghasilkan struktur atau hierarki gaji (ini menunjukkan tingkat
gaji untuk berbagai pekerjaan atau kelompok pekerjaan). Prinsip dasar evaluasi pekerjaan
adalah bahwa pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi yang lebih besar, tanggung jawab
yang lebih besar, dan tugas pekerjaan yang lebih kompleks harus menerima gaji yang lebih
besar daripada pekerjaan dengan persyaratan yang lebih rendah.
Dalam perusahaan Carter Cleaning Centers tersebut, jenis pekerjaan dan tanggung
jawabnya berbeda-beda sehingga kompleksitas pekerjaan berbeda dari masing-masing
jenis pekerjaannya di perusahaan. Sebagai contoh peran "pengambilan keputusan" mungkin
masuk akal untuk pekerjaan manajer, tetapi tidak untuk pekerjaan pembersih. Dalam
menetapkan struktur gaji formal berdasarkan evaluasi pekerjaan yang lengkap, apapun
metodenya (metode ranking, metode klasifikasi pekerjaan, metode poin, bahkan
computerized job evaluations), besaran kompensasi harus dikaitkan dengan bobot atau
tingkat kesulitannya. Tujuannya agar gaji atau kompensasi tidak pukul rata. Selain itu
tetap memperhatikan bahwa yang membutuhkan pengerjaan tanggung jawab berat akan
wajar bila gajinya lebih tinggi.
Secara keseluruhan, hal ini perlu dilakukan perusahaan supaya karyawan merasa
diperlakukan adil. Perusahaan dalam hal kebijakan penggajiannya harus mengusahakan
bahkan memasikan bahwa karyawan merasa adil dalam eksternal, internal, individual,
bahkan prosedural. Dampaknya, ketika mereka merasa diperlakukan dengan adil, mereka
cenderung ingin bekerja maksimal dan menumbuhkan loyalitas bahkan engage
terhadap perusahaan.

2. Is Jack Carter’s policy of paying 10% more than the prevailing rates a sound one, and how
could that be determined?
Jawab:
Iya, masuk akal. Hal ini karena dengan kebijakan tersebut, harapannya perusahaan
dapat memperoleh karyawan dengan kualifikasi lebih baik daripada rata-rata di industri
tersebut dan juga meningkatkan daya tarik untuk bekerja di perusahaan ini. Selain itu,
penetapan tersebut masuk akal karena perusahaan berharap tingkat turnover karyawan
akan berkurang sementara loyalitas karyawan akan meningkat.
Tingkat 10% tersebut ditentukan berdasarkan judgement dari Jack. Tingkat
tersebut dirasa cukup bijak, meskipun idealnya perusahaan dapat memperhatikan hal-hal
berikut untuk menentukan apa yang disebut rational pay plan.
Pertama, Carter melakukan survei gaji informal dan survei formal. Kemudian Carter
menggunakan survei gaji untuk mengetahui berapa tingkat gaji perusahaan lain. Kedua,
Carter memilih metode evaluasi pekerjaan untuk menentukan nilai suatu pekerjaan. Ketiga,
perusahaan membayar gaji yang sama untuk pekerjaan serupa. Keempat, Carter dapat
menggunakan kurva upah untuk membantu menetapkan tingkat gaji untuk setiap pekerjaan.
Kemudian mudah untuk memberi harga pekerjaan dengan kurva upah. Terakhir, kita tahu
Carter tidak mengembangkan kisaran gaji. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan
kisaran gaji untuk memotivasi karyawan berkinerja tinggi.
Pada saat yang sama, Carter perlu mengoreksi tarif di luar batas. Dalam hal ini, kami
tidak setuju bahwa laki-laki dan perempuan memiliki gaji yang berbeda, itu tidak adil.
Karenanya, Carter harus memastikan bahwa pria dan wanita dibayar secara sebanding untuk
pekerjaan yang pada dasarnya sama. Kebijakan Jack Carter untuk membayar 10% lebih
banyak dari tarif yang berlaku adalah kebijakan yang baik karena dia percaya bahwa dengan
pembayaran yang lebih tinggi dia dapat mengurangi turnover di antara karyawan dan juga
pada saat yang sama dapat menumbuhkan loyalitas karyawan kepada organisasi. Ini dapat
ditentukan dengan memberikan fakta bahwa Jack membayar 10% lebih banyak kepada
pekerja. Selain itu, jauh lebih baik, jika pembayaran dilakukan kepada pekerja yang
menunjukkan loyalitas pada organisasi.
3. Specifically, what would you suggest Jennifer do now with respect to her company’s pay
plan?
Jawab:
Dalam perencanaan gaji pegawai, Jennifer dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Tetap mematuhi Undang-Undang terkait upah dan gaji yang berlaku di daerah
operasional perusahaannya.
b. Menyusun struktur penggajian yang formal berdasarkan evaluasi pekerjaan sehingga
karyawan merasa diperlakukan dengan adil. Dalam hal ini tentu perusahaan harus mulai
merinci nilai setiap pekerjaan yang ada sebagai pertimbangan perbedaan gaji yang
diberikan. Perusahaan dapat menggunakan beberapa metode seperti:
- Metode Ranking  Metode evaluasi pekerjaan paling sederhana, yaitu dengan
memberi peringkat setiap pekerjaan secara relatif terhadap pekerjaan lainnya,
biasanya berdasarkan pada beberapa faktor keseluruhan seperti "kesulitan
pekerjaan".
- Metode Klasifikasi Pekerjaan  Merupakan metode evaluasi pekerjaan yang
sederhana dan banyak digunakan di mana penilai mengkategorikan pekerjaan ke
dalam kelompok yang kira-kira memiliki nilai yang sama untuk tujuan pembayaran.
- Metode Poin  Metode evaluasi pekerjaan di mana sejumlah faktor kompensasi
diidentifikasi dan kemudian sejauh mana masing-masing faktor ini ada dalam
pekerjaan ditentukan.
c. Membuat survei formal yang diperlukan untuk menentukan jumlah yang harus dibayar
perusahaan dan jenis tanggung jawab pekerjaan apa untuk menghindari kesalahan
seperti ketidakseimbangan pembayaran gaji.
d. Mengenai kebijakan membayar 10% lebih dari tarif yang berlaku, sebagai perusahaan,
keuntungan adalah hal yang pertama. Meskipun kebijakan ini dapat menumbuhkan
loyalitas karyawan, namun dalam jangka panjang karyawan akan terbiasa dengan situasi
ini dan tidak dapat memotivasi mereka untuk berbuat lebih baik. Sehingga perusahaan
mungkin dapat mengubah kebijakan seperti memberi penghargaan/bonus kepada
karyawan berprestasi dengan kebijakan ini. Hal ini tidak hanya dapat mengurangi biaya,
tetapi juga dapat memotivasi karyawan untuk mendapatkan bayaran yang lebih tinggi.
e. Carter harus pikirkan ulang kebijakan membayar pria 20% lebih banyak dari wanita. Hal
ini karena dengan begitu maka pekerja wanita akan merasa diperlakukan tidak adil
kecuali bila jenis pekerjaan bagi pria memang berbeda nilai dan kompleksitasnya
dengan wanita. Bila jenis pekerjaan dan kompleksitasnya sama, maka terlepas dari itu
pria maupun wanita, penggajian harus disetarakan dan lebih baik dibuat sistem
penghargaan/bonus berbasis pada kinerja mereka.

Nama File : NIM_Nama mahasiswa_USIP2MSDM


Disebelah kiri atas pekerjaaan ujian ditulis; NIM :…………….
Nama mahasiswa:…………..

Anda mungkin juga menyukai